Disusun Oleh :
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT atas karunia-Nya sehingga
makalah Bahasa Indonesia tentang “Prinsip-prinsip Pengolahan Dengan Panas”” ini
dapat kami selesaikan. Makalah ini disusun sebagai salah satu tugas dalam
melengkapi bahan materi untuk mata kuliah Bahasa Indonesia.
Makalah ini berisi tentang pengolahan pangan dengan suhu tinggi (panas)
sehingga melaui salah satu proses pengolahan/pengawetan ini masa simpan makanan
dapat diperpanjang, ulasan yang kami sediakan ini semoga dapat menambah
wawasan sehingga memperjelas pembahasan materi. Kami mengambil sumber dari
buku-buku, internet, serta dan lain-lain.
Dengan tersusunnya makalah ini kami harap, makalah ini dapat memberikan
manfaat bagi kita semua. Makalah kami masih jauh dari sempurna. Saran dan kritik
yang membangun akan sangat membantu kami dalam memperbaiki makalah
selanjutnya.
Lhokseumawe, 9 Juni 2023
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................5
1.1. Latar Belakang................................................................................................5
1.2. Rumusan Masalah...........................................................................................5
1.3. Tujuan.............................................................................................................6
1.4. Manfaat...........................................................................................................6
BAB II PEMBAHASAN...............................................................................................7
2.1 Pengolahan dan Pengawetan Suhu Tinggi......................................................7
2.2 Prinsip Pengolahan dan Pengawetan Dengan Suhu Tinggi............................7
2.3 Syarat Pengolahan dan Pengawetan Dengan Suhu Tinggi.............................8
2.4 Faktor Yang Memengaruhi Pengolahan dan Pengawetan Dengan Suhu
Tinggi.........................................................................................................................8
2.5 Cara Pengolahan dan Pengawetan Dengan Suhu Tinggi................................9
2.5.1 Blanching......................................................................................................9
2.5.2 Pasteurisasi....................................................................................................9
2.5.3 Sterilisasi Komersial...................................................................................10
2.5.4 Pengalengan (Canning)...............................................................................11
2.5.5 Penggorengan..............................................................................................12
2.5.6 Penyangraian...............................................................................................13
2.6 Alat Pengolahan Panas.....................................................................................13
2.7 Hasil Produk Pengolahan dan Pengawetan Dengan Suhu Tinggi....................18
BAB III PENUTUP.....................................................................................................20
3.1 Kesimpulan...................................................................................................20
3.2 Saran.............................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................21
BAB I
PENDAHULUAN
1.4. Manfaat
1. Dapat Mengetahui prinsip pengawetan dengan suhu tinggi (panas).
2. Dapat Mengetahui syarat pengolahan dan pengawetan dengan panas.
3. Dapat Mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh dalam pengawetan
dengan panas.
4. Dapat Mengetahui berbagai macam pengolahan dan pengawetan bahan
pangan dengan panas.
5. Dapat Mengetahui berbagai hasil produk dari pengolahan dan pengawetan
dengan panas.
BAB II
PEMBAHASAN
2.5.2 Pasteurisasi
Pasteurisasi adalah proses termal yang dilakukan pada suhu kurang dari
100⁰C, akan tetapi dengan waktu yang bervariasi dari mulai beberapa detik
sampai beberapa menit tergantung dari tingginya suhu tersebut. Makin tinggi suhu
pasteurisasi, makin singkat proses pemanasannya. Pasteurisasi umumnya suatu
proses termal yang dikontaminasikan dengan proses pengawetan lainnya seperti
proses fermentasi atau penyimpanan pada suhu rendah (refrigasi).Tujuan utama
proses termal pada pasteuisasi adalah untuk menginaktifkan sel –sel vegetatif dari
mikroba patogen. Agar memperoleh hasil yang optimal, pasteurisasi harus
dikombinasikan dengan cara lain misalnya penyimpanan suhu rendah dan
modifikasi kemasan. Uniknya, pada beberapa bahan pasteurisasi justru dapat
memperbaiki cita rasa produk.
Pengusaha pengolahan pangan memandang pasteurisasi sebagai upaya
memperpanjang masa simpan pangan dengan mempergunakan panas untuk
mengurangi organisme perusak yang terdapat dalam bahan. Untuk beberapa
produk, perlakuan pasteurisasi memberikan keuntungan lain, karena perlakuan
panas dapat menghilangkan bakteri patogen. Sebagai contoh dalam hal susu,
persyaratan undang-undang menyebutkan bahwa proses pasteurisasi harus cukup
untuk membunuh Mycobacterium tuberculosis dan Brucella abortus. Menurut
buku Teknologi Pengawetan Pangan, Norman W, pada peraturan yang yang
sekarang, ada dua proses yang direkomendasikan :
1. “The Holder Process”, susu dibiarkan pada suhu 62,8oC (145oF) untuk paling
sedikit 30 menit, kemudian didinginkan dengan cepat sampai suhu 10oC
(50oF).
2. Proses HTST (High Temperature Short Time), susu dipanaskan pada suhu
71,7oC (161oF) untuk paling sedikit 15 detik dan didinginkan dengan segera
sampai suhu 10oC (50oF).
Pasteurisasi biasanya dilakukan pada susu, juga pada saribuah dan suhu
yang digunakan di bawah 100 oC. Contohnya :
• pasterurisasi susu umumnya dilakukan pada suhu 61 - 63 oC selama 30 menit
• pasteurisasi saribuah dilakukan pada suhu 63 – 74 oC selama 15 – 30 menit.
2.5.5 Penggorengan
1. Penggorengan Minyak dengan Pemanasan Uap
Penggorengan minyak dengan pemanasan uap ini biasanya ada pada pabrik
pengawetan ikan biasanya terdiri dari penggorengan ikan dengan minyak tumbuh-
tumbuhan. Peralatan yang pada umumnya dipergunakan untuk menangani
perkerjaan ini terdiri dari berbagai macam penggoreng minyak yang dipanaskan
dengan uap, dengan mempertimbangkan alasan-alasan yang mendasar diantaranya
: hasilan, kualitas dari penggorengan, boros tidaknya minyak dan bahan baku,
kebutuhan minyak per produk, koefisien perpindahan panas uap/minyak, tingakat
mekanisasi dan otomatisasi dari proses penggorengan, fasilitas dari operasi dan
keamanan.
Penggorengan minyak uap panas dipakai pada pabrik pengawetan ikan
mempunyai pengubah panas jenis tabung (satu, dua atau lebih dari deretan tabung
boleh dipakai) yang mudah dioperasikan dan dilayani adalah pengubah panas dua
deret dengan tabung-tabung berbentuk oval. Biasanya suhu yang digunakan
adalah sekitar 1500C dengan lama waktu sekitar 8 menit.
2.5.6 Penyangraian
Penyangraian menurut bahasa berasal dari kata sangrai yang artinya
menggoreng tanpa minyak. Sehingga penyangraian dapat di artikan sebagai proses
menggoreng bahan tanpa menggunakan minyak. Bahan yang diolah menggunakan
penyangraian adalah biji kopi, kakao, dan biji kacang-kacangan. Menurut
Mawaddah (2012) penyangraian adalah Definisi : proses pindah panas baik tanpa
media maupun mengunakan pasir dengan tujuan mendapatkan cita rasa
tertentu.Contoh : penyangraian kerupuk, kopi, biji kakao, dan kacang.
Penyangraian kopi adalah proses yang tergantung waktu dan temperature,
dimana senyawa-senyawa kimia di dalam kopi akan berubah dengan hilangnya
massa kering kopi yang sebagian besar adalah karbondioksida dan gas-gas volatile
lainnya sebagai produk dari pirolisis. Sekitar setengah dari karbondioksida yang
dihasilkan akan tertahan dalam kopi yang telah disangrai bersama-sama dengan
senyawa flavor penting yang bersifat volatile (Anonim, 2011).
2.6 Alat Pengolahan dengan Panas
Teknik dasar pengolahan makanan adalah mengolah bahan makanan dengan
berbagai macam teknik atau cara. Adapun teknik dasar pengolahan makanan
dibedakan menjadi 2 yaitu, teknik pengolahan makanan panas basah ( moist heat )
dan teknik pengolahan panas kering ( dry heat cooking ).
1. Teknik Pengolahan Makanan Panas Basah ( Moist Heat )
Teknik pengolahan makanan panas basah adalah mengolahan makanan
dengan bantuan cairan. Cairan tersebut dapat berupa kaldu ( stock ), air, susu,
santan dan bahan lainnya. Teknik pengolahan makanan panas basah ini memiliki
berbagai cara di antaranya :
a. Teknik Boiling
Boiling adalah mengolah bahan makanan dalam cairan yang sudah
mendidih. Teknik boiling dapat dilakukan pada beberapa bahan makanan
seperti , daging segar, daging awet, telur, pasta, sayuran, dan tulang. Untuk
melakukan teknik boiling ada syarat tertentu yang harus dipenuhi , yaitu
sebagai berikut :
1. Cairan harus mendidih
2. Alat perebus disesuaikan dengan cairan dan jumlah bahan makanan
yang akan diolah
3. Alat perebus harus ditutup agar menghemat energi.
4. Buih yang ada diatas permukaan harus dibuang untuk mencegah
bersatunya kemabali dalam cairan sehingga memengaruhi mutu
makanan.
b. Teknik Poaching
Selain teknik boiling, dikenal juga teknik poaching dalam pengolahan
makanan. Poaching adalah merebus bahan makanan dibawah titik didih
dalam menggunakan cairan yang terbatas jumlahnya. Proses poaching
berlangsung sedikit lama dan suhu dalam air berkisar 83 oC – 95 oC. Teknik
dasar pengolahan poaching, dapat dilakukan untuk mengolah berbagai jenis
makanan seperti daging, unggas, otak atau pankreas binatang, ikan, buah-
buahan, dan sayur. Untuk melakukan poaching, perlu memperhatikan syarat
berikut ini:
1. Suhu poaching dibawah titik didih berkisar 83 ◦c – 95 ◦c.
2. Cairan yang digunakan sesuai dengan banyaknya bahan makanan.
3. Makanan harus tertutup dari cairan.
4. Peralatan untuk poaching harus bersih dan tidak luntur.
c. Teknik Braising
Teknik braising adalah teknik merebus bahan makanan dengan cairan
sedikit, kira-kira setengah dari bahan yang akan direbusdalam panci penutup
dan api kecil secara perlahan-lahan. Syarat –syarat menggunakan teknik
braising yaitu teknik ini cocok menggunakan daging bagian paha, daging
disaute dengan mentega hingga warnanya kecoklatan, cairan pada proses
braising dipakai untuk saus pada saat menghidangkan, serta selama proses
braising berlangsung, boleh ditambah cairan bila telah berkurang. Untuk
melakukan teknik braising, perlu memperhatikan beberapa hal, diantaranya
sebagai berikut :
1. Teknik merebus dalam cairan yang sedikit.
2. Bahan yang diolah harus dipotong rapi dan sama besarnya.
3. Dalam pengolahan daging daging, caranya memasukan daging dalam
braising pan, lalu siram dengan kaldu secukupnya, jangan sampai
terendam seluruhnya.
4. Jika menggunakan sauce pan, caranya cairkan mentega dalam sauce
pan, lalu masukkan daging dan balik hingga warnanya kecoklatan.
Untuk sayuran aduk sambil dibolak – balik.
5. Jika proses pengolahan dalam oven, braising pan ditutup rapat dan
masukan dalam oven. Apabila diolah diatas kompor ( perepian ),
posisi braising pan tertutup.
d. Teknik Stewing
Stewing ( menggulai ) adalah mengolah bahan makanan yang terlebih
dahulu ditumis bumbunya, dan direbus dengan cairan yang berbumbu
dengan api sedang. Pada proses stewing ini, cairan yang dipakai yaitu susu,
santan, dan kaldu. Cairan dapat dikentalkan sebelum atau selama proses
stewing berlangsung. Dalam pemberian garam, sebaiknya dimasukkan pada
akhir stewing, karena dalam dagin dan sayur sudah terkandung garam.
Untuk mengolah makanan dengan teknik ini, perlu memperhatikan beberapa
hal, diantaranya sebagai berikut :
1. Daging harus diblansir terlebih dahulu dalam air mendidih, agar
kotorannya hilang
2. Potongan bahan disesuaikan dengan jenis yang akan diolah.
3. Saus untuk stewing dikentalkan dengan memakai tepung maizena.
4. Pengolahan daging dengan teknik ini harus sering diaduk, sedangkan
pada ikan mengaduknya hati-hati karena ikan mudah hancur.
e. Steaming
Steaming adalah memasak bahan makanan dengan uap air mendidih. Teknik
ini bisa dikenal dengan mengukus. Bahan makanan diletakkan pada steamer
atau pengukus, kemudian uap air panas akan mengalir le sekeliling bahan
makanan yang sedang dikukus. Untuk melakukan teknik ini perlu
memperhatikan beberapa syarat berikut :
1. Alat pengukus harus dipanaskan terlebih dahulu diatas air hingga
mendidih dan mengeluarkan uap.
2. Kapasitas alat pengukus harus disesuaikan dengan jumlah bahan yang
dikukus.
3. Makanan harus dibungkus apabila tidak membutuhkan sentuhan uap
air langsung.
4. Air untuk mengukus harus mencukupi. Jika air kukusan habis,
makanan yang dikukus akan beraroma hangus.
5. Untuk hasil yang baik, waktu pengukusan harus tepat.
a. Deep frying
Deep frying adalah mengolah makanan dengan menggoreng menggunakan
minyak dalam jumlah banyak. Pada teknik ini yang digoreng betul-betul
tenggelam dalam minyak dan meperoleh hasil yang krispi atau kering.
Terdapat 4 cara styledeep fat frying yang populer, yaitu :
1. Cara Perancis ( A’la Fraincaise, French Style )
Bahan makanan di marinade lalu dilapisi dengan tepung terigu atau
maizena.
Lalu goreng dalam minyak banyak dan panas.
2. Cara Inggris ( A’la Englaise, English Style )
Di marinade dalam bumbu lalu tiriskan.
Celupkan dam putih telur lalu tepung panir.
Goreng dalam minyak yang panas.
3. Cara Only ( Al Only, Only Style )
Makanan yang akan digoreng docelupkan dalam adonan.
Kemudian langsung digoreng dalam minyak yang panas.
4. Cara menggoreng polos
Bahan dibersihkan, lalu dimarinade atau tidak.
Kemudian langsung digoreng dengan minyak yang banyak dan
panas
b. Shallow Frying
Shallow frying adalah proses mengoreng yang dilakukan dengan cepat
dalam minyak goreng yang sedikit. Terdapat 2 cara dalam pengolahan
shallow frying, yaitu cara pan frying dan sauteing. Pan frying merupakan
cara menggoreng dengan minyak sedikit dan mempergunakan frying pan.
Makanan yang dimasak dengan cara ini, antara lain telur mata sapi, daging,
ommelet scrambled eggs, serta unggas yang lunak dan dipotong tipis.
Sauteing adalah mengolah bahan makanan dengan menggunakan sedikit
minyak sambil diaduk dan dilakakukan sacara cepat. Teknik ini sering
dilakukan pada masakan cina, dan dipakai sebagai teknik penyelesaian pada
sayuran kontinental. Pada pengolahan sayuran Indonesia disebut oseng-
oseng (tumisan). Bahan makanan yang dimasak dengan cara ini, antara lain
onion chopped (bawang bombay cincang),daging, sayuran, dan bumbu.
Untuk melakukan teknik ini, perlu memperhatikan beberapa syarat, yaitu
sebagai berikut :
1. Dalam menggoreng, menggunakan minyak goreng berbentuk cairan:
minyak kelapa, minyak salad, minyak jagung, atau minyak zaitun.
2. Selama proses menggoreng, menggunakan minyak yang sedikit.
3. Saat menggoreng, pastikan minyak telah panas sesuai suhu yang
diinginkan.
4. Proses menggoreng dilakukan dengan cepat.
c. Roasting
Roasting adalah teknik mengolah bahan makanan dengan cara memanggang
bahan makanan dalam bentuk besar didalam oven. Roasting bentuk seperti
oven. Sumber panasnya berasal dari kayu bakar, arang, gas, listrik, atau
micriwave oven. Waktu meroasting sumber panas berasal dari seluruh arah
oven. Selama proses meroasting berjalan, harus disiram lemak berulaang
kali untuk memelihara kelembutan daging dan unggas tersebut. Untuk
melakukan teknik ini, perlu memperhatikan beberapa syarat, yaitu sebagai
berikut :
1. Pada saat pengolahan harus dibolak-balik agar matangnya merata.
2. Daging jenis lain jangan sering dibolak-balik untuk mencegah
pengerutan.
3. Jika pada saat meroasting makanan menjadi kering, perlu dibasahi
permukaannya dengan lemak atau cairan lemak yang keluar dari
makanan tersebut.
4. Daging ditusuk dengan alat pengukur tingkat kematangan daging
untuk mengetahui tingkat kematangan daging.
5. Daging utuh tidak berlemak, perlu dilarding.
d. Baking
Baking adalah pengolahan bahan makanan didalam oven dengan panas dari
segala arah. Dalam teknik baking ini ada yang menggunakan loyang yang
berisi air didalam oven, yaitu bahan makanan diletakkan dalam loyang.
Contoh : puding karamel, hot puding franfrurt. Penerapan teknik dasar
baking dajpat dilakukan pada berbagai bahan makanan, diaantaranya
kentang, roti, sponge, cake, biskuit, ikan, sayuran.
Untuk melakukan teknik ini perlu memperhatikan beberapa syarat
yaitu sebagai berikut :
1. Sebelum bahan dimasukkan, oven dipanaskan sesuai suhu yang
dibutuhkan.
2. Makanan didalam oven harus diletakkan dengan posisi yang tepat.
3. Selama proses baking, suhu harus terus diperiksa.
4. Kualitas makanan akan bergantung pada penanganan selama proses
baking.
5. Sebelum diangkat dari oven, periksa kembali makanan.
e. Grilling
Grilling adalah teknik mengolah makanan diatas lempengan besi panas
(gridle) atau diatas pan dadar (teflon) yang diletakkan diatas perapian. Suhu
yang dibutuhkan untuk grill sekitar 292 ◦c. Grill juga dapat dilakukan diatas
bara langsung dengan jeruji panggang atau alat bantu lainnya. Dalam teknik
ini, perlu diberikan sedikit minyak baik pada makanan yang akan diolah
mauoun pada alat yang digunakan. Penerapan teknik dasar grilling dapat
dilakukan pada berbagai bahan makanan diantaranya daging, daging
cincang,ikan, dan ayam. Untuk melakukan teknik ini perlu memperhatikan
beberapa syarat, yaitu sebagai berikut :
1. Memilih bagian daging yang berkualitas dan empuk. Daging
direndam dengan bumbu (dimarinade) sebelum digrill.
2. Kemudian mengolesi permukaan gridle dan bahan makanan dengan
minyak goreng untuk menghindari lengket.
3. Pergunakan jepitan untuk membalik makanan.
3.1 Kesimpulan
Prinsip pengolahan/pengawetan pangan dengan suhu tinggi Mikroba
penyebab kebusukan dan yang dapat membahayakan kesehatan manusia harus
dimatikan, panas yang digunakan sedikit mungkin menurunkan nilai gizi
makanan, faktor-faktor organoleptik misalnya citarasa juga harus dipertahankan.
Cara pengolahan/pengawetan pangan dengan suhu tinggi yaitu sterilisasi,
pasteurisasi, blansing, pengalengan (canning), penggorengan dan penyangraian.
Contoh produk yaitu susu, sari buah, sarden, sayuran beku, buah-buahan beku,
ikan yang diawetkan,corned beef, kopi.
3.2 Saran
Kritik dan saran yang membangun kami harapkan dapat menjadi
perkembangan kelompok kami dalam menulis makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Gaman,P.M.Sherington,K.B.1994.Pengantar Ilmu Pangan Nutrisi dan
Mikrobiologi.Yogyakarta :Universitas Gajah Mada.
http://makalah4all.wap.sh/Data/Kumpulan+makalah+pertanian/__xtblog_entry/
9605033-makalah-penggunaan-suhu-tinggi?__xtblog_block_id=1 diakses
pada 8 Juni pukul 11:00
Koeswardhani,M.M.,dkk. 2006.Pengantar Teknologi Pangan.Jakarta : Universitas
Terbuka.
Muchtadi.,Tien R.1999.Teknologi Proses Pengolahan Pangan.Bogor : Departemen
Pendidikan Dan Kebudayaan Dirjend Pendididkkan Tinggi Pusat Institut
Pertanian Bogor
Tekpan.unimus.ac.id/wp-content/uploads/2014/04/Pengolahan-pangan-dengan-suhu-
tinggi.pdf