Anda di halaman 1dari 7

Contoh Laporan Praktikum Biologi

Nama : Fayola Khansa Syifa Wibowo


Kelas : X MIPA 1
Nomor Absen : 12

Laporan Praktikum Jamur


BAB I
PENDAHULUAN

Tujuan :

Mengetahui struktur tubuh jamur


Mengetahui cara mengidentifikasi jamur mikroskopis
Mengetahui cara mengidentifikasi jamur makroskopis

Latar Belakang :

Indonesia yang berada pada daerah tropis, memiliki keadaan iklim yang stabil pada tiap
tahunnya, sehingga menyebabkan terbentuknya habitat dan relung yang lebih banyak jika
dibandingkan dengan bioma lainnya. Indonesia mempunyai pulau yang bervariasi, mulai dari
yang sempit sampai dengan yang luas, dari dataran rendah sampai berbukit hingga
pegunungan tinggi yang mampu menunjang kehidupan flora, fauna, dan mikroba yang
beraneka ragam, termasuk pula jamur. Sebagian besar jamur hidup sebagai parasit, bersifat
saprofit, memiliki simbiosis mutualisme, dan membentuk lichenes.

Jamur merupakan salah satu keunikan yang memperkaya keanekaragaman jenis makhluk
hidup. Secara alamiah jamur banyak dijumpai pada tempat dengan kondisi lingkungan yang
lembab. Jamur memerlukan kondisi lingkungan yang kurang cahaya matahari karena jamur
merupakan jenis tumbuhan yang bersifat fototropisme negatif yang berarti tidak menyukai
cahaya. Jamur merupakan organisme eukariotik, berspora, tidak berklorofil. Tubuhnya terdiri
dari benang-benang yang disebut hifa. Hifa dapat membentuk anyaman bercabang- cabang
yang disebut miselium. Jamur terbagi atas jamur makroskopis dan jamur mikroskopis. Pada
praktikum kali ini kita akan mengidentifikasi jamur secara mikroskopis dan makroskopis.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Jamur

Jamur merupakan tanaman yang tidak memiliki klorofil sehingga tidak dapat melakukan
proses fotosintesis untuk menghasilkan makanan sendiri. Jamur hidup dengan cara
mengambil zat-zat makanan seperti selulosa, glukosa, lignin, protein dan senyawa pati dari
organisme lain. Di alam, zat-zat nutrisi tersebut biasanya telah tersedia dari proses
pelapukan oleh aktivitas mikroorganisme (Parjimo, 2007 dan Nunung, 2001).

Menurut Pasaribu (2002), jamur dapat tumbuh diantara jasad hidup (biotik) atau mati
(abiotik), dengan sifat hidup heterotrof (organisme yang hidupnya tergantung dari organisme
lain) dan saprofit (organisme yang hidup pada zat organik yang tidak diperlukan lagi atau
sampah).

Menurut Agrios (1996), jamur adalah organisme kecil, umumnya mikroskopis, eukariotik,
berupa filament (bening), bercabang, menghasilkan spora, tidak mempunyai klorofil, dan
mempunyai dinding sel yang mengandung kitin, selulosa atau keduannya. Sebagian besar
dari 100.000 spesies jamur yang telah diketahui sangat saprofit, hidup pada bahan organic
mati, yaitu membantu pelapukan. Beberapa diantaranya lebih kurang 50 spesies,
menyebabkan penyakit pada manusia, dan lebih kurang sebanyak itu menyebabkan
penyakit pada hewan, sebagian besar dari pada itu berupa penyakit yang tidak berarti pada
kulit atau anggota tubuh. Akan tetapi, lebih dari 8.000 spesies jamur dapat menyebabkan
penyakit pada tanaman. Semua tumbuhan diserang oleh beberapa jenis jamur, dan setiap
jenis parasit dapat menyerang satu atau banyak jenis tumbuhan.

Menurut Zedan (1992), jumlah spesies jamur yang sudah diketahui hingga kini adalah
kurang lebih 69.000 dari perkiraan 1.500.000 spesies yang ada didunia. Dan menurut Rifai
(1995) di Indonesia terdapat kurang lebih 200.000 spesies. Indonesia memiliki kekayaan
akan diversitas tumbuhan dan hewan juga memiliki diversitas fungi yang sangat tinggi
mengingat lingkungannya yang lembab dan suhu tropis yang mendukung pertumbuhan
fungi (Gandjar, 2006).

Menurut Achmad (2012), jamur merupakan salah satu organisme tingkat rendah yang tidak
berklorofil yang memiliki tubuh buah berukuran besar sehingga dapat diamati dengan mata
secara langsung. Bentuk tubuh buah yang tampak umumnya seperti payung. Tubuhnya
terdiri atas bagian yang tegak yang berfungsi sebagai penyangga dan tudung. Tudung
berbentuk mendatar atau membulat. Bagian tubuh yang lainnya adalah jaring-jaring dibawah
permukaan media tumbuh berupa miselia yang tersusun dari berkas hifa. Morfologi jamur
bervariasi didasarkan pada bentuk tudungnya.

Tubuh jamur dapat berupa sel-sel yang lepas satu sama lain atau berupa beberapa sel yang
bergandengan dan dapat berupa benang. Helai benang itu disebut hifa, hifa jamur ada yang
bersekat-sekat dan ada pula yang tidak memiliki sekat. Pada umumnya hifa ini
menghasilkan alat-alat perkembangbiakan yang disebut spora (Heddy, 1987). Menurut
morfologinya, jamur dapat dibedakan menjadi beberapa bagian, yaitu akar (rhizoid), batang
(stalk), dan tudung (pileus). Namun, bagian-bagian tersebut bukanlah bagian yang
sebenarnya melainkan hanya bagian semu.

B. Faktor Penunjang Pertumbuhan Jamur

Ada beberapa faktor penunjang atau syarat pertumbuhan jamur yaitu :

a. Air dan kelembaban


Semua jenis jamur memerlukan kelembaban relatif cukup tinggi untuk menunjang
pertumbuhannya, yaitu 95-99%. Di alam, biasanya jamur muncul pada saat setelah musim
hujan atau setelah hujan selesai. Pada kondisi seperti itu, kandungan air di udara cukup
tinggi. Demikian pula kandungan air sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan
perkembangan miselia jamur. Apabila kandungan air terlalu sedikit maka perumbuhan jamur
akan terganggu. Sebaiknya bila terlalu banyak maka akan terjadi pembusukan substrat yang
ditandai dengan berkembangnya kontaminan dan matinya miselia.

b. Kebutuhan nutrisi
Jamur dalam hidupnya juga memerlukan nutrisi untuk tumbuh yang diserap dari subtart.
Semua senyawa karbon dapat digunakan oleh jamur, antara lain monosakarida,
polysakarida, asam organik alkohol, selulosa, dan lignin. Sember karbon yang paling mudah
diserap adalah glukosa. Senyawa nitrogen dierlukan untuk proses sintesis protein, purin,
pirimidin dan khitin. Sumber nitrogen yang diperlukan dalam bentuk nitrat, amonium, dan
nitrogen organik. Kebutuhan mineral diantaranya sulfur dalam bentuk garam sulfat
diperlukan untuk sintesis metionin, vitamin, dan biotin. Unsur logam, seperti besi, tembaga,
dan mangan diperlukan dalam jumlah sangat kecil.

c. Suhu
Suhu merupakan faktor penting yang berpengaruh terhadap penyebaran jamur di bumi.
Berdasarkan kisaran suhu, jamur dapat dikelompokan menjadi tiga, yaitu jamur psikrofil
(jamur yang hidup pada rentang suhu 0-17C), jamur mesofil (jamur yang hidup pada kisaran
suhu 15-40C), dan jamur termofil (jamur yang dapat hidup pada kisaran suhu 35-50C).

d. Keasaman
Pengaruh kisaran pH pada pertumbuhan jamur tergantung pada beberapa faktor, antara lain
ketersediaan anion logam, permeabilitas dinding sel yang berhubungan dengan pertukaran
anion, serta produksi gas karbondioksida dan amoniak. Setiap jenis jemur memerlukan pH
berbeda untuk setiap tahapan kehidupannya. Jika pH substrat (tempat tumbuh) lebih asam
atau basa maka enzim pencernaam yang dihasilkan oleh sel jamur tidak aktif dapat
mengurangi materi substrat.

e. Cahaya
Kabanyakan jamur kecuali Agaricus memerlukan cahaya untuk awal pertumbuhan badan
buah. Pada jamur Flammulinavelutipes, pembentukan badan buah memerlukan cahaya
efektif dengan panjang gelombang 435-470 nm, namun kebanyakan jamur masih belum
diketahui.

BAB III
METODE PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat

Praktikum jamur ini kami lakukan pada :

Hari : Selasa, 1 Desember 2020

Tempat : Laboratorium Biologi SMAN 1 Malang


B. Alat dan Bahan

Berikut ini merupakan alat dan bahan yang kami gunakan dalam praktikum jamur ini,
sebagai berikut:

Alat

kaca objek
kaca penutup
pipet tetes
tusuk gigi
gelas beker
mikroskop
lup

Bahan

aquades
tempe
oncom
roti berjamur
jamur tiram
jamur kuping

C. Prosedur Kerja atau Cara Kerja

Berikut ini berbagai langkah dalam praktikum jamur :

a. Mengidentifikasi jamur mikroskopis


Siapkan alat dan bahan untuk pengamatan
Goreskan tusuk gigi pada jamur tempe yang akan diteliti, lalu goreskan jamur tersebut pada
kaca objek
Teteskan aquades pada jamur di kaca objek
Tutup kaca objek dengan kaca penutup, perhatikan agar tidak ada gelembung udara
Amati objek dengan menggunakan mikroskop, mulai dari perbesaran rendah hingga tinggi
Ulangi langkah 2-5 untuk jamur oncom dan roti

b. Mengidentifikasi jamur makroskopis


Siapkan alat dan bahan untuk pengamatan
Identifikasi jamur tiram dan jamur kuping yang tersedia

BAB IV
PEMBAHASAN

Adapun pembahasan dalam laporan praktikum jamur ini adalah sebagai berikut :
Praktikum yang kami lakukan kali ini adalah mengenai jamur, baik jamur mikroskopis
maupun jamur makroskopis. Jamur termasuk dalam kingdom fungi, jamur merupakan
tumbuhan talus (thallophyta) yang tidak memiliki klorofil. Spora jamur yang jatuh ditempat
yang lembab dan mengandung zat organik akan tumbuh menjadi benang-benang halus
putih, yang disebut sebagai miselium atau hifa (hypae). Jamur yang akan kami teliti pada
praktikum kali ini adalah jamur tempe, jamur oncom, jamur roti, jamur tiram, dan jamur
kuping.

a. Mengidentifikasi jamur mikroskopis

Pada identifikasi jamur mikroskopis, ada tiga jamur yang akan kami gunakan yaitu jamur
tempe, jamur oncom, dan jamur pada roti. Masing-maisng jamur ini kami teliti dengan
menggunakan mikroskop. Jamur tempe adalah mikroorganisme semi anaerob dan
orgenisme saprofit. Kelompok jamur yang paling berperan dalam pembuatan tempe adalah
genus Rhizopus. Jamur Rhizopus sp telah diketahui sejak lama sebagai jamur yang
memegang peranan utama pada proses fermentasi kedelai menjadi tempe. Jamur Rhizopus
sp akan membentuk padatan kompak berwarna putih yang disebut sebagai benang
halus/biomasa. Benang halus/biomasa disebabkan adanya miselia jamur yang tumbuh pada
permukaan biji kedelai dan menghubungkan biji-biji kedelai tersebut.

Pengamatan secara mikroskopis Jamur Rhizopus terlihat mempunyai tiga tipe hifa yakni
stolon (hifa yang membentuk jaringan pada permukaan substrat), rhizoid (hifa yang
menembus substrat dan berfungsi sebagai jangkar untuk menyerap makanan) sporangiofor
(hifa yang tumbuh tegak pada permukaan substrat dan memiliki sporangium globuler di
ujungnya), dan miseliumnya tidak bersekat. Jamur ini memiliki spora yang berwarna coklat.
Menurut Fardiaz (1989) jamur Rhizopus memiliki ciri-ciri sebagai berikut; hifa nonseptat,
mempunyai stolon dan rhizoid yang warnanya gelap jika sudah tua, sporangiofora tumbuh
pada noda dimana terbentuk juga rhizoid, sporangia biasanya besar dan berwarna hitam,
kolumela agak bulat dan apofisis berbentuk seperti cangkir, membentuk hifa negatif yang
melakukan penetrasi pada subtrat dan hifa fertil yang memproduksi sporangia pada ujung
sporangiofora, pertumbuhannya cepat, dan membentuk miselium seperti kapas.

Jamur oncom adalah Neurospora sitophila (atau juga di kenal Neurospora crassa )
merupakan jenis jamur yang tergolong ke dalam Filum Ascomycota. Dari hasil pengamatan
yang dilakukan jamur N. sitophila memiliki spora berbentuk seperti tepung atau akson,
warna spora dominan oren dan hifa yang pendek dan tipis. Jamur Neurospora sitophila
termasuk ke dalam kelas Ascomycetes. Ciri khas Ascomycota adalah cara
perkembangbiakan seksualnya dengan membentuk askospora. Sedangkan, reproduksi
aseksual terjadi dengan membentuk konidium. Konidium ini dapat berupa kumpulan
sporatunggal atau berantai. Konidium merupakan hifa khusus yang terdapat pada bagian
ujung hifa penyokong yang disebut konidiofor.

Jenis jamur yang banyak ditemukan pada pembusukan roti adalah Rhizopus stolonifer,
Penicilium sp, Mucor sp, Geotrichum sp, dan Aspergilus sp. Jenis jamur pada roti yang kami
teliti adalah jamur Aspergilus sp. Jamur ini memiliki hifa yang bercabang seperti pohon atau
kipas dan miselium bercabang, sedangkan hifa yang muncul diatas permukaan merupakan
hifa fertil, koloninya berkelompok, konidiofora berseptat, pada ujung hifa muncul sebuah
gelembung, pada sterigma muncul konidum-konidium berwarna hijau tua, adapula yang
hitam. Menurut Edyansyah (2013), jamur Aspergilus sp merupakan salah satu jamur yang
menghasilka aflatoksin, yaitu toksin yang dapat mematikan manusia karena dapat
menyebabkan kanker hati bila masuk ke dalam tubuh melalui makanan.

b. Mengidentifikasi jamur makroskopis

Pada identifikasi jammur secara makroskopis kami menggunakan dua jamur yaitu jamur
tiram dan jamur kuping. Jamur tiram (Pleurotus ostreatus) merupakan jamur pangan dari
kelompok Basidiomycota dan termasuk kelas Homobasidiomycetes. Setelah di amati tubuh
buah berwarna putih hingga krem, tudungnya berbentuk setengah lingkaran serupa
cangkang tiram dengan bagian tengah yang agak cekung. Tubuh buah jamur tiram memilki
tangkai yang tumbuh menyamping. Terdapat lamella yang merupakan lembaran-lambaran
yang terdapat dibawah tudung.

Jamur kuping merupakan salah satu kelompok jelly fungi yang masuk ke dalam kelas
Basidiomycota. Fungi yang masuk ke dalam kelas ini umumnya makroskopis. Pengamatan
pada jamur kuping (Auricularia auricula), miseliumnya bersekat dan dapat dibedakan
menjadi dua macam yaitu : miselium primer (miselium yang sel-selnya berinti satu, umumnta
berasal dari perkembang biakan basidiospora) dan miselium sekunder (hasil konjugasi dua
miselium primer atau persatuan dua basidiospora). Tubuh buah kenyal jika dalam keadaan
segar, namun keras pada keadaan kering. Auricularia auricula yang umumnya dikenal
dengan jamur kuping, karena berbentuk melebar seperti kuping, dan berwarna coklat
kehitaman.

BAB V
PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan dari percobaan yang telah dilakukan, maka dalam praktikum jamur dapat
disimpulkan bahwa:

Jamur tempe ( Rhizopus oryzae) merupaakan mikro organism semi anaerob dan
organismsaprofit.
Jamur oncom adalah Neurospora sitophila spora berbentuk seperti akson, warna spora
dominan oren dan hifa yang pendek dan tipis.
Jamur pada roti adalah Aspergilus sp dengan hifa yang berbentuk seperti kipas.
Jamur tiram (Pleurotus ostreatus) berwarna putih, mempunyai tudung lebar, dan hifa tidak
bersekat.
Jamur kuping (Auricularia auricula) berbentuk seperti kuping, dengan miselium yang
bersekat.

Daftar Pustaka
Adapun Daftar Rujukan Berbagai sumber diatas, adalah sebagai berikut:

Achmad. 2012. Jamur. Bogor: Agriflo.


Agrios, G. N. 1996. Plant Pathology 3rd Edition. Florida: Department of Plant Pathology.
Gandjar, I., W. Sjamsuridzal, dan A. Oetari. 2006. Mikologi Dasar dan Terapan. Yayasan
Obor Indonesia. Jakarta.
Heddy.1987. Biologi Pertanian. CV Rajawali: Jakarta.
Nunung dan Abbas. 2001. Budidaya Jamur Kuping. Yogyakarta: Kanisius.
Parjimo & Andoko. 2007. Budidaya Jamur (Jamur Kuping, Jamur Tiram, dan Jamur
Merang). Jakarta: Agromedia.
Pasaribu, Tahir dkk. 2002. Aneka Jamur Unggulan. Jakarta: PT Grasindo.
Rifai, M.A. 1995. The Biodiversity of Indonesian Microbial Diversity. Regional Workshop on
Culture Collection of Microorganism in South Asia. Gadjah Mada University. Yogyakarta.
Zedan, H. 1992. The Economic Value of Microbial Diversity. IInd International Conference on
Culture Collections. October, 12-16, Beijing. China.

Anda mungkin juga menyukai