Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

VIRUS DALAM BAHAN PANGAN


Dosen Pengampu Arlin Wijayanti, S.Pi.,M.Si

Disusun Oleh :
Dayu Hadiqkurodin 2054244014
Nur Kotijah 2054244010

FAKULTAS FP3 PERTANIAN PERIKANAN DAN


PETERNAKAN UNIVERSITAS
NAHDLATUL ULAMA LAMPUNG
TAHUN 2022
KATAPENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT., atas rahmat, taufik dan hidayah-
Nya, penulis dapat menyelesaikan penyusunan tugas makalah mata kuliah mikrobioogi
pangan. Selanjutnya sholawat serta salam semoga tetap tercurah kepada Nabi Muhammad
SAW. sebagai pimpinan umat dan perantara menuju kebenaran Ilahi.

Tak lupa kami ucapan terimakasih kepada dosen mata kuliah Mikrobiologi pangan ,
orang tua, serta teman-teman yang sudah memberi konstribusi baik langsung maupun tidak
langsung dalam pembuatan makalah ini, sehingga makalah ini dapat terselesaikan dalam
waktu yang telah ditentukan. Penyusunan makalah ini tidak lain bertujuan untuk
memberitahukan tentang bakteri dan non-bakteri penyebab “food borne disease”

Kami menyadari di dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.
Untuk itu, besar harapan kami jika ada kritik maupun saran dari dosen maupun teman-teman
sekalian yang membangun untuk lebih menyempurnakan makalah kami.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan kita dalam mata
kuliah Mikrobiologi Pangan.

Purbolinggo, 08 Oktober 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................. 2
DAFTAR ISI............................................................................................................
3
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...................................................................................... 4
1.2. Rumusan Masalah ......................................................................... 4
1.3. Tujuan.......................................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertin food borne disease………………................................5
2.2 Penyebab food borne disease....................................................... 5
2.3 Mencegah food borne disease..................................................... 13
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan…................................................................................14
3.2 Saran ............................................................................................ 14
DAFTAR PUSTAKA…...............................................................................................15
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pangan merupakan kebutuhan esensial untuk berbagai kegiatan tubuh manusia, oleh
karena itu pangan harus terjamin bebas dari berbagai cemaran biologis, kimiawi, fisik, dan
bahan berbahaya lainnya yang dapat mengganggu kesehatan. Adanya berbagai cemaran
berbahaya pada pangan dapat mengakibatkan munculnya foodborne disease, yaitu penyakit
pada manusia yang disebabkan oleh makanan dan atau minuman yang tercemar. Cemaran
biologis pada pangan dapat berupa bakteri, virus, parasit, kapang, atau cendawan. Cemaran
biologis yang paling berbahaya dan dapat mengakibatkan wabah penyakit pada manusia ialah
bakteri patogenik, antara lain Salmonella spp., Escherichia coli, Bacillus anthracis,
Clostridium spp., Listeria monocytogenes,Campylobacter spp., Vibrio cholerae,
Enterobacter sakazakii, Shigella, dll. Bahan pangan yang terkontaminasi bakteri patogenik
jika dikonsumsi oleh manusia akan menimbulkan gejala klinis antara lain berupa sakit perut,
mual, muntah, diare, kram (kejang) perut, sakit kepala, tidak ada nafsu makan, demam,
bahkan dapat mengakibatkan dehidrasi.

1.2 Rumusan Masalah


1) Apa yang dimaksud dengan food borne disease?
2) Apa saja penyebab food borne disease?
3) Bagaimana cara mencegah food borne disease?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu :
1) Untuk mengetahui pengertian dari food borne disease
2) Untuk mengetahui penyebab food borne disease
3) Untuk mengetahui cara mencegah food borne disease
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian food borne disease bersifat keracunan

Foodborne disease adalah penyakit yang disebabkan karena mengkonsumsi makanan


atau minuman yang tercemar. Foodborne disease disebabkan oleh berbagai macam
mikroorganisme atau mikroba patogen yang mengkontaminasi
makanan. Selain itu, zat kimia beracun, atau zat berbahaya
lain dapat menyebabkan foodborne disease jika zat-zat
tersebut terdapat dalam makanan. Makanan baik dari hewan
maupun tumbuhan dapat berperan sebagai mediapembawa
mikroorganisme penyebab penyakit pada manusia (Deptan RI,
2007).

Penyakit yang ditularkan melalui makanan (foodborne disease), biasanya bersifat toksik
maupun infeksius, disebabkan oleh agens penyakit yang masuk ke dalam tubuh melalui
konsumsi makanan yang terkontaminasi. Kadang-kadang penyakit ini disebut “keracunan
makanan” (food poisoning) walaupun istilah ini tidak tepat. Penyakit yang ditularkan melalui
makanan mencakup lingkup penyakit yang etiologinya bersifat kimiawi maupun biologis,
termasuk penyakit kolera dan diare, sekaligus beberapa penyakit parasit (Motarjemi dkk,
2006).

Penyakit yang ditularkan melalui makanan (foodborne disease) yang segera terjadi
setelah mengkonsumsi makanan, umumnya disebut dengan keracunan. Makanan dapat
menjadi beracun karena telah terkontaminasi oleh bakteri patogen yang kemudian dapat
tumbuh dan berkembang biak selama penyimpanan, sehingga mampu memproduksi toksin
yang dapat membahayakan manusia (BPOM RI, 2008).

2.2 Penyebab food borne disease


1) Bakteri
Di UK, keracunan makanan yang disebabkan oleh bakteri adalah: Campylobacter jejuni
77,3%, Salmonella 20,9%, E. coli 1,4%, dan bakteri lain < 0,1%. Gejala keracunan baru
timbul 12–72 jam setelah mengkonsumsi makanan yang beracun.

Salmonella spp.
Infeksi Salmonella dapat bersifat fatal, terutama bagi bayi berumur kurang dari satu tahun.
Selain dipengaruhi umur, juga bergantung pada jumlah bakteri yang masuk. Salmonella
typhi dan S. paratyphi menyebabkan demam tifoid, lebih dikenal dengan penyakit tifus.
Masa inkubasinya 7 – 28 hari, rata-rata 14 hari (FLOWERS, 2004a). Gejala klinis berupa
pusing, diare, mual, muntah, konstipasi, pusing,demam tifoid/demam tinggi terus-menerus
(SOEWANDOJO et al., 1998). Adapun Salmonella nontifoid yang disebabkan oleh
bakteri Salmonella lain,

Escherichia coli
Escherichia coli (E. coli) pertama kali ditemukan oleh Theobold
Escherich tahun 1885 dari feses bayi (BETTELHEIM, 1989). Bakteri ini bersifat
komensal yang terdapat pada saluran pencernaan hewan dan manusia. Bakteri E. coli
masuk dalam salah satu bakteri indikator sanitasi (SUPARDI dan SUKAMTO,1999).
menjadi 5 kelompok: kelompok E. coli patogen yaitu E. coli enteropatogenik (EPEC),
E. coli enterotoksigenik (ETEC), E. Coli enteroinvasif (EIEC), E. Coli hemoragik (EHEC),
dan E. Coli enteroaggregatif (BETTELHEIM, 1989). Infeksi bakteri tersebut diduga
merupakan faktor utama penyebab malnutrisi pada bayi dan anak-anak di
negara berkembang. Gejala umum infeksi E. coli diantaranya diare
berdarah, muntah, nyeri abdomen, dan kram perut. Infeksi E. coli pada
bayi, anak-anak, lanjut usia, individu immunocompromised (sistem
kekebalan tubuh rendah) seperti penderita HIV/AIDS, dapat
menimbulkan komplikasi yang menyebabkan kematian (BETTELHEIM,
1989; KAPER et al., 2004).
Laporan hasil monitoring dan surveilans yang dilakukan di beberapa lokasi di Indonesia
menunjukkan bahwa bakteri E. coli patogen telah mencemari beberapa produk asal ternak
seperti daging sapi, susu sapi, hati sapi, daging ayam, telur ayam, dan hati ayam (Tabel
2) (YOGASWARA dan SETIA, 2005). Kondisi ini sebenarnya telah menyalahi aturan
yang ditetapkan oleh pemerintah yang mensyaratkan bahwa E. coli pada bahan pangan,
terutama susu segar, harus nol/negatif (SNI, 1997).

Bacillus anthracis

B. anthracis menyebabkan penyakit antraks pada hewan dan manusia (SIEGMUND, 1979).
Bakteri ini sensitif terhadap lingkungan, tidak tahan panas, dan mati dengan perebusan
selama 2 – 5 menit. Sporanya sangat tahan selama bertahun-tahun pada suhu pembekuan, di
dalam tanah dan kotoran hewan (SPENCER, 2003), Bahkan, spora tersebut tahan 25 – 30
tahun di dalam tanah kering, sehingga dapat menjadi sumber penularan penyakit baik bagi
manusia maupun ternak (SOEJOEDONO, 2004).
Penularan penyakit dapat diawali dari tanah yang mengandung spora B. anthracis
menginfeksi luka, terhirup pernafasan ataupun bersama makanan yang tercemar masuk
saluran pencernaan (ACHA dan SZYFRES, 1989). Gejala penyakit antraks pada manusia
dikenal 3 tipe/bentuk; yaitu tipe kulit (kutaneus), pernafasan (respirasi), dan pencernaan
(intestinal) (SIEGMUND, 1979). Gejala yang dapat diamati pada tipe kutaneus adalah bentuk
kulit bersifat lokal, timbul bungkul merah pucat (karbungkel) yang berkembang menjadi
nekrotik dengan luka kehitaman (black center). Luka dapat sembuh spontan dalam 2 – 3
minggu (SPENCER, 2003). Gejala klinis tipe pernafasan berupa sesak nafas di daerah dada,
batuk, dan demam. Penyakit antraks tipe ini umumnya ditemukan pada pekerja penyortir
bulu domba (wool sorter’s disease) dan penyamak kulit (SIEGMUND, 1979; SPENCER,
2003). Gejala bentuk pencernaan berupa nyeri di bagian perut, demam, mual, muntah, nafsu
makan menurun, diare berdarah karena inflamasi pada usus halus (DEPTAN, 2003;
SOEJOEDONO, 2004).

Clostridium spp.

Bakteri Clostridium perfringens dan C. Botulinum umum terdapat di alam, misalnya tanah,
sampah, debu,kotoran hewan dan manusia, serta bahan makanan yang berasal hewan. Bakteri
ini menghasilkan 5-7 jenis enterotoksin tipe A, B, C, D, E, dan F, dan sebagai penyebab
keracunan makanan pada hewan dan manusia (NANTEL, 1999; LABBE, 2004). C.
Botulinum menghasilkan 7 jenis toksin tipe A, B, C, D, E, F, dan G. Tipe A, B, E, dan F
menghasilkan botulinum yang berbahaya bagi manusia; tipe C menyebabkan botulinum pada
burung, kura-kura, sapi, domba, dan kuda; tipe D banyak menyerang sapi dan kambing di
Australia dan Afrika Selatan; sedangkan tipe G jarang dilaporkan (SONNABEND et al.,
1985).
Gejala botulisme biasanya timbul 12 jam sampai 1
minggu, dengan rata-rata 12 – 24 jam setelah mengkonsumsi
makanan yang mengandung toksin botulinum. Gejala tersebut
dapat berupa perut mulas, muntah, diare, dan dilanjutkan dengan
serangan syaraf (neurologis) (PIERSON and REDOY,
2004). Masa inkubasi bisa lebih cepat antara 6 – 10 jam, terutama pada makanan yang
mengandung toksin tipe E. Kadang-kadang timbul gangguan badan seperti lemas,pusing,
vertigo, dan penglihatan berkunang-kunang (NANTEL, 1999).
Botulinum juga dapat menyebabkan kelumpuhan (paralisis) pada tenggorokan sehingga tidak
dapat menelan, selanjutnya diikuti oleh kelumpuhan otot yang
menyebabkan lidah dan leher tidak dapat digerakkan
(SUPARDI dan SUKAMTO, 1999).
C. perfingens juga umum ditemukan di alam,bahkan
dapat ditemukan pada permukaan tubuh orang sehat. Bakteri ini
merupakan penyebab utama keracunan makanan pada manusia
(SUPARDI dan SUKAMTO, 1999). Enterotoksin perfringens tipe A sangat berbahaya dan
banyak mencemari pangan, serta dapat menyebabkan gangren (LABBE, 2004). Gejala
keracunan karena enterotoksin perfringens dapat berupa sakit perut bagian bawah, diare dan
pengeluaran gas serta jarang disertai dengan demam dan pusing-pusing. Gejala keracunan
enterotoksin perfringens timbul 8 – 24 jam, dengan rata-rata 12 jam setelah mengonsumsi
pangan yang mengandung toksin perfringens (SIEGMUND, 1979).

Listeria monocytogenes

Bakteri Listeria monocytogenes banyak ditemukan di alam seperti tanah, air dan
tumbuhan, serta dapat hidup dalam jangka lama dalam kondisi minimal dengan suhu -4°C
(OIE, 2008). Infeksi L. nomocytogenes pada manusia pertama kali dilaporkan pada tahun
1980-an, yaitu dengan adanya wabah listeriosis di Jerman yang dikaitkan dengan konsumsi
susu mentah. Masa inkubasi penyakit antara 2 – 6 minggu. Gejala yang timbul pada
listeriosis berupa mual, muntah, diare, demam, dan gejala influensa (SCHUCHAT et al.,
1991). Bakteri ini banyak dijumpai dalam susu, daging sapi, daging
unggas, ikan laut dan produknya, serta makanan siap saji (FDA,
2003).

Campylobacter spp.

Campylobacter merupakan bakteri penyebab kampilobakteriosis. Bakteri ini


ditemukan dalam saluran pencernaan hewan (DOYLE,2004,). Ada 3 spesies yang telah
diidentifikasi sangat berbahaya pada hewan dan manusia, yaitu C. jejuni, C. coli, dan C.
upsaliensis (ALTEKRUSE et al., 1994). C. jejuni dikenal sebagai penyebab
gastroenteritis dan keguguran pada domba.
Masa inkubasi kampilobakteriosis antara 1 – 10 hari
setelah makan-makanan yang terkontaminasi bakteri
tersebut secara oral (DOYLE, 1998). Gejala sakit dapat
bervariasi dari yang ringan sampai parah. Kematian jarang
terjadi akibat infeksi ini. Gejala klinis ditandai dengan diare
encer (kadang-kadang disertai darah), demam, sakit

abdomen, mual, sakit kepala, dan ngilu/ sakit pada otot (USMEF,
2007; ANONYMOUS,2008).

Enterobacter sakazakii

Bakteri E. sakazakii termasuk ke dalam golongan bakteri yang hidup dalam saluran
pencernaan manusia dan hewan (Mc ENTIRE and BUSTA,2004). Bakteri ini banyak
menyerang bayi dengan gejala diare dan meningitis, terutama pada bayi baru lahir dan
prematur (MUYTJENS et al., 1983). Makanan yang serin tercemar adalah makanan/susu bayi
formula (MCENTIRE dan BUSTA, 2004). Menurut dugaan BREEUWER et al. (2003),
infeksi E. sakazakii pada makanan/susu bayi formula disebabkan oleh
adanya kontaminasi yang terjadi setelah proses pembuatan makanan
tersebut. Infeksi E. sakazakii pada bayi dapat mengakibatkan meningitis,
nekrotik enterokolitis, dan sepsis, sedangkan pada beberapa kasus dapat
pula mengalami kesembuhan (ARSENI et al., 1987; BIERING et al.,
1989). Disamping itu, E. sakazakii dapat menghasilkan enterotoksin
yang dapat mengakibatkan kelainan-kelainan pada syaraf secara
permanen (permanent neurological differencies) (MCENTIRE dan BUSTA, 2004).

Shigella spp.

Shigella spp. merupakan bakteri patogenik yang dapat mengakibatkan shigellosis (disentri
basiler) pada manusia dan hewan. Sejak tahun 1896 beberapa jenis Shigella lain ditemukan;
seperti S. dysenteriae,S. flexneri, S. boydii, dan S. sonnei (FLOWERS, 2004b). Gejala
shigellosis bervariasi dari yang ringan sampai yang parah; seperti nyeri abdomen, muntah,
demam, diare dari yang cair (S. sonnei) sampai sindrom disentri yang disertai dengan tinja
yang mengandung darah, mukus, dan pus (TAPLIN, 1989). Pada keadaan tertentu dapat
mengakibatkan terganggunya keseimbangan elektrolit dalam darah hingga terjadi dehidrasi
(SUPARDI dan SUKAMTO, 1999).
2) Virus
virus berkembang biak hanya pada inang yang sesuai dan tidak dapat tubih diluar
inang beberapa virus dapat menyebabkan gangguan pencernaan dan ciri-cirinya hampir sama
dengan yang di timbulkan oleh bakteri. Sebagian virus juga dapat menginfeksi tanpa adanya
simpton sampai virus tersebut menyerang jaringan sel yang lain,misanya jaringan
saraf,melalui aliran darah. Transmisi virus yang dapat menyebabkan gangguan pencernaan
dapat melalui aerosol atau kontak langsung dengan orang yang terinfeksi.

3) Protzoa dan Parasit


Giardia, Cryptosporidium, Balantidium, Entamoeba dan protozoa lainnya sertai
parasit seperti cacing pita, dapat menginfeksi melalui air dan makanan. Beberapa spesies
dapat bertahan pada lingkungan untuk beberapa minggu dan dapat klorinasi. Gejala-
gejala yang ditimbulkan oleh bakteri dan penularan rute fekal-oral.

tabel makanan-makanan yang dapat terinfeksi oleh virus,protozoa dan parasit serta
pencegahannya.

organisme Pangan yang Waktu Gejala penyakit pencegahan


dapat inkubasi
terinfeksi
Poliomyelitis Susu,makanan 5-35 hari Demam,mutah- Kebersihan
olahan muntah,sakit kepala dan individu;kecukupa
nyeri otot n panas makanan
olahan;desen-
tifeksi
air;pencegahan
kontak makanan
dengan lalat
Virus susu dan 10-50 Kulit kuning, kehilangan Pemasakan
hepatitis kerag,salad hari, rata- nafsu makan,gangguan kerang-kerangan,
rata 25 pencernaan. kecukupan panas
hari makanan olahan,
susu, perebusan air
dan desinfeksi air,
kebersihan
individu
Entamoeba Air yang Beberapa diare Perlindungan
Histolytica terkontaminas hari suplai air,sanitasi

(disentriamoeba )
i sampai 4 selama
limbah,makan minggu pengolahan,jamba
-makanan n yang memadai
yang basah
yang
terkontaminas
i feses.
Taenia Daging sapi Beberapa Sakit perut bagian Penyembelihan
saginata mentah atau minggu bawah,perasaan lapar dan sapi dan
(cacing pita) setegah lelah penyediaan sapi
matang yang dibawah
mengandung pengawasan dinas
larva kesehatan, dan
daging dimasak
matang.
Diphylloboth Danging sapi 2-6 Gejala awal tidak Ikan dimasak
riumlatum
mentah atau minggu ada,tetapi penderita lanjut matang, hindari
(cacing pita)
setengah mengalami anemia konsumsi ikan
matang yang asap mentah
mengandung
larva
Taenia solium Daging babi Beberapa Gangguan pencernaan Penyembelihan
mentah atau minggu malaise,encephalitis,bisa babi dan
setengah fatal penyediaan daging
matang yang babi dibawah
mengandung pengawasan dinas
larva kesehatan, daging
dimasak matang
Trichinella Daging sapi Biasanya Pusing,muntah- Daging babi
spiralis mentah atau 9 muntah,diare,nyeri dimasak matang,
setengah hari,tetap otot,demam,pembengkaka bekuan daging
mtang yang i bisa n kelopak mata,susah babi suhu 15°C
mengandung bervarias bernafas. selama 20 hari
larva. i 2-28 atau -23°C selama
hari 20 hari atau -29°C
selama 12 hari,
hindari adaya tikus
di sekitar
kandang,pakan
babi di masak

4) Jamur

Jamur merupakan mikroorganisme eukariotik, menghasilkan spora, tidak punya


klorofil, dan berkembang biak secara seksual dan aseksual. Jamur tergolong menjadi 2
golongan yaitu kapang dan khamir. Kapang adalah jamur yang mempunyai filamen
sedangkan khamir adalah jamur sel tunggal yang tidak mempunyai filamen. Jamur dapat
bersifat parasit yaitu memperoleh makanan dari benda hidup atau bersifat saprofit yaitu
memperoleh makanan dari benda mati.

Jamur merupakan salah satu penyebab foodborne disease karena dapat


mengkontaminasi makanan melalui mikotoksin. Penyakit yang diakibatkan karena adanya
mikotoksin disebut mikotoksikosis. Mikotoksin dapat mengkontaminasi pangan bila bahan
pangan yang umumnya tanpa pengawet disimpan lama dalam kondisi lembab dan tidak
disimpan dalam lemari pendingin, sehingga bahan pangan ini mudah menjadi media bagi
pertumbuhan jamur.

2.3 Cara mencegah food borne disease


Kebersihan

Sesudah ke WC, mengganti popok, sebelum makan atau menyiapkan


makanan,cucilah tangan dengan teliti memakai sabun dan kucuran air setidaknya 15
detik,lalu keringkanlah dengan handuk bersih. Orang yang mendapat gejala penyakit
ini tidak patut menyiapkan makanan bagi orang lain.

Pemantauan suhu
Menyimpan makanan pada suhu yang keliru bisa berakibat membiaknya kuman yang
menyebabkan racun makanan, yang tumbuh di antara suhu 5° C dan 60° C. Untuk
berjaga-jaga:
• suhu lemari es jangan lebih tinggi dari 5° C dan ada aliran udara di
seputar makanannya agar pembagian suhunya merata,
• makanan beku sebaiknya dicairkan di dalam lemari es atau microwave,
sebab makin lama makanan mentah dibiarkan pada suhu ruangan,
makin cepat pulalah kuman berbiak dan racun bisa terbentuk,
• agar kuman di dalamnya mampus, makanan harus dimasak matang benar.
• makanan panas patut disimpan di atas suhu 60° C,
• makanan yang harus dipanaskan lagi ya cepat-cepat dipanaskan
sampai semua bagiannya mencapai suhu 75° C.

Penularan foodborne disease oleh makanan dapat bersifat infeksi

Artinya suatu penyakit yang disebabkan oleh adanya mikroorganisma yang hidup,
biasanya berkembangbiak pada tempat terjadinya peradangan. Pada kasus foodborne disease
mikro organisma masuk bersama makanan yang kemudian dicerna dan diserap oleh tubuh
manusia. Kasus foodborne desease dapat terjadi dari tingkat yang tidak parah sampai tingkat
kematian. Sebagai contoh foodborne desease yang disebabkan oleh salmonella dapat
menyebabkan kematian selain yang disebabkan oleh Vibrio Cholerae dan Clostridium
botulinum. Kejadian dan wabah paling sering disebabkan oleh salmonella dibanding penyakit
foodborne disease lainnya.

Gejala foodborne disease yang umumnya terlihat adalah perut mual diikuti muntah-
muntah, diare, demam, kejang - kejang dan lain - lain. Dalam artikel ini dibahas kejadian
infeksi mikroorganisma yang berasal dari makanan yang hanya berasal dari hewan. Antara
lain E. coli, Salmonella, Campylobacter, Yersinia, Clostridium dan Listeria, virus dan parasit.

Penyakit foodborne yang disebabkan oleh E. coli

Escherichia coli merupakan bagian dari mikroflora yang secara normal ada dalam
saluran pencernaan manusia dan hewan berdarah panas. Penularan dapat terjadi melalui
kontak dari pekerja yang terinfeksi selama makanan diproses berlangsung. Air juga dapat
terkontaminasi kotoran manusia yang terinfeksi. Makanan yang berperan sebagai media
penularan adalah ikan salmon, unggas, susu dan keju camembert (keju
perancis). Oleh karena itu pemanasan yang baik pada makanan seperti daging dan susu
mentah sangatlah penting. Gejala yang ditimbulkan pada manusia jika terinfeksi E. coli
adalah diare.

E. Coli O157: H7 merupakan bakteri patogen yang mempunyai reservoir pada hewan
ternak dan hewan lain yang sejenis, misalnya sapi. Manusia dapat terkena bakteri ini jika
mengkonsumsi makanan atau minuman yang telah tercemar oleh feses dari ternak ini.
Penyakit ini menyebabkan diare berdarah dan kesakitan karena keram perut, tanpa disertai
demam. Pada 3-5 % dari kasus yang terjadi, beberapa minggu setelah gejala awal tampak,
terdapat komplikasi yang yang disebut hemolytic uremic syndrom (HUS). Kompilasi ini
menyebabkan anemia, perdarahan dan gagal ginjal. Pertengahan Maret 2011, wabah bakteri
Escherichia coli melanda Jerman.

Bakteri yang pertama kali ditemukan oleh dokter hewan asal Jerman bernama
Theodor Escheric pada tahun 1885 ini telah menyebabkan 1.600 orang dirawat dan 18 orang
meninggal dunia di Jerman. Menurut para peneliti di Beijing Genomics Institute, wabah E.
Coli yang melanda Jerman merupakan jenis E. coli strain baru. Dari penelitian awal, bakteri
E. Coli bakteri E. Coli yang menginfeksi timun-timun dari Spanyol itu merupakan hasil
mutasi dari dua jenis bakteri, yaitu jenis EAEC dan EHEC.

1. Bakteri E. coli jenis EAEC menyebabkan diare parah karena bakteri memproduksi
toksin hemolisin yang menyerang mukosa usus. Bakteri E. Coli jenis EHEC bisa
menyebabkan diare berdarah, kram perut, dan bahkan gagal ginjal.

2. Dari hasil mutasi dua jenis bakteri E. coli ini dihasilkan jenis strain baru, yaitu
strain O104, yang sangat mematikan. Oleh karenanya, O104:H4 dimasukkan sebagai
salah satu Enterohaemorrhagic E. coli (EHEC), atau E. coli yang bisa menyebabkan
pengidapnya mengalami diare berdarah. Bahkan seringkali kasus ini berkembang
menjadi haemolytic uraemic syndrome (HUS); penyakit yang bisa menyebabkan
kegagalan fungsi ginjal dan berbagai komplikasi infeksi lain.

Salmonella

Salmonella juga merupakan bakteri yang terdapat pada usus unggas, reptilia dan
mamalia. Bakteri ini dapat menyebar ke manusia melalui berbagai macam pangan asal
hewan. Penyakit yang disebabkan oleh bakteri ini disebut salmonellosis, menyebabkan
demam, diare dan keram perut. Pada orang yang kondisi kesehatannya buruk atau sistem
kekebalan tubuhnya lemah, bakteri ini dapat menembus sistem peredaran darah dan
menyebabkan infeksi yang serius terhadap tubuh.
Penyakit yang disebabkan oleh Campylobacter jejuni
Campylobacter adalah bakteri patogen yang dapat menyebabkan demam,
diare dan keram perut. Merupakan bakteri yang paling sering menyebabkan sakit diare
di dunia. Bakteri ini hidup di usus ayam sehat dan pada permukaan karkas unggas.
Sumber infeksi sebagian besar karena memakan daging ayam yang masih mentah, atau
belum matang atau makanan lain yang telah bersentuhan dengan karkas ayam
selama dalam proses pengolahan sehingga tercemar oleh bakteri ini. Kumanini
umumnya ada dalam saluran pencernaan hewan berdarah panas dan sering ada pada
makanan yang berasal dari hewan karena terkontaminasi dengan kotoran hewan selama
prosesing (pengolahan). Kuman ini menyebabkan gastroenteritis akut (infeksi pada saluran
pencernaan) pada manusia. Gejala yang ditimbulkan antara lain diare, nyeri perut, demam,
mual dan muntah.

Sapi, babi, domba, kambing, ayam , kalkun, bebek, kucing dan anjing dianggap
sebagai pembawa kuman ini, tetapi yang paling sering adalah unggas. Kejadian infeksi yang
paling sering terjadi karena mengonsumsi makanan yang tidak dimasak, termasuk minum
susu mentah yang tidak dipasteurisasi. Tindakan pencegahan dapat dilakukan dengan cara
makanan asal unggas sebaiknya dimasak dengan baik dan menghindari kontaminasi silang.
Misalkan pisau bekas memotong daging mentah sebaiknya dicuci bersih dahulu sebelum
digunakan untuk memotong makanan yang matang.

Penyakit disebabkan oleh Yersinia enterolitica

Gejala yang ditimbulkan adalah nyeri perut, demam, diare pusing dan muntah-
muntah. Gejala yang lebih parah dapat terjadi pada anak-anak. Sumber utama kuman ini
terdapat pada babi yang terinfeksi (kuman ini hidup di daerah mulut dan saluran babi).
Biasanya anak-anak dan remaja peka terhadap penyakit ini. Kuman ini dapat berkembang
biak pada suhu 0 derajat Celcius sampai 44 °C.

Penyakit yang disebabkan oleh Clostridium perfringens

Gejala yang ditimbulkan adalah diare dan nyeri perut. Bakteri ini terdapat di saluran
pencernaan carnivora (serigala, anjing), herbivora (tikus, gajah, kalkun) dan babi.Media
penularan adalah daging babi dan kalkun. Makanan yang berasal dari hewan terkontaminasi
oleh kuman ini karena daging terkontaminasi oleh kotoran atau isi saluran pencernaan di
rumah potong hewan. Makanan yang sudah dimasak dibiarkan dalam beberapa jam pada
suhu kamar, disimpan didalam oven hangat atau disimpan dalam freezer dalam jumlah besar
sehingga temperatur tidak terlalu dingin atau tidak cukup untuk mencegah pertumbuhan
bakteri ini. Sehingga kasus penyakit ini dapat terjadi jika manusia mengonsumsi makanan
masak yang sudah mengandung kuman.
Tindakan pencegahan dapat dilakukan sebagai berikut. Makanan matang segera
disimpan dan didinginkan dengan suhu dibawah 7 ° C. Jika ingin dimakan kembali harus
dipanaskan dahulu pada suhu 71 - 100 ° C. Jika mungkin makanan segera dimakan setelah
dimasak. Makanan sebaiknya dipanaskan diatas 60 ° C atau suhu yang lebih tinggi.

Penyakit yang disebabkan oleh Listeria monocytogenes

Makanan sebagai media penularan kuman ini adalah sayuran coleslaw (semacam
salad yang diberi mayonaise), susu yang dipasteurisasi, keju lunak, daging mentah, seafood,
sayuran dan buah-buahan (makanan mentah). Gejala yang ditimbulkan sepsis (infeksi yang
meluas ke dalam saluran darah), meningoencephalitis (infeksi di selaput otak dan di bagian
otak), focal infeksius (infeksi lokal, misalnya di kulit yg terkena,di sal.pencernaan yg dilewati
makanan tsb), pregnancy infectious (infeksi kehamilan), granuloma infantiseptica ( sepsis
pada infant yg berbentuk granuloma).
Penyakit yang disebabkan oleh virus

Biasanya penularan terjadi karena manusia mengkonsumsi makanan yang berasal dari
hewan seperti daging sapi, domba, ayam, kalkun dan susu, dimana hewan sudah terinfeksi
oleh virus tertentu. Virus yang dapat menyebabkan Foodborne desease ini dikenal virus yang
tahan panas yang dapat ditularkan melalui susu sehingga tidakan pencegahannya adalah susu
dipanaskan dengan dipasteurisasi dalam waktu yang lama.

Penyakit yang disebabkan oleh parasit

Beberapa parasit ada dalam feses (kotoran) hewan dan dapat menyebabkan infeksi
jika makanan yang tercemar oleh kotoran yang mengandung parasit termakan , dicerna dan
diserap oleh tubuh. Sementara beberapa jenis yang lain terdapat dalam otot/daging hewan.
Parasit terbagi dua yaitu protozoa dan cacing.

Toxoplasmosis yang disebabkan oleh Toxoplasma gondii

Kejadian toxoplasmosis pada manusia ini termasuk tinggi. Sumber utama penularan
berasal dari kucing. Awalnya kucing memakan tikus atau burung yang mengandung
Toxoplasma. Dalam tubuh kucing mikroorganisma ini hidup dan berkembangbiak menjadi
bentuk yang infeksius bagi tubuh mannusia. Bentuk infeksius ini biasanya terdapat dalam
kotoran kucing. Daging domba, babi dan mungkin sapi dapat terinfeksi oleh spesies ini dan
menghasilkan kista (bersifat infeksius) yang dapat

menginfeksi tubuh manusia. Pada kucing yang menderita toxoplasmosis biasanya tidak
menimbulkan gejala tetapi pada manusia tampak. Terutama berbahaya pada wanita hamil.
Jika wanita hamil terserang toxoplasmosis dapat berakibat keguguran, melahirkan bayi yang
sudah meninggal, juga cacat bentuk dan kegagalan fungsi dari organ tubuh terutama yang
melibatkan sistem syaraf pusat.

Penularan melalui daging dapat dicegah dengan makan daging yang benar-benar
matang. Jika berkebun harus mencuci tangan dengan baik (menggunakan sabun) setelah
berkebun. Pada wanita hamil sebaiknya menghindari tempat kotoran kucing . Bagi
pemelihara kucing sebaiknya tempat kotoran kucing dibersihkan setiap hari.

Trichinellosis yang disebabkan oleh Trichinella spiralis

Parasit ini berkembang biak dalam tubuh babi. Infeksi terjadi jika makan daging babi mentah
atau setengah masak. Larva yang infeksius biasanya terdapat pada otot / daging babi. Pada
daerah yang penduduknya tidak makan daging atau tidak memperbolehkan makan daging
babi, kejadian Trichinellosis sangat rendah. Gejala trichinellosis pada manusia adalah udema
(pembengkakan) pada periorbital (bagian mata), demam dan sakit pada otot dan sendi.

Foodborne desease oleh Taenia saginata


Cacing ini hidup dan berkembang biak dalam tubuh sapi. Kejadian infeksi oleh cacing
ini jarang tetapi sering terjadi di daerah dimana penduduknya sering makan daging sapi
mentah. Tindakan pencegahan adalah pengontrolan yang ketat di rumah potong hewan,
pembuangan kotoran manusia yang aman (tidak di sembarang tempat). Pemasakan daging
yang baik atau jika daging dibekukan sebaiknya selama 5 hari pada suhu -10°C.

Cystiserkosis oleh Taenia solium

Cacing ini hidup dan berkembang biak didalam tubuh babi. Infeksi dapat terjadi jika
orang makan daging babi mentah atau yang dimasak setengah matang. Cacing ini dalam
bentuk cysticerci dapat menyerang organ mata, jantung, otak , sumsum tulang belakang
selain saluran pencernaan pada babi dan manusia.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa beberapa bakteri patogenik dapat
mencemari berbagai pangan asal ternak yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan pada
manusia. Bakteri patogenik tersebut antara lain Salmonella spp., Escherichia coli, Bacillus
anthracis, Clostridium spp., Listeria monocytogenes, Campylobacter spp., Vibrio spp.,
Enterobacter sakazakii, dan Shigella spp. Bahan pangan yang terkontaminasi bakteri patogenik
jika dikonsumsi oleh manusia akan menimbulkan gejala klinis berupa sakit perut, mual,
muntah, diare, kram (kejang) perut, sakit kepala, tidak ada nafsu makan, demam, bahkan
dapat mengakibatkan dehidrasi.

3.2 Saran

Semoga pembuatan makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Kami selaku penulis
memohon adanya kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA
http://www.scribd.com/doc/239676137/Foodborne-Desease#scribd

https://qomre.files.wordpress.com/2013/05/2a-penyakit-bawaan-pangan.pdf

ALTEKRUSE, S.F, M.L. COHEN and D.L. SWERDLOW.


2008. Perspective: Emerging Foodborne Diseases.
Centers for Diseases Control and Prevention. Atlanta,
Georgia, USA.
http://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=11&cad=rja&uact=8&ved=0CB4QFjAAOApqFQ

oTCMXWleaj8scCFZEYjgodoDoI2Q&url=http%3A%2F%2Fblog.ub.ac.id%2Fdermolen
%2Ffiles%2F2012%2F04%2FFOOO-BORNE-
DISEASE.docx&usg=AFQjCNEk1aAV2x9c7kumxmBxA_i-
WdwDwQ&sig2=pjSZ3HN0XrReNgsoqFRO5g

http://www.deptan.go.id/news/detail.php?id=96&awal=&page=&kunci=
http://ryaniehealth.blogspot.com/2007/03/mengenal-foodborne-disease.html
www.mhcs.health.nsw.gov.au/publication_pdfs/7120/DOH-7120-IND.pdf

Anda mungkin juga menyukai