Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

Mikrobiologi dan Parasitologi Lingkungan

“MIKOLOGI”

DOSEN PENGAMPU:

drg. Willia Novita ER, M.Kes

DISUSUN OLEH:

Kelompok 5

Fadhel Alim Azzuhdi N1A120195


Herlin Febria Sari G1D121225
Jhessica Duy G1D121029

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS JAMBI

2023
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI....................................................................................................................................i

KATA PENGANTAR.....................................................................................................................ii

BAB I.............................................................................................................................................iii

PENDAHULUAN......................................................................................................................iii

1.1 Latar Belakang..................................................................................................................iii

1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................................iii

1.3 Tujuan................................................................................................................................iv

BAB II.............................................................................................................................................1

PEMBAHASAN..........................................................................................................................1

2.1 Fisiologi Fungi...................................................................................................................1

2.2 Perkembangbiakan Fungi...................................................................................................5

2.3 Mikosis superfisisl, kutaneus, subkutan, endemik, oportunistik........................................8

BAB III..........................................................................................................................................13

PENUTUP..................................................................................................................................13

3.1 Kesimpulan.......................................................................................................................13

3.2 Saran.................................................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................14

i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaiakan makalah dengan judul “Mikologi”
Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas kelompok dalam mata kuliah Mikrobiologi
dan Parasitologi Lingkungan.

Atas bimbingan ibu drg. Willia Novita ER, M.Kes disusunlah makalah ini. Semoga
dengan tersusunnya makalah ini diharapkan dapat berguna bagi kita semua dalam memenuhi
salah satu syarat tugas kami di perkuliahan. Makalah ini diharapkan bisa bermanfaat dengan
efisien dalam proses perkuliahan.

Dalam menyusun makalah ini, penulis banyak memperoleh bantuan dari berbagai pihak,
maka penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang terkait. Dalam menyusun
makalah ini penulis telah berusaha dengan segenap kemampuan untuk membuat makalah yang
sebaik-baiknya.

Sebagaimana peribahasa mengatakan tak ada gading yang tak retak oleh karenanya masih
banyak kekurangan dan kesalahan dalam makalah ini, oleh karena itu penulis mengharapkan
kritik dan saran yang sifatnya membangun agar makalah ini bisa menjadi lebih baik lagi.

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mikologi juga bisa disebut dengan fungi atau jamur yaitu organisme heterotrofik
yang memerlukan senyawa organik untuk nutrisinya. Bila mereka hidup dari benda
organik mati yang terlarut, mereka disebut saprofit. Saprofit menghancurkan sisa-sisa
tumbuhan dan hewan yang kompleks, menguraikan nya menjadi zat-zat kimia yang lebih
sederhana, yang kemudian dikembalikan kedalam tanah dan selanjutnya meningkatkkan
kesuburannya . jadi dapat merugikan kita. Pada manusia dan hewan sebagai primary
pathogen maupun opportunistic pathogen juga dapat menyebabkan alergi dan keracunan.
Perkembangbiakan jamur dengan membentuk individu baru yang memiliki ciri
khas species.

Fungi yang patogen umumnya adalah eksogenous mereka hidup dialam bebas
sepeti air, tanah atau benda-benda lain di laboratorium. Ada berbagai jenis spesies ragi
dan jamur yang bisa menyebabkan penyakit pada manusia atau hewan. Hanya drmatofia
dan spesies candida yang sering ditularkan dari satu orang ke orang lain.
Infeksi-infeksi jamur superfisial, kutan, atau subkutan pada kulit, rambut, dan
kuku dapat menjadi kronis dan resisten terhadap pengobatan tetapi jarang
mempengaruhi kesehatan umum si penderita. Mikosis endemik ialah mikosis profunda
yang biasanya disebabkan oleh jamur patogenik atau jamur opurunistik yang
menginfeksi penderita dengan gangguan imuniologi. mikosis endemik adalah penyakit
koksidiomikosis

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana Fisiologi fungi?
2. Bagaimana Perkembangbiakkan fungi?
3. Apa saja Mikosis superfisis, kutaneus, subkutan, endemik, oportunistik?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan fungi.

iii
2. Mengetahui dan memahami perkembangbiakkan fungi.
3. Mengetahui dan memahami apa itu Mikosis Superfisis.
4. Mengetahui dan memahami apa itu Mikosis Kutaneus.
5. Mengetahui dan memahami apa itu Mikosis Subkutan.
6. Mengetahui dan memahami apa itu Mikosis Endemik.
7. Mengetahui dan memahami apa itu Mikosis Oportunistik.

iv
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Fisiologi Fungi


a) Nutrisi Jamur

Jamur adalah suatu organisme heterotrop artinya untuk hidupnya memerlukan zat-
zat organik dari organisme lain. Dari cara hidupnya jamur dibagi dalam 4 golongan
yaitu: parasit, saprofit, komensal dan simbion. Sebagai parasit jamur memer-lukan zat
hidup yang diperoleh dari makhluk lain yaitu manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan.
Senyawa-senyawa nutrisi yang diperlukan untuk kehidupan jamur antara lain:
 Senyawa organik, sumber karbon diperoleh dari glukosa, sukrosa, maltose,
tepung dan selulosa.
 Sumber nitrogen diperoleh dari pepton, asam amino, protein,nitrat, garam
ammonium dan urea
 Ion-ion anorganik esensial yaitu Na, P, Mg, S.
 Ion-ion anorganik sebagai trace element: Fe, Zn, Cu, Mn, Mo dan Galium.
 Faktor tumbuh: Zat perangsang tumbuh, vitamin dan hormon.

Disamping senyawa-senyawa nutrisi tersebut di atas ada beberapa jamur yang


membutuhkan suatu zat organik khusus yaitu thiamin. Energi yang diperlukan oleh
jamur didapat dari senyawa-senyawa karbon melalui suatu proses respirasi aerob yaitu
adanya pemecahan karbohidrat menjadi CO2 + H2O + Energi.
Pemecahan karbohiodrat dalam kondisi anaerob juga dihasilkan energi yang
nilainya kurang dibandingkan dengan energi yang dihasilkan dari proses respirasi. Tipe
energi ini terdapat dalam proses fermentasi. Sebagai contoh misalnya pada jamur
Aspergillus oryzae memerlukan 51 senyawa terutama alkohol dan asam-asam untuk
pertumbuhan dan respirasi. Contoh senyawa yang diperlukan tersebut adalah triolen,
pentosan, amilo peptin, selulose, gula, tepung, dll.

b) Faktor – faktor lingkungan yang mempengaruhi kehidupan jamur

1
- Kelembaban
Kelembaban tanah diartikan sebagai aktifitas air di dalam tanah (water
activity). Rasio aktifitas air ini disebut juga kelembaban relatif (relatif humidity).
Ketersediaan air di lingkungan sekitar fungi dalam bentuk gas sama pentingnya
dengan ketersediaan air dalam bentuk cair. Hal ini menyebabkan hifa fungi dapat
menyebar ke atas permukaan yang kering atau muncul di atas permukaan substrat.
Variasi suhu yang rendah dan kelembaban yang relatif tinggi ini sangat berkaitan
dengan curah hujan yang tinggi

- Suhu
Menurut Carlile dan Watkinson (1994) dalam Asnah (2010), suhu maksimum
untuk kebanyakan fungi untuk tumbuh berkisar 30 ⁰C sampai 40⁰ C dan optimalnya
pada suhu 20⁰C sampai 30⁰ C. Fungi- fungi kelompok Agaricales seperti
Flummulina spp; Hypsigius spp; dan Pleurotus spp, tumbuh optimal pada suhu
22⁰C. Sementara fungi-fungi Coprinus spp, tumbuh optimal pada kisaran suhu
25⁰C sampai 28⁰C.

- Intensitas Cahaya
Umumnya cahaya menstimulasi atau menjadi faktor penghambat terhadap
pembentukan struktur alat-alat reproduksi dan spora pada fungi. Walaupun proses
reproduksi memerlukan cahaya, hanya fase tertentu saja yang memerlukan cahaya,
atau secara bergantian struktur berbedadi dalam sporokarp dapat memberi respon
berbeda terhadap cahaya. Contoh spesies Discomycetes Sclerotina akan terbentuk
dalam kondisi gelap, namun memerlukan cahaya untuk pembentukan pileusnya.
Fungi dari famili polyporaceae tahan terhadap intensitas cahaya matahari yang
tinggi. Hal ini dimungkinkan karena kebanyakan fungi famili polyporaceae
memiliki tubuh buah yang relatif besar. Fungi dari famili polyporaceae merupakan
fungi pembusuk kayu.

c) Media Pertumbuhan jamur

Berdasarkan kepada kebutuhan elemen-elemen tersebut di atas untuk


pertumbuhan jamur, maka untuk keperluan isolasi jamur dari sumber utama misalnya

2
air dan tanah atau benda-benda lain di laboratorium, maka ada beberapa medium
pertumbuhan yang cukup penting.
Menurur susunannya, medium dapat di bagi menjadi tiga golongan yaitu medium
alam, medium semi sintetik dan medium sintetik. Dalam medium alam komposisi
nutrisi tidak dapat di ketahui dengan pasti setiap waktu karena dapat berubah-rubah
dalam bahan yang di gunakan dan bergantung dari asalnya; sebagai contoh ialah
kentang, jagung, kacang, wortel dan sebagainya.
 Sebagai contoh medium alam adalah : Agar Jagung/Kentang
Biji Jagung/Kentang 200 g
Akuades 1000 ml
Dimasak setengan jam, lalu disaring untuk diambil ekstraknya, kemudian
di tambah akuades hingga mencapai volume 1000 ml
Agar 15 g
 Contoh Medium sintetik adalah : Agar Czapek
Sukrosa 30g
NaNo3 2g
K2PHO4 1g
MgSO4 7H2O 10g
KCl 0,5g
FeSo4 7H2O 0,01g
Agar 15g
Air/akuades 1000 ml
 Medium Semi Sintetik : Agar ekstrak Malt/Malt Agar
Ekstrak Malt 25 g
Agar 15 g
Akuades 1000 ml

Agar Sabouraud
Medium ini untuk pertumbuhan jamur dan ragi paloghen
Komposisinya sebagai berikut:
Peptone 10 g

3
Dextrose/glucose/maltose 40 g
Agar 15 g
Akuades 1000 ml
pH 5,6
Catatan: maltose digunakan untuk jamur pathogen Microsporum audoini
dan Microsporum lanosum.

d) Isolasi dan identifikasi jamur

Jamur hidup kosmopolitan (tanah, air, udara, benda-benda, makanan, dan lain-
lain). Bahan isolasi jamur bertgantung kebutuhan. Jadi dapat berupa padat atau cairan.
Media yang digunakan untuk pertumbuhan jamur umumnya adalah PDA (Patato
Dekstrose Agar) dan Sabouraud Agar (untuk jamur pathogen).

Metode isolasi yang digunakan adalah TPC (Total Plate Count) untuk
mengetahui jumlah jamur, kemudian dilakukan pemurnian untuk mengamati koloni dan
struktur jamur. Masa inkubasi sampai terdapat pertumbuhan koloni untuk jamur sekitar
3–5 hari bahkan bisa lebih bergantung pada jenisnya.

Koloni jamur yang telah dimurnikan, kemudian diidentifikasikan secara


makroskopis dan mikroskopis (Analisis fenotip) yaitu mengamati karakter meliputi
bentuk, ukuran, warna, sifat permukaan (granular, berbulu, licin, dan lain-lain) dan balik
koloninya. Selanjutnya dilakukan pengamatan secara mikroskopis untuk melihat
struktur hifa dan spora.

Untuk mengamati sifat-sifat hidup jamur dengan secara makroskopis dan


mikroskopis. Secara makroskopis dengan mengamati pertumbuhan koloni jamur pada
media pertumbuhan. Sifat-sifat koloni seperti, bentuk susunan, warna dan ukuran
koloni.Secara mikroskopis adalah dengan mengamati struktur jamur seperti hifa, spora,
tubuh buah dll.Kemudian adanya zat-zat kimia yang dikeluarkan oleh tubuh jamur seperti
preparat enzim, asam-asam, alkohol dan pigmen-pigmen,juga polysacharida, sterol dan
golongan miscellanous, vitamin-vitamin, acetaldehyde, senyawa arsenic, lipid dan
antibiotika yang merupakan produk dari jamur.

4
Dengan adanya metabolit-metabolit yang di hasilkan dari tubuh jamur, maka
jamur merupakan organisme penting di dalam dunia industri makanan, minuman dan
obat-obatan. Disamping metabolit penting untuk dunia industri juga ada metabolit yang
sifatnya racun untuk organisme lain yang dapat membahayakan kesehatan manusia,
hewan maupun tumbuhan.

Untuk meningkatkan validitas hasil identifikasi maka dilanjutkan dengan analisis


genotip yaitu identifikasi secara molekuler yaitu mengamati DNA. Tahapan kerja analisis
genotip adalah: Isolasi DNA, Anypifikasi (PCR), Elektroforesis DNA, Sekrening dan
terakhir analisis Felogenetik.

2.2 Perkembangbiakan Fungi


Perkembanganbiakan jamur ialah pembentukan individu baru yang mempunyai
sifat-sifat khas bagi species. Pada jamur terdapat 2 macam perkembangbiakan yaitu
seksual dan asekual. Perkembangbiakan secara seksual cirinya adalah pertemuan 2 (dua)
nukleus (inti) yang sesuai. Proses reproduksi seksual ini terdiri dari 3 fase yaitu:
plasmogamy, karyyogamy, dan fase meiosis. Plasmogamy ialah pembauran dari
protoplast yang mendekati kedua nukleus dalam sel yang sama. Karyogamy ialah
pencampuran kedua nukleus tadi. Meiosis yaitu fase mereduksi jumlah kromonsom
diploid menjadi haploid.
a) Perkembangan Secara Aseksual

Perkembangbiakan secara aseksual yaitu pembiakan untuk memperoleh individu


baru yang dapat terjadi berulang kali dalam suatu musim. Reproduksi aseksual ini dapat
berlangsung secara :
 Fragmentasi, tiap fragmen atau bagian somatiknya membentuk individu
baru,
 Membelah, dengan membentuk dinding sekat yang memisahkan kedua
anak sel yang baru,
 Budding, terdapat pada yeast (uniseluler) dan beberapa cendawan lainnya
pada keadaan tertentu

5
 Pembentukan spora
Jamur bersel satu berbiak dengan membelah diri, atau dengan bertunas. Tunas-
tunas yang dihasilkan itu biasanya kita sebut blastospora. Sepotong miselium atau
sepotong hifa dapat tercabik-cabik sehingga terbentuk semacam koloni. Pembiakan
aseksual samacam ini biasanya kita sebut fragmentasi
Banyak jamur menghasilkan konidia, yaitu ujung hifa-hifa tertentu yang
membagi-bagi diri menjadi bentuk-bentuk bulat atau bulat telur atau empat-persegi
panjang.Bentuk tersebut dinamakan konidiospora. Disamping oidia (oidiospora) dan
artrospora yang merupakan deretan spora dikenal juga Klamidospora, yaitu spora yang
berdinding tebal.Klamidospora ada yang tunggal, ada yang berderet terdapat pada ujung
hifa atau di tengah-tengah hifa. Spora-spora tersebut dalam keadaan terbuka, jadi tidak
terwadahi di dalam suatu kotak. Hifa tempat tumbuhnya konidia disebut konidiofor.
Ujung hifa di beberapa jamur dapat menggelembung merupakan suatu wadah,
sedang protoplastnya membagi-bagi diri menjadi suatu spora. Wadah itu kita sebut
sporangium, sporanya kita sebut sporangiospora, sedang hifa yang merupakan tangkai
sporangium kita sebut sporangiofor.
Pada umumnya warna jamur-jamur rendah itu ditentukan oleh warna konidia
Berbagai jamur dapat bervariasi dari bening tak berwarna sampai kuning, hijau, jingga,
merah, coklat, hitam. Bentuknya dapat berupa bola kecil, serupa telur, bulat panjang,
seperti sabit, serupa jarum dan sebagainya. Konidia dapat pula bersel tunggal, dapt pula
bersel banyak.
Sporangium beberapa jamur Phycomycetes menghasilkan spora-apora yang dapar
bergerak, dan oleh karena itu spora-spora tersebut mempunyai bulu cambuk (flagel).
Flagel ada yang polos, ada juga yang berambut. Flagel berpangkal dalam protoplast.
Pangkal itu disebut blefaroplast. Blefaroplast bargandengan dengan inti dengan
perantaraan benang-benang dan disebut rizoplast. Penampang melintang flagel
menunjukan adanya 9 pasang benang yang mengelilingi di pinggir, dan 2 benang
ditengah yang disebut aksonema
Sporangium tempat pembentukan zoospora disebut zoosporangium. Dalam
prakteknya dijumpai kesulitan dalam membedakan antara sporangium dan konidia dan

6
juga antara bentuk-bentuk alat pembiakan aseksual yang lain; dalam hal ini acapkali ada
perbedaan antara para ahli.
b). Perkembangan Secara Aseksual

Pembiakan secara seksual memerlukan dua jenis jamur yang cocok, artinya
dapat kawin. Untuk kecocokan ini kita berikan istilah kompatibel. Dua jenis yang
kompatibel kita tandai dengan (+) dan (-) atau dengan A dan a, atau dengan lain kode.

Proses perkawinan antara 2 jenis yang kompatibel pada hakekatnya terdiri atas
persatuan antara dua protoplast yang kemudian diikuti persatuan intinya persatuan
antara protoplast disebut plasmogami, sedang persatuan antara inti di sebut karyogami.
Didalam pembicaraan jamur-jamur dibelakang ter-nyata, bahwa plasmogami tidak
selalu segera di ikuti dengan karyogami secara masal antara inti-inti dari sel yang lain
yang kompatibel, tetapi kadang-kadang terdapat juga karyogami antara inti yang sama.

Pada jamur tinggi tidak demikian. Kadang-kadang karyo-gami hanya berlangsung


sebentar dalam siklus hidupnya. Hifa atau miselium yang terbentuk karena perkawinan
dua hifa yang kompatibel dapat mengalami dua kemungkinan. Kalau kedua inti yang
kompatibel segera bersatu, maka hifa baru disebut berinti satu (monokaryotik), inti
baru itu diploid. Sebaliknya, kalau kedua inti tetap terpisah, maka hifa baru disebut
hifa berinti dua tak sama (dikaryotik). Hifa yang dikaryotik berkembangbiak pula
dengan membelah diri yang didahului dengan pembelahan kedua inti secara bersama-
sama. Dengan demikian tiap sel baru pada hifa tersebut adalah heterokaryotik. Pada
suatu ketika keadaan heterokaryotik berubah menjadi monokaryotik. Akan tetapi
meiosis akan segera terjadi sehingga inti yang diploid menjadi haploid lagi. Hal ini
terjadi pada waktu jamur akan menghasilkan spora-spora baru.
Jamur yang berinti satu haploid tidak dapat mengadakan perkawinan sendiri,
maka jamur yang demikian itu dinamakan heterotalik mandul. Jadi jamur yang
demikian itu hanya dapat kawin dengan jenis lain yang kompatibel.
Jamur yang berinti dua (atau banyak) yang tidak sama dan dapat mengadakan
perkawinan sendiri disebut homotalik subur. Jika suatu jamur secara morfologik jelas
menghasilkan jenis kelamin jantan (anteridium) yang menghasilkan sel kelamin jantan

7
dan alat kelamin betina (oogonium) yang mengandung sel telur, maka jamur itu
disebut hermafrodit. Biasanya jamur hermafrodit dapat mengadakan perkawinan
sendiri, keadaan ini kita sebut berumah satu (monoecius).
Bila ada jamur yang hanya menghasilkan alat kelamin jantan saja, atau hanya alat
kelamin betina saja, maka keadaan itu kita sebut berumah dua (dioecius).
Alat kelamin pada umumnya kita sebut gametangium, sedang sel kelamin disebut
gamet. Gametangium yang menghasilkan sel kelamin jantan dinamakan anteridium,
sedang gametangium yang menghasilkan sel kelamin betina kita namakan oogonium.
Sering kali gamet jantan dan gamet betina secara morfologis tidak dapat dibedakan
yang satu dari yang lain; dalam hal demikian gamet-gamet itu disebut isogamete. Jika
gamet-ganet tersebut jelas berbeda,maka disebut mereka anisogamet, jika berbeda
besar dan kecilnya, atau heterogamet apabila berbeda jenis kelaminnya. Pada jamur
rendah terdapat gamet-gamet yang bergerak, untuk itu dinamakan planogamet, sedang
yang tidak bergerak disebut aplanogamet. Sel telur adalah suatu aplanogamet, sedang
anterozoida adalah planogamet. Berbagai bentuk gamet. semuanya adalah planogamet,
kecuali sel telur yang menetap dalam oogonium.

2.3 Mikosis superfisisal, kutaneus, subkutan, endemik, oportunistik


a) Mikosis Superfisial

Mikosisi merupakan infeksi jamur pada kulit yang disebabkan oleh organisme
eumycotic yang opportunustic dan patogenik, seperti: Dermatophytes spp, Candida
Spp, apergillus Spp, dan beberapa spesies fungi lainnya. Mikosis terdiri dari mikosis
superfisialis, intermadiet dan profunda (Dani & Widasmara, 2022).
Mikosisi superfisialis adalah infeksi jamur superfisial yang disebabkan oleh
kolonisasi jamur atau ragi. Angka kejadian mikosis superfisialis diperkirakan sekitar
20-25% populasi dunia dan merupakan salah satu bentuk infeksi yang paling sering
pada anusia. Mikosis superfialis cukup banyak diderita penduduk negara tropis.
Indonesia dengan iklim tropis disertai suhu dengan kelembaban tinggi membuat
suasana yang baik untuk pertumbuhan jamur, sehingga diperkirakan insiden penyakit
ini cukup tinggi di masyarakat.

8
Selain iklim yang mendukung, higiene sebagiam masyarakat yang masih kurang,
adanya sumber penularan dari lingkungan, penggunaan obat-obatan seperti
antibiotik,kortikisteroid, dan sitostatika yang meningkat, adanya penyakit kronis dan
penyakit sistemik lainnya seperti diabetes, keganasan, infeksi Human
Immunodeficiency Virus (HIV), trauma dan maserasi juga dapat memudahkan
penetrasi jamur.

b) Mikosis Kutaneus

Mikosis kutaneus adalah infeksi jamur pada lapisan kulit yang disebut epidermis
dan dermis. Infeksi ini dapat mempengaruhi seluruh tubuh, namun umumnya terjadi
pada kulit kepala, kaki, dan area selengkangan. Infeksi jamur pada kulit ini lebih
sering terjadi pada orang yang memiliki sistem kekebalan tubuh lemah atau
lingkungan yang lembab.
Penyebab mikosis Kutaneus disebabkan oleh jamur yang dikenal sebagai
dermatofit. Jamur ini memakan protein yang ditemukan pada rambut, kulit, dan kuku
manusia. Bebarapa jenis dermatofit yang sering menyebabkan infeksi kulit adalah
Trichophyton rubrum, Trichopyton mentagrophytes, dan Microsporum canis. Jamur
ini menyebar melalui kontak langsung dengan orang yang terinfeksi, hewan
peliharaan, atau benda yang terkontaminasi. Gejala mikosis kutaneus bervariasi
tergantung pada lokasi infeksi dan jenis jamur yang menyebabkan. Gejala yang
paling umum adalah:
1. Ruam kulit yang berbentuk lingkaran dan terlihat merah atau coklat.
2. Kulit yang terkelupas dan gatal.
3. Keropeng pada kulit yang terinfeksi.
4. Perubahan warna padakulit, menjadi lebih terang atau lebih gelap.
5. Penebalan dan kerusakan pada kuku.
6. Diagnosis Mikosis Kutaneus.
c) Mikosis Subkutan
Mikosis Subkutan banyak dijumpai pada negara dengan iklim tropis dan
subtropis. Mikosis subkutan yang disebabkan oleh jamur akan tumbuh pada tanaman

9
yang membusuk dan tanah bagian dalam. (Agung Mahardika Venansius Purba,
2021).
Data terkait kasus Mikosis Subkutan masih belum diketahui secara pasti. Kasus
yang sedikit ini menyebabkan sulitnya penegakkan diagnosa, penatalaksanaan hingga
penanganan dari Mikosis Subkutan ini. (Agung Mahardika Venansius Purba, 2021).
Jenis-jenis mikosis Subkutan:
1. Sporotrichosis
Sporotrichosis adalah infeksi jamur kronis yang hanya menginfeksi jaringan
kutis dan subkutis, walaupun mungkin saja terjadi penyebaran ke organ tubuh
yang lain. Lesi pada kutis berkembang akibat masuknya sporothrix schenckii
melalui kulit yang mengalami kerusakan. Lesi eritema, bernanah dan adanya
nodul yan verrucous. Pada beberapa kasus terjadi penyebaran nodul
lymphsngitic.
Jamur ini bersifat saprofit dan dapat diisolasi dari daun-daunan dan sisa-
sisa kayu atau batang pohon. Pada temperatur kamar, jamur ini tumbuh sebagai
jamur yang berfilamen tetapi pada jaringan dan suhu yang tinggi jamur ini
berupa ragi yang pleomorfik.
Penyebaran infeksi ini dapat menimbulkan sporotrichosis paru yang
disebabkan oleh terhirupnya jamur Sporotrichosis schenckii, kasus ini jarang
terjadi. Infeksi jamur ini selain menyebar ke paru dapat juga menyebardan
menyerang tulang, sendi, kulit, mata, susunan saraf pusat dan saluran
genitourinaria.
2. Chromoblastomycosis
Chromoblastomycosis adalah suatu infeksi kulit granulomatous progresif
lambat dan disebabkan beberapa spesies jamur hitam. Phialophora verrucosa,
Fonsecaea pedrosoi, Rhinocladiella aquaspersa dancladosporium carrionii adlah
jamur-jamur yang paling diisolasi.
Chromoblastomycosis terutama terdapat di daerah tropis. Di alam, jamur
ini bersifat saprofit, mungkin terdapat pada tumbuhan dan di dalam tanah.
Penyakit terutama terjadi pada tungkai petani dengan kaki telanjang, diduga

10
akibat masuknya jamur melalui trauma. Penyakit ini tidak dapat di tularkan.
Pemakaian sepatu dan pelindung tungkai dapat mencegah infeksi ini.
3. Mycetoma
Mycetoma adalah suatu lesi lokal yang membengkak disertai granula yang
merupakan koloni-koloni padat dari jamur penyebab yang mengalir dari sinus-
sinus. Penyakit ini disebabkan oleh berbagai jamur dan aktinomycetes (bakteri
filamentosa). Mycetoma timbul bila organisme tanah ini tertanam ke dalam
jaringan subkutan melalui trauma. Istilah maduromikosis atau kaki madura
sering digunakan untuk menunjukkan infeksi yang disebabkan oleh jamur ini
karena tempat infeksi umumnya di kaki

d) Mikosis Endemik

Mikosis Endemik merupakan infeksi jamur dimana jalur awal masuk ke dalam
tubuh biasanya pada suatu lokasi profunda seperti paru-paru, saliuran pencernaan
atau sinus paranasal. Infeksi jamur ini memilki kapasitas untuk menyebar melalui
aliran darah. Salah satu contoh mikosis endemik adalah penyakit koksidiomikosis.
Koksidiomikosis merupakan infeksi jamur yang disebabkan oleh coccodioides
immitis yang merupakan kapang tanah yang tidak dapat dibedakan fenotipnya.
Infeksi ini ditemukan pada daerah yang sangat kering dengan batas jelas di bagian
barat daya Amerika Serikat.
Coccidioides immitis bentuknyaseperti bola yang berdiameter 15-60 µm,
dengan dinding tebal berbias ganda. Hifa dari jamur ini juga mudah pecah dan
mengeluarkan spora. Spora yang dihasilkan inilah yang nantinya berpengaruh
pada proses infeksinya. Jamur ini masuk ke dalam tubuh penderita melalui spora
(biji jamur dalam bentuk serbuk) yang terhirup penyakit yang juga dikenal dengan
nama Valley fever ini umumnya tidak memicu gejala khusus.

e) Mikosis Oportunistik

Mikosis Oportunistik adalah mikosisi organ dalam yang menyerang orang dengan
sistem kekebalan tubuh yang rendah. Pada seseorang yang mengalami penurunan
sistem kekebalan tubuh, infeksi jamur biasanya menyerang organ paru-paru. Salah
satu contoh penyakit yang masuk kedalam kelompok ini adalah kandidiasis sistemik

11
yang disebabkan oleh Candida albicans. Kandidiasis terjadi karena adanya
pertumbuhan jamur secra berlebihan yang dalam kondisi normal muncul dalam
jumlah yang kecil. Kandidiasis terdapat di seluruh dunia dengan sedikit perbedaan
variasi penyakit pada setiap area. Candida albicans adalah organisme endogen. Hal
ini dapat ditemukan dalam 40-80% dari manusia normal. Candida terdapat dalam
mult, usus, dan vagina, dan bertindak sebagai komensal atau organime patogen.
Mekanisme transmisi utama adalah melalui kandidaemia endogen, di mana
spesies Candida yang merupakan mikrobiota dari berbagai situs anatomis dalam
kondisi host yang lemah sebagai patogen oportunistik. Mekanisme lain untuk
transmisi bersifat eksogen, dan ini terjadi terutama melalui tangan seorang
profesional kesehatan yang merawat pasien. Penyebaran infeksi juga dapat terjadi
melalui bahan layanan kesehatan seperti larutan intravena yang terkontaminasi.
Jamur Candida dianggap patogen penting karena fleksibilitas dan kemampuannya
bertahan di erbagai tempat anatomis.

12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Mikologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang cendawan / jamur.Mikologi berasal
dari bahasa Yunani yaitu Mykes yang berarti cendawan(Jamur) dan Logos yang berarti
Ilmu.Berdasarkan istilah Mikologi adalah cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang
fungi atau sering disebut juga cendawan,kajian dalam mikologi antara lain meliputi taksonomi
jamur,fisiologi jamur,bioteknologi jamur dan budidaya jamur.

Perkembanganbiakan jamur ialah pembentukan individu baru yang mempunyai sifat-sifat


khas bagi species. Pada jamur terdapat 2 macam perkembangbiakan yaitu seksual dan asekual.
Perkembangbiakan secara seksual cirinya adalah pertemuan 2 (dua) nukleus (inti) yang sesuai.

Terdapat lima macam mikosis yaitu:

1. Mikosis Superfisial
2. Mikosis Kutaneus
3. Mikosis Subkutan
4. Mikosis Endemik
5. Mikosis Oportunistik

3.2 Saran
Terhadap gangguan parasite tersebut maka perlu pencegahan dan pengendalian penyakit Maka
dari itu, sangat diperlukan suatu pengetahuan tentang kehidupan organisme parasit yang
bersangkutan dan makalah ini masih banyak kesalahan maka dari itu kelompok kami menerima
keritik dan saran agar dapat kami perbaiki

13
DAFTAR PUSTAKA
1. Mukrimaa SS, Nurdyansyah, Fahyuni EF, YULIA CITRA A, Schulz ND, ‫غسان د‬, et al. No
主観的健康感を中心とした在宅高齢者における 健康関連指標に関する共分散構造
分析 Title. J Penelit Pendidik Guru Sekol Dasar. 2016;6(August):128.

2. Amelia SMK. Mikosis Subkutan. J Artik Univ sumatera utara. 2011;14.

3. Robert B, Brown EB. No 主観的健康感を中心とした在宅高齢者における 健康関連


指標に関する共分散構造分析 Title. 2004. 1–14 p.

4. Wicaksana A, Rachman T. 済 無 No Title No Title No Title [Internet]. Vol. 3,


Angewandte Chemie International Edition, 6(11), 951–952. 2018. 10–27 p. Available
from: https://medium.com/@arifwicaksanaa/pengertian-use-case-a7e576e1b6bf

14

Anda mungkin juga menyukai