Anda di halaman 1dari 15

PENGENALAN MORFOLOGI JAMUR BENANG DAN KHAMIR

MELALUI PENGAMATAN DENGAN MIKROSKOP


I.PENDAHULUAN
A.Latar Belakang

Jamur merupakan kelompok organisme eukariotik yang membentuk dunia


jamur atau regnum fungi. Jamur pada umumnya multiseluler (bersel banyak). Ciri-ciri
jamur berbeda dengan organisme lainnya dalam hal cara makan, struktur tubuh,
pertumbuhan, dan reproduksinya.

Tubuh jamur tersusun dari komponen dasar yang disebut hifa. Hifa membentuk jaringan yang
disebut miselium. Miselium menyusun jalinan-jalinan semu menjadi tubuh buah. Hifa adalah
struktur menyerupai benang yang tersusun dari dinding berbentuk pipa (Pelczar and Reid,
1958). Dinding ini menyelubungi membran plasma dan sitoplasma hifa. Sitoplasmanya
mengandung organel eukariotik.

Kebanyakan hifa dibatasi oleh dinding melintang atau septa. Septa mempunyai pori
besar yang cukup untuk dilewati ribosom, mitokondria, dan kadangkala inti sel yang mengalir
dari sel ke sel. Akan tetapi, adapula hifa yang tidak bersepta atauhifasenositik.Struktur hifa
senositik dihasilkan oleh pembelahan inti sel berkali-kali yang tidak diikuti dengan
pembelahan sitoplasma. Hifa pada jamur yang bersifat parasit biasanya mengalami
modifikasi menjadi haustoria yang merupakan organ penyerap makanan dari substrat;
haustoria dapat menembus jaringan substrat.

Semua jenis jamur bersifat heterotrof. Namun, berbeda dengan organisme lainnya, jamur
tidak memangsa dan mencernakan makanan. untuk memperoleh makanan, jamur menyerap
zat organik dari lingkungan melalui hifa dan miseliumnya, kemudian menyimpannya dalam
bentuk glikogen. Oleh karena jamur merupakan konsumen maka jamur bergantung pada
substrat yang menyediakan karbohidrat, protein, vitamin, dan senyawa kimia lainnya. Semua
zat itu diperoleh darilingkungannya. Sebagai makhluk heterotrof, jamur dapat bersifat parasit
obligat,

parasit fakultatif, atau saprofit.


Parasit obligat merupakan sifat jamur yang hanya dapat hidup pada inangnya,
sedangkan di luar inangnya tidak dapat hidup. Misalnya,Pneumonia
carinii (khamir yang menginfeksi paru-paru penderita AIDS). Parasit fakultatif
adalah jamur yang bersifat parasit jika mendapatkan inang yang sesuai, tetapi bersifat saprofit
jika tidak mendapatkan inang yang cocok. Saprofit merupakan jamur pelapuk dan pengubah
susunan zat organik yang mati. Jamur saprofit menyerap makanannya dari organisme yang
telah mati seperti kayu tumbang dan buah jatuh. Sebagian besar jamur saprofit mengeluar-
kan enzim hidrolase pada substrat makanan untuk mendekomposisi molekul kompleks
menjadi molekul sederhana sehingga mudah diserap olehhifa. Selain itu, hifa dapat juga
langsung menyerap bahan bahan organik dalam bentuk sederhana yang dikeluarkan oleh
inangnya. (Anonim, 2008)

Jamur benang yang berukuran kecil dan biasanya bersifat uniseluler dapat diamati
dengan mikroskop. Mikroskop merupakan alat bantu yang memungkinkan kita dapat
mengamati obyek yang berukuran sangat kecil. Hal ini membantu memecahkan persoalan
manusia tentang organisme yang berukuran kecil. Ada dua jenis mikroskop berdasarkan pada
kenampakan obyek yang diamati, yaitu mikroskop dua dimensi (mikroskop cahaya) dan
mikroskop tiga dimensi (mikroskop stereo). Sedangkan berdasarkan sumber cahayanya,
mikroskop dibedakan menjadi mikroskop cahaya dan mikroskop elektron. (anonim, 2008).

Pembahasan

Untuk jamur benang, langkah awal yang dapat dilakukan untuk identifikasi adalah
mengamati adanya hifa. Bentuk hifa dapat bersekat atau tidak bersekat, bentuk percabangan
hifa, stolon, rhizoid, sel kaki, badan buah, dasar badan buah, pendukung badan buah, dan
bentuk spora.

Rhizopus Sp. dapat menghasilkan spora seksual dan aseksual. Spora aseksualnya sering
disebut sporangiophore dan dihasilkan di dekat sporangium. Secara genetik, sifat spora ini
identik dengan induknya. PadaRhizopus, sporangium didukung oleh sebuah kolumela yang
besar. Rhizospora yang berwarna gelap dihasilkan saat terjadi fusi antara dua miselia yang
sesuai. Fusi ini terjadi saat berlangsungnya reproduksi seksual. Keturunan yang dihasilkan
melalui reproduksi seksual dapat memiliki perbedaan sifat dari induknya secara genetik.
Bagian tubuh
Rhizopus oryzae seperti sporangium yang mengandung spora, sporangiophore atau
tangkai spora, kolumela, stolon, dan rhizoid..

Beberapa spesies Rhizopus dapat merugikan manusia karena menyebabkan


zygomiosis yang berakibat fatal bagi kehidupan. Hal ini disebabkanRhizopus mempunyai
pertumbuhan yang teratur dan dapat hidup pada suhu yang relatif tinggi. Beberapa jenis
termasuk patogen pada tumbuhan.Rhizopus dimanfaatkan dalam pembuatan tempe dari
kacang kedelai dan minuman beralkohol.

Secara umum ciri khas genusAspergillus khususnya Aspergillus niger adalah


memiliki sebuah bentuk sel yang disebut sel kaki. Selain itu,Aspergillus memiliki falida,
metula, conidia, dan konidiofora atau tangkai konidia.

Monilia sitophila atau dikenal juga sebagai Neurospora dicirikan dengan

adanya bentuk semacam rantai, merupakan deretan spora yang berwarna terang dan
JenisMonilia Sp. adalah kapang roti merah yang menghasilkan pertumbuhan koloni berwarna
pink sangat cepat dan spora yang banyak. Spora yang dihasilkan kering dan mudah dilepas
satu dengan lainnya. Karena daya tumbuh yang teratur dan reproduksinya tinggi, jenis ini
dapat mengkontaminasi kultur lain di laboratorium. Hifa yang menyusun tubuh Monilia
sitophila terdiri dari dua macam hifa yaitu hifa vegetatif dan hifa aereal.

Bagian tubuh Penicillium notatum terdiri dari konidia, tangkai konidia atau
konidiophore, phalidae dan metula. Penicillium notatum merupakan jenis jamur benang yang
dapat menghasilkan metabolit sekunder berupa antibiotik penicilin. Antibiotik ini berguna
bagi manusia untuk meningkatkan kekebalan tubuh dari penyakit.

IV. KESIMPULAN

Dari acara praktikum yang telah dilaksanakan, dapat diambil kesimpulan bahwa
jamur benang memiliki morfologi yang berbeda-beda.Aspergillus memiliki ciri khas yaitu
ada sel kaki dan vesikula,Rhizopus punya stolon dan rhizoid,Moni lia sp. berbentuk rantai
yang transparan. Penicillium notatum dapat menghasilkan antibiotik penicilin yang berguna
bagi kesehatan manusia.

VI. DAFTAR PUSTAKA

Gallup Dave. 2008. The Invironmental Reporter. Diakses dari


www.emlab.com/s/sampling/env-report-09-2006.html.
(tanggal 2 Maret 2008)
Nuryono , Tahir. I, dan Pranowo, D. 2006. Petunjuk Praktikum Kimia Anorganik
Untuk Fakultas-Fakultas NonMIPA. Laboratorium Kimia Dasar FMIPA
UGM , Yogyakarta
Plummer, D. T., 1987. An Introduction to Practical Biochemistry. Tata Mc-Graw Hill
Publishing Company LTD, Bombay- New Delhi
Soetarto, E.S., Suharni. T.T, Nastiti. S.Y dan Sembiring, L. 2008. Petunjuk Praktikum
Mikrobiologi Untuk Mahasiswa Fakultas Biologi. Laboratorium
Mikrobiologi Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
Umbreit, W.W.1960. Aplied Microbiology. Academic Press. London

ACARA MKB

Koloni

Koloni bakteri adalah sekumpulan dari bakteri-bakteri yang sejenis yang mengelompok
menjadi satu dan membentuk suatu koloni-koloni. Untuk mengetahui pertumbuhan suatu
bakteri dapat dilakukan dengan menghitung jumlah koloni bakteri. Penghitungan suatu koloni
dapat dilakukan dengan metode pour plate (hitung cawan). Untuk mempermudah
penghitungan jumlah koloni bakteri digunakan alat yang biasa disebut Colony Counter. Pada
alat Colony Counter, penghitungan jumlah koloni bakteri dipermudah dengan adanya counter
electronic. Dengan adanya counter tersebut peneliti tinggal menandai koloni bakteri yang
dihitung dengan menggunakan pen yang terhubung dengan counter. Setiap koloni yang
ditandai maka counter akan menghitung. Penghitungan suatu koloni dengan metode pour
plate masih memungkinkan terjadinya kesalahan dikarenakan faktor human error akibat
bentuk koloni yang relatif kecil dan banyaknya koloni yang akan dihitung. Pada tugas akhir
ini akan dibuat suatu perangkat lunak yang dapat memudahkan dalam penghitungan jumlah
koloni bakteri dengan memanfaatkan pengolahan citra digital dan pemastian bentuk koloni
dengan memanfaatkan jaringan syaraf tiruan metode BackPropagation guna meningkatkan
keakurasian dari penghitungan. Perangkat lunak yang akan dibuat diharapkan mampu
mengenali bentuk morfologi dari satu jenis bakteri yang dipakai yaitu pseudomonas.
Perangkat lunak dibuat dengan memanfaatkan program Matlab R2008b berbasis Graphical
User Interface (GUI), dengan memanfaatkan toolbox matlab image processing dan neural
network. Pada tahap pelatihan pengenalan bentuk morfologi digunakan 4 buah citra dengan
54 bentuk koloni yang ingin dikenali. Sehingga jaringan dibuat dengan jumlah input
sebanyak 102, jumlah unit pada hidden layer sebanyak 100, dan jumlah output sebanyak 1.
Mencapai hasil target maksimum pada pelatihan ke 19 dengan rata-rata persentase akurasi
training 74,98 persen dan rata-rata persentase akurasi test pada training 100 persen. Pada
tahap validasi perangkat lunak, digunakan 2 citra dengan banyak citra koloni 62 koloni
sebagai bahan pengujian. Didapatkan hasil persentase akurasi adalah 93,81 persen.

berasal dari conidiophore yang tidak terlihat. Spora dihasilkan oleh tunas yang
terbentuk pada ujung rantai muda.
http://digilib.its.ac.id/ITS-Undergraduate-3100010037735/11851

IDENTIFIKASI BAKTERI MELALUI MORFOLOGI


KOLONI BAKTERI
I. PENDAHULUAN
A.Latar Belakang

Menurut Soetarto (2008), Bakteri merupakan mikrobia uniseluler yang termasuk


dalam kelas Shizomycetes. Pada umumnya bakteri tersebar luas di alam. Ada yang hidup
bebas, besifat saprofitik, parasit, atau patogen pada manusia, binatang atau tumbuhan.ada
beberapa jenis bakteri bersifat fotosinteteik. Ada tiga bentuk dasar bakteri, yaitu bentuk bulat
(coccus), batang (bacillus), dan melilit (spiral) (Irianto, 2007).

Identifikasi dan determinasi suatu biakan murni bakteri yang diperoleh dari hasil
isolasi dapat dilakukan dengan cara pengamatan sifat morfologi koloni, morfologi sel bakteri,
pengujian sifa-sifat fisiologi dan biokimianya. Selain itu, identifikasi juga dapat dilakukan
dengan pengujian sifat patogenitas dan serologinya. Pertumbuhan bakteri di alam dipengaruhi
oleh berapa faktor luar seperti substrat pertumbuhan, pH, temperatur, dan bahan kimia.
Bakteri yang nampak dapat memiliki morfologi yang sama, namun keperluan nutrisi dan
persyaratan ekologinya berbeda (Soetarto, 2008). Untuk pengamatan morfologi bakteri
dengan jelas, tubuhnya perlu diisi dengan cat warna, pewarnaan ini disebut pengecatan
bakteri ( Irianto, 2007).

Menurut Pelczar (1958), bentuk morfologi pertumbuhan koloni bakteri pada streak
agar ada beberapa macam yaitu filiform, villous, echinulate, bead, rhizoid, effuse, dan
arborescent. Bentuk pertumbuhan koloni pada nutrient cair yaitu pellicle, membranous,
flocculent dan ring.

B. Pembahasan
Bacillus subtilis merupakan bakteri gram positif yang sering ditemukan di
tanah dan termasuk dalam genus Bacillus. Bakteri ini juga memiliki kemampuan untuk
membentuk endospora yang melindunginya dari perubahan lingkungan dengan kondisi yang
ekstrim. Bacillus subtilis diklasifikasikan sebagai organisme obligate aerob, yang berarti
butuh oksigen untuk hidup. Bakteri ini sangat memerlukan kontak dengan udara langsung
supaya dapat mereduksi unsur-unsur dan oksigen. Semua genus Bacillus bersifat obligat
aerob. Secara teori, dalam medium cair bakteri ini akan bersifat aerob dan memiliki bentuk
koloni yang mengumpul di permukaan medium. Hasil pengamatan menunjukkan suatu
perbedaan bahwa koloni bakteri Bacillus subtilis dalam medium cair tersebar merata di
seluruh bagian, dan bagian

yang menumpuk terdapat di bagian bawah medium. Hanya bakteri yang bersifat
fakultatif anaerob yang memiliki bentuk koloni seperti ini. Bentuk koloniBacillus
subtilis dapat menjadi tersebar dalam medium disebabkan terjadinya penggojogan
medium ketika melakukan pengamatan.

Dalam medium cair, pertumbuhan koloni bakteri Escherichia coli yaitu berkumpul di
permukaan medium. Sedangkan bagian koloni lain tersebar di seluruh medium. Hal ini
menujukkan bahwa Eschericia coli bersifat fakultatif aerob. Morfologi luar sel bakteri
Escherichia coli berbentuk batang pendek, berbeda dengan Bakteri Bacillus subtilis yang
berbentuk batang panjang.

Bentuk pertumbuhan koloni bakteri Bacillus subtilis dalam medium padat tegak
adalah bead, Artinya koloni yang tumbuh pada garis inokulasi terpisahkan. Sedangkan bentuk
pertumbuhan koloninya pada medium padat miring yaitu tipe echinulate, artinya batas
pertumbuhan koloni bakteri mempunyai bentuk yang menyerupai gigi atau titik-titik batas.

Bakteri Escherichia coli mempunyai bentuk pertumbuhan koloni yang sama dengan
bakteri Bacillus subtilis pada medium padat tegak yaitu tipe bead. Pada medium padat
miring, tipe pertumbuhan koloni Escherichia coli adalah bertipe filiform. Bentuk
pertumbuhan filiform dicirikan dengan adanya suatu pertumbuhan yang seragam pada garis
inokulasi .

Dari pengamatan bentuk koloni dua jenis bakteri pada cawan petri yaitu koloni bakteri
Bacillus subtilis dan Escherichia coli dapat diketahui perbedaan morfologi kedua koloni
bakteri tersebut. Escherichia coli memiliki bentuk koloni smoogh atau halus dengan bentuk
circular, sedangkan Bacillus subtilis memilki bentuk koloni rough atau kasar yang berbentuk
curled (bergelombang) 7

IV. KESIMPULAN
Dari acara praktikum yang telah dilaksanakan, dapat diambil kesimpulan bahwa
bakteri memiliki morfologi koloni yang berbeda-beda. Bentuk-bentuk morfologi koloni
Bacillus subtilis seperti curled, echinulate, dan bead bersifat obligat aerob. Sedangkan
bentuk-bentuk morfologi koloni Echerichia coli seperti circular, filiform, dan bead serta
bersifat fakultatif aerob.

VI. DAFTAR PUSTAKA

Burdon, K.L.1956.Textbook of Mirobiology. The Macmillan Company. New York


Irianto, K. 2007.Mikrobiologi. Yrama Widya, Bandung
Pelczar. M.J., and Reid.R.D.,1958.Microbiology.Mc-Graw Hill-book Company,

Japan
Soetarto, E.S., Suharni. T.T, Nastiti. S.Y dan Sembiring, L. 2008. Petunjuk Praktikum
Mikrobiologi Untuk Mahasiswa Fakultas Biologi. Laboratorium
Mikrobiologi Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
Umbreit, W.W.1960. Aplied Microbiology. Academic Press. London

Perhitiungan Jumlah Bakteri

PERHITUNGAN JUMLAH BAKTERI PADA SUATU BAHAN


I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Jumah mikrobia pada suatu bahan dapat ditentukan dengan bermacam-macam cara,
tergantung pada bahan dan jenis mikrobia yang ditentukan. Jenis populasi mikrobia dalam
tanah, air, bahan makanan dan lain-lainnya berbeda-beda tergantung pada susunan bahan
tersebut. Ada dua cara perhitungan jumlah mikrobia yaitu perhitungan secara langsung dan
perhitungan secara tidak langsung (Soetarto dkk, 2008). Ada beberapa cara perhitungan
mikrobia secara langsung yaitu menggunakan counting chamber, menggunakan cara
pengecatan dan pengamatan di bawah mikroskop, dan cara lainnya dengan menggunakan
filter membran. Cara menghitung mikrobia secara tidak langsung dipakai untuk menentukan
jumlah mikrobia secara keseluruhan, baik yang hidup maupun yang mati atau hanya untuk
menentukan jumlah mikrobia yang hidup saja, tergantung cara yang digunakan. Untuk
menentukan jumlah mikrobia yang hidup dapat dilakukan setelah suspensi bahan atau biakan
mikrobia diencerkan beberapa kali dan ditumbuhkan dalam medium dengan cara tertentu
tergantung dari macamnya bahan dan sifat mikrobia.

Berapa cara menetukan jumlah mikrobia secara tidak langsung yaitu menghitung
jumlah mikrobia menggunakan sentrifuge, berdasarkan kekeruhan, menggunakan
perhitungan elektronik (elektronik counter), berdasarkan analisis kimia, bedasarkan berat
kering, menggunakan cara pengenceran, menggunakan cara

Most Probable Number (MPN) dan menghitung bakteria berdasarkan jumlah koloni
(Soetarto dkk, 2008)
Menurut Irianto (2007), ada beberapa cara penghitungan jumlah mikrobia yaitu cara
penghitungan pada lempeng pembiakan, cara menghitung langsung (metode kaca objek),
metode ukur kekeruhan, metode turbidimetri dan nefelometri serta dengan jumlah perkiraan
terdekat (JPT). Cara penghitungan pada lempeng pembiaakan disebut juga metode
penghitungan bakteri hidup atau metode

penghitungan koloni.

Penghitungan koloni dilakukan penyimpanan pada suhu yang sesuai. Oleh karena itu,
suatu bakteri dapat tumbuh menjadi satu koloni yang terhitung mewakili jumlah bakteri hidup
yang terdapat dalam tiap volum pengenceran yang digunakan. Dalam hal ini pun, bahan
pemeriksaan jika perlu harus diencerkan untuk menghindari jumlah koloni terlalu banyak
sehingga tidak dapat dihitung. Hasil hitungan yang dapat diandalkan adalah antara 30-300
koloni pada tiap lempeng pembiakan.

Menurut Umbreit (1960), pengamatan menggunakan mikroskop secara langsung


sering membingungkan karena hadirnya protei-protein asing yang serupa dengan mikrobia
yang diamati. Oleh karena itu dalam pengukuran jumlah mikrobia secara langsung digunakan
teknik pengecatan. Ini bertujuan untuk memudahkan mengamati mikrobia yang akan dihitung
dan membedakannya dengan benda-benda asing lain.
Pembahasan

Dalam praktikum ini dilakukan dua cara perhitungan bakteri, yaitu perhitungan
secara langsung dan perhitungan bakteri secara tidak langsung. Perhitungan bakteri secara
langsung dilakukan dengan cara pengecatan dan pengamatan di bawah mikroskop, sedangkan
perhitungan secara tidak langsung menggunakan colony counter.

Dalam perhitungan bakteri secara langsung perlu dihitung luas bidang pemandangan
mikroskop. Luas bidang pemandangan dihitung dengan mengukur garis tengahnya.

Jumlah bakteri per ml dapat dihitung dengan rumus berikut:


Σ bakteri / ml = 10 x faktor pengenceran x 400 xjulah rata-rata tiap bid. Pemandangan
Luas bidang pemandangan

Dari hasil pengamatan terlihat bahwa penghitungan bakteri secara langsung secara
mikroskopik memberikan hasil yang tak terhingga atau tidak dapat dihitung/tak
teridentifikasi. Hal ini tejadi karena pada saat melakukan perhitungan dengan metode
tersebut, jumlah koloni yang ditemukan sangat banyak dan rapat. Karena koloni bakteri
tersebut sangat rapat, perhitungan jumlah bakteri sulit dilakukan.

Penghitungan jumlah bakteri berdasarkan jumlah koloni termasuk metode


pengukuran secara tidak langsung.Untuk melakukan perhitungan jumlah bakteri berdasarkan
jumlah koloni (plate count) harus memperhatikan syarat-syarat sebagai berikut :

1. jumlah koloni tiap cawan petri antara 30-300 koloni, jika memang tidak ada yang
memenuhi syarat dipilih yang jumlahnya mendekati 300.
2. tidak ada koloni yang menutup lebih besar dari setengah luas cawan petri, dikenal
sebagai spreader
3. perbandingan jumlah bakteri dari hasil pengenceran yang berturut-turut antara
pengenceran sebelumnya, jika sama atau lebih kecil dari 2 hasilnya dirata-rata, tetapi jika
lebih besar dari 2 yang dipakai jumlah mikrobia dari hasil pengenceran

sebelumnya.

Perhitungan koloni bakteri secara tidak langsung memberikan hasil bahwa jumlah
koloni bakteri yang terhitung melebihi syarat, koloni yang terhitung pada pengenceran 10-4
berjumlah sekitar 421 koloni. Selanjutnya jumlah sel/ ml bahan tidak dihitung lagi.
Sedangkan pada pengenceran 10-1, 10-2, dan 10-3 jumlah koloni tidak dapat dihitung karena
sangat rapat atau padat.

IV. KESIMPULAN

Hasil perhitungan jumlah bakteri baik secara langsung maupun tidak langsung yaitu
tidak terhingga karena koloni bakteri yang dihitung jumlahnya ternyata terlalu padat dan
rapat. Selain itu jumlah koloni juga tidak memenuhi syarat perhitungan karena melebihi
jumlah batas koloni.

VI. DAFTAR PUSTAKA

Burdon, K.L.1956.Textbook of Mirobiology. The Macmillan Company. New York


Irianto, K. 2007.Mikrobiologi. Yrama Widya, Bandung
Pelczar. M.J., and Reid.R.D.,1958.Microbiology.Mc-Graw Hill-book Company,

Japan
Soetarto, E.S., Suharni. T.T, Nastiti. S.Y dan Sembiring, L. 2008. Petunjuk Praktikum
Mikrobiologi Untuk Mahasiswa Fakultas Biologi. Laboratorium
Mikrobiologi Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
Umbreit, W.W.1960. Aplied Microbiology. Academic Press. London

PERHITUNGAN BAKTERI

PEMBAHASAN

Mutu mikrobiologis dari suatu produk makanan ditentukan oleh jumlah dan jenis
mikroorganisme yang terdapat dalam bahan pangan.(Buckle,1985) Mutu mukrobiologis ini
akan menentukan ketahanan simpan dari produk tersebut ditinjau dari kerusakan oleh
mikroorganisme, dan keamanan produk dari mikroorganisme ditentukan oleh jumlah species
patogenik yang terdapat. Ng akanJadi kemampuan untuk mengukur secara tepat jumlah
mikroorganisme yang umum terdapat dalam bahan pangan dan jumlah organisme spesifik
yang berada dalam produk pangan merupakan dasar yang penting bagi mikroobiologi pangan.

Analisis kuantitatif mikrobiologi pada bahan pangan penting dilakukan untuk mengetahui
mutu bahan pangan dan menhitung proses pengawetan yang akan diterapkan pada bahan
pangan tersebut. Beberapa cara dapat digunakan untuk menghitung jumlah jasad renik di
dalam suatu suspensi atau bahan, yaitu hitungan mikroskopik, hitungan cawan, dan MPN
(Most Probable Number). Tapi, dalam penerapannya di dalam praktikum, hanya dilakukan
hitungan cawan dan MPN.

Metode hitungan cawan memiliki prinsip yaitu jika sel jasad renik yang masih hidup
ditumbuhkan pada medium agar, maka sel jasad renik tersebut akan berkembang biak
membentuk koloni yang dapat dilihat langsung dan dihitung dengan mata tanpa
menggunakan mikroskop(Fardiaz,1992).

Metode hitungan cawan adalah metode perhitungan secara tidak langsung yang didasarkan
pada anggapan bahwa setiap sel yang dapat hidup akan berkembang menjadi satu koloni yang
merupakan suatu indeks bagi jumlah organisme yang dapat hidup yang terdapat pada
sampel(Penn, 1991).

Koloni yang dipilih untuk dihitung menggunakan cara metode hitungan cawan memiliki
syarat khusus berdasarkan statistik untuk memperkecil kesalahan dalam perhitungan.
Perhitungan mengacu kepada standar atau peraturan yang telah ditentukan. Syarat-syaratnya
sebagai berikut :
1. Pilih cawan yang ditumbuhi koloni dengan jumlah 30-300 koloni. > 300 = TNTC
(Too Numerous To Count) atau TBUD (Terlalu Banyak Untuk Dihitung). < 30 =
TFTC (Too Few To Count).
2. Jumlah koloni yang dilaporkan terdiri dari 2 digit yaitu angka satuan dan angka
sepersepuluh yang dikalikan dengan kelipatan 10 (eksponensial)
3. Bila diperoleh perhitungan < 30 dari semua pengenceran, maka hanya dari
pengenceran terendah yang dilaporkan.
4. Bila diperoleh perhitungan > 300 dari semua pengenceran, maka laporannya adalah
300 dikali 1/ faktor pengenceran dengan menuliskan hasil yang sebenarnya dalam
tanda kurung. (hasil yang sebenarnya diperoleh dari pengenceran tertinggi).
5. Bila ada 2 cawan, masing-masing dari pengenceran rendah dan tinggi yang berurutan
dengan jumlah koloni 30-300 dan hasil bagi dari jumlah koloni pengenceran
tertinggi dan terendah ≤ 2, maka jumlah yang dilaporkan adalah nilai rata-rata. Jika
hasil bagi dari pengenceran tertinggi dan terendah > 2 maka jumlah yang dilaporkan
adalah dari cawan dengan pengenceran terendah.

Sebagai salah satu metode perhitungan metode hitungan cawan ini memiliki kelebihan
dan kekurangan(Fardiaz,1992). Kelebihan dari metode hitungan cawan:
a. Hanya sel yang masih hidup yang hidup yang dihitung
b. Beberapa jenis jasad renik dapat dihitung sekaligus
c. Dapat digunakan untuk isolasi dan identifikasi jasad renik karena koloni yang
terbentuk mungkin berasal sari suatu jasad renik yang memiliki penamapakan
pertumbuhan spesifik.

Kekurangannya, yaitu:
a. Hasil hitungannya tidak menunjukkan jumlah sel yang sebenarnya, karena
beberapa sel yang berdekatan mungkin membentuk satu koloni
b. Medium dan kondisi inkubasi yang berbeda mungkin menghasilkan nilai yang
berbeda
c. Jasad renik yang ditumbuhkan harus dapat tumbuh pada medium padat dan
membentuk koloni yang kompak dan jelas, tidak menyebar.
d. Memerlukan persiapan dan waktu inkubasi yang relative lama sehingga
pertumbuhan koloni dapat dihitung.

Pada saat praktikum, hasil yang ditemukan pada berbagai jenis bahan pangan sangat
beragam. Sampel yang diuji adalah susu kemasan, teh kemasan, dan air mineral kemasan.

Hasil dari sampel susu kemasan, koloni yang ditemukan pada pengenceran 10 -3 23
koloni. SPC untuk pengenceran 10-3 adalah <3 x 105 (2,3 x 105). Pada pengenceran 10-4
terdapat 10 koloni. SPC untuk pengenceran 10-4 adalah <3 x 105 (1,0 x 105). Menurut
literature, bila diperoleh perhitungan < 30 dari semua pengenceran, maka hanya dari
pengenceran terendah yang dilaporkan(fardiaz,1992). Sehingga SPC yang dilaporkan adalah
<3 x 105 (2,3 x 105). Koloni yang tumbuh mungkinan adalah mikroorganisme yang dapat
mengurai susu atau yang dapat tumbuh pada susu. Koloni yang tumbuh mungkin adalah
golongan bakteri karena koloni tersebut tidak berserabut seperti kapang. Bakteri yang
mungkin tumbuh adalah Lactobacillus karena bakteri ini dapat hidup pada susu dan dapat
mengurai susu.

Hasil dari sampel teh didapat koloni yang tidak dapat dihitung. Sehingga SPCnya
adalah >3,0 x 106. Setelah diinkubasi, cawan tersebut tertutupi oleh serabut-serabut halus
yang tipis. Hal ini disebut kondisi mikroba tidak bisa untuk dihitung atau TBUD dimana
sangat sulit sekali untuk menghitungnya karena media telah tertutupi oleh mikroba.
Kemungkinan mikroba yang tumbuh adalah berupa kapang karena ciri-ciri koloni yang
tumbuh menyerupai benang-benang halus.

Hasil dari sampel air mineral kemasan, koloni yang didapat pada pengenceran 10-3
adalah 80 koloni. SPC untuk pengenceran 10 -3 adalah 8,0 x 104. Pada pengenceran 10-4
terdapat 15 koloni. SPC untuk pengenceran 10-4 adalah <3 x 105 (1,5 x 105). Pada sampel air
mineral, mikroba yang tumbuh bisa apa saja, tapi biasanya yang mengontaminasi air mineral
adalah sejenis bakteri.

Pendekatan lain untuk enumerasi bakteri hidup adalah dengan metode MPN. MPN
didasarkan pada metode statistik (teori kemungkinan). Metode MPN ini umumnya digunakan
untuk menghitung jumlah bakteri pada air khususnya untuk mendeteksi adanya bakteri
koliform yang merupakan kontaminan utama sumber air minum. Ciri-ciri utamanya yaitu
bakteri gram negatif, batang pendek, tidak membentuk spora, memfermentasi laktosa menjadi
asam dan gas yang dideteksi dalam waktu 24 jam inkubasi pada 37º C. Sampel ditumbuhkan
pada seri tabung sebanyak 3 atau 5 buah tabung untuk setiap kelompok. Apabila dipakai 3
tabung maka disebut seri 3, dan jika dipakai 5 tabung maka disebut 5 seri. Media pada tabung
adalah Lactose Broth yang ditambah tabung durham. Pemberian sampel pada tiap seri tabung
berbeda-beda. Untuk sampel sebanyak 10 ml ditumbuhkan pada media LBDS (Lactose Broth
Double Stegth) yang memiliki komposisi Beef extract (3 gr), peptone (5 gr), lactose (10 gr)
dan Bromthymol Blue (0,2 %) per liternya. Untuk sampel 1 ml dan 0,1 ml dimasukkan pada
media LBSS (Lactose Broth Single Stegth) yang berkomposisi sama tapi hanya kadar laktosa
setengah dari LBDS yaitu 5 gr.

Setelah sampel-sampel diinkubasi, jika ada kegiatan mikroba maka LBDS dan LBSS
akan mengalami perubahan warna, endapan, dan tabung durham akan ada gelembung udara.
Kemudian hasil dari pengamatan setelah diinkubasi, catat kombinasinya, kemudian
kombinasi angka tersebut dicocokan dengan tabel MPN di bawah ini. Setelah di bandingkan
didapat nilai MPNnya, hitung total mikroorganismenya dgn rumus: Pada praktikum kali ini,
sampel yang diambil untuk dihitung mikrobanya adalah susu kemasan, teh kemasan, dan air mineral.

Pada susu kemasan, hasil kombinasi angka yang didapat adalah 3,3,0, maka nilai MPNnya
adalah 2,4. Total mikroorganismenya adalah 2,4. Adanya gelembung udara disini menunjukan adanya
aktivitas bakteri koliform. Berdasar sifat koliform, maka bakteri ini dapat memfermentasikan laktosa
menjadi asam dan gas yang dideteksi oleh berubahnya warna dan gas dalam tabung durham. Nilai
MPN ditentukan dengan kombinasi jumlah tabung positif (asam dan gas) tiap serinya setelah
diinkubasi.

Pada teh kemasan, hasil kombinasi angkanya adalah 0,0,0, maka nilai MPNnya adalah <0,03.
Total mikroorganismenya adalah <0,03. Pada teh kemasan tidak terdapat adanya gelembung udara
yang ditangkap oleh tabung durham. Ini menandakan tidak adanya aktivitas bakteri koliform didalam
teh kemasan. Namun, walaupun tidak adanya gelembung udara, tapi didalam LBSS dan LBDS
terdapat endapan dan selaput-selaput. Hal ini menunjukan adanya aktifitas mikroorganisme.
Kemungkinan itu merupakan mikroba penyintesis gula, karena teh kemasan tersebut pasti
mengandung gula, sehingga mikroba tersebut dapat hidup dan beraktivitas.

Pada air mineral, hasil kombinasi angka yang didapat adalah 0,0,1, maka nilai MPNnya adalah
0,03. Total mikroorganismenya adalah 0,03. Pada air mineral tersebut terbukti adanya aktifitas
mikroorganisme koliform. Sama halnya dengan susu kemasan.

TASYA ARIESTA PRIMASTUTY

240210080100

KESIMPULAN

1. Analisis kuantitatif mikrobiologi pada bahan pangan penting dilakukan untuk mengetahui
mutu bahan pangan dan menhitung proses pengawetan yang akan diterapkan pada bahan
pangan tersebut.
2. Beberapa cara dapat digunakan untuk menghitung jumlah jasad renik di dalam suatu
suspensi atau bahan, yaitu hitungan mikroskopik, hitungan cawan, dan MPN (Most
Probable Number)
3. SPC susu kemasan yang dilaporkan adalah <3 x 105 (2,3 x 105).
4. Pada susu kemasan terdapat banyak aktifitas mikroorganisme, seperti bakteri koliform
5. SPC teh kemasan yang dilaporkan adalah >3,0 x 106
6. Pada teh kemasan cenderung bersih, namun masih ada beberapa aktifitas mikroorganisme
seperti mikroorganisme yang dapat mensintesis gula.
7. Pada air mineral ditemukan adanya aktifitas bakteri koliform.
DAFTAR PUSTAKA

Fardiaz,Srikandi.1992.Mikrobiologi Pangan 1.Gramedia:Jakarta.

Sukarminah, Een.2008.Mikrobiologi Pangan.UNPAD:Jatinangor.

Buckle, K.A.1985.Ilmu Pangan.UI press:Jakarta.

http://ekmon-saurus.blogspot.com/2008/11/bab-6-menentukan-jumlah-ukuran-mikroba.html

http://megamii.wordpress.com/2009/03/15/pembahasan/

http://blogkita.info/my-kampuz/my-kuliah/mikrobiologi/perhitungan-jumlah-bakteri/comment-
page-1/

http://www.jlindquist.net/generalmicro/102dil3.html

Anda mungkin juga menyukai