I. PENDAHULUAN
Kata Mikologi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari kata mykes yang
berarti jamur dan logos berarti ilmu. Menurut Alexopoulos et al (1996 dalam
Gandjar, 2006. Hal 1), sebenarnya istilah mikologi kurang tepat. Istilah yang tepat
adalah mycetology, karena mykes berdasarkan tata bahasa Yunani adalah myceto.
Jadi mikologi adalah ilmu mengenai kehidupan jamur.
Bahasa ilmiah jamur adalah fungus (jamak fungi), diantara ciri-ciri yang penting
adalah : (1) tidak mengandung klorofil, (2) Tubuh terdiri dari filamen atau benang
yang bercabang-cabang yang disebut hifa (Sutarmi dkk, 1984)
Karena ukurannya mikroskopik studi sistematis tentang jamur baru dimulai setelah
adanya penemuan mikroskop oleh van Leeuwenhoek pada abad 17. Kemudian pada
tahun 1729, Pier Antonio Micheli seorang ahli botani berkebangsaan Italia
mempublikasikan sebuah buku yang berjudul Nova Plantarum Genera yang
diantaranya berisikan hasil penelitiannya mengenai jamur, sehingga beliau mendapat
kehormatan sebagai Bapak pendiri ilmu pengetahuan tentang jamur atau yang
dikenal dengan mikologi (Darnetty, 2006 hal 1).
Jumlah spesies jamur yang sudah diketahui sampai saat ini kurang lebih
69.000 dari perkiraan 1.500.000 spesies yang ada di dunia dan di Indonesia
kurang lebih 200.000 spesies. Jamur yang termasuk Fungi sebenarnya (true
fungi) dibedakan menjadi Chytridiomycota, Zygomycota, Ascomycota,
Deuteromycota, dan Basidiomycota. Klasifikasi fungi menurut Alexopoulus
(1996) yang termasuk true fungi adalah Chytridiomycota, Zygomycota,
Ascomycota, dan Basidiomycota. https://anzdoc.com/keanekaragaman-jamur-
materi-keanekaragaman-hayati-disusun-ol.html Diakses tanggal 15 April 2018 pukul
19.30 WIB
Gambar 1. Keberadaan berbagai organisme di alam
https://www.google.co.id/search?q=bentuk-
bentuk+askokarp&tbm=isch&tbo=u&source=univ&sa=X&ved=0ahUKEwja2f6LkL_aAhVKOY
8KHXscBoYQsAQITg&biw=1366&bih=666#imgrc=SRsaObDb-iEY2M: Diakses tanggal 16 April
2018, pukul 21.40
A. PENGERTIAN jAMUR
Sulit untuk memberikan definisi yang tepat mengenai jamur, karena organisme
yang dianggap sebagai jamur sangat bervariasi dalam bentuk, sifat dan siklus
hidupnya. Namun sekarang ahli Botani mencoba mendefinisikan jamur tersebut
berdasarkan ciri-ciri umum yang dimilikinya sebagai berikut :
Bila diperhatikan definisi ini masih belum sempurna karena tidak mencerminkan
ciri-ciri semua kelompok jamur, misalnya jamur lendir tidak mempunyai dinding sel
dan Mycelia sterilia tidak mempunyai spora. Namun demikian definisi ini sudah
mencerminkan ciri-ciri jamur secara umum (Darnetty, 2006. Hal 1-2).
Secara umum Fungi adalah tumbuhan yang berinti, berspora, tidak berklorofil,
berupa sel atau benang bercabang-cabang, dengan dinding dari selulosa atau dari
khitin atau dari keduanya, dan pada umumnya berkembangn biak secara aseksual
dan seksual
Sebagian fungi dapat berbentuk satu sel (fase khamir) pada suatu kondisi dan
dapat berubah menjadi multiseluler (fase kapang) pada kondisi yang lain. Fase
khamir biasanya terjadi ketika fungi hidup sebagai parasit atau patogen dalam
jaringan tubuh inang. Sedangkan fase kapang terjadi ketika fungi hidup
sebagai saprofit di alam, atau dalam medium di laboratorium. Kemampuan fungi
untuk dapat hidup dalam dua bentuk morfologi ini disebut dimorfisme.
http://pecintakatak.blogspot.co.id/2014/11/modul-fungi.html diunduh 28November
2014. Dimorfik jug terjadi pada beberapa sel yeast yaitu dapat berubah antara
fase yeast dan fase miselium atau filamen karena respon terhadap perubahan
lingkungan.
1) Candida albicans yang dapat berupa yeast ketika tersebar di lapisan air atau
cairan tubuh, tetapi sebagai hifa ketika menginvasi jaringan. Perubahan bentuk
tersebut mendukung perkembangbiakannya dalam sel inang. C. albicans
merupakan flora umum di membran mukosa manusia dan tidak
membahayakan tetapi ketika kondisi sekitarnya berubah maka akan dapat
memproduksi hifa yang menginvasi mukosa dan dapat membahayakan.
2) Mucor rouxii yang berbentuk miselium ketika ada aerasi dan berbentuk
yeast ketika suasana anaerob. https://anzdoc.com/keanekaragaman-jamur-
materi-keanekaragaman-hayati-disusun-ol.html Diakses tanggal 15 April 2018
pukul 19.30 WIB.
1) Kapsul
2) Dinding Sel
Dinding sel khamir pada sel-sel yang masih muda sangat tipisdan semakin lama
semakin tebal jika sel semakin tua. Pada dinding sel terdapat struktur yang
disebutbekas lahir (birt scar) dan bekas tunas (bud scar). Bekas lahir adalah
sebuah tanda pada dinding sel yang timbul sebagai akibat pembentukan sel dari sel
induknya melalui pertunasan. Karena itu setiap anak sel hanya mempunyai satu
bekas lahir. Bekas tunas terbentuk jika sel tersebut telah membentuk satu atau lebih
anak sel melalui pertunasan. Dinding sel khamir yang paling banyak diteliti adalah
dinding selSaccharomyces, terdiri dari komponen-komponen sebagai berikut:
Glukan atau selulosa, mannan, protein, khitin dan lipid.
3) Membran Sitoplasma
Membran sitoplama terdapat di sebelah dalam dinding sel, dengan tebal kurang lebih
8 mm. Membran berperan penting dalam permeabilitas selektif dan dalam trasport
nutrien ke dalam sel dan dalam pelepasan hasil-hasi lmetabolisme ke luar sel.
Membran ini tersusun oleh protein, asam ribonukleat dan lipid.
4) Nukleus
Inti sel dikelilingi membran inti yang berlapis ganda. Membran inti mempuntai pori-
pori yang berfungsi sebagai jalan pertukaran komponen-komponen sitoplasma
dengan komponen di dalam nukleus. Bila sel khamir mengalami pembelahan atau
pertunasan, kumpulan kromosom (kromatin) akan menjadi dua.
5) Vakuola
Biasanya berjumlah satu atau lebih dengan ukuran yang bervariasi. Vakuola ini
berupa kantung dari suatu cairan yang lebih bening dan lebih encer dibandingkan
dengan sitoplasma. Vakuola dapat diwarnai dengan merah netral sehinga dapat
berwarna merah muda dan mudah dibedakan dengan sitoplasma yang tidak
berwarna.
6) Mitokondria
7) Globula Lipid
Khamir mengandung sedikit lipid, dalam bentuk globula yang dapat dilihat dengan
mikroskop setelah diwarnai dengan pewarna lemak, pewarna hitam Sudan atau
merah Sudan. Khamir roti dan species Saccharomyces lainnya mengandung lipid
dalam jumlah yang sangat sedikit.
8) Sitoplasma
Leher penebalan,
tempat terbentuknya cincin khitin
Gambar 3. Yeast yang bertunas. Pada permukaan sel induk tampak adanya bud scar, sisa
pembelahan pada anakan sebelumnya. Yeast ini membentuk tunas baru. Mikroskop elektron
menunjukkan yeast untuk pembuatan roti dan bir. Saccharomyces cerevisiae (Ascomycetes). Sumber :
Madigan et al., 2012. dalam https://biosejati.wordpress.com/category/mikologi-2/ diunduh
17 April 2018. Pukul 20.45
Gambar 2 dan 3 menunjukkann satu sel yeast dengan satu inti serta organel
penyusunnya. Dari sel induk dapat tumbuh lebih dari satu sel anakan. Sel anakan
tumbuh pada permukaan sel dalam ukuran kecil, memanjang dan tumbuh membulat
diikuti pertumbuhan dinding selnya. Pada akhir proses pertumbuhan sel anak, inti sel
induk bermigrasi ke titik pertunasan. Nukleus kemudia terbelah untuk sel anakan.
Akhir dari pertumbuhan tunas/kuncup baru adalah terbentuknya sekat antara sel
induk dengan sel anak. Pada Saccharomyces akan terbentuk cincin chitin yang
diproduksi pada titik leher pada pembelahan. Cincin chitin akan terus diproduksi
kearah dalam sehingga lapisan chitin sempurna untuk sel induk dan sel anak. Sel
dapat membelah dengan bantuan enzim pembelahan. Proses tersebut meninggalkan
bud scar pada induk dan birth scar pada sel anakan. (Deacon, 2012dalam
https://biosejati.wordpress.com/category/mikologi-2/ diunduh 17 April 2018. Pukul
20.45. Bud scar, merupakan bekas pertunasan, yang dapat digunakan sebagai tanda
berapa kali sel tersebut pernah bertunas. Pertunasan (budding) dapat bersifat
monopolar (1 kutub), bipolar (2 kutub) ataupun multipolar (banyak kutub).
https://anzdoc.com/keanekaragaman-jamur-materi-keanekaragaman-hayati-disusun-
ol.html Diakses tanggal 15 April 2018 pukul 19.30
Chitin pada Saccharomyces hanya mengandung 1% saja, cincin chitin hanya
terbentuk di titik leher pembelahan. Merupakan jumlah yang minimal untuk produksi
chitin species jamur https://biosejati.wordpress.com/category/mikologi-2/ diunduh
17 April 2018. Pukul 20.45
https://www.google.co.id/search?
q=image+Candida+albicans&tbm=isch&tbo=u&source=univ&sa=X&ved=0ahUKEwjnwoS8tsDaAh
UJr48KHQg2BA0QsAQITA#imgdii=vmE7QDqphk44xM:&imgrc=xDPYCafH0dRrKM: Diakses 17
april 2018 pukul 21.05
Gambar 5. Yarrowia lipolytica
On the left are colonies of Yarrowia lipolytica growing on plate count agar in a Petri dish in
the lab. Each colony originated from a single yeast cell and grew to contain many cells in a
large mound. On the right is a microscopic (1000X magnification) view of Yarrowia
lipolytica cells. The mix of hyphae and yeast cells produces the undulating colonies shown
on the left.http://microbialfoods.org/microbe-guide-yarrowia-lipolytica/Diunduh 17 April 2018
https://www.google.co.id/search?
q=Image+Yarrowia+lipolytica&tbm=isch&tbo=u&source=univ&sa=X&ved=0ahUKEwjQ5M2iuMDaAh
VBwI8KHWT9AJMQsAQIXg&biw=1366&bih=666#imgrc=hXhP3Pn9CyQ5fM: Diunduh 17 April 2018
Gambar 7. Schizosaccharomyces pombe
https://www.google.co.id/search?
q=image+Schizosaccharomyces+pombe&tbm=isch&tbo=u&source=univ&sa=X&ved=0ahUK
Ewio6oKtvMDaAhXLO48KHa3xA4UQsAQIOg&biw=1366&bih=666#imgrc=rDM7RejBLUxT-
M: Diunduh 17 April 2018
https://www.google.co.id/search?q=image+
+Saccharomyces+cerevisiae,&tbm=isch&tbo=u&source=univ&sa=X&ved=0ahUKEwjL7LHjvcDaA
hUaT48KHbNFC40QsAQIZA&biw=1366&bih=666#imgrc=FMAgQdLyV3ewBM:
Fungi jenis ini memiliki tubuh buah yang besar sehingga dapat dilihat dengan
mudah oleh mata. Berbeda dengan miselium pada kapang yang terjalin bebas tidak
beraturan, miselium pada mushroom tersusun dalam struktur padat yang
terorganisasi secara terartur membentuk tubuh buah. Bentuk tubuh buah pada
mushroom beragam, di antaranya berbentuk payung, mangkuk, bulat, dan berbentuk
seperti kuping.
Contoh fungi bertubuh buah adalah jamur merang (Volvariella volvaceae) dan jamur
kuping (Auricularia auricula) http://pecintakatak.blogspot.co.id/2014/11/modul-
fungi.html
Selama ini banyak orang yang memiliki anggapan salah bahwa khamir sama
denga ragi. Ragi atau dalam bahasa Inggris disebut starter, merupakan inokulum
yang ditambahkan kedalam suatu substrat sehingga substrat tersebut akan berubah,
atau mengalami fermentasi. Pada umumnya ragi digunakan orang Indonesia untuk
membuat makanan fermentasi, seperti tape..
Tape merupakan makanan fermentasi tradisional yang sudah tidak asing lagi.
Tape dibuat dari beras ketan atau singkong. Berbeda dengan makanan fermentasi
lainnya yang hanya melibatkan satu mikroorganisme yang berperan utama, seperti
tempe atau minuman alcohol, pembuatan tape melibatkan banyak mikroorganisme.
Inokulum tape, atau sering disebut ragi tape, telah lama diteliti.
Dwidjoseputro & Wolf (1970) merupakan salah satu peneliti pertama yang
berusaha mengidentifikasi mikroorganisme dari ragi tapae dan berhasil
mengidentifikasi dua species khamir, yaitu :
1. Candida lactose
2. Pichia malanga
Djien (1972) adalah peneliti lain yang berhasil mengidentifikasi kapang, yaitu :
1. Chlamydomucor oryzae Lima species dari genus Mucor
2. Satu species Rhizopus
dan Khamir
1. Pichia burtonii dan
2. Endomycopsis fibuliger
dari ragi tapi.
Sejak dahulu kala orang kenal jamur, karena dalam kehidupannya sehari-hari
berhubungan dengan jamur. Makanan yang disimpannya dapat ditumbuhi jamur,
pakaiannya dapat berjamur, perabot rumah tangganya dapat ditumbuhi oleh jamur,
tanaman piaraannya dapat terserang oleh jamur, dan sebagainya (Dwijoseputro,
1978).
Cara yang mudah untuk mengetahui adanya jamur adalah dengan meletakkan
suatu cawan petri berisi medium Potato Dextrose Agar atau Tauge Extract 6%
Sucrose Agar di di udara terbuka selama 30 menit. Kemudian cawan petri tersebut
ditutup dan diinkubasikan selama 2-7 hari. Pada permukaan agar akan tampak
koloni-koloni jamur bercampur dengan koloni bakteri. Koloni-koloni jamur dengan
permukaan seperti beludru atau tepung halus, atau seperti butiran yang kasar
menunjukkan keindahan warna dan dibawah mikroskop stereo dapat dilihat aneka
bentuk kepala konidia. Koloni jamur mudah dibedakan dari koloni bakteri, karena
umumnya jamur tumbuh berupa benang-benang halus, sedangkan koloni bakteri
tampak berupa bulatan kental dengan permukaan yang umumnya licin atau redup
atau kasar. Untuk mengetahui lebih pasti apakah bulatan kental tersebut adalah
koloni bakteri atau jamur, kita harus membuat preparat mikroskopis (Ganjar dkk,
2006. Hal 2-3).
Karena jamur merupakan organisme yang tidak berkloforil maka jamur tidak
mempunyai kemampuan untuk memproduksi makanannya sendiri atau dapat
dikatakan bahwa jamur tidak bisa memanfaatkan karbondioksida sebagai sumber
karbonnya. Oleh karena jamur memerlukan senyawa organik baik dari bahan organik
mati maupun dari organisme hidup sehigga jamur dikatakan organisme heterotrofik.
Jamur ini ada yang hidup dan memperoleh makanan dari bahan organik mati seperti
sisa-sisa hewan dan tumbuhan, dan ada pula yang hidup dan memperoleh makanan
dari organisme hidup. Jamur yang hidup dan memperoleh makanan dari bahan
organik mati dinamakan saprofit, sedangkan yang hidup dan memperoleh makanan
dari organisme hidup dinamakan parasit. .(Darnetty)
Tidak semua jamur yang berasosiasi dengan tanaman akan merusak tanaman
tersebut, tetapi ada yang menguntungkan bagi jamur dan tanaman. Misalnya jamur
mikoriza (jamu rmembentuk organ khusus dengan akar tanaman) seperti anggota
dari ordo Glomales (Glomus, Gigaspora dll) yang dikenal dengan jamur VAM
(vesikular- Arbuskular Mikoriza). Struktur ini sangat menguntungkan bagi jamur
dan tanaman. Disamping itu ada juga jamur yang berasosiasi dengan ganggang yang
dikenal dengan liken.(Darnetty)
Kerusakan aneka bahan alam atau material oleh fungi penyebab kerugian besar
pada manusia sudah lama mendapat perhatian dari para iluwan. Kerusakan tersebut
menyebabkan perubahan pada substrat, terutama pada tekstur, sehingga tidak
mempunyai nilai ekonomi lagi. Penguraian substrat disebabkan oleh enzim-enzim
dari fungi.
Istilah penguraian melahirkan dua pengertian yang dapat dilihat dari segi
menguntungkan atau merugikan manusia, yaitu Biodegradasi dan biodeteriorasi.
1) Biodegradasi
2) Biodeteriorasi
Deteriorasi
Kerusakan pada apel, pir, mangga, pisang, jeruk, anggur, nenas, buah kiwi,
ceri, stroberi, pepaya, belimbing, tomat sebagian besar disebabkan oleh jamur dan
khamir, dan hanya sedikit oleh bakteri. Penanganan yang kurang baik sewaktu
panen, transportasi, dan penyimpanan menyebabkan fungi mudah tumbuh pada
lokasi yang ada kerusakan. Enzim selulase dan pektinase berperan merusak
dinding sel sayuran dan buah-buahan, sehingga struktur menjadi lunak. Faktor pH
yang rendah pada buah-buahan merupakan faktor pertumbuhan yang baik bagi
fungi. Genera fungi yang banyak diisolasi adalah : Aspergillus, Penicillium,
Alternaria, Monilia, Sclerotinia, Botrytis, Trichoderma, Acremoniium,
Aureobasidium, dan Cladosporium (Frazier & Westhoff, 1988; Gravesen et al.,
1994; Samson et al., 1995 dalam Gandjdar dkk, 2006).
2) Dipakai dalam pengolahan makanan, seperti untuk membuat roti, keju, tempe,
oncom dll
Contoh : a) Saccharomyces cereviceae, dikenal sebagai ragi
b) P. requeforti dan P. camemberti, Digunakan dalam pembuatan keju
c) Mucor dan Rhizopus, Digunakan dalam pembuatan tempe
3) Dipakai dalam pengolahan minuman, seperti untuk membuat minuman keras
(mengandung alkohol)
Contoh : A. oyzae, untuk pembuatan sake
4) Menghasilkan antibiotika, Penicillium notatum dan P. chrysogenum,
menghasilkan antibiotika
1. Jamur merupakan tumbuhan yang uniseluler atau multiseluler, bahkan ada yang
aseluler karena tidak mempunyai dinding sel (Yayan, 1986)
a. Jamur tingkat tinggi terdidri dari anyaman hifa yang biasanya disebut
prosenkim, pseudoparenkim dan rizomorf.
1) Prosenkim merupakan jalinan hifa yang kendor, tiap-tiap hifa masih
jelas dan mudah dipisahkan satu sama lain.
2) Pseudoparenkim merupakan jalinan hifa yang lebih padat dan seragam
3) Rizomorf merupakan anyaman hifa yang sangat padat yang berfungsi
mengatasi keadaan yang buruk.
b. Hifa dapat dibedakan atas dua tipe berdasarkan fungsinya, yaitu :
1) Hifa vegetative/menjalar/melekat
Rebah pada permukaan substrat atau tumbuh mengarah ke dalam substrat,
fungsinya adalah mengabsorbsi nutrien yang diperlukan untuk kehidupan
fungi
2) Hifa generatif/fertil/menegak
Adalah hifa yang tumbuh mengarah keluar/tegak pada miselium yg ada
di permukaan substrat disebut hifa fertil/generative karena berperan
sebagai alat reproduksi. Bagian ini tegak keluar substrat/tubuh topangan,
dengan demikian spora yang dihasilkan muda tersebar dengan terbawa
angin, air dll untuk reproduksi .
c. Dalam perkembangan hidupnya hifa dapat membentuk berbagai struktur
khusus yang mempunyai fungsi tertentu pula, misalnya :
1) Apresorium : Adalah ujung hifa atau tabungkecambah yang membengkak
yang berguna untuk menempelkan dan mempenetrasi inang oleh jamur.
1) Mitokondria
Terdapat dalam sitopasma sel fungi, dapat berbentuk lingkaran, oval, atau
memanjang.
2). Ribosom
Terdapat bebas dalam sitoplasma, tetapi ada juga yang terikat pada permukaan
retikulum endoplasma atau pada membran nuleus. Dalam ribosom terjadi
sintesis polipeptida. Ribosom terdapat dalam matriks mitokondria.
3) Aparatus Golgi
Mempunyai aneka peran, antara lain memroses dan mensekresi glikoprotein
yang akan menjadi bagian dari dinding sel (Ruiz-Herrera, 1992 dalam Gandjar,
2006), mensekresi bahan-bahan ekstraselular seperti cell coat pada pembelahan
spora dari suatu sitoplasma yang multinukleat, menghasilkan vesikel yang
berperan dalam pertumbuhan dinding sel.
4) Microbodies, antara lain : peroksisom (mengandung katalase) , Glioksisom
(mengandung enzim-enzim yang terlibat dalam oksidasi asam lemak dan dalam
siklus glio-oksalat); hidrogenosom (mengandung hidrogenase untuk reaksi-
reaksi yang anaerob dalam sel; lisosom (mengatur pemecahan komponen-
komponen sel, misalnya pemecahan septum agar inti sel bisa bergerak dari sel
yang satu ke sel yang lain dan pada fungi parasitik untuk memecah dinding sel
dari sel inang) (Moore-Landecker, 1996 dalam Gandjar, 2006).
5) Vesikel
4. Jamur termasuk eukarion yaitu mempunyai inti yang lengkap, inti berdinding,
mempunyai nukleolus dan bahan inti (khromatin) yang membentuk kromosom
Karena bersifat heterotrof, fungi tak dapat mensintesa zat-zat organis dari zat-zat
anorganis. Fungi mendapat bahan makanan dari mahluk lain. Melihat keadaan
mahluk yang ditompangi dan dimakani, maka sifat hidup fungi dibagi atas 2
golongan, yaitu saprofit dan parasit
Sebagian besar dari 100.000 species yanga telah diketahui adalah sangat saprofit,
hidup pada bahan organik mati dan membantu pelapukan. Beberapa diantarnya ± 50
species menyebabkan penyakit pada manusia, dan lebih kurang sebanyak itu
menyebabkan penyakit pada hewan; sebagian besar dari padanya berupa penyakit
yang tidak berarti pada kulit atau anggota tubuh.
Akan tetapi, lebih dari 8.000 species jamur, dapat menyebabkan penyakit pada
tumbuhan. Banyak tumbuhan diserang oleh beberapa jenis jamur, dan setiap jenis
jamur parasit dapat menyerang satu atau banyak jenis tumbuhan.
1) Saprofit
Dari bahasa Yunani, yaitu sapros yang berarti sampah. Fungi bersifat saprofit
adalah apabila zat organik yang diperlukannya sudah tidak dibutuhkan lagi oleh
pemiliknya. Fungi saprofit biasanya hidup melekat pada bagian tubuh mahluk yang
sudah mati, seperti batang kayu lapuk, bangkai, sampah dll. Pada pokoknya fungi
saprofit tidak merugikan, akan tetapi dipandang dari segi kepentingan manusia
fungsi ini tetap merugikan karena fungi ini merusak roti, sepatu, pakaian maupun
alat-alat rumah tangga yang ditumbuhi fungi.
2) Parasit
Melekat pada bagian tubuh mahluk yang masih hidup, seperti kulit binatang
dan manusia, kulit batang pohon, daun, buah, biji, akar atau ada juga yang masuk
kedalam jaringan dan alat-alat dalam manusia maupun hewan tingkat tinggi
(mamalia) seperti di paru-paru, usus, alat kelamin dll (Yatim 1983).
Beberapa jenis jamur dapat tumbuh dan memperbanyak diri hanya apabila
tetap berhubungan dengan tumbuhan inangnya selama hidupnya; Jamur yang
demikian dikenal dengan parasit obligat atau biotrof. Jenis yang lain membutuhkan
tumbuhan inang untuk sebagian daur hidupnya, tetapi tetap dapat hidup
menyelesaikan daur hidupnya pada bahan organik mati maupun pada tumbuhan
hidup, jamur demikian disebut parasit non obligat/parasit fakultatif (Agrios) .
Pada fungi parasit zat makanan dari inang dapat terserap oleh sel-sel fungi
dengan jalan osmosis lewat dinding inang dan dinding fungi. Tetapi ada juga
parasit-parasit yang membentuk semacam akar (houstoria) yang masuk ke dalam sel
inang untuk mengambil makanannya.
Bentuk haustoria ada yang berupa suatu gelembung bertangkai atau tidak
bertangkai, ada pula yang berupa suatu hifa yang bercabang-cabang (Dwidjoseputro,
1978).
Dalam hal mengambil makanan, jika makanan berupa molekul kecil, seperti air,
mineral, asam amino, glukosa, fruktosa, langsung diserap masuk hifa. Tetapi jika
makanan itu berupa molekul besar, seperti pati dan protein, diurai terlebih dahulu
dengan bantuan enzim. Enzim itu digetahkan keluar hifa. Setelah bahan makanan itu
sudah hancur menjadi molekul kecil, barulah dapat diserap masuk hifa.
Fungi yang parasit pada tanaman, hidup pada berbagai bagian. Ada yang
didaun, batang, buah, biji, umbi atau akar .
Fungi yang hidup pada akar ada juga yg bermanfaat bagi tompangannya.
Hidup bersama antara fungi dengan tompangan yang saling menguntungkan ini
disebut simbiosis mutualistik yang disebut mikoriza. Jadi Mikoriza adalah simbiosis
mutualistik antara cendawan dengan akar tumbuhan. Dalam simbiosis mikoriza,
cendawan mendapatkan unsur karbon dari tumbuhan, sedangkan tumbuhan
mendapatkan air dan mineral dari cendawan, terutama fosfat. Cendawan mikoriza
termasuk ke dalam filum zigomycota, ascomycotas, dan basidiomycota. Berdasarkan
tipe kolonisasinya, mikoriza dibedakan menjadi ektomikoriza dan endomikoriza.
Yang hidup dilapisan luar tubuh inang, disebut mycorrhiza ektotrof
(ektomikoriza). Ada pula yang hidup didalam tubuh inang, yang disebut mycorrhiza
endotrof (endomikoriza). Yang hidup dilapisan luar tubuh inang ialah yang termasuk
klas Basidiomycetes, seperti Amanita dan Russula, dan tanaman yang ditompangi
seperti pinus. Yang hidup dilapisan dalam tubuh inang ialah seperti Glomus dari klas
Zygomycetes (phycomycetess) dan Rhizoctonia dari klas Ascomycetes dan tanaman
yang ditompangi ialah seperti Anggrek (Yatim, 1983)
Jadi Fungi mendapat sari makanan dari akar tumbuhan inang, sedangkan tumbuhan
inang mendapat manfaat sebagai berikut :
a) Melancarkan pengisapan air dan mineral dari dalam tanah
b) Mengurangi gangguan penyakit, karena fungi menggetahkan zat antibiotika
(Yatim, 1983)
G. Perkembangbiakan jamur
Pada umumnya reproduksi secara tak kawin (aseksual) adalah lebih penting
bagi jamur untuk perkembangan dari species, karena banyak menghasilkan individu
baru sebagai akibat terjadi secara berulang-ulang, sedangkan yang kawin hanya
terjadi sekali dalam setahun atau semusim (Sastrahidayat)
1. Perkembangbiakan aseksual
Cara ini dilakukan oleh hampir semua kelas jamur, meskipun caranya
berbeda-beda tergantung dari kelasnya. Secara umum jamur membentuk
miselium, berkembang biak dengan fragmentasi (pemutusan) miselium dan
pembentukan spora aseksual (Haryono).
Reproduksi secara tak kawin dapat digolongkan kedalam :
1) Jamur bersel satu dengan membelah diri atau dengan bertunas, tunas yang
dihasilkannya disebut blastospora
2) Fragmentasi, sepotong hifa dapat melanjutkan kehidupan koloni
(Dwijosesputro, 1978)
3) Spora, sebagian besar jamur berkembang biak dengan spora. Spora adalah
tubuh reproduksi atau pembiakan yang terspesialisasi yang terdiri atas satu atau
beberapa sel. Spora mungkin dibentuk secara aseksual (melalui produksi
dengan pemisahan miselium, sel yang terspesialisasi, tanpa melibatkan
karyogami dan meiosis) atau sebagai hasil proses Seksual (agrios,1996)
a) Sporangiospora, spora yang dibentuk di dalam kotak spora. Ujung hifa pada
beberapa jamur dapat menggelembung yang merupakan suatu wadah,
sedang protoplasnya membagi-bagi diri menjadi suatu spora. Wadah itu kita
disebut sporangium (kotak spora), sporanya disebut sporangiospora,
sedangkan hifa yang merupakan tangkai sporangium di sebut sporangiofor
(Dwijoseputro, 1978). Jika sporangium matang lalu pecah, keluarlah beribu
spora dari dalam sporangium. Spora sangat halus dan ringan, mudah terbawa
angin atau air. Jika tiba ditempat yanag cocok maka akan berkecambah dan
tumbuh menjadi jamur baru.
Terdapat dua macam spora, yang dapat bergerak (motil) disebut
zoospora dan yang tidak dapat bergerak disebut aplanospora
(Sastrahidayat)
b) Banyak jamur yang menghasilkan spora-spora dengan cara ujung-ujung hifa
tertentu membagi-bagi diri menjadi bentuk-bentuk tertentu, bila berbentuk
serupa telur disebut Oidiospora, bila serupa empat persegi panjang disebut
artrospora.
c) Spora aseksual yang lain terjadi dari sel hifa yang membesar dan membulat,
dinding selnya menebal, dan protoplasnya berubah menjadi cadangan
makanan, ini disebut klamidospora atau gemma. Klamidospora ini dapat
berfungsi sebagai alat untuk mempertahankan diri (Semangun, 1989)
d) Konidium (jamak konidia), Jamur lain ada yanag membentuk konidium.
Umumnya konidium dibentuk pada ujung hifa tertentu yang disebut
konidiofor atau pendukung konidium. Konidium dapat tetap bersel satu,
tetapi dapat juga terbagi menjadi beberapa sel. Konidiofor mempunyai
bentuk yang sangat berbeda-beda, dari yang paling sederhana berupa hifa
biasa yang pendek, sampai yang sangat panjang bercabang banyak dan
kompleks.
Konidiofor dapat tersebar, bebas satu sama lain, tetapi dapat juga teratur
pada atau dalam badan tertentu yang disebut tubuh buah. Badan dimana
konidium dibentuk dapat mempunyai bermacam-macam bentuk,
diantaranya adalah yang disebut piknidium, yaitu suatu badan yang
berbentuk bulat atau berbentuk botol, pada dinding sebelah dalam terdapat
konidiofor yang menghasilkan konidium. Piknidium mempunyai lubang
untuk keluarnya konidium yang disebut ostiol. Tubuh buah lain yang juga
membentuk konidium, dan bentuknya seperti cawan atau mangkuk disebut
aservulus. Suatu aservulus yang stroma (struktur miselium yang kompak)
dasarnya menonjol disebut sporodokium. Jika tonjolannya makin panjang
sehingga berbentuk seperti tangkai yang terdiri dari seberkas konidiofor
disebut koremium atau synema (Semangun, 1996).
2. Perkembangbiakan Seksual
Seperti halnya pada organisme lainnya, pada jamur reproduksi secara kawin
merupakan penggabungan dua inti yang sesuai (kompatible).
1) Proses reproduksi dapat dibedakan menjadi tiga fase :
a) Plasmogami,
Penggabungan dua protoplas yang menyebabkan dua inti saling berdekatan
dalam sel yang sama.
b) Karyogami,
Penggabungan dua inti setelah plasmogami dan menghasilkan suatu inti yang
diploid. Pada jamur tingkat tinggi, kedua proses ini berlangsung pada waktu
yang berbeda. Plasmogami menghasilkan sel binukleat (sel berinti dua)
mengandung satu inti dari tiap orang tuanya. Pasangan inti seperti ini
dinamakan dikarion.
c) Meiosis,
Proses redusir yang mengembalikan inti haploid (satu inti diploid
menghasilkan empat inti haploid)
Beberapa species menghasilkan kelamin jantan dan betina yang jelas, dan
dapat dibedakan pada tiap-tiap thallus. Bila kelamin jantan dan betina dihasilkan
pada miselium yang sama maka species semacam ini dinamakan hermaprodit.
Species yang lain dinamakan dioecious karena alat kelaminnya terpisah dalam dua
individu thallus/miselium yang berbeda.
Alat-alat kelamin jamur disebut gametangium, yang memberikan sel kelamin
yang disebut gamet. Jika kedua gametangium tersebut dapat dibedakan, maka
dinamakan heterogametangium; gametangium jantan disebut antheridium dan
gametangium betina dinamakan oogonium. Jika kedua gametangium serupa maka
dinamakan isogametangium.
Apabila sel-sel gamet mempunyai bentuk yang sama, baik yang jantan
maupun yang betinanya, maka disebut isogamet, sedangkan bila berbeda disebut
anisogamet atau heterogamet.
H. Tempat hidup
Umumnya di tempat-tempat yang lembab, seperti pada tanah, batu-batuan, sisa-
sisa tumbuhan dan hewan, pada batang-batang pohon atau sebagai parasit yang
menimbulkan berbagai penyakit.
I. Metabolisme Fungi
Metabolisme adalah seluruh proses kimia di dalam organisme hidup untuk
memperoleh dan menggunakan energi, sehingga organisme dapat melaksanakan
berbagai fungi hidup. Ketika sel melakukan metabolisme, nutrien akan diubah ke
dalam bentuk materi sel, energi, dan produk buangan. Proses tersebut akan
menyebabkan organisme tumbuh dan berkembang.
Semua organisme hidup, termasuk fungi, memerlukan nutrien untuk mendukung
pertumbuhannya. Nutrien berupa unsur-unsur, atau senyawa kimia, dari lingkungan
digunakan sel sebagai konstituen kimia penyusun sel. Secara umum, nutrien yang
diperlukan dalam bentuk karbon, nitrogen, sulfur, fosfor, kalium, magnesium,
natrium, kalsium, nutrien mikro (besi, mangan, zinc, kobalt, molibdenum) dan
vitamin. Karbon menempati posisi yang unik karena semua organisme hidup
memiliki karbon sebagai salah satu senyawa pembangun tubuh (Madigan et al, 2002,
Dawes & Sutherland, 1992 dalam Gandjar dkk, 2006)
a. Metabolisme Karbohidrat
b. Metabolisme Protein
c. Metabolisme Lipid
Nitrit bersifat toksik bagi sebagian besar fungi, namun beberapa fungi dapat
menggunakannya sebagai sumber nitrogen selama konsentrasi yang digunakan
cukup rendah (Slaughter, 1988 dalam Gandjar, 2006). Enzim nitrit reduktase
mereduksi nitrit menjadi amonium, dan memiliki ferredoksin, dua kelompok
protetik, dan FAD. Aspergillus nidulans dan H. Polymorpha dapat menggunakan
nitrit, sedngkan Saccharomyces dan Zygosaccharomyces tidak dapat menggunakan
nitrat dan nitrit sebagai sumber nitrogen (Siverio, 2002 dalam Gandjar, 2006).
Contoh :
a. Substrat
Substrat merupakan sumber nutrien utama bagi fungi. Nutrien-nutrien baru
dapat dimanfaatkan sesudah fungi mengekskresik enzim-enzim ekstraseluler
yang dapat mengurai senyawa-senyawa kompleks dari substrat tersebut
menjadi senyawa-senyawa yang lebih sederhana. Misalnya substratnya
berkadar lemak tinggi, maka fungi tersebut harus mampu menghasilkan
lipase agar senyawa asam lemak hasil uraian dapat diserap ke kedalam
tubuhnya. Fungi yang tidak dapat menghasilkan enzim sesuai komposisi
substrat dengan sendirinya tidak dapat memanfaatkan nutrien-nutrien dalam
substrat tersebut.
b. Kelembapan
Faktor ini sangat penting untuk pertumbuhan fungi. Pada umumnya fungi
tingkat rendah seperti Rhizopus atau Mucor memerlukan lingkungan dengan
kelembapan nisbi 90%, sedangkan kapang Aspergillus, Penicillium,
Fusarium, dan lainnya dapat hidup pada kelembapan nisbi yang lebih rendah,
yaitu 80%. Fungi yang tergolong xerofilik tahan hidup pada kelembapan
70%, misalnya Wallemia sebi, Aspergillus glaucus, banyak strain Aspergillus
tamarii dan A. flavus (Santoso et al, 1998 dalam Gandjar dkk, 2006).
c. Suhu
Jamur dapat tumbuh pada kisaran temperatur yang lebih luas. Kebanyakan °
jamur tumbuh antara temperatur 0 sampai 35°C dengan suhu optimum untuk
species saprofitik 22 sampai 30°C dan untuk species yang patogenik lebih
tinggi lagi yaitu 30 - 37°C. Ada sejumlah jamur yang bersifat termofilik yaitu
dapat hidup pada suhu tinggi di atas 50°C dan yang terendah 20°C. Ada juga
jamur yang dapat bertahan pada temperatur yang rendah dalam stadia dorman
(Darnetty, 2006).
d. Derajat Keasaman Lingkungan
pH substrat sangat penting untuk pertumbuhan fungi, karena enzim-enzim
tertentu hanya akan mengurai suatu substrat sesuai dengan aktivitasnya pada
pH tertentu (Gandjar dkk, 2006). Pada umumnya jamur menyukai medium
asam untuk pertumbuhannya. Pada umumnya pH optimum untuk
pertumbuhan jamur mendekati 6 (Darnetty, 2006).
Jamur tidak membutuhkan cahaya untuk pertumbuhannya, namun
demikian cahaya penting untuk merangsang sporulasi. Disamping itu cahaya
juga berguna dalam pemencaran spora karena organ-organ yahg
menghasilkan spora bersifat fototrofik dan memencarkan sporanya kearah
cahaya. (Darnetty, 2006).
Daya bertahan hidup dan penampilan sebagian besar jamur patogenik tumbuhan
banyak bergantung pada tersedianya keadaan suhu dan kelembaban atau terdapatnya
air di lingkungannya. Miselium bebas hanya dapat bertahan hidup dalam kisaran
suhu tertentu (- 5 sd 45°c) dan berkontak dengan permukaan yang lembab di dalam
atau di luar inang. Akan tetapi sebagian besar jenis spora dapat bertahan dalam
kisaran suhu dan kelembaban yang lebih besar dan menjadikan jamur tersebut dapat
melewati suhu periode musim dingin yang rendah dan musim panas yang kering.
Akan tetapi, spora juga membutuhkan kelembaban dan suhu tertentu yang cocok
untuk berkecambah. Selanjutnya, jamur tingkat rendah yang menghasilkan zoospora
membutuhkan air untuk memproduksi, perpindahan dan berkecambahan zoospora.
Penyebaran spora pada hampir semua jenis jamur berlangsung secara pasif,
walaupun awal pelepasannya pada beberapa jenis jamur dibantu oleh tekanan.
Jauhnya spora tersebar mungkin bervariasi yang tergantung pada agensia
penyebarnya. Angin mungkin agensia penyebaran spora yang paling penting dari
sebagian besar jenis jamur, serta angin dapat membawa spora dengan jarak yang
jauh. Untuk jamur tertentu, agensi lain seperti air atau serangga mungkin memainkan
peranan yang jauh lebih penting dibanding angin dalam penyebaran sporanya
(Agrios,1996).
Banyak penyakit tumbuhan disebabkan oleh infeksi jamur. Hal ini merupakan
hubungan parasit dengan infeksi pada inangnya yang didahului oleh penempatan
sporanya pada bagian tumbuhan, biasanya daun. Pada suhu dan kelembaban yanag
sesuai, spora-spora itu berkecambah dan membentuk tabung kecambah. Tabung ini
menembus kedalam inangnya dengan berbagai cara melalui stomata, lenti sel, luka
atau bahkan melalui kutikula utuh.
Di dalam inang, hifa beberapa jamur tertentu tumbuh diantara sel-sel, terkadang
membentuk hifa penyerap makanan (haustorium) ke dalam sel-sel sekitarnya. Hifa
jamur lain secara langsung menembus sel-sel inangnya. Tanda penyakit segera
tampak, dan kadang-kadang sangat khas sehingga amat mudah dikenali para ahli
patologi tumbuhan ataupun orang awam yang berpengalaman. Nama-nama
kebanyakan tanda ini bersifat pemberian, seperti kanker, layu, busuk, embun
tepung,bercak daun, karat dan lain-lain. Diantara tanda-tanda lain yang berkaitan
dengan penyakit-penyakit spesifik ialah keriting daun, bengkak akar, salah bentuk
buah, pengerdilan seluruh tumbuhan atau organ-organ tertentu dan gugurnya buah
atau bunga.
Kerusakan yang dikibatkan penyakit tumbuhan kerap kali berat dan dapat
mengakibatkan penghancuran pertanaman kecuali kalau diambil langkah-langkah
pemberantasannya (Siti Sutarmi dkk, 1984).
M. Klasifikasi Jamur
Klasifikasi dan penamaan jamur sampai sekarang belum sempurna dan sering
berubah-ubah atau belum stabil, karena masih banyak perbedaan pendapat tentang
klasifikasi tersebut. Perbedaan pendapat ini akibat adanya perbedaan interpretasi dan
data yang kurang lengkap tentang struktur, perkembangan,fisiologi, dan hasil analisis
DNA dari jamur tersebut. Oleh sebab itu diperlukan penelitian yang lebih luas dan
mendalam
1) Taksonomi konvensional
Fungi dikelompokkn berdasarkan informasi fenotipik, yaitu informasi yang
berasal dari protein dan fungsinya, karakter-karakter kemotaksonomi,
fisiologi dan morfologi. Kemotaksonomi adalah pengelompokkan fungi
dengan pendekatan metode analitik untuk mengumpulkan informasi dari
konstituen-konstituen kimia dari sel. Karakteristik-karakteristik fenotipik
yang sering digunakan adalah : morfologi makroskopik dan mikroskopik;
reproduksi seksual; sifast-sifat fisiologi dan biokimia. Pengelompokkan
berdasarkan taksonomi konvensional umumnya mempunyai kelemahan,
sulit untuk mendeteksi species baru atau sulit untuk mengidentifikasi fungi
anamorfik karena sering ditemukan variabilitas pada tingkatan strain.
2) Taksonomi Modern
- Kita berikan penamanan sekelompok jamur yang berlendir; untuk kelompok ini
diciptakan nama myxomycetes, dari bahasa Yunani : Myxa berarti lendir, dan
Mycetes berarti jamur.
O. MYXOMYCOTINA
KELAS 1. PSEUDOMYXOMYCETES
Organisme yang masuk dalam klas ini di alam bebas tidak mudah
dikenali, karena tubuh buahnya hanya tampak sebentar saja, karena kecilnya thallus
pada tahap vegetatif dan biasanya karena keseluruhannya kurang menarik perhatian
Pada tahan vegetatif pseudomyxomycetes terdiri atas satu sel yang tidak
berdinding, sedangkan intinya satu haploid. Sel ini berupa satu tetes protoplasma
mirip dengan suatu amuba dan oleh karena itu disebut miksamuba. Makanannyapun
mirip dengan apa yang dimakan amuba, yaitu bakteri dan zat-zat organik lainnya.
Pseudomyxomycetes tidak menghasilkan sel yang berflagel, cara bergeraknya sama
dengan amuba.
- Labyrinthula minuta
2. Klas 2. Plasmodiophoromycetes
Jamur-jamur yang dikelompokkan dalam klas ini mempunyai banyak
kesamaan dengan jamur dari myxomycetes, misalnya Thallus berupa plasmodium
dan adanya zoospora. Oleh karena itu setengah ahli mengelompokkannya kedalam
myxomycetes. Akan tetapi karena jamur-jamur ini tidak menghasilkan tubuh buah
maka setengah ahli yang lain membicarakannya tersendiri sebagai suatu klas.
Sebelum ada penelitian yang lebih mendalam dan meluas diputuskan jamur-jamur
ini dibicarakan tersendidri sebagai suatu klas.
contoh :
siklus hidup :
3. Klas 3. Myxomycetes
Jamur lendir suka makan bakteri, protozoa dan mikroorganisme yang lain. Dalam
hal ini dapat dikatakan membantu manusia dalam pembersihan lingkungan.
Disamping itu jamur lendir berguna sebagai bahan studi tentang protoplasma dan
morfogenesis dalam laboratorium. Bagi penggemar jamur lendir, warna dan bentuk
tubuh buah yang dimiliki oleh jamur lendir dianggap sangatlah menarik.
Jamur lendir hidup bebas, dan dalam fase lendir dapat berpindah-pindah dengan
menjulur ke tempat lain yang mengandung banyak makanan baginya. Dalam siklus
hidupnya terdapat fase vegetatif yang diselingi dengan fase generatif. Dalam fase
vegetatif bentuknya serupa seonggok lendir (protoplasma) tak berdinding dan
menjulur ke mana-mana seperti halnya dengan amuba. Dalam fase generqatif
bentuknya tetap dan terpancang pada suatu tempat tertentu. Bentuk yang tetap itu
adalah tubuh buah dimana spora-spora kembara dibentuk. Kebanyakan jamur lendir
menghasilkan tubuh buah yang cerah warnanya. Tubuh buah itu berdinding dan
dinding itu disebut Peridium. Fase pembentukkan tubuh buah dengan spora itu
disebut fase generatif atau fase pembiakan.
Seperti telah diutarakan sebelumnya bahwa ada selang seling antara fase vegetatif
dengan fase generatif dalam siklus hidup jamur ini.
contoh :
Di dalam plasma terdapat bagian yang seperti cairan lendir yang mudah bergerak,
dan bagian seperti selai yang tidak mudah bergerak. Cairan lendir bergerak kemana-
mana melalui saluran-saluran dengan banyak percabangan. Gerak plasma dalam
saluran itu pada Physarium polycephalum dapat mencapai 1,35 m permenit.
Mengenai fisiologi dari gerak tersebut dilaporkan bahwa didalam Plasmodium
terdapat protein semacam aktomiosin yang terdapat dalam otot manusia. Protein
tersebut disebut miksomiosin, dan protein ini merupakan sumber gerak. Juga ATP
(Adenosin triphosphat) terdapat dalam Plasmodium.(Dwidjoseputro, 1978)
P. EUMYCOTINA
Disebut juga true fungi atau jamur benar. Species yang telah diketahui ada
lebih dari 100.000 species dan sebagian besar dari jamur-jamur ini tubuhnya berupa
benang-benang hifa, hanya sedikit yang tubuhnya berupa suatu sel tunggal. Jamur-
jamur ini mempunyai dinding yang pasti. Inti berdinding yang biasa disebut
eukaryon. Dalam hal dinding ada satu kekecualian, yaitu Coelomoces, tidak
mempunyai dinding sel.
Dalam memberi nama untuk menyebut suatu kelompok jamur tertentu, perlu
diperhatikan ciri-ciri khas yang dimiliki oleh kelompok tersebut. Sebagai contoh kita
berikan penamaan sekelompok jamur yang berlendir, untuk kelompok ini diciptakan
nama Myxomycetes; dari bahasa Yunani myxa yang berarti lendir, dan mycetes yang
berarti jamur.
Kalau klas myxomyceters dan klas Phycomycetes kita golongkan pada jamur
tingkat rendah, maka klas Ascomycetes dan Klas Basidiomycetes kita golongkan
sebagai jamur ktingkat tinggi. Penggolongan ini tidak ada hubungannya dengan
taksonomi. Pada umumnya Acomycetes dan Basidiomycetes mempunyai susunan
tubuh yang lebih rumit dari pada myxomycetes dan phycomycetes.
1. KLAS PHYCOMYCETES
a. Disebut jamur ganggang karena disangka ganggang yang telah kehilangan klorofil
d. Umumnya uniselluler
e. Banyak yang menghasilkan spora kembara, yaitu spora yang dilengkapi dengan
alast gerak berupa flagel yang gunanya untuk menyesuaikan diri dengan
lingkungan air. Phycomycetes yang didarat tidak mempunyai spora
kembara.
Contoh :
2. KLAS ASCOMYCETES
Ascomycetes terdiri atas kira-kira 15.000 species, diantaranya ada yang hidup
sebagai saproba dimana saja, ada pula yang hidup sebagai parasit pada tumbuhan,
hewan dan manusia. Diantara yang hidup sebagai parasti terdapat species yang
menyebabkan penyakit berat pada tumbuhan, hewan dan manusia. Patogen-patogen
tersebut tidak sedikit yang menyebabkan kematian pada mahluk hidup yang lain.
(3) Ascomycetes mempunyai alat pembentuk spora yang disebut askus. Askus ialah
suatu sel yang serupa gelembung atau serupa tabung tempat terbentuknya
askospora. Pada banyak species jumlah askospora itu 8, akan tetapi ada juga
species-species yang mempunyai satu atau lebih dari seribu askosppora dalam
satu askus, hal ini bergantung pada species yang bersangkutan. Askus terbentuk
sebagai hasil pemnbiakan seksual.
Nama umum untuk wadah yang menampung himpunan askus ialah askokarp
(buah askus). Bentuk askokarp berbeda-beda menurut speciesnya. Pada dasarnya
kita kenal 3 macam bentuk pokok askokarp saja, yaitu apotesium, peritesium
dan kleistotesium.
(a) Apotesium
(b) Peritesium
Berbentuk serupa buah salak dengan lubang pada sebelah ujungnya. Askus
terbentuk di dalam peritesium dan dengan demikian terlindungi baik-baik.
(c) Kleistotesium
Askospora yanga dewasa pada suatu ketika terlepas dari askus, entah lewat
lubang yang terdapat di ujung askus, entah dinding askus sendiri mengalami
desintegrasi (hancur menghilang). Desintegrasi dapat terjadi karena proses
pembusukan atau karena rusak secara mekanis oleh hewan. Hal yang terakhir ini
terjadi pada ascomycetes yang terpendam di dalam tanah. Faktor-faktor alam
seperti suhu, cahaya, kebasahan dan angin memegang peranann dalam pelepasan
aaskospora dari askus maupun dari askokarp.
(4) Reproduksi
(a) Seksual
(b) Aseksual
- Piknidium :
- Aservulus :
Berupa suatu dasaran yang terdiri atas hifa. Pada dasaran itu tumbuh konidiofor-
konidiofor yang pendek. Aservulus biasanya dimiliki oleh jamur-jamur parasit
dan aservulus itu terbentuk dibawah epidermis atau di bawah lepisan kutikula
tumbuhan inang.
- Sporodokium :
Adalah bentuk ikatan konidiofor yang padat di bagian bawah. Bagian bawah dari
konidiofor dipersatukan, sedang bagian ataas (ujung) berceraian, seperti sapu lidi
yang sedang dikembangkan.
- Sinema :
Pada umumnya, Ascomycetes berbiak melalui kedua cara yang diuraikan diatas.
jamur-jamur yang pembiakannya secara seksual tidak atau belum diketahui, kita
masukan dalam klas khusus, yaitu Deuteromycetes. Sering kali suatu jamur
mempunyai dua nama.
Apabila jamur tersebut tidak mampu menghasilkan tubuh buah, yang berarti ia
tidak dapat melakukan pembiakan seksual, maka untuknya ada nama sendidri, dan
tergolong sebagai Deuteromycetes. Apabila jamur tersebut mampu mengadakan
pembiakan seksual, karena bertemu dengan jenis yangn kompatibel, maka untuknya
ada nama lain lagi. Misalnya jamur oncom disebut Monilia sitophila dalam klas
Deuteromycetets, dan Neurospora sitophila dalam klas Ascomycetess.
(g) P. expansum, suka merusak buah apel dan anggur dalam penyimpanan
3. BASIDIOMYCETES
Ascomycetes Basidiomycetes
1. Kebanyakan mikrokopik, hanya 1. Kebanyakan makroskopik, hanya
sebagian kecil yang makroskopik sedikit yang mikroskopik
2. Pada umumnya hifa terdidri atas sel- 2. Miseliuim terdidri atas hifa dengan sel-
sel yang berinti banyak sel yang berinti satu, hanya pada tahap
tertentu saja terdapat hifa yang berinti
dua
Dihasilkan oleh suatu basidiospora yang jatuh di suatu tempat yang cocok dan
berhasil tumbuh menjadi miselium, berinti satu dan tidak membentuk basidium
Miseliium yang berinti dua dan terbentuk dari dua buah miselium primer secara
konyugasi
Terdiri atas miseiium sekunder yang telah terhimpun menjadi jaringan teratur,
misalnya membentuk basidium dan basidiofor yang menghasilkan basidiospora.
c. Reproduksi pada Basidiomycetes
(1) Aseksual
(2) Seksual
Dengan alat yang disebut Basidium. Basidium berkumpul dalam badan yang
disebut basidiokarp, dan spora yang dihasilkan disebut basidiospora. Biasanya
basidium berasal dari konyugasi dua miselium yang bserbeda jenisnya. Sel hasil
konyugasi yang diploid akasn menggembung membentukk tubuh buah dan
basidium.
fase perkembangan basidium
4. DEUTEROMYCETES
Penamaan atau pengelompokkan itu bersifat sementara karena segera setelah kita
temukan cara pembiakan generatifnya, kita mengalihkan penggolongan itu pada
ascomycetes. Kadang-kadang terdapat pula species-species jamur tak sempurna
yang telah ditemukan fase generatifnya ternyata suatu species dari
Basidiomycetes.
Mungkin sekali diantara jamur-jamur tak sempurna ada juga yang kehilangan fase
generatifnya dalam evolusi, dan mungkin juga ada species-species yang memang
tidak pernah mempunyai fase generatifnya sama sekali.
Kebanyakan jamur tak sempurna mempunyai hifa yang bersekat-sekat akan tetapi
ada juga beberapa spsecies yang berbentuk sel tunggal dan sering membentuk
pseudomiselium jika lingkungan menguntungkan untuk itu.
Diantara jamur-jamur tak sempurna yang hifanya bersekat-sekat ada yang sel-
selnya berinti satu, akan tetapi kebanyakan diantaranya yang sel-selnya berinti
banyak, sedang sekat-sekatnya berlubang di tengah-tengah. Protoplasma mengalir
dari sel yang sastu ke sel yang lain lewat lubang tersebut.
a. Mycelia sterila