Disusun Oleh :
NAMA : SUGIHSTIRA
NIM : S109201921028
PRODI : TEKNOLOGI HASIL PERIKANAN
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat dan
Karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah dengan mata kuliah Teknologi
Bahan Makanan dengan judul “ Pengolahan Suhu Rendah ” ini dengan baik.
Penulis sadar bahwa dengan penulisan makalah ini tidak lancar tanpa dukungan, bimbingan, dan
bantuan baik material maupun spiritual dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini
penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:.
1. Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kemudahan dalam segala hal kepada penulis
sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
2. Ir.Danang Jaya,M.T selaku Dosen Mata Kuliah Teknologi Bahan Makanan.
3. orang tua yang telah membantu dari segi moral dan material.
6. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan semangat dalam penyusunan makalah
ini.
Akhirnya penulis berharap, semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca dan pihak-pihak yang
berkepentingan.
Penulis,
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
sendiri terganggu apabila terjadi perubahan suhu. Sehingga penyimpanan suhu rendah dapat
memperpanjang masa hidup jaringan-jaringan dalam bahan pangan karena penurunan aktivitas
respirasi dan aktivitas mikroorganisme. Lambatnya pertumbuhan mikroba pada suhu yang lebih
rendah ini menjadi dasar dari proses pendinginan dan pembekuan dalam pengawetan pangan.
Proses pendinginan dan pembekuan tidak mampu membunuh semua mikroba, sehingga pada saat
dicairkan kembali (thawing), sel mikroba yang tahan terhadap suhu rendah akan mulai aktif
kembali dan dapat menimbulkan masalah kebusukan pada bahan pangan yang bersangkutan.
Metode ini sering digunakan sebagai alternatif pengawetan karena bahan pangan tidak
akan kehilangan nutrisi yang terkandung di dalamnya, selain itu rasa dan tekstur dari bahan
pangan yang diawetkan dengan cara ini. Selain itu sifat fisik dan sifat kimia dari bahan pangan
tidak akan berubah seperti pengawetan yang dilakukan melalui proses kimia atau fermentasi.
Penggunaan suhu rendah dalam pengawetan makanan tidak dapat menyebabkan kematian
mikroba sehingga bila bahan pangan dikeluarkan dari tempat penyimpanan dan dibiarkan
mencair kembali (thawing) pertumbuhan mikroba pembusuk dapat berjalan dengan cepat.
1.3TUJUAN PENULISAN
4. Mengetahui pengertian pengawetan serta prinsipnya
5. Mengetahui dasar pengawetan dengan suhu rendah
6. Menjabarkan cara-cara pengawetan dengan suhu rendah
BAB II
PEMBAHASAN
Tabel 1. Suhu yang cocok untuk penyimpanan dingin berbagai bahan pangan.
Suhu maksimum yang dapat diterima Suhu badan: 37 C disini
0
Pengaturan suhu memiliki peran yang sangat penting dalam pengawetan bahan pangan.
Baik suhu rendah maupun suhu tinggi sangat berperan dalam mempertahankan mutu bahan. Pada
suhu yang lebih rendah kerusakan bahan pangan dapat ditekan kenilai yang minimum. Secara
umum dapat disebutkan bahwa setiap penurunan suhu 10oC (18oF) akan mengurangi laju reaksi
kerusakan bahan pangan setengah kalinya atau laju metabolisme akan berkurang setengahnya.
Sebaliknya, laju reaksi ini dalam batasan kisaran suhu fisiologis meningkat secara eksponensial
dengan peningkatan suhu. Van’t Hoff seorang ahli kimia Belanda menjelaskan bahwa, laju reaksi
kimia kurang lebih dua kali untuk setiap kenakan suhu 10oC (18oF).
Fenomena hubungan antara laju proses metabolisme dengan suhu inilah yang menjadi
dasar pengawetan bahan pangan dengan penggunaan suhu rendah. Penyimpanan bahan pangan
pada suhu rendah dapat memperpanjang masa hidup jaringan-jaringan di dalam bahan pangan
tersebut. Hal ini bukan hanya keaktifan proses metabolisme menurun, tetapi juga karena
pertumbuhan mikroba penyebab kerusakan dapat diperlambat. Selain itu laju reaksi-reaksi kimia
dan enzimatis juga diperlambat pada suhu rendah. Semakin rendah suhu semakin lambat proses
tersebut.
2.3 Cara Pengawetan Dengan Suhu Rendah
Cara-cara pengawetan dengan suhu rendah dikelompokkan menjadi dua, yakni :
1 Pendinginan (Cooling) dan
2 Pembekuan (Freezing).
Perbedaan antara keduanya dapat dilihat dalam Tabel 2 berikut ini.
Tabel 2. Perbedaan antara pendinginan dan pembekuan
Pendinginan Pembekuan
Suhu Penyimpanan -2 – 10oC -12 – (-24)oC
Daya Awet Beberapa hari - minggu Beberapa bulan - tahun
dilakukan pada suhu -24 sampai-40 C. Pembekuan cepat ini dapat terjadi dalam waktu kurang
0
lemak tinggi. Bila suhu penyimpanan naik 3 C maka kecepatan kerusakan akan berlipat ganda.
0
Perbedaan yang lain antara pendinginan dan pembekuan adalah dalam hal pengaruhnya
terhadap aktivitas mikroba dalam bahan pangan. Penggunaan suhu rendah dalam pengawetan
bahan tidak dapat menyebabkan kematian mikroba sehingga bila bahan pangan dikeluarkan dari
tempat penyimpanan dan dibiarkan mencair kembali (thawing) pertumbuhan mikroba pembusuk
dapat berjalan dengan cepat.
Pengaruh Pembekuan pada Jaringan
Makanan tidak mempunyai titik beku yang pasti, tetapi akan membeku pada kisaran suhu
tergantung pada kadar air dan komposisi sel. Kurva suhu-waktu pembeku umumnya
menunjukkan garis datar antara 0o dan -5oC berkaitan dengan perubahan air menjadi es, kecuali
jika kecepatan pembekuan sangat tinggi. Telah ditunjukkan bahwa waktu yang dibutuhkan untuk
melampaui daerah pembekuan ini mempunyai pengaruh yang nyata pada mutu beberapa
makanan beku. Umunya telah diketahui bahwa pada tahapan ini terjadi kerusakan sel dan
struktur yang ireversibel yang mengakibatkan mutu menjadi jelek setelah pencairan, terjadi
khususnya sebagai hasil pembentukan kristal es yang besar.
4. Denaturasi protein
Denaturasi protein berarti putusnya sejumlah ikatan air dan berkurangnya kadar protein
yang dapat diekstrasi dengan larutan garam. Gejala denaturasi protein terjadi pada daging, ikan,
dan produk-produk air susu. Proses denaturasi menimbulkan perubahan-perubahan rasa dan bau,
serta perubahan konsistensi (daging menjadi liat atau kasap). Semua bahan yang dibekukan,
kecuali es krim, sebelum dikonsumsi dilakukan “thawing“, maka untuk bahan yang telah
mengalami denaturasi protein pada waktu pencairan kembali, air tidak dapat diabsorpsi (diserap)
kembali. Tekstur liat yang terjadi disebabkan oleh membesarnya molekul-molekul.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Pengawet adalah bahan yang dapat mencegah atau
menghambat fermentasi, pengasaman atau penguraian lain
terhadap makanan yang disebabkan oleh mikroorganisme. Bahan
pengawet alami adalah bahan tambahan makanan yang tidak
menggunakan bahan-bahan kimia. Contoh bahan pengawet alami
adalah garam, gula, karagenan, buah picung, biji.
Kepayang Bahan pengawet sintesis adalah bahan tambahan
hasil sintesis dari bahan-bahan kimia yang bermanfaat agar
bahan-bahan yang ada di sekitar kita bisa lebih tahan lama atau
awet sehingga bisa digunakan dalam jangka waktu yang panjang.
Contohnya: Dalam penggunaan pengawet terdapat dampak positif
dan dampak negatif.
DAFTAR PUSTAKA
http://dokumen.tips/documents/makalah-pengawetan-dengan-suhu-rendah-1.html
http://herusantoso17.blogspot.co.id/2012/06/pengolahan-suhu-rendah.html
http://bayusamudr4mia2.blogspot.co.id/2015/02/pengawetan-dengan-suhu-rendah.html
http://www.tawiliran.com/2014/05/pengawetan-makanan-dengan-suhu-rendah.html