Anda di halaman 1dari 61

FUNGI

I. PENDAHULUAN

Kata Mikologi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari kata mykes yang
berarti jamur dan logos berarti ilmu. Menurut Alexopoulos et al (1996 dalam
Gandjar, 2006. Hal 1), sebenarnya istilah mikologi kurang tepat. Istilah yang tepat
adalah mycetology, karena mykes berdasarkan tata bahasa Yunani adalah myceto.
Jadi mikologi adalah ilmu mengenai kehidupan jamur.

Bahasa ilmiah jamur adalah fungus (jamak fungi), diantara ciri-ciri yang penting
adalah : (1) tidak mengandung klorofil, (2) Tubuh terdiri dari filamen atau benang
yang bercabang-cabang yang disebut hifa (Sutarmi dkk, 1984)

Karena ukurannya mikroskopik studi sistematis tentang jamur baru dimulai setelah
adanya penemuan mikroskop oleh van Leeuwenhoek pada abad 17. Kemudian pada
tahun 1729, Pier Antonio Micheli seorang ahli botani berkebangsaan Italia
mempublikasikan sebuah buku yang berjudul Nova Plantarum Genera yang
diantaranya berisikan hasil penelitiannya mengenai jamur, sehingga beliau mendapat
kehormatan sebagai Bapak pendiri ilmu pengetahuan tentang jamur atau yang
dikenal dengan mikologi (Darnetty, 2006 hal 1).

Jamur perlu dipelajari mengingat diversitasnya (keragamannya) sangat


tinggi sehingga diharapkan mampu dieksplorasi potensinya. Diversitas
(keragaman) fungi di alam sangat tinggi dan menempati urutan ke-2 setelah
serangga (insekta). (Lihat gambar 1)

Jumlah spesies jamur yang sudah diketahui sampai saat ini kurang lebih
69.000 dari perkiraan 1.500.000 spesies yang ada di dunia dan di Indonesia
kurang lebih 200.000 spesies. Jamur yang termasuk Fungi sebenarnya (true
fungi) dibedakan menjadi Chytridiomycota, Zygomycota, Ascomycota,
Deuteromycota, dan Basidiomycota. Klasifikasi fungi menurut Alexopoulus
(1996) yang termasuk true fungi adalah Chytridiomycota, Zygomycota,
Ascomycota, dan Basidiomycota. https://anzdoc.com/keanekaragaman-jamur-
materi-keanekaragaman-hayati-disusun-ol.html Diakses tanggal 15 April 2018 pukul
19.30 WIB
Gambar 1. Keberadaan berbagai organisme di alam

https://www.google.co.id/search?q=bentuk-
bentuk+askokarp&tbm=isch&tbo=u&source=univ&sa=X&ved=0ahUKEwja2f6LkL_aAhVKOY
8KHXscBoYQsAQITg&biw=1366&bih=666#imgrc=SRsaObDb-iEY2M: Diakses tanggal 16 April
2018, pukul 21.40

A. PENGERTIAN jAMUR

Sulit untuk memberikan definisi yang tepat mengenai jamur, karena organisme
yang dianggap sebagai jamur sangat bervariasi dalam bentuk, sifat dan siklus
hidupnya. Namun sekarang ahli Botani mencoba mendefinisikan jamur tersebut
berdasarkan ciri-ciri umum yang dimilikinya sebagai berikut :

Jamur adalah organisme eukaryotik (mempunyai inti sejati), tidak


mempunyai klorofil, mempunyai spora untuk berkembang biak, struktur somatik
atau talus berupa sel tunggal (uniseluler) dan umumnya berupa filamen atau
benang-benang bercabang (multiseluler), berkembang biak secara aseksual dan
seksual, dan dinding sel umumnya terdiri dari kitin atau selulosa, atau keduanya.

Bila diperhatikan definisi ini masih belum sempurna karena tidak mencerminkan
ciri-ciri semua kelompok jamur, misalnya jamur lendir tidak mempunyai dinding sel
dan Mycelia sterilia tidak mempunyai spora. Namun demikian definisi ini sudah
mencerminkan ciri-ciri jamur secara umum (Darnetty, 2006. Hal 1-2).

Secara umum Fungi adalah tumbuhan yang berinti, berspora, tidak berklorofil,
berupa sel atau benang bercabang-cabang, dengan dinding dari selulosa atau dari
khitin atau dari keduanya, dan pada umumnya berkembangn biak secara aseksual
dan seksual

Fungi dalam bahasa Indonesia disebut cendawan. Berdasarkan morfologinya,


true fungi (jamur benar) dibedakan menjadi 3 macam yaitu khamir (yeast,
uniseluler); kapang (mold,mould, multiseluler); dan cendawan (mushroom,
berdaging, multiseluler).

1. Khamir (yeast) ialah cendawan bersel tunggal.


- Khamir lebih dikenal sebagai jamur ragi oleh masyarakat awam, hal ini
disebabkan karena jenis fungi ini digunakan sebagai ragi dalam pembuatan tape
atau roti.http://pecintakatak.blogspot.co.id/2014/11/modul-fungi.html. Tetapi
khamir tidak sama dengan ragi, karena Ragi adalah campuran mikroorganisme
yang terdiri dari kapang, khamir, dan bakteri. . (Kurtzman & Fell, 1998 dalam
Gandjar, 2006).
- Sel khamir mempunyai ukuran sel lebih besar daripada bakteri yaitu berkisar
antara 5-10μm. Setiap sel yeast terdiri dari 1 nucleus dan organella-
organella. Secara ultrastruktur, sel yeast tidak berbeda secara fundamental
dengan hifa. Sel yeast dapat berupa sel uniseluler (budding yeast) hifa,
maupun dimorfik.
- Koloni khamir sepintas seperti koloni bakteri tetapi biasanya koloninya
tidak mengkilat dan warnanya seperti mentega.
- Bud scar, merupakan bekas pertunasan, yang dapat digunakan sebagai tanda
berapa kali sel tersebut pernah bertunas. Pertunasan (budding) dapat bersifat
monopolar (1 kutub), bipolar (2 kutub) ataupun multipolar (banyak kutub).
- Bentuk umumnya bulat, oval, silinder, triangular (segitiga melengkung),
apikulat (Lemon), berbentuk botol, Ogival ( bulat panjang dengan salah satu
ujung meruncing) maupun pseudomiselium (miselium semu yaitu sebenarnya
merupakan tunas-tunas yang tidak memisahkan diri sehingga tampak
seperti miselium) https://anzdoc.com/keanekaragaman-jamur-materi-
keanekaragaman-hayati-disusun-ol.html Diakses tanggal 15 April 2018 pukul
19.30 WIB
a. Dimorfisme

Sebagian fungi dapat berbentuk satu sel (fase khamir) pada suatu kondisi dan
dapat berubah menjadi multiseluler (fase kapang) pada kondisi yang lain. Fase
khamir biasanya terjadi ketika fungi hidup sebagai parasit atau patogen dalam
jaringan tubuh inang. Sedangkan fase kapang terjadi ketika fungi hidup
sebagai  saprofit di alam, atau dalam medium di laboratorium. Kemampuan fungi
untuk dapat hidup dalam dua bentuk morfologi ini disebut dimorfisme.
http://pecintakatak.blogspot.co.id/2014/11/modul-fungi.html diunduh 28November
2014. Dimorfik jug terjadi pada beberapa sel yeast yaitu dapat berubah antara
fase yeast dan fase miselium atau filamen karena respon terhadap perubahan
lingkungan.

Contoh yang paling umum ditemukan dimorfik adalah

1) Candida albicans yang dapat berupa yeast ketika tersebar di lapisan air atau
cairan tubuh, tetapi sebagai hifa ketika menginvasi jaringan. Perubahan bentuk
tersebut mendukung perkembangbiakannya dalam sel inang. C. albicans
merupakan flora umum di membran mukosa manusia dan tidak
membahayakan tetapi ketika kondisi sekitarnya berubah maka akan dapat
memproduksi hifa yang menginvasi mukosa dan dapat membahayakan.
2) Mucor rouxii yang berbentuk miselium ketika ada aerasi dan berbentuk
yeast ketika suasana anaerob. https://anzdoc.com/keanekaragaman-jamur-
materi-keanekaragaman-hayati-disusun-ol.html Diakses tanggal 15 April 2018
pukul 19.30 WIB.

Gambar 2. Anatomi Khamir Saccharomyces cerevisiae


https://www.google.co.id/search?q=image+
+Saccharomyces+cerevisiae,&tbm=isch&tbo=u&source=univ&sa=X&ved=0ahUKEwjL7LHjvcDaAhUaT
48KHbNFC40QsAQIZA&biw=1366&bih=666#imgrc=QwZjxUn5a94D5M: Diakses 17 April 2018, pukul
20.10
- Mikrostruktur dari khamir terdiri dari :

Kapsul, dinding sel, membran sitoplasma, nukleus,  atau lebih vakuola,


mitokondria, globula lipid, volutin dan sitoplasma.

1) Kapsul

Beberapa khamir ditutupi oleh komponen ekstraseluler yang berlendir yang


dinamakan kapsul yang menutupi bagian luar dinding sel terutama terdiri dari
polisakarida.

2) Dinding Sel

Dinding sel khamir pada sel-sel yang masih muda sangat tipisdan semakin lama
semakin tebal jika sel semakin tua. Pada dinding sel terdapat struktur yang
disebutbekas lahir (birt scar) dan bekas tunas (bud scar). Bekas lahir adalah
sebuah tanda pada dinding sel yang timbul sebagai akibat pembentukan sel dari sel
induknya melalui pertunasan. Karena itu setiap anak sel hanya mempunyai satu
bekas lahir. Bekas tunas terbentuk jika sel tersebut telah membentuk satu atau lebih
anak sel melalui pertunasan. Dinding sel khamir yang paling banyak diteliti adalah
dinding selSaccharomyces, terdiri dari komponen-komponen sebagai berikut:
Glukan atau selulosa, mannan, protein, khitin dan lipid.

3)  Membran Sitoplasma

Membran sitoplama terdapat di sebelah dalam dinding sel, dengan tebal kurang lebih
8 mm. Membran berperan penting dalam permeabilitas selektif dan dalam trasport
nutrien ke dalam sel dan dalam pelepasan hasil-hasi lmetabolisme ke luar sel.
Membran ini tersusun oleh protein, asam ribonukleat dan lipid.

4)  Nukleus

Inti sel dikelilingi membran inti yang berlapis ganda. Membran inti mempuntai pori-
pori yang berfungsi sebagai jalan pertukaran komponen-komponen sitoplasma
dengan komponen di dalam  nukleus. Bila sel khamir mengalami pembelahan atau
pertunasan, kumpulan kromosom (kromatin) akan menjadi dua.

5)  Vakuola

Biasanya berjumlah satu atau lebih dengan ukuran yang bervariasi. Vakuola ini
berupa kantung dari suatu cairan yang lebih bening dan lebih encer dibandingkan
dengan sitoplasma. Vakuola dapat diwarnai dengan merah netral sehinga dapat
berwarna merah muda dan mudah dibedakan dengan sitoplasma yang tidak
berwarna.
6)  Mitokondria

Organel ini panjangnya 0,4-0,6 mm dan diameternya 0,2-0,3 mm dan berfungsi


dalam proses respirasi khamir. Dilapisi oleh dua lapis membran dimana membran
bagian dalam dinamkan krista. 

7)  Globula Lipid

Khamir mengandung sedikit lipid, dalam bentuk globula yang dapat dilihat dengan
mikroskop setelah diwarnai dengan pewarna lemak, pewarna hitam Sudan atau
merah Sudan. Khamir roti dan species Saccharomyces lainnya mengandung lipid
dalam jumlah yang sangat sedikit.

8)  Sitoplasma

Sitoplasma khamir mengandung berbagai komponen, yakni glikogen yang


merupakan bentuk penyimpanan karbohidrat, asam ribonukleat dan protein.
Bud Scar

Leher penebalan,
tempat terbentuknya cincin khitin

Gambar 3. Yeast yang bertunas. Pada permukaan sel induk tampak adanya bud scar, sisa
pembelahan pada anakan sebelumnya. Yeast ini membentuk tunas baru. Mikroskop elektron
menunjukkan yeast untuk pembuatan roti dan bir. Saccharomyces cerevisiae (Ascomycetes). Sumber :
Madigan et al., 2012. dalam https://biosejati.wordpress.com/category/mikologi-2/ diunduh
17 April 2018. Pukul 20.45

Gambar 2 dan 3 menunjukkann satu sel yeast dengan satu inti serta organel
penyusunnya. Dari sel induk dapat tumbuh lebih dari satu sel anakan. Sel anakan
tumbuh pada permukaan sel dalam ukuran kecil, memanjang dan tumbuh membulat
diikuti pertumbuhan dinding selnya. Pada akhir proses pertumbuhan sel anak, inti sel
induk bermigrasi ke titik pertunasan. Nukleus kemudia terbelah untuk sel anakan.
Akhir dari pertumbuhan tunas/kuncup baru adalah terbentuknya sekat antara sel
induk dengan sel anak. Pada Saccharomyces akan terbentuk cincin chitin yang
diproduksi pada titik leher pada pembelahan. Cincin chitin akan terus diproduksi
kearah dalam sehingga lapisan chitin sempurna untuk sel induk dan sel anak. Sel
dapat membelah dengan bantuan enzim pembelahan. Proses tersebut meninggalkan
bud scar pada induk dan birth scar pada sel anakan. (Deacon, 2012dalam
https://biosejati.wordpress.com/category/mikologi-2/ diunduh 17 April 2018. Pukul
20.45. Bud scar, merupakan bekas pertunasan, yang dapat digunakan sebagai tanda
berapa kali sel tersebut pernah bertunas. Pertunasan (budding) dapat bersifat
monopolar (1 kutub), bipolar (2 kutub) ataupun multipolar (banyak kutub).
https://anzdoc.com/keanekaragaman-jamur-materi-keanekaragaman-hayati-disusun-
ol.html Diakses tanggal 15 April 2018 pukul 19.30
Chitin pada Saccharomyces hanya mengandung 1% saja, cincin chitin hanya
terbentuk di titik leher pembelahan. Merupakan jumlah yang minimal untuk produksi
chitin species jamur https://biosejati.wordpress.com/category/mikologi-2/ diunduh
17 April 2018. Pukul 20.45

- Contoh species yang termasuk kelompok yeast adalah Saccharomyces


cerevisiae, Candida albicans (Candida albicans yang dapat menyebabkan penyakit
sariawan), Yarrowia lipolytica, Schizosaccharomyces pombe, dan lain-lain.
https://anzdoc.com/keanekaragaman-jamur-materi-keanekaragaman-hayati-
disusun-ol.html Diakses tanggal 15 April 2018 pukul 19.30 WIB

Gambar 4. Candida albicans

https://www.google.co.id/search?
q=image+Candida+albicans&tbm=isch&tbo=u&source=univ&sa=X&ved=0ahUKEwjnwoS8tsDaAh
UJr48KHQg2BA0QsAQITA#imgdii=vmE7QDqphk44xM:&imgrc=xDPYCafH0dRrKM: Diakses 17
april 2018 pukul 21.05
Gambar 5. Yarrowia lipolytica

On the left are colonies of Yarrowia lipolytica growing on plate count agar in a Petri dish in
the lab. Each colony originated from a single yeast cell and grew to contain many cells in a
large mound. On the right is a microscopic (1000X magnification) view of Yarrowia
lipolytica cells. The mix of hyphae and yeast cells produces the undulating colonies shown
on the left.http://microbialfoods.org/microbe-guide-yarrowia-lipolytica/Diunduh 17 April 2018

Gambar 6. Yarrowia lipolytica

https://www.google.co.id/search?
q=Image+Yarrowia+lipolytica&tbm=isch&tbo=u&source=univ&sa=X&ved=0ahUKEwjQ5M2iuMDaAh
VBwI8KHWT9AJMQsAQIXg&biw=1366&bih=666#imgrc=hXhP3Pn9CyQ5fM: Diunduh 17 April 2018
Gambar 7. Schizosaccharomyces pombe

https://www.google.co.id/search?
q=image+Schizosaccharomyces+pombe&tbm=isch&tbo=u&source=univ&sa=X&ved=0ahUK
Ewio6oKtvMDaAhXLO48KHa3xA4UQsAQIOg&biw=1366&bih=666#imgrc=rDM7RejBLUxT-
M: Diunduh 17 April 2018

Gambar 8. Saccharomyces cerevisiae

https://www.google.co.id/search?q=image+
+Saccharomyces+cerevisiae,&tbm=isch&tbo=u&source=univ&sa=X&ved=0ahUKEwjL7LHjvcDaA
hUaT48KHbNFC40QsAQIZA&biw=1366&bih=666#imgrc=FMAgQdLyV3ewBM:

2. Kapang (moulds) ialah cendawan yang berukuran renik.

Kapang merupakan fungi multiseluler yang berbentuk benang atau filament,


seperti Rhizopus oryzae (jamur tempe) dan Neurospora sitophila (jamur oncom).
Tubuh atau talus kapang terdiri darimiselium dan spora. miselium tersusun dari
beberapa filament yang disebut hifae (tunggal, hifa). Hifa terbentuk dari rangkaian
sel yang tersusun memanjang dan membentuk helaian seperti benang.
http://pecintakatak.blogspot.co.id/2014/11/modul-fungi.html
Gambar 1.2. Moulds
a. Struktur umum Kapang
Jamur benang atau Kapang (mold, mould) atau fungi
berfilamen merupakan fungi multiseluler yang banyak dijumpai di
lingkungan sekitar kita.
Struktur umumnya yaitu berupa hifa (filamen) yang berbentuk tabung,
dinding sel rigid (kaku), dan terlihat ada pergerakan protoplasma didalamnya.
Kumpulan hifa dinamakan miselium. Panjang hifa tidak terbatas tetapi
diameternya konstan berukuran umumnya berkisar antara 1-2 μm atau 5-
10 μm tetapi ada yang mencapai 30 μm. Hifa ada yang mempunyai
sekat (septa) atau tidak mempunyai sekat (senositik). Phylum Ascomycota
dan Basidiomycota mempunyai hifa bersepta sedangkan Oomycota dan
Zygomycota tidak bersepta. Walaupun terdapat septa tetapi masih
memungkinkan adanya pergerakan protoplasma karena septa tersebut
berpori. Septa akan membagi hifa ke dalam kompartemen-
kompartemen yang masih bisa saling berhubungan. Hifa basidimycota
khas yaitu dalam satu kompartemen ada yang monokaryon (1 nucleus)
ataupun dikaryon (2 nucleus); mempunyai dolipore septum (septa khas
dengan ciri pori sentral sempit yatu 100-150nm, terdapat sayap yang
didominasi glukan mengelilingi pori, dan terdapat parenthosom
bermembran); dan mempunyai clamp connection (seperti kait yang
menghubungkan antar kompartemen) . https://anzdoc.com/keanekaragaman-
jamur-materi-keanekaragaman-hayati-disusun-ol.html Diakses tanggal 15 April 2018
pukul 19.30 WIB

Hifa tumbuh dengan perpanjangan pada bagian ujungnya. Fungi ada


yang mampu tumbuh cepat, misalnya Rhizopus sp, Mucor sp, dan
Synchepalastrum sp yang koloninya mampu memenuhi cawan petri
selama 2 hari inkubasi. Fungi yang pertumbuhannya lambat bisa
mencapai 7-10 hari misalnya Aspergillus sp, Penicillium sp, dan
Trichoderma sp. Setiap bagian hifa dapat tumbuh menjadi individu baru
sehingga ketika hifa putus (fragmentasi hifa) maka fragmen tersebut dapat
menjadi hifa baru.
Bagian dari hifa yang berfungsi untuk mendapatkan nutrisi
dinamakan hifa vegetatif sedangkan bagian hifa yang berfungsi untuk
reproduksi dinamakan hifa reproduktif atau hifa aerial . Penamaan hifa
aerial karena tumbuh ke atas permukaan medium. Warna koloni dapat
diakibatkan karena pigmentasi hifa (melamin), pigmen yang
dikeluarkan,maupun produksi spora (paling umum). .
https://anzdoc.com/keanekaragaman-jamur-materi-keanekaragaman-hayati-disusun-
ol.html Diakses tanggal 15 April 2018 pukul 19.30 WIB

Jamur (mushroom) ialah cendawan yang tubuh buahnya berukuran besar

Fungi jenis ini memiliki tubuh buah yang besar sehingga dapat dilihat dengan
mudah oleh mata. Berbeda dengan miselium pada kapang yang terjalin bebas tidak
beraturan, miselium pada mushroom tersusun dalam struktur padat yang
terorganisasi secara terartur membentuk tubuh buah. Bentuk tubuh buah pada
mushroom beragam, di antaranya berbentuk payung, mangkuk, bulat, dan berbentuk
seperti kuping.
Contoh fungi bertubuh buah adalah jamur merang (Volvariella volvaceae) dan jamur
kuping (Auricularia auricula) http://pecintakatak.blogspot.co.id/2014/11/modul-
fungi.html

Gambar 1.1 Mushroom

Ragi tidak sama dengan Khamir

Selama ini banyak orang yang memiliki anggapan salah bahwa khamir sama
denga ragi. Ragi atau dalam bahasa Inggris disebut starter, merupakan inokulum
yang ditambahkan kedalam suatu substrat sehingga substrat tersebut akan berubah,
atau mengalami fermentasi. Pada umumnya ragi digunakan orang Indonesia untuk
membuat makanan fermentasi, seperti tape..
Tape merupakan makanan fermentasi tradisional yang sudah tidak asing lagi.
Tape dibuat dari beras ketan atau singkong. Berbeda dengan makanan fermentasi
lainnya yang hanya melibatkan satu mikroorganisme yang berperan utama, seperti
tempe atau minuman alcohol, pembuatan tape melibatkan banyak mikroorganisme.
Inokulum tape, atau sering disebut ragi tape, telah lama diteliti.
Dwidjoseputro & Wolf (1970) merupakan salah satu peneliti pertama yang
berusaha mengidentifikasi mikroorganisme dari ragi tapae dan berhasil
mengidentifikasi dua species khamir, yaitu :
1. Candida lactose
2. Pichia malanga
Djien (1972) adalah peneliti lain yang berhasil mengidentifikasi kapang, yaitu :
1. Chlamydomucor oryzae Lima species dari genus Mucor
2. Satu species Rhizopus
dan Khamir
1. Pichia burtonii dan
2. Endomycopsis fibuliger
dari ragi tapi.

Chlamydomucor oryzae sinonim dari Amylomyces rouxii, nama terakhir


tersebut merupakan nama yang sekarang digunakan (Ellis er al. 1976).
Endomycopsis fibuliger dan Candida lactose merupakan sinonim dari
Saccharomycopsis fibuligera (Barnet et al. 20000. Sedangkan Pichia malanga
merupakan sinonim Saccharomycopsis malanga (Barnet et al. 2000).
Penelitian-penelitian terbaru mengungkapkan species-species lain yang terdapat
dalam ragi tape selain yang telah disebutkan di atas, antara lain khamir Candida utilis
dan Saccharomyces cerevisiae, dan Candida utilis serta baktaeri Pediococcus sp, dan
Bacillus sp.

Dapat dilihat ternyata ragi tape saja mengandung 10 mikroorganisme dari


berbagai kelompok, sehingga anggapan bahwa ragi sama dengan khamir memang
tidak benar. http://milmi.staff.ugm.ac.id/?p=106, Diakses 15 april 2018, pk 18.50

3. Cendawan bukanlah tumbuhan atau hewan.


Cendawan tidak memiliki klorofil seperti tumbuhan sehingga tidak dapat
melakukan fotosintesis dan menyimpan karbohidrat dalam bentuk glikogen bukan
pati seperti pada tumbuhan.
Cendawan tidak menelan dan mengunyak makanan seperti pada hewan,
melainkan merombak makanannya diluar tubuh secara enzimatik dan diserap melalui
hifa (Siregar, 2008)
Diantara ciri-cirinya yang penting dari jamur adalah tidak mengandung
klorofil, tubuh terdiri dari filamen atau benang yang bercabang-cabang yang disebut
hifa (Tjitrosomo, 1984).
Bersama bakteri, fungi atau cendawan merupakan mahluk utama dalam
penghancuran bahan organik, maka dengan demikian mereka memainkan bagian
yang amat penting dalam nutrisi tumbuhan hidup. Cendawan dimanfaatkan dalam
pembuatan makanan, ilmu kedokteran dan proses-proses industri. Fungi juga
menyebabkann penyakit pada manusia, hewan maupun tumbuhan. Jadi seperti
halnya dengan bakteri, ganggang dan golongan tumbuhan lainnya, maka diantara
jamur ada yang berguna dan ada yang tidak berguna , bahkan mengancam kehidupan
manusia (Dwidjoseputro, 1978)

4. Bagaimana kita mengetahui ada jamur disekitar kita ?

Sejak dahulu kala orang kenal jamur, karena dalam kehidupannya sehari-hari
berhubungan dengan jamur. Makanan yang disimpannya dapat ditumbuhi jamur,
pakaiannya dapat berjamur, perabot rumah tangganya dapat ditumbuhi oleh jamur,
tanaman piaraannya dapat terserang oleh jamur, dan sebagainya (Dwijoseputro,
1978).

Cara yang mudah untuk mengetahui adanya jamur adalah dengan meletakkan
suatu cawan petri berisi medium Potato Dextrose Agar atau Tauge Extract 6%
Sucrose Agar di di udara terbuka selama 30 menit. Kemudian cawan petri tersebut
ditutup dan diinkubasikan selama 2-7 hari. Pada permukaan agar akan tampak
koloni-koloni jamur bercampur dengan koloni bakteri. Koloni-koloni jamur dengan
permukaan seperti beludru atau tepung halus, atau seperti butiran yang kasar
menunjukkan keindahan warna dan dibawah mikroskop stereo dapat dilihat aneka
bentuk kepala konidia. Koloni jamur mudah dibedakan dari koloni bakteri, karena
umumnya jamur tumbuh berupa benang-benang halus, sedangkan koloni bakteri
tampak berupa bulatan kental dengan permukaan yang umumnya licin atau redup
atau kasar. Untuk mengetahui lebih pasti apakah bulatan kental tersebut adalah
koloni bakteri atau jamur, kita harus membuat preparat mikroskopis (Ganjar dkk,
2006. Hal 2-3).

B. PERANAN FUNGI BAGI KEHIDUPAN MANUSIA

- di bidang pertanian dan perkebunan menyebabkan penyakit pada tanaman


bernilai ekonomi;
- di bidang kehutanan merusak kayu dan hasil olahannya; akan tetapi fungi justru
diperlukan untuk penyuburan tanah;
- dibidang farmasi fungi dimanfaatkan untuk menghasilkan antibiotika; di
industri kimia untuk proses-proses biotransformasi tertentu untuk
menghasilkan aneka enzim dan senyawa-senyawa asam organik tertentu;
- dibidang kedokteran sejumlah fungi memang patogen bagi manusia, antara lain
menyebabkan alergi dan dermatomikosis;
- di bidang kesehatan masyarakat spora fungi di udara menyebabkan pengotoran
udara yang bila dihirup menyebabkan batuk-batuk dan alergi;
- di samping itu diketahui pula bahwa fungi dapat merusak lukisan cat, minyak
bumi, kertas, dan tekstil (Gandjar dkk, 1999).

1. Fungi dapat merugikan dan menguntungkan manusia karena

Karena jamur merupakan organisme yang tidak berkloforil maka jamur tidak
mempunyai kemampuan untuk memproduksi makanannya sendiri atau dapat
dikatakan bahwa jamur tidak bisa memanfaatkan karbondioksida sebagai sumber
karbonnya. Oleh karena jamur memerlukan senyawa organik baik dari bahan organik
mati maupun dari organisme hidup sehigga jamur dikatakan organisme heterotrofik.
Jamur ini ada yang hidup dan memperoleh makanan dari bahan organik mati seperti
sisa-sisa hewan dan tumbuhan, dan ada pula yang hidup dan memperoleh makanan
dari organisme hidup. Jamur yang hidup dan memperoleh makanan dari bahan
organik mati dinamakan saprofit, sedangkan yang hidup dan memperoleh makanan
dari organisme hidup dinamakan parasit. .(Darnetty)

Pada umumnya jamur yang hidup sebagai saprofit menguntungkan bagi


kehidupan manusia misalnya sebagai dekomposer yang dapat menghancurkan sisa-
sisa tumbuhan ataupun hewan yang berupa senyawa kompleks menjadi senyawa
sederhana, dan kemudian dikembalaikan ke dalam tanah sehingga dapat
meningkatkan kesuburan tanah. Jamur saprofitik juga memegang peranan penting
dalam industri fermentasi misalnya dalam pembuatan bir, roti, tempe dan juga
digunakan dalam memproduksi asam-asam organik, obat-obatan, vitamin dan
antibiotik seperti penisilin, ampisilin dan griseovulfin. Selain itu jamur saprofitik
banyak juga yang dikomsunsi oleh manusia, misalnya jamur merang (Volvariella
volvaceae), jamur tiram (Pleurotus spp), Jamur kuping (Auricularia spp) dan
Champignon (Agaricus spp). Akhir-akhir ini penggunaan jamur untuk
mengendalikan patogen tanaman telah mulai digalakkan seperti Trichoderma, dan
Gliocladium, dan juga untuk mengendalikan hama serangga seperti Metarhizium,
dan Beauveria. Walaupun pada umumnya jamur saprofitik menguntungkan bagi
manusia, namun banyak juga yangamerugikan bagi manusia, apabila hidupnya
merusak bahan makanan, perabotan, pakaian dan sebagainya. .(Darnetty)
Jamur yang hidup sebagai parasit umumnya merugikan karena dapat
menyebabkan berbagai penyakit pada tumbuhan, hewan dan manusia. Misalnya
jamur Phytophthora infestans menyebabkan penyakit late blight pada kentang,
Fusarium oxysporum f.sp.cubense penyebab penyakit layu pada pisang, Ustilago
maydis penyebab penyakit gosong pada jagung, Candida albicans penyebab
penyakit Monilialis/Candidiasis pada manusia. Sejumlah jamur ada yang
menghasilkan senyawa metabolit sekunder yang berbahaya seperti aflatoksin yang
dihasilkan oleh jamur Aspergillus, terutama Aspergillus flavus. Disamping itu ada
pula yang menghasilkan senyawa metabolit sekunder yang bermanfaat seperti
Gibberalin (hormon pertumbuhan) yang dihasilkan oleh jamur Gibberella fujikuroi
penyebab penyakit bakanae pada padi. .(Darnetty)

Tidak semua jamur yang berasosiasi dengan tanaman akan merusak tanaman
tersebut, tetapi ada yang menguntungkan bagi jamur dan tanaman. Misalnya jamur
mikoriza (jamu rmembentuk organ khusus dengan akar tanaman) seperti anggota
dari ordo Glomales (Glomus, Gigaspora dll) yang dikenal dengan jamur VAM
(vesikular- Arbuskular Mikoriza). Struktur ini sangat menguntungkan bagi jamur
dan tanaman. Disamping itu ada juga jamur yang berasosiasi dengan ganggang yang
dikenal dengan liken.(Darnetty)

a. Biodegradasi dan Biodeteriorasi

Kerusakan aneka bahan alam atau material oleh fungi penyebab kerugian besar
pada manusia sudah lama mendapat perhatian dari para iluwan. Kerusakan tersebut
menyebabkan perubahan pada substrat, terutama pada tekstur, sehingga tidak
mempunyai nilai ekonomi lagi. Penguraian substrat disebabkan oleh enzim-enzim
dari fungi.

Istilah penguraian melahirkan dua pengertian yang dapat dilihat dari segi
menguntungkan atau merugikan manusia, yaitu Biodegradasi dan biodeteriorasi.

1) Biodegradasi

adalah penguraian fisik pada substrat oleh aktivitas mikroorganisme dengan


menghasilkan produk yang bermanfaat untuk manusia. Biodegradasi, misalnya
terjadi pada pembuatan makanan fermentasi dan minuman fermentasi tradisional
yang kita kenal sehari-hari (tempe kedelai, tapai singkong atau tapai ketan, tauco,
dan lain-lain). Penguraian juga terjadi pada bahan-bahan yang merupakan limbah
suatu proses yang kemudian melalui fermentasi oleh mikroorganisme menjadi
produk bermanfaat. Contoh hasil fermentasi limbah padat yang dikenal di
Indonesia , antara lain, tempe gembus, tempe bungkil, oncom kacang tanah; ada
juga suatu produk dari bahan limbah untuk pembuatan kompos padat (landfill),
atau protein sel tunggal dari limbah pertanian.

2) Biodeteriorasi

Deteriorasi

Deteriorasi adalah penguraian bahan atau substrat yang bersifat merugikan


karena menyebabkan perubahan atau kerusakan, sehingga substrat tersebut tidak
dapat dimanfaatkan manusia atau tidak mempunyai nilai ekonomi lagi.
Deteriorasi adalah juga suatu proses degradasi. Deteriorasi pada bahan pangan
terjadi karena bahan pangan tersebut tidak disimpan sebagaimana seharusnya,
sehingga mengubah tekstur dan menimbulkan perubahan warna serta bau busuk.
Hal tersebut dapat dilihat, misalnya pada serealia dan biji-bijian yang disimpan di
gudang yang kurang terawat. Tidak fungi saja yang tumbuh, tetapi juga bakteri.
Akibatnya adalah bahwa komoditi tersebut tidak memenuhi persyaratan sebagai
komoditi ekonomi. Contoh lain, perubahan warna pada sepatu atau tas dari kulit,
atau kerapuhan pada bahan tekstil juga bisa terjadi karena aktivitas fungi,
sehingga tidak bisa digunakan lagi.
Kerusakan dapat terjadi antara lain pada :
a) Kerusakan pada bahan pangan karbohidrat

Kerusakan utama bahan pangan pokok yang ditimbun di gudang dalam


jumlah besar sebagai persediaan, antara lain beras, gandum, jagung, kacang tanah,
kacang hijau, banyak disebabkan olehfungi. Bahan pangan tersebut mengalami
perubahan fisik, yaitu menggumpal, berbau apek, dan berubah warna (bergantung
kepada jenis fungi yang tumbuh). Fungi penyebab kerusakan tersebut dinamakan
kapang gudang atau storage moulds, misalnya Aspergillus oryzae, A. flavus, A.
tamarii, A. niger, A. ochraceus, Rhizopus oryzae, R. arrhizus, Penicillium
italicum, P. Citrinum, P. Chrysagenum, Alternaria alternata, Cladosporium spp.,
Curvularia spp. Kontaminasi umumnya terjadi karena penanganan pasca panen
kurang diperhatikan, sehingga konidia fungi yang ada di tanah terbawa oleh hasil
panen. Kehadiran fungi pada bahan pangan cukup membahayakan karena
mikotoksin yang dapat dihasilkannya, seperti aflatoksin B1, B2, G1, G2,
ochratoksin, patulin, dan lain sebagainya (Hesseltine & Wang, 1986; Samson et
al., 1995; Gravesen et all., 1994 dalam Gandjar dkk, 2006). Kelembaban nisbi di
gudang seringkali mempengaruhi pertumbuhan kapang. Hasil metabolisme
kapang antara lain air menambah kelembapan lingkungan. Peningkatan suasana
lembab tersebut memicu pertumbuhan khamir serta bakteri yang ada di
lingkungan. Oleh karena itu, faktor lingkungan tempat penyimpanan bahan
pangan tersebut perlu sekali diperhatikan, tidak hanya pada skala besar seperti
gudang penyimpanan, tetapi juga pada skala rumah tangga.

b) Kerusakan pada sayuran dan buah-buahan segar

Kerusakan pada apel, pir, mangga, pisang, jeruk, anggur, nenas, buah kiwi,
ceri, stroberi, pepaya, belimbing, tomat sebagian besar disebabkan oleh jamur dan
khamir, dan hanya sedikit oleh bakteri. Penanganan yang kurang baik sewaktu
panen, transportasi, dan penyimpanan menyebabkan fungi mudah tumbuh pada
lokasi yang ada kerusakan. Enzim selulase dan pektinase berperan merusak
dinding sel sayuran dan buah-buahan, sehingga struktur menjadi lunak. Faktor pH
yang rendah pada buah-buahan merupakan faktor pertumbuhan yang baik bagi
fungi. Genera fungi yang banyak diisolasi adalah : Aspergillus, Penicillium,
Alternaria, Monilia, Sclerotinia, Botrytis, Trichoderma, Acremoniium,
Aureobasidium, dan Cladosporium (Frazier & Westhoff, 1988; Gravesen et al.,
1994; Samson et al., 1995 dalam Gandjdar dkk, 2006).

c) Kerusakan pada rempah-rempah

Di daerah tropis rempah-rempah seperti merica, pala, kemiri, ketumbar,


dan kayu manis seringkali ditumbuhi fungi meskipun rempah-rempah tersebut
sudah dikeringkan agar dapat disimpan untuk jangka waktu lama. Meskipun
demikian, rempah tersebut masih saja dapat ditumbuhi jamur (Hocking, 1991
dalam Gandjar, 2006). Pitt et al (1998, dalam Gandjar dkk, 2006) melakukan
studi, yaitu meneliti fungi pada rempah-rempah dari berbagai tempat di Indoneisa
dan mengisolasi Aspergillus flavus, A. sydowi, A. versicolor, Emericella nidulans,
Eurotium chevalieri, Paecilomyces variotii dan Penicillium citrinum. Di
Indonesia, dedaunan baik segar maupun yang sudah dikeringkan, yang dipakai
sebagai bahan untuk pembuatan jamu bersama dengan rempah-rempah sebaiknya
juga diteliti fungi yang dapat tumbuh pada bahan-bahan tersebut, karena
metabolime sekunder dari fungi akan ikut serta pada waktu pemrosessan jamur.

c. Contoh Fungi yang dapat merugikan manusia


1) Ada yang menghasilkan racun
Contoh :
- Aspergillus flavus menghasilkan racun aflatoksin, hidup pada biji-bijian
- Amanita muscaria, menghasilkan racunmuskarin yang dapat membunuh lalat
- Amanita phalloides, menghasilkan racun falin yang merusak darah
http://pelajaranapa.blogspot.co.id/2011/03/jamur-yang-memiliki-racun.html

2) Yang hidup parasit merugikan bagi kehidupan manusia.


Terutama yang dapat menimbulkan penyakit pada manusia, ternak maupun
tumbuhan. Jamur menginfeksi tanaman yang sudah di panen, menginfeksi akar,
batang, buah, daun, maupun biji. Pada manusia dan hewan jamur menginfeksi
kulit, usus, saluran pernafasan dan paru serta saluran kelamin.
Bahkan sekitar 25% organismse pengganggu yang menimbulkan kerugian
dibidang pertanian di dunia, adalah disebabkan oleh jamur. Jamur merupakan
jenis patogen yang menyebabkan sebagian besar penyakit baik pada tanaman di
lapangan atau pada produk-produk pertanian pasca panen. Penyakit karena jamur
dapat menyebabkan kerugian karena dapat menurunkan hasil pertanian baik
secara kualitatif maupun kuantitatif.
Jamur –jamur patogen ini ada yang bersifat :
a)  parasit sejati atau parasit obligat, yang hanya dapat hidup pada inang yang
hidup
b)  parasit fakultatif/parasit non obligat , yang dapat hidup sebagai parasit dan
juga saprofit bila tidak ada tanaman inang.
3) Spora fungi di udara menyebabkan pengotoran udara yang bila dihirup
menyebabkan batuk-batuk dan alergi
4) fungi dapat merusak lukisan cat, kertas, dan tekstil. (Gandjar dkk, 1999).

d. Contoh Fungi yang dapat menguntungkan manusia


1) Jamur-jamur konsumsi
            Beberapa jamur anggota Phylum Basidiomycotina yang membentuk badan
buah makroskopis (biasanya berupa payung, lunak) merupakan jamur konsumsi,
dimakan sebagai sayuran (mushroom) yang beberapa diantaranya bahkan telah
banyak dibudidayakan. Jamur-jamur tersebut antara lain
a) Pleurotus ostreotus (jamur Tiram),. (http://ini4you.blogspot.com/)
b) Auricularia politricha (jamur kuping)
c) A. auricula (lember)
d) Volvariela volvaceae (jamur merang)
e) Agaricus campestris (jamur kancing)

2) Dipakai dalam pengolahan makanan, seperti untuk membuat roti, keju, tempe,
oncom dll
Contoh : a) Saccharomyces cereviceae, dikenal sebagai ragi
b) P. requeforti dan P. camemberti, Digunakan dalam pembuatan keju
c) Mucor dan Rhizopus, Digunakan dalam pembuatan tempe
3) Dipakai dalam pengolahan minuman, seperti untuk membuat minuman keras
(mengandung alkohol)
Contoh : A. oyzae, untuk pembuatan sake
4) Menghasilkan antibiotika, Penicillium notatum dan P. chrysogenum,
menghasilkan antibiotika

5) Dalam industri kimia untuk proses-proses biotransformasi tertentu untuk


menghasilkan aneka enzim dan senyawa-senyawa asam organik tertentu.
Aspergillus niger penghasil asam sitrat
(http://www.mahkotasains.com/2016/08/klasifikasi- dan-peranan-fungi-
jamur.html)

6) Ikut membusukkan sampah, batang pohon, bangkai di alam sehingga terurai


molekulnya dan dapat dimanfaatkan oleh tumbuhan.
Contoh :
- Higroporus dan Lycoperdon perlatum berguna sebagai dekomposer.
- Mucor mucedo, berperan dalam mengurai kotoran hewanor

7) Jamur sebagai Agen Antagonis Patogen


Jamur juga dapat digunakan sebagai agen biokontrol penyakit tumbuhan.
Beberapa anggota PGPF antara lain Trichoderma, Gliocladiumdan MVA
selain sebagai pupuk biologi, dapat pula berperan sebagai agen pengendali
secara biologi terhadap patogen. Jamur-jamur yang juga sering berperan
sebagai antagonis pathogen tumbuhan antara lain : binucleate Rhizoctonia,
Fusarium yang non pathogenik, Chaetomium, dsb.   
Mekanisme antagonisme dari jamur-jamur tersebut dapat secara langsung
misalnya dengan pembentukan antibiotik, dengan kompetisi atau hiperparasit
juga dapat secara langsung melalui kemampuan mereka dalam menginduksi
resistensi tanaman terhadap patogen.
             Selain sebagai antagonis patogen, jamur juga dapat berperan sebagai
entomopatogen (agen biokontrol serangga hama) dan nematopatogen (agen
biokontrol nematoda). Genus yang dikenal sebagai entomopatogen antara
lain Beauveria, Metharrizium, Verticillium, Cordiceps, sedangkan yang
dikenal sebagai nematopatogen antara lain Paecillomyces, Dactylella,
Arthrobotrys dsb.

8) Jamur sebagai Pupuk Hayati


             Salah satu peranan penting jamur bagi kehidupan manusia adalah sebagai
pupuk hayati. Beberapa jamur rhizosfer (berada di area perakaran tanaman)
diantaranya Trichodermasp., Gliocladium sp. dapat menghasilkan hormon-
hormon yang dapat memacu pertumbuhan tanaman. Jamur semacam itu
disebut Plant growth Promoting Fungi/PGPF (jamur pemacu pertumbuhan
tanaman). Selain jamur rhizosfer, jamur yang dapat meningkatkan
pertumbuhan tanaman inangnya adalah jamur-jamur yang membentuk
vesicular-arbuskular yang dikenal dengan jamur vesicular-arbuskular atau
mikoriza vesikular-arbukuslar (MVA).
             Mikoriza vesicular-arbuskular adalah jamur yang berasosiasi dengan akar
tanaman tinggi. MVA telah diketemukan pada 70% dari seluruh famili
tanaman. Jamur MVA merupakan jamur yang besifat obligat yaitu hanya dapat
hidup pada jaringan inang. Asosiasi antara MVA dengan tanaman bersifat
mutualistik, dimana MVA meningkatkan serapan air dan unsur hara dari tanah
ke tanaman, sedangkan MVA mendapatkan nutrisi berupa karobohidrat dari
tanaman untuk perkembangbiakannya.
Jamur MVA pada umumnya berasal dari Ordo Glomales. Genus yang
merupakan jamur MVA antara lain Gigaspora,
Scutellospora,Glomus, Sclerocytis, Acaulospora dan Entropospora. Peranan
MVA sebagai pupuk biologi bagi tanaman dapat secara langsung maupun tidak
langsung. Secara langsung, MVA dapat meningkatkan serapan air, hara dan
melindungi tanaman dari pathogen akar dan unsure-unsur toksik. Secara tidak
langsung MVA berperan dalam memperbaiki struktur tanah, meningkatkan
kelarutan hara dan proses pelapukan bahan induk.
Kontribusi MVA dalam mendukung pertumbuhan dan perkembangan
tanaman adalah sebagai berikut :
a) Meningkatkan zona eksploitasi perakaran hingga 10 kali sehingga suplai
hara dan air bagi tanaman dapat meningkat.
b) Memperluas bidak kontak perakaran dan meningkatkan kemampuan
menyerap unsure hara dan air di dalam tanah.
c) Meningkatkan kelarutan dan ketersediaan hara, khususnya hara yang tidak
atau sukar larut dalam tanah (P) sehingga tersedia bagi tanaman.
d) Berperan dalam transformasi unsure hara (Proses biogeoeimia) dalam tanah,
yaitu melalui proses mineralisasi maupun dekomposisi berbagai senyawa
organik.
e) Meningkatkan toleransi tanaman terhadap senyawa atau unsure logam berat
dalam tanah.
f) Meningkatkan ketahanan tanaman terhadap kekeringan dan kelembaban yang
ekstrim.  Hifa MVA mampu menembus pori mikro dan mengambil air
walaupun dalam jumlah yang relatif sedikit.
Beberapa genus jamur lain misalnya Aspergillus sp.juga dapat bereran
sebagai  pelarut fosfat (P) dengan cara dihasilkannya asam2 organik spt format,
asetat, propionat, laktonat, glikolat, fumarat & suksinat yg dpt mengkhelat Al
atau Fe shg P bebas.

9) Perombak bahan organik


Perombakan bahan organik merupakan proses yang melibatkan makro dan
mikroorganisme tanah. Makrofauna tanah seperti cacing tanah, rayap, semut dsb
memotong-motong bahan organik menjadi bagian yang lebih kecil. Tahap awal
dekomposisi biasanya dilakukan oleh bakteri untuk merombak bahan2 yang
mudah lapuk (misallnya selulosa). Fungi/jamur tertentu misalnya dapat
mendekomposisi senyawa organik terutama lignin dan polimer lainnya yang
sukar lapuk

C. Ciri-ciri umum Jamur

1. Jamur merupakan tumbuhan yang uniseluler atau multiseluler, bahkan ada yang
aseluler karena tidak mempunyai dinding sel (Yayan, 1986)

2. Tubuh jamur dibina atas benang-benang yang bercabang-cabang yang disebut


Hifa, dan kumpulan hifa disebut miselium. Miselium dapat membentuk jaringan
yang tebal yang disebut Rhizomorph (anyaman hifa yang sangat padat) yang
berguna untuk mengatasi keadaan buru

Gambar 1.4. Hifa dan


Miselium

Hifa jamur mempunyai kemampuan untuk tumbuh tanpa batas pada


kondisi yang menguntungkan.Di alam, koloni jamur telah diketahui tumbuh
terus menerus selama 400 tahun lebih. Miselium jamur umumnya berawal dari
tabung kecambah yang berasal dari perkecambahan spora. Pertumbuhan hifa
jamur hanya terjadi pada ujung-ujungnya. Bila tidak ada faktor penghambat,
miselium cenderung untuk tumbuh sama kesegala arah dari titik pusat, atau
dengan kata lain koloni jamur berbentuk lingkaran (Darnetty, 2006).

Hifa berinti, yang disebut Coenocytis yaitu berupa sel panjang


dengan banyak inti; ada yang tanpa sekat ada pula yang bersekat
(bersepta/septum). Septum adalah suatu sekat yang mebagi hifa menjadi
kompartemen-kompartemen. Meskipun demikian protoplasma dari sel-sel
masih saling berhubungan karena septum tersebut mempunyai lubang-lubang
(Sastrahidayat).

Gambar 1.5. a. Hifa tidak bersekat b. hifa bersekat

Ada jamur yang septanya tertutup sempurna, ada yang berlubang-lubang


halus, ada pula yang berlubang besar satu, sehingga disebut tidak ada septa
lagi. Lubang halus septa disebut porus (jamak pori). Jika septa tertutup
sempurna tak ada hubungan antara sel tetangga. Jika ada pori berarti ada
hubungan antara protoplasma sehifa (Yatim, 1983), Pada hifa yang bersekat-
sekat inilah ada aliran protoplasma dari sel yang satu ke sel yang lain lewat pori
yang terdapat pada sekat. Bahkan intipun dapat pindah tempat melalui pori
tersebut.

a. Jamur tingkat tinggi terdidri dari anyaman hifa yang biasanya disebut
prosenkim, pseudoparenkim dan rizomorf.
1) Prosenkim merupakan jalinan hifa yang kendor, tiap-tiap hifa masih
jelas dan mudah dipisahkan satu sama lain.
2) Pseudoparenkim merupakan jalinan hifa yang lebih padat dan seragam
3) Rizomorf merupakan anyaman hifa yang sangat padat yang berfungsi
mengatasi keadaan yang buruk.
b. Hifa dapat dibedakan atas dua tipe berdasarkan fungsinya, yaitu :
1) Hifa vegetative/menjalar/melekat
Rebah pada permukaan substrat atau tumbuh mengarah ke dalam substrat,
fungsinya adalah mengabsorbsi nutrien yang diperlukan untuk kehidupan
fungi
2) Hifa generatif/fertil/menegak
Adalah hifa yang tumbuh mengarah keluar/tegak pada miselium yg ada
di permukaan substrat disebut hifa fertil/generative karena berperan
sebagai alat reproduksi. Bagian ini tegak keluar substrat/tubuh topangan,
dengan demikian spora yang dihasilkan muda tersebar dengan terbawa
angin, air dll untuk reproduksi .
c. Dalam perkembangan hidupnya hifa dapat membentuk berbagai struktur
khusus yang mempunyai fungsi tertentu pula, misalnya :
1) Apresorium : Adalah ujung hifa atau tabungkecambah yang membengkak
yang berguna untuk menempelkan dan mempenetrasi inang oleh jamur.

Gambar 1.6. Appressorium


2) Haustorium :
Merupakan hifa yang bagian ujungnya termodifikasi menjadi ujung hifa
penyerap makanan. Ujung hifa tersebut berfungsi menembus jaringan
tubuh inang dan menyerap nutrisi yang berasal dari jaringan tubuh inang
tersebut. Haustoria umumnya dimiliki oleh fungi parasitic.
http://pecintakatak.blogspot.co.id/2014/11/modul-fungi.html
Gambar 1.7. Haustorium jamur menembus daun
3) Stroma, organ yang bentuknya seperti bantalan yang nantinya     sebagai
tempat terbetuknya badan buah
4) Alat-alat reproduksi, seperti gametangia, sporongium dan sporangiofore,
konidium dan konidiofor, khlamidospora dan bermacam-macam tubuh
buah (peritesium, kleistotesium, apotesium) dll (ika)

Gambar 1.8. Alat-alat Reproduksi

5) Macam-macam badan buah atau tempat terbentuknya konidiofor dan


konidia antara lain :
a)   sinemata (sinema, kalau banyak): yaitu kumpulan konidiofor yang
terjalin kuat pada bagian dasarnya sehingga berbentuk seperti
menara. Konidia dapat terbentuk sepanjang sinema atau pada
ujungnya saja
b)  sporodokium (sporodokia jika banyak) : yaitu  stroma (kumpulan
hifa tempat terbentuknya organ reproduksi) yang menonjol
sehingga seperti bantalan, di mana diatasnya terbentuk konidiofor-
konidiofor yang rapat serta konidia
c) acervulus (aservuli) yaitu badan buah tempat terbentuknya
konidiofor yang berbentuk seperti cawan
d) piknidium (piknidia) : yaitu badan buah tempat terbentuknya
konidiofor yang berbentuk seperti botol atau bulat dengan lubang
tempat pengeluaran konidia (ostiol) pada ujungnya

Gambar 1.9. A. Piknidium B. Acervulus C. Sporodokium D. Synema


3. Dinding sel atau dinding hifa pada umumnya terdiri atas selulosa, tetapi pada
jamur tingkat tinggi (Ascomycetes dan Basidiomycetes ) dinding itu terdiri atas
khitin, yaitu suatu polisakarida yang mengandung N. Ada pula yang terdiri atas
selulosa atau khitin
4. Membran hifa (Moore-Landecker, 1996 dalam Gandjar, 2006)
Di bawah dinding sel yang kuat terdapat lapisan yang melindungi isi sel,
yaitu membran sel. Komposisi kimia membran sel fungi diduga terdiri dari
senyawa-senyawa sterol, protein (dalam bentuk molekul yang amorf), serta
senyawa-senyawa fosfolipid.

5. Isi sel fungi

Gambar 1.10. Struktur dasar hifa

1) Mitokondria
Terdapat dalam sitopasma sel fungi, dapat berbentuk lingkaran, oval, atau
memanjang.
2). Ribosom
Terdapat bebas dalam sitoplasma, tetapi ada juga yang terikat pada permukaan
retikulum endoplasma atau pada membran nuleus. Dalam ribosom terjadi
sintesis polipeptida. Ribosom terdapat dalam matriks mitokondria.
3) Aparatus Golgi
Mempunyai aneka peran, antara lain memroses dan mensekresi glikoprotein
yang akan menjadi bagian dari dinding sel (Ruiz-Herrera, 1992 dalam Gandjar,
2006), mensekresi bahan-bahan ekstraselular seperti cell coat pada pembelahan
spora dari suatu sitoplasma yang multinukleat, menghasilkan vesikel yang
berperan dalam pertumbuhan dinding sel.
4) Microbodies, antara lain : peroksisom (mengandung katalase) , Glioksisom
(mengandung enzim-enzim yang terlibat dalam oksidasi asam lemak dan dalam
siklus glio-oksalat); hidrogenosom (mengandung hidrogenase untuk reaksi-
reaksi yang anaerob dalam sel; lisosom (mengatur pemecahan komponen-
komponen sel, misalnya pemecahan septum agar inti sel bisa bergerak dari sel
yang satu ke sel yang lain dan pada fungi parasitik untuk memecah dinding sel
dari sel inang) (Moore-Landecker, 1996 dalam Gandjar, 2006).

5) Vesikel

Di dalam sel juga terdapat vesikel-vesikel, yaitu struktur-struktur mirip kantung,


dalam jumlah besar di lokasi-lokasi pertumbuhan dinding sel, terutama pada
hifa apikal. Vesikel tersebut mengosongkan isinya di antara plasmalema dan
dinding sel. Beberapa vesikel mengandung enzim-enzim yang melunakkan
dinding sel yang sudah ada agar kemudian dapat meluas (bertambah), karena
ada vesikel-vesikel lain yang mengandung bahan-bahan untuk memnbentuk
dinding sel. Peran vesikel juga pada pengikatan zat warna dan fungisida yang
racun untuk sel, serta untuk mengekskresikan enzim-enzim ekstraselular. Di
samping vesikel-vesikel tersebut di atas masih ada vesikel-vesikel yang sangat
kecil, yaitu kitosom (chitosomes), yang mengandung enzim kitin-sintetase dan
berperan dalam membentuk fibril kitin dari prekursornya (Moore-Landecker,
1996 dalam Gandjar, 2006).

4. Jamur termasuk eukarion yaitu mempunyai inti yang lengkap, inti berdinding,
mempunyai nukleolus dan bahan inti (khromatin) yang membentuk kromosom

5. Tidak berklorofil (heterotrofik)

F. Sifat hidup, ada yang saprofit maupun parasit.

Karena bersifat heterotrof, fungi tak dapat mensintesa zat-zat organis dari zat-zat
anorganis. Fungi mendapat bahan makanan dari mahluk lain. Melihat keadaan
mahluk yang ditompangi dan dimakani, maka sifat hidup fungi dibagi atas 2
golongan, yaitu saprofit dan parasit

Sebagian besar dari 100.000 species yanga telah diketahui adalah sangat saprofit,
hidup pada bahan organik mati dan membantu pelapukan. Beberapa diantarnya ± 50
species menyebabkan penyakit pada manusia, dan lebih kurang sebanyak itu
menyebabkan penyakit pada hewan; sebagian besar dari padanya berupa penyakit
yang tidak berarti pada kulit atau anggota tubuh.

Akan tetapi, lebih dari 8.000 species jamur, dapat menyebabkan penyakit pada
tumbuhan. Banyak tumbuhan diserang oleh beberapa jenis jamur, dan setiap jenis
jamur parasit dapat menyerang satu atau banyak jenis tumbuhan.

1) Saprofit
Dari bahasa Yunani, yaitu sapros yang berarti sampah. Fungi bersifat saprofit
adalah apabila zat organik yang diperlukannya sudah tidak dibutuhkan lagi oleh
pemiliknya. Fungi saprofit biasanya hidup melekat pada bagian tubuh mahluk yang
sudah mati, seperti batang kayu lapuk, bangkai, sampah dll. Pada pokoknya fungi
saprofit tidak merugikan, akan tetapi dipandang dari segi kepentingan manusia
fungsi ini tetap merugikan karena fungi ini merusak roti, sepatu, pakaian maupun
alat-alat rumah tangga yang ditumbuhi fungi.
2) Parasit
Melekat pada bagian tubuh mahluk yang masih hidup, seperti kulit binatang
dan manusia, kulit batang pohon, daun, buah, biji, akar atau ada juga yang masuk
kedalam jaringan dan alat-alat dalam manusia maupun hewan tingkat tinggi
(mamalia) seperti di paru-paru, usus, alat kelamin dll (Yatim 1983).
Beberapa jenis jamur dapat tumbuh dan memperbanyak diri hanya apabila
tetap berhubungan dengan tumbuhan inangnya selama hidupnya; Jamur yang
demikian dikenal dengan parasit obligat atau biotrof. Jenis yang lain membutuhkan
tumbuhan inang untuk sebagian daur hidupnya, tetapi tetap dapat hidup
menyelesaikan daur hidupnya pada bahan organik mati maupun pada tumbuhan
hidup, jamur demikian disebut parasit non obligat/parasit fakultatif (Agrios) .
Pada fungi parasit zat makanan dari inang dapat terserap oleh sel-sel fungi
dengan jalan osmosis lewat dinding inang dan dinding fungi. Tetapi ada juga
parasit-parasit yang membentuk semacam akar (houstoria) yang masuk ke dalam sel
inang untuk mengambil makanannya.
Bentuk haustoria ada yang berupa suatu gelembung bertangkai atau tidak
bertangkai, ada pula yang berupa suatu hifa yang bercabang-cabang (Dwidjoseputro,
1978).
Dalam hal mengambil makanan, jika makanan berupa molekul kecil, seperti air,
mineral, asam amino, glukosa, fruktosa, langsung diserap masuk hifa. Tetapi jika
makanan itu berupa molekul besar, seperti pati dan protein, diurai terlebih dahulu
dengan bantuan enzim. Enzim itu digetahkan keluar hifa. Setelah bahan makanan itu
sudah hancur menjadi molekul kecil, barulah dapat diserap masuk hifa.
Fungi yang parasit pada tanaman, hidup pada berbagai bagian. Ada yang
didaun, batang, buah, biji, umbi atau akar .
Fungi yang hidup pada akar ada juga yg bermanfaat bagi tompangannya.
Hidup bersama antara fungi dengan tompangan yang saling menguntungkan ini
disebut simbiosis mutualistik yang disebut mikoriza. Jadi Mikoriza adalah simbiosis
mutualistik antara cendawan dengan akar tumbuhan. Dalam simbiosis mikoriza,
cendawan mendapatkan unsur karbon dari tumbuhan, sedangkan tumbuhan
mendapatkan air dan mineral dari cendawan, terutama fosfat. Cendawan mikoriza
termasuk ke dalam filum zigomycota, ascomycotas, dan basidiomycota. Berdasarkan
tipe kolonisasinya, mikoriza dibedakan menjadi ektomikoriza dan endomikoriza.
Yang hidup dilapisan luar tubuh inang, disebut mycorrhiza ektotrof
(ektomikoriza). Ada pula yang hidup didalam tubuh inang, yang disebut mycorrhiza
endotrof (endomikoriza). Yang hidup dilapisan luar tubuh inang ialah yang termasuk
klas Basidiomycetes, seperti Amanita dan Russula, dan tanaman yang ditompangi
seperti pinus. Yang hidup dilapisan dalam tubuh inang ialah seperti Glomus dari klas
Zygomycetes (phycomycetess) dan Rhizoctonia dari klas Ascomycetes dan tanaman
yang ditompangi ialah seperti Anggrek (Yatim, 1983)
Jadi Fungi mendapat sari makanan dari akar tumbuhan inang, sedangkan tumbuhan
inang mendapat manfaat sebagai berikut :
a) Melancarkan pengisapan air dan mineral dari dalam tanah
b) Mengurangi gangguan penyakit, karena fungi menggetahkan zat antibiotika
(Yatim, 1983)

G. Perkembangbiakan jamur
Pada umumnya reproduksi secara tak kawin (aseksual) adalah lebih penting
bagi jamur untuk perkembangan dari species, karena banyak menghasilkan individu
baru sebagai akibat terjadi secara berulang-ulang, sedangkan yang kawin hanya
terjadi sekali dalam setahun atau semusim (Sastrahidayat)

1. Perkembangbiakan aseksual
Cara ini dilakukan oleh hampir semua kelas jamur, meskipun caranya
berbeda-beda tergantung dari kelasnya. Secara umum jamur membentuk
miselium, berkembang biak dengan fragmentasi (pemutusan) miselium dan
pembentukan spora aseksual (Haryono).
Reproduksi secara tak kawin dapat digolongkan kedalam :
1) Jamur bersel satu dengan membelah diri atau dengan bertunas, tunas yang
dihasilkannya disebut blastospora
2) Fragmentasi, sepotong hifa dapat melanjutkan kehidupan koloni
(Dwijosesputro, 1978)
3) Spora, sebagian besar jamur berkembang biak dengan spora. Spora adalah
tubuh reproduksi atau pembiakan yang terspesialisasi yang terdiri atas satu atau
beberapa sel. Spora mungkin dibentuk secara aseksual (melalui produksi
dengan pemisahan miselium, sel yang terspesialisasi, tanpa melibatkan
karyogami dan meiosis) atau sebagai hasil proses Seksual (agrios,1996)
a) Sporangiospora, spora yang dibentuk di dalam kotak spora. Ujung hifa pada
beberapa jamur dapat menggelembung yang merupakan suatu wadah,
sedang protoplasnya membagi-bagi diri menjadi suatu spora. Wadah itu kita
disebut sporangium (kotak spora), sporanya disebut sporangiospora,
sedangkan hifa yang merupakan tangkai sporangium di sebut sporangiofor
(Dwijoseputro, 1978). Jika sporangium matang lalu pecah, keluarlah beribu
spora dari dalam sporangium. Spora sangat halus dan ringan, mudah terbawa
angin atau air. Jika tiba ditempat yanag cocok maka akan berkecambah dan
tumbuh menjadi jamur baru.
Terdapat dua macam spora, yang dapat bergerak (motil) disebut
zoospora dan yang tidak dapat bergerak disebut aplanospora
(Sastrahidayat)
b) Banyak jamur yang menghasilkan spora-spora dengan cara ujung-ujung hifa
tertentu membagi-bagi diri menjadi bentuk-bentuk tertentu, bila berbentuk
serupa telur disebut Oidiospora, bila serupa empat persegi panjang disebut
artrospora.
c) Spora aseksual yang lain terjadi dari sel hifa yang membesar dan membulat,
dinding selnya menebal, dan protoplasnya berubah menjadi cadangan
makanan, ini disebut klamidospora atau gemma. Klamidospora ini dapat
berfungsi sebagai alat untuk mempertahankan diri (Semangun, 1989)
d) Konidium (jamak konidia), Jamur lain ada yanag membentuk konidium.
Umumnya konidium dibentuk pada ujung hifa tertentu yang disebut
konidiofor atau pendukung konidium. Konidium dapat tetap bersel satu,
tetapi dapat juga terbagi menjadi beberapa sel. Konidiofor mempunyai
bentuk yang sangat berbeda-beda, dari yang paling sederhana berupa hifa
biasa yang pendek, sampai yang sangat panjang bercabang banyak dan
kompleks.
Konidiofor dapat tersebar, bebas satu sama lain, tetapi dapat juga teratur
pada atau dalam badan tertentu yang disebut tubuh buah. Badan dimana
konidium dibentuk dapat mempunyai bermacam-macam bentuk,
diantaranya adalah yang disebut piknidium, yaitu suatu badan yang
berbentuk bulat atau berbentuk botol, pada dinding sebelah dalam terdapat
konidiofor yang menghasilkan konidium. Piknidium mempunyai lubang
untuk keluarnya konidium yang disebut ostiol. Tubuh buah lain yang juga
membentuk konidium, dan bentuknya seperti cawan atau mangkuk disebut
aservulus. Suatu aservulus yang stroma (struktur miselium yang kompak)
dasarnya menonjol disebut sporodokium. Jika tonjolannya makin panjang
sehingga berbentuk seperti tangkai yang terdiri dari seberkas konidiofor
disebut koremium atau synema (Semangun, 1996).
2. Perkembangbiakan Seksual
Seperti halnya pada organisme lainnya, pada jamur reproduksi secara kawin
merupakan penggabungan dua inti yang sesuai (kompatible).
1) Proses reproduksi dapat dibedakan menjadi tiga fase :
a) Plasmogami,
Penggabungan dua protoplas yang menyebabkan dua inti saling berdekatan
dalam sel yang sama.
b) Karyogami,
Penggabungan dua inti setelah plasmogami dan menghasilkan suatu inti yang
diploid. Pada jamur tingkat tinggi, kedua proses ini berlangsung pada waktu
yang berbeda. Plasmogami menghasilkan sel binukleat (sel berinti dua)
mengandung satu inti dari tiap orang tuanya. Pasangan inti seperti ini
dinamakan dikarion.
c) Meiosis,
Proses redusir yang mengembalikan inti haploid (satu inti diploid
menghasilkan empat inti haploid)
Beberapa species menghasilkan kelamin jantan dan betina yang jelas, dan
dapat dibedakan pada tiap-tiap thallus. Bila kelamin jantan dan betina dihasilkan
pada miselium yang sama maka species semacam ini dinamakan hermaprodit.
Species yang lain dinamakan dioecious karena alat kelaminnya terpisah dalam dua
individu thallus/miselium yang berbeda.
Alat-alat kelamin jamur disebut gametangium, yang memberikan sel kelamin
yang disebut gamet. Jika kedua gametangium tersebut dapat dibedakan, maka
dinamakan heterogametangium; gametangium jantan disebut antheridium dan
gametangium betina dinamakan oogonium. Jika kedua gametangium serupa maka
dinamakan isogametangium.
Apabila sel-sel gamet mempunyai bentuk yang sama, baik yang jantan
maupun yang betinanya, maka disebut isogamet, sedangkan bila berbeda disebut
anisogamet atau heterogamet.

2) Cara perkawinan yang sering terjadi adalah :


a) Kopulasi planogamet, yaitu terjadinya perhubungan antara gamet-gamet yang
dapat bergerak (planogamet); bisa isogamet, anisogamet daan heterogamet.
b) Kontak gametangium, dalam hal ini gamet-gamet tersebut dipindahkan secara
langsung dari satu gametangium yang lain. Satu inti atau lebih dari
antheridium berpindah ke oogonium.
c) Kopulasi gametangium, cara ini ditandai dengan bersatunya seluruh isi dari
gametangium yang saling berhubungan.
d) Spermatisasi, beberapa jamur mempunyai struktur yang kecil, berinti satu,
mempunyai spora dan bersifat jantan. Spora itu dinamakan spermatia.
Spermatia ini dapat dibawa ke gametangium, ke hifa penerima khusus, atau
kadang-kadang juga ke hifa somatik oleh serangga, angin atau air. Isi
spermatia pindah ke alat kelamin betina melalui suatu lubang yang terdapat
pada titik pertemuan antara keduanya.
e) Somatogami, proses ini tidak mempunyai sel atau alat kelamin, sehingga sel-
sel somatik berfungsi sebagai alat kelamin
Pada salah satu kelompok jamur (ascomycetes) dihasilkan spora seksual.
Pembiakan seksual berlansung dengan persatuan dua inti yang berbeda jenisnya.
Persatuan ini terjadi di dalam sel induk askus dan membentuk spora yang disebut
askospora. Jumlah askospora di dalam askus bervariasi dari satu sampai banyak,
tetapi pada umumnya terdapat delapan askospora di dalam setiap askus. Pada
kebanyakan marga askus teratur di dalam lapisan yang disebut lapisan himenum.
Didalam lapisan himenum ini diantara askus-askus terdapat benang-benang steril,
monokariotik yang disebut parafisis. Biasanya lapisan himenum di bentuk oleh
tubuh-tubuh buah yang mempunyai bentuk yang khas. Tubuh buah yang
membentuk askus disebut askokarp atau askoma. Askokarp yang berbentuk cawan
atau pinggan terbuka, sehingga askus terletak pada permukaan luar yang disebut
apotesium. Apabila askokarp bulat atau berbentuk botol dan biasanya ujungnya
terdapat lubang (ostiol) untuk keluarnya spora, maka askokarp tersebut disebut
peritesium. Suatu askokarp yang berbentuk bulat , tetapi tidak mempunyai ostiol
disebut kleistotesium. Disini askus tersebar, tidak tersusun dalam lapisan himenum.
Askus dan askokarp baru dapat keluar setelah dinding tubuh buah pecah.
Pada Basidiomycetes pembiakan seksual terjadi dengan pembentukan
basidiospora. Basidiospora dibentuk di luar basidium danmempunyai tangkai yang
disebut sterigma. Lazimnya pada tiap basidium terdapat empat basidiospora. Pada
umumnya basidium membentuk lapisan himenum. Disamping basidium, di dalam
lapisan himenum sering terdapat parafisis, dan hifa tebal yang disebut sistidium.
Lapisan himenum dibentuk pada tubuh-tubuh buah tertentu (Haryono, ).
Pada sekelompok besar jamur (Deuteromycetes/jamur tak sempurna) tidak
diketahui reproduksi seksual, baik karena tidak terjadi reproduksi seksual maupun
karena belum ditemukan reproduksi seksualnya (Agrios, 1996).

H. Tempat hidup
Umumnya di tempat-tempat yang lembab, seperti pada tanah, batu-batuan, sisa-
sisa tumbuhan dan hewan, pada batang-batang pohon atau sebagai parasit yang
menimbulkan berbagai penyakit.
I. Metabolisme Fungi
Metabolisme adalah seluruh proses kimia di dalam organisme hidup untuk
memperoleh dan menggunakan energi, sehingga organisme dapat melaksanakan
berbagai fungi hidup. Ketika sel melakukan metabolisme, nutrien akan diubah ke
dalam bentuk materi sel, energi, dan produk buangan. Proses tersebut akan
menyebabkan organisme tumbuh dan berkembang.
Semua organisme hidup, termasuk fungi, memerlukan nutrien untuk mendukung
pertumbuhannya. Nutrien berupa unsur-unsur, atau senyawa kimia, dari lingkungan
digunakan sel sebagai konstituen kimia penyusun sel. Secara umum, nutrien yang
diperlukan dalam bentuk karbon, nitrogen, sulfur, fosfor, kalium, magnesium,
natrium, kalsium, nutrien mikro (besi, mangan, zinc, kobalt, molibdenum) dan
vitamin. Karbon menempati posisi yang unik karena semua organisme hidup
memiliki karbon sebagai salah satu senyawa pembangun tubuh (Madigan et al, 2002,
Dawes & Sutherland, 1992 dalam Gandjar dkk, 2006)

1.6.1. Metabolisme Karbon

Organisme hidup dapat dikelompokkan menjadi dua berdasarkan


kemampuannya memperoleh sumber energi dari sumber karbon, yaitu autotrof dan
heterotrof (Moat et al., 2002 dalam Gandjar dkk, 2006). Organisme autotrof
memiliki kemampuan mengasimilasi karbon anorganik atau senyawa dengan satu
karbon menjadi karbon organik. Apabila organisme autotrof mengasimilasi karbon
anorganik dengan bantuan cahaya matahari, maka disebut fotoautotrof. Apabila
organisme autotrof mengasimilasi karbon anorganik dengan bantuan oksidasi
senyawa anorganik, maka disebut kemoautotrof. Organisme heterotrof memiliki
kemampuan mengasimilasi karbon organik menjadi karbon organik lain. Organisme
tersebut bergantung kepada organisme autotrof untuk memperoleh karbon organik.
Apabila organisme heterotrof mengasimilasi karbon organik dengan bantuan cahaya
matahari, maka disebut fotoheterotrof. Apabila organisme heterotrof mengasimilasi
karbon organik dengan bantuan oksidasi senyawa organik, maka disebut
kemoheterotrof.

Fungsi adalah mikroorganisme heterotrof karena tidak memiliki kemampuan


untuk mengoksidasi senyawa karbon anorganik, atau senyawa karbon yang
amemiliki satu karbon. Senyawa karbon organik yang dapat dimanfaatkan fungi
untuk membuat materi sel baru berkisar dari molekul sederhana seperti gula
sederhana, asam organik, gula terikat alkohol, polimer rantai pendek dan rantai
panjang mengandung karbon, hingga kepada senyawa kompleks seperti karbohidrat,
protein, lipid, dan asam nukleat (Gadd, 1988;, Madigan et al., 2002 dalam Gandjar
dkk, 2006).

a. Metabolisme Karbohidrat

Karbohidrat dan derivatnya merupakan substrat utama untuk metabolisme


karbon pada fungi. Metabolisme karbohidrat memiliki dua peran penting, yaitu : (1)
karbohidrat dapat dioksidasi menjadi energi kimia yang tersedia di dalam sel dalam
bentuk ATP dan nukleotida phosphopyridine tereduksi; dan (2) karbohidrat
menyediakan hampir semua karbon yang diperlukan untuk asimilasi konstituen sel
fungi yang mengandung karbohidrat, lipid, protein, dan asam nukleat (Bilgrami &
Verma, 1994; Gadd, 1992 dalam Gandjar , 2006).

Metabolisme karbohidrat pada fungi diawali dengan tahap transpor, kecuali


untuk di- atau trisakarida yang harus dihidrolisis terlebih dahulu di luar sel. Transpor
monosakarida melalui membran dilakukan oleh suatu protein transpor spesifik, yaitu
permease (Flores et al. 2000 dalam Gandjdar , 2006). Banyak fungi dapat
memanfaatkan monosakarida, tetapi hanya sedikit yang dapat memanfaatkan di-,
oligo- atau polisakarida, karena tidak memiliki kemampuan untuk menghidrolisis
molekul-molekul besar tersebut.

b. Metabolisme Protein

Fungi Berfilamen diketahui memiliki kemampuan menguraikan protein,


sedangkan khamir jarang sekali diketahui dapat menggunakan protein (Slaughter,
1988., dalam Gandjar , 2006). Kemampuan fungi untuk menguraikan protein di
lingkungannya dan menggunakannya sebagai sumber nitrogen maupun karbon
bergantung kepada aktivitas enzim proteolitik atau protease. Fungi mensekresikan
enzim protease ke lingkungan untuk menguraikan protein menjadi asam-asam
amino, selanjutnya hasil penguraian diangkut ke dalam sel menggunakan sistem
transpor. Tremacoldi et al (2004 dalam Gandjar , 2006) melaporkan bahwa , A.
clavatus dapat menghidrolisis casein dan gelatin menggunakan enzim protease.

c. Metabolisme Lipid

Fungi dapat menggunakan lipid (triasilgliserol/trigliserida) dalam bentuk


lemak dan minyak sebagai sumber karbon. Hidrolisis lipid memerlukan kerja enzim
lipase (triacylglycerol acylhydrolase;Ec3.1.1.3) dan mengubahnya menjadi
diasilgliserol, monoasilgliserol, gliserol atau asam lemak (Cavalcanti et al., 2005
dalam Gandjar, 2006) Lipase diketahui dapat dibedakan atas dua kelompok
berdasarkan lokasi pemutusan ikatan gliserol pada triasilglisetol yaitu lipase non-
spesifik dan lipase spesifik. Lipase non-spesifik memutus ikatan gliserol dan
triasilgliserol pada tiga posisi, sehingga menghasilkan diasilgliserol, monoasilgliserol
atau tiga molekul asam lemak dan gliserol. Lipase spesifik memutus ikatan gliserol
dari trisilgliserol pada posisi satu dan tiga sehingga menghasilkan 1,2-diasilgliserol
dan 2-monoasilgliserol (Ratledge & Tan, 1990 dalam Gandjar, 2006)

Fungi diketahui dapat menggunakan berbagai lipid dengan memanfaatkan


kerja lipase (Sancholle & Losel, 1995 dalam Gandjar , 2006) seperti misalnya pada
P. chrysogenum, C. rugosa. Materi organik berupa lipid akan didegradasi oleh
enzim lipase yang disekresikan fungi ke lingkungannya, sebelum diangkut ke dalam
sel (Rapp & Backhaus, 1992 dalam Gandjar , 2006).

Lakshmi et al (1999, dalam Gandjar , 2006) melaporkan bahwa , C. rugosa


dapat menggunakan berbagai minyak dari tumbuhan seperti wijen, palem, kelapa dan
biji bunga matahari sebagai sumber karbon melalui kerja lipase. Minyak biji bunga
matahari hasil penggorengan dapat dimanfaatkan sebagai sumber karbon oleh Mucor
circinelloides dengan bantuan kerja enzim lipase (Joseph et al, 2005 dalam Gandjar ,
2006), sedangkan A. flavus dapat memanfaatkan limbah cair dari pemrosesan
minyak zaitum menggunakan lipase (Kachaouri et al., 2005 dalam Gandjar , 2006).

d. Metabolisme Asam Nukleat

Slaughter (1988 dalam Gandjar , 2006) melaporkan bahwa, fungi berfilamen


mengkatabolisme purin. Kapang A. nidulans, P. Chrysogenum dan Fusarium
moniliforme dapat memanfaatkan hipoxanthin, xanthin, asam urat dan adenin sebagai
sumber nitrogen dan beberapa strain dari S. cerevisiae dapat menggunakan sitosin
dan oksipirimidin, tetapi purin tidak dapat, sebagai sumber nitrogen. Sebagian besar
strain dari S. cerevisiae dapat menggunakan allantoin sebagai satu-satunya sumber
nitrogen.

1.6.2. Metabolisme Nitrogen

a. Kemampuan Fungi Menggunakan Nitrogen Anorganik

Slaughter (1988 dalam Gandjar, 2008) melaporkan bahwa, semua


mikroorganisme yang telah diteliti tampaknya dapat menggunakan amonia sebagai
sumber nitrogen anorganik. Amonia terdapat sebagai bentuk garam amonia, sebagai
contoh amonium sulfat. Pada fermentasi fungi, transpor ion amonium melalui sistem
transpor aktif, misalnya pada A. nidulans, P. Chrysogenum, dan S. cerevisiae.
Sebagian besar fungi dapat menggunakan nitrat sebagai sumber nitrogen (Slaughter ,
1998 dalam Gandjar ,2006), sebagai contoh A. nidulans, C. utilis, Hansenula
anomala, dan H. Polymorpha (sinonim Pichia angusta) (Siverio, 2002 dalam Gandjar
, 2006).

Nitrit bersifat toksik bagi sebagian besar fungi, namun beberapa fungi dapat
menggunakannya sebagai sumber nitrogen selama konsentrasi yang digunakan
cukup rendah (Slaughter, 1988 dalam Gandjar, 2006). Enzim nitrit reduktase
mereduksi nitrit menjadi amonium, dan memiliki ferredoksin, dua kelompok
protetik, dan FAD. Aspergillus nidulans dan H. Polymorpha dapat menggunakan
nitrit, sedngkan Saccharomyces dan Zygosaccharomyces tidak dapat menggunakan
nitrat dan nitrit sebagai sumber nitrogen (Siverio, 2002 dalam Gandjar, 2006).

b. Kemampuan Fungi Menggunakan Nitrogen Organik

Slaughter (1988 dalam Gandjar, 2006) melaporkan bahwa, sebagian besar


fungi dapat tumbuh baik dalam medium yang menggunakan glutamin, asparagin, dan
arginin; diikuti dengan asam glutamat, asam aspartat dan alanin. Asam amino leusin,
valin dan metionin merupakan sumber nitrogen yang kurang baik, sedangkan sistein
bersifat toksik bagi fungi.

c. Metabolisme Senyawa Lain

Fungi diketahui dapat menghidrolisis senyawa-senyawa toksik yang sulit diuraikan


menjadi senyawa-senyawa lebih sederhana, sehingga dapat dimanfaatkan oleh
mikroorganisme itu sendiri atau lainnya.

Contoh :

- Fenol dan derivatnya dapat dimanfaatkan oleh Aspergillus, Candida,


Cladosporium, Fusarium, Monicillium, Trichoderma, Penicillium , Pleurotus dan
Phanerochaete sebagai sumber karbon dan energi (Ataganam 2004 dalam Gandjar,
2006). Penguraian fenol oleh aureobasidium, Rhodotorula dan Trichosporon
didahului dengan hidroksilasi fenol menjadi katekol sebelum pemutusan cincin
dari senyawa tersebut (Santos & Linardi, 2001 dalam Gandjar, 2006).
- Sianida adalah salah satu senyawa polutan yang bersifat toksik. Fungi seperti
Fusarium dan R. rubra diketahui dapat menggunakan sianida sebagai sumber
nitrogen melalui pengubahan menjadi amonia (Andrade et al., 1995 dalam Gandjar
dkk, 2006).

Fungi merupakan kelompok mikroorganisme eukariotik yang sangat bervariasi,


sehingga kemampuan memanfaatkan nutrien dari lingkungan dan kemampuan
metabolisme yang dimiliki oleh fungi juga sangat bervariasi. Hingga saat ini masih
banyak yanag belum diketahui mengenai kemampuan metabolisme dari fungi, dan
masih diperlukan penelitian-penelitian lebih lanjut untuk mengetahui secara
menyeluruh kemampuan fungi dalam melakukan metabolisme (Gandjar,
Sjamsuridzal dan Oetari, 2006).

J. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan fungi

Dalam mikrobiologi definisi pertumbuhan adalah pertambahan volume sel,


karena adanya pertambahan protoplasma dan senyawa asam nukleat yang
melibatkan sintesis DNA dan pembelahan mitosis. Pertambahan volume sel tersebut
adalah irreversibel, artinya tidak dapat kembali ke volume semula. Pada umumnya
suatu koloni digunakan sebagai kriteria terjadinya pertumbuhan, karena massa sel
tersebut berasal dari satu sel. Jadi sesuatu yang semula tidak terlihat, yaitu suatu
spora atau konidia fungi menjadi miselium atau koloni yang dapat dilihat. Bila suatu
konidia atau spora fungi ditanam di atas agar dalam cawan petri, maka setelah satu
atau dua hari baru terlihat sesuatu pada permukaan agar yang dapat berupa tetesan
kental apabila suatu khamir atau berupa benang-benang bila bentuk tersebut adalah
suatu jamur. Pemeriksaan mikroskopis akan membuktikan bahwa yang tumbuh itu
betul-betul suatu koloni khamir atau suatu koloni jamur (Gandjar dkk, 2006).

Bila dibandingkan dengan mikroorganisme lainnya maka jamur lebih dapat


bertahan di alam dalam kondisi yang tidak menguntungkan. Misalnya jamur dapat
tumbuh pada medium dengan konsentrasi gula yang tinggi, tetapi dapat menghambat
kebanyakan bakteri, dan juga dapat bertahan dengan keadaan asam. Itulah sebabnya
selai atau manisan dapat dirusak oleh jamur dan tidak oleh bakteri. Pada umumnya
jamur benang mutlak membutuhkan udara untuk pertumbuhannya (aerobik obligat),
sedangkan khamir atau ragi dapat hidup dalam keadaan aerobik (ada udara ) ataupun
anaerobik ( tanpa udara) yang disebut dengan aerobik fakultatif (Darnetty, 2006)

Pada umumnya pertumbuhan fungi dipengaruhi oleh faktor substrat, kelembapan,


suhu, derajat keasaman substrat (pH).

a. Substrat
Substrat merupakan sumber nutrien utama bagi fungi. Nutrien-nutrien baru
dapat dimanfaatkan sesudah fungi mengekskresik enzim-enzim ekstraseluler
yang dapat mengurai senyawa-senyawa kompleks dari substrat tersebut
menjadi senyawa-senyawa yang lebih sederhana. Misalnya substratnya
berkadar lemak tinggi, maka fungi tersebut harus mampu menghasilkan
lipase agar senyawa asam lemak hasil uraian dapat diserap ke kedalam
tubuhnya. Fungi yang tidak dapat menghasilkan enzim sesuai komposisi
substrat dengan sendirinya tidak dapat memanfaatkan nutrien-nutrien dalam
substrat tersebut.
b. Kelembapan
Faktor ini sangat penting untuk pertumbuhan fungi. Pada umumnya fungi
tingkat rendah seperti Rhizopus atau Mucor memerlukan lingkungan dengan
kelembapan nisbi 90%, sedangkan kapang Aspergillus, Penicillium,
Fusarium, dan lainnya dapat hidup pada kelembapan nisbi yang lebih rendah,
yaitu 80%. Fungi yang tergolong xerofilik tahan hidup pada kelembapan
70%, misalnya Wallemia sebi, Aspergillus glaucus, banyak strain Aspergillus
tamarii dan A. flavus (Santoso et al, 1998 dalam Gandjar dkk, 2006).
c. Suhu
Jamur dapat tumbuh pada kisaran temperatur yang lebih luas. Kebanyakan °
jamur tumbuh antara temperatur 0 sampai 35°C dengan suhu optimum untuk
species saprofitik 22 sampai 30°C dan untuk species yang patogenik lebih
tinggi lagi yaitu 30 - 37°C. Ada sejumlah jamur yang bersifat termofilik yaitu
dapat hidup pada suhu tinggi di atas 50°C dan yang terendah 20°C. Ada juga
jamur yang dapat bertahan pada temperatur yang rendah dalam stadia dorman
(Darnetty, 2006).
d. Derajat Keasaman Lingkungan
pH substrat sangat penting untuk pertumbuhan fungi, karena enzim-enzim
tertentu hanya akan mengurai suatu substrat sesuai dengan aktivitasnya pada
pH tertentu (Gandjar dkk, 2006). Pada umumnya jamur menyukai medium
asam untuk pertumbuhannya. Pada umumnya pH optimum untuk
pertumbuhan jamur mendekati 6 (Darnetty, 2006).
Jamur tidak membutuhkan cahaya untuk pertumbuhannya, namun
demikian cahaya penting untuk merangsang sporulasi. Disamping itu cahaya
juga berguna dalam pemencaran spora karena organ-organ yahg
menghasilkan spora bersifat fototrofik dan memencarkan sporanya kearah
cahaya. (Darnetty, 2006).

K. Ekologi dan Penyebaran Fungi

Hampir semua jamur patogen tumbuhan menghabiskan sebagian hidupnya pada


tumbuhan inangnya dan sebagian di dalam tanah atau sisa tumbuhan di dalam tanah.
Beberapa jenis jamur melewati seluruh hidupnya pada inang, dan mungkin hanya
spora yang mendarat di tanah, tetapi spora tersebut tetap tidak aktif sampai terbawa
kembali ke inang tempat mereka dapat tumbuh dan memperbanyak diri. Untuk
menyelesaikan daur hidupnya di alam, jenis jamur yang lain (seperti venturia) harus
melewati sebagian hidupnya pada inang sebagai parasit dan sebagian pada jaringan
yang telah mati di tanah sebagai saprofit. Akan tetapi, kelompok jamur yang terakhir
ini tetap secara terus menerus berhubungan dengan jaringan inangnya, baik jaringan
hidup atau yang mati dan secara alami tidak tumbuh pada jenis bahan organik lain.
Jamur kelompok lain tumbuh secara parasit pada inangnya, tetapi jamur tersebut
dapat terus hidup, tumbuh dan memperbanyak diri pada jaringan inang setelah
jaringan tersebut mati dan selanjutnya mungkin pindah dari sisa-sisa bahan inang
tersebut ke tanah atau bahan tumbuhan lain yang melapuk dimana mereka dapat
tumbuh dan memperbanyak diri sebagai saprofit biasa. Bahan tumbuhan mati yang
mereka kolonisasi dapat tidak berhubungan sama sekali dengan inang yang di
parasitinya. Jamur tersebut berupa patogen tanah, mempunyai kisaran inang luas, dan
dapat bertahan hidup dalam tanah bertahun-tahun tanpa ada inangnya. Akan tetapi,
mereka mungkin juga butuh menginfeksi inangnya dari waktu ke waktu untuk
meningkatkan populasinya, karena apabila jamur tersebut secara terus menerus dan
berkepanjangan sebagai saprofit di dalam tanah, cepat atau lambat akan menurunkan
jumlah di dalam tanah.

Selama fase parasitnya jamur memiliki berbagai posisi (letak) dalam


berhubungan dengan sel dan jaringan tumbuhan. Beberapa jenis jamur (seperti
penyakit tepung/powdery mildew) tumbuh dibagian luar permukaan tumbuhan
inangnya tetapi mengirimkan organ pemakan (haustorium) kedalam sel epidermis
tumbuhan. Beberapa jenis jamur yang lain (seperti ventura) hanya tumbuh di antara
kutikula dan epidermis. Beberapa jenis jamur yang lainnya lagi tumbuh di antara sel
pada ruang interselluler (antar sel) dan mungkin atau mungkin juga tidak
mengirimkan haustorium ke dalam sel. Ada lagi jenis jamur lain yang tumbuh dan
menembus sel tanpa pandang bulu. Parasit obligat (biotrof) dapat tumbuh hanya
apabila berhubungan dengan sel-sel hidup, dan tidak mampu makan pada sel-sel
yang telah mati. Di lain pihak miselium beberapa jenis parasit nonobligat tidak
pernah berkontak dengan sel tumbuhan yang hidup, karena enzimnya yang terdapat
pada ujung miselium menghancurkan (memaskerasi) dan membunuh sel tumbuhan.
Akan tetapi, pada sebagian besar kasus, tanpa mempermasalahkan posisi miselium di
dalam inang, tubuh-tubuh reproduktif (spora) jamur dihasilkan pada atau dekat
permukaan jaringan inang untuk menjamin penyebarannya dengan cepat dan efisien.

Daya bertahan hidup dan penampilan sebagian besar jamur patogenik tumbuhan
banyak bergantung pada tersedianya keadaan suhu dan kelembaban atau terdapatnya
air di lingkungannya. Miselium bebas hanya dapat bertahan hidup dalam kisaran
suhu tertentu (- 5 sd 45°c) dan berkontak dengan permukaan yang lembab di dalam
atau di luar inang. Akan tetapi sebagian besar jenis spora dapat bertahan dalam
kisaran suhu dan kelembaban yang lebih besar dan menjadikan jamur tersebut dapat
melewati suhu periode musim dingin yang rendah dan musim panas yang kering.
Akan tetapi, spora juga membutuhkan kelembaban dan suhu tertentu yang cocok
untuk berkecambah. Selanjutnya, jamur tingkat rendah yang menghasilkan zoospora
membutuhkan air untuk memproduksi, perpindahan dan berkecambahan zoospora.

Zoospora merupakan satu-satunya struktur jamur yang dapat bergerak dengan


tenaga sendiri. Akan tetapi zoospora hanya dapat berpindah dalam jarak yang sangat
pendek (mungkin hanya bebeapa milimeter atau sentimeter). Disamping itu hanya
Myxomycetes, Chytridiomycetes dan Oomycetes yang menghasilkan zoospora.

Penyebaran sebagian besar jamur patogenik tumbuhan dari satu tumbuhan ke


tumbuhan lain dan kebagian lain dari tumbuhan yang sama bergantung pada
kesempatan penyebaran oleh agensia-agensia seperti angin, air, burung, serangga,
hewan lain serta manusia. Jamur terutama disebarkan dalam bentuk spora. Fragmen-
fragmen hifa, dan masa miselium keras yang dikenal dengan sklerotium mungkin
juga disebarkan oleh agensia-agensia yang sama dengan yang di atas, walaupun
dengan jarak yang jauh lebih pendek.

Penyebaran spora pada hampir semua jenis jamur berlangsung secara pasif,
walaupun awal pelepasannya pada beberapa jenis jamur dibantu oleh tekanan.
Jauhnya spora tersebar mungkin bervariasi yang tergantung pada agensia
penyebarnya. Angin mungkin agensia penyebaran spora yang paling penting dari
sebagian besar jenis jamur, serta angin dapat membawa spora dengan jarak yang
jauh. Untuk jamur tertentu, agensi lain seperti air atau serangga mungkin memainkan
peranan yang jauh lebih penting dibanding angin dalam penyebaran sporanya
(Agrios,1996).

L. Fungi dan Penyakit Tumbuhan

Diantara penyebab penyakit biotik yang menyerang tumbuhan, jamur


merupakan penyebab yang paling penting karena jenis (spsecies) jamur banyak yang
bersifat patogen pada tumbuhan. Selain, jamur mampu hidup pada berbagai kondisi
tempat yang berbeda juga pada iklim yang beragam.

Serangan jamur pada tumbuhan umumnya menyebabkan kematian jaringan atau


disebut dengan istilah nekrosis. Gejala yang termasuk dalam kelompok nekrosis ini
antara lain berupa bercak, kudis, busuk, karat, embun tepung, rebah semai, layu
vaskuler, kanker, dan mati pucuk. Beberapa jamur juga menyebabkan pembesaran
jaringan atau dikenal dengan istilah hiperplasia, misalnya jamur Ustilago maydis
penyebab penyakit gosong pada jagung dan exobasidium vexans, penyebab penyakit
cacar daun teh.
Lebih dari 800 jenis jamur dari 100.000 jenis yang telah diketahui merupakan
penyebab penyakit pada tumbuhan. Kerusakan yang ditimbulkan oleh jamur patogen
pada tumbuhan sangat bervariasi, mulai dari kerusakan ringan (contoh : embun
jelaga pada tanaman perkebunan), kerusakan sedang (contoh: bercak dauan
Cercospora pada kacang tanah), sampai menyebabkan kematian pada tumbuhan
(contoh: penyakit layu Fusarium pada tanaman tomat dan pisang).

Jamur seringkali menimbulkan ledakan penyakit tumbuhan (disebut dengan


epidemi penyakit tumbuhan) dan dapat menyebar sangat luas di beberapa benua,
contohnya yaitu karat daun kopi yang disebabkan oleh jamur Hemileia vastatrix yang
diketahui merusak tanaman kopi di Asia, Afrika dan Amerika Selatan.

Penyakit hawar daun, kentang yang disebabkan oleh jamur Phytophthora


infestans diketahui hampir selalu ada danmerugikan tanaman-tanaman kentang di
seluruh dunia. Meskipun demikian, beberapa jamur ternyata menguntungkan
manusia karena berpotensi sebagai agen pengendali hayati penyakit tumbuhan,
contohnya adalah Trichoderma sp, Gliocladium sp, Penicillium sp, Aspergillus sp,
dan beberapa jenis ragi.

Pengendalian jamur patogen pada tumbuhan dapat dilakukan dengan berbagai


cara, mulai dari cara fisik, mekanik, biologi, varietas tahan, penerapan kultur teknis
dan penggunaan bahan kimia. Bahan kimia yang khusus digunakan untuk
mengendalikan jamur, dikenal dengan istilah fungisida. Fungisida yang pertama kali
digunakan adalah bubur bordeaux untuk mengendalikan penyakit embun tepung
(disebabkan oleh Plasmophora viticola) pada anggur. (Abadi, 2003).

Banyak penyakit tumbuhan disebabkan oleh infeksi jamur. Hal ini merupakan
hubungan parasit dengan infeksi pada inangnya yang didahului oleh penempatan
sporanya pada bagian tumbuhan, biasanya daun. Pada suhu dan kelembaban yanag
sesuai, spora-spora itu berkecambah dan membentuk tabung kecambah. Tabung ini
menembus kedalam inangnya dengan berbagai cara melalui stomata, lenti sel, luka
atau bahkan melalui kutikula utuh.

Di dalam inang, hifa beberapa jamur tertentu tumbuh diantara sel-sel, terkadang
membentuk hifa penyerap makanan (haustorium) ke dalam sel-sel sekitarnya. Hifa
jamur lain secara langsung menembus sel-sel inangnya. Tanda penyakit segera
tampak, dan kadang-kadang sangat khas sehingga amat mudah dikenali para ahli
patologi tumbuhan ataupun orang awam yang berpengalaman. Nama-nama
kebanyakan tanda ini bersifat pemberian, seperti kanker, layu, busuk, embun
tepung,bercak daun, karat dan lain-lain. Diantara tanda-tanda lain yang berkaitan
dengan penyakit-penyakit spesifik ialah keriting daun, bengkak akar, salah bentuk
buah, pengerdilan seluruh tumbuhan atau organ-organ tertentu dan gugurnya buah
atau bunga.

Cara-cara jamur itu menimbulkan penyakit pada inanganya berlainan. Pada


dasarnya hifa jamur mengganggu sel-sel itu sehingga berfungsi dengan tidak normal.
Salah satu proses yang terpenting yang dipengaruhinya ialah fotosintesa, jumlah
klorofil dapat berkurang, atau tenunan daun yang aktif menjadi rusak. Parasit yang
membunuh akar secara tidak langsung mempengaruhi bagian-bagian tumbuhan di
atas permukaan tanah. Sel-sel dapat terangsang untuk membelah pada kecepatan
abnormal, menghasilkan jaringan seperti tumor yangmengganggu kegiatan normal.
Hifa dapat merintangi translokasi air, dan banyak species membentuk toksin yang
secara langsung mempengaruhi protoplasma inangnya. Komponen dinding sel dapat
dicerna oleh enzim-enzim yang melarutkan zat-zat pektin, selulosa, dan bahkan
lignin.

Kerusakan yang dikibatkan penyakit tumbuhan kerap kali berat dan dapat
mengakibatkan penghancuran pertanaman kecuali kalau diambil langkah-langkah
pemberantasannya (Siti Sutarmi dkk, 1984).

M. Klasifikasi Jamur

Klasifikasi dan penamaan jamur sampai sekarang belum sempurna dan sering
berubah-ubah atau belum stabil, karena masih banyak perbedaan pendapat tentang
klasifikasi tersebut. Perbedaan pendapat ini akibat adanya perbedaan interpretasi dan
data yang kurang lengkap tentang struktur, perkembangan,fisiologi, dan hasil analisis
DNA dari jamur tersebut. Oleh sebab itu diperlukan penelitian yang lebih luas dan
mendalam

Taksonomi atau penamaan jamur mempunyai 2 tujuan, yaitu :

1) Untuk menamakan organisme berdasarkan sistem yang diterima secara


internasional, sehingga para ahli mikologi dapat berkomunikasi tentang
temuan-temuannya mengenai jamur tertentu

2) Untuk menunjukkan konsep-konsep baru tentang hubungan antara jamur dan


hubungan jamur dengan organisme hidup lainnya (Darnetty, 2006)

2.2.2. Taksonomi Fungi

1) Taksonomi konvensional
Fungi dikelompokkn berdasarkan informasi fenotipik, yaitu informasi yang
berasal dari protein dan fungsinya, karakter-karakter kemotaksonomi,
fisiologi dan morfologi. Kemotaksonomi adalah pengelompokkan fungi
dengan pendekatan metode analitik untuk mengumpulkan informasi dari
konstituen-konstituen kimia dari sel. Karakteristik-karakteristik fenotipik
yang sering digunakan adalah : morfologi makroskopik dan mikroskopik;
reproduksi seksual; sifast-sifat fisiologi dan biokimia. Pengelompokkan
berdasarkan taksonomi konvensional umumnya mempunyai kelemahan,
sulit untuk mendeteksi species baru atau sulit untuk mengidentifikasi fungi
anamorfik karena sering ditemukan variabilitas pada tingkatan strain.

2) Taksonomi Modern

Mengelompokkan fungi tidak saja berdasarkan informasi fenotipik, tetapi


juga informasi genotipik dan filogenetik dari suatu organisme. Informasi
Genotipik adalah semua informasi yang berasal dari asam nukleat (DNA
& RNA) yang ada di dalam sel.

2.2.3. Kapang. khamir, cendawan dan ragi

Berdasarkan penampakkannya fungi dikelompokkan ke dalam : kapang


(moulds or molds), khamir (yeast), dan cendawan (mushrooms). Adapun
menurut analisis molekuler, kapang dan khamir adalah organisme yang secara
filogenetik bersifat diverse, artinya, baik kapang dan khamir terdapat dalam
setiap kelompok besar dari Ascomycetes dan Basidiomycetes, sedangkan
cendawan yang diartikan dari mushrooms atau edible mushrooms umumnya
termasuk dalam kelompok Homobasidiomycetes yang monofiletik.

Khamir tidak sama dengan ragi. Ragi adalah campuran mikroorganisme


yang terdiri dari kapang, khamir, dan bakteri.

Khamir merupakan fungi uniselular dan dapat bersifat dimorfistik, yaitu


memiliki dua fase dalam siklus hidupnya, bergantung kepada keadaan
lingkungan, yaitu fase hifa (membentuk miselium) dan fase khamir
(membentuk sel tunggal). Khamir dapat membentuk hifa palsu (pseudohypha)
yang tumbuh menjadi miselium palsu (pseudomycelium), dan ada pula
sejumlah khamir yang dapat membentuk miselium sejati, misalnya pada
khamir Trichosporon spp. Pseudomiselium adalah sel-sel tunas khamir yang
memanjang dan tidak melepaskan diri dari sel induknya, sehingga saling
berhubungan membentuk rantai, misalnya pada Candida spp., Kluyveromyces
spp., dan Pichia spp. (Kurtzman & Fell, 1998 dalam Gandjar, 2006).
2.3. Klasifikasi Lama
Kerajaan : Plantae
Divisi : Mycota
Sub Divisi : 1. Myxomycotina (Jamur lendir/slime mold)
Kelas : 1. Pseudomyxomycetes
2. Plasmodiophoromycetes
3. Myxomycetes
Sub Divisi : 2. Eumycotina (True Fungi/jamur benar)
Kelas : 1. Chytridiomycetes
2. Hyphochytridiomycetes
3. Oomycetes Phycomycetes
4. Zygomycetes
5. Trichomycetes
6. Ascomycetes
7. Basidiomycetes
8. Deuteromycetes
Ke 5 kelas pertama dari Eumycotina oleh beberapa penulis digolongkan sebagai
Phycomycetes, dan Phycomycetes bersama-sama Myxomycotina digolongkan
sebagai jamur-jamur tingkat rendah. Mereka kebanyakan menghasilkan spora dalam
sporangium dan spora yang dihasilkan adalah spora kembara. Dalam hal ini
zygomycetes dan trichomycetes merupakan kekecualian.

Dalam mencarikan nama untuk menyebut suatu kelompok-kelompok jamur


tertentu, kita perhatikan ciri-ciri khas yang dimiliki oleh kelompok tersebut, sebagai
contoh :

- Kita berikan penamanan sekelompok jamur yang berlendir; untuk kelompok ini
diciptakan nama myxomycetes, dari bahasa Yunani : Myxa berarti lendir, dan
Mycetes berarti jamur.

- Penamaan Phycomycetes mengingatkan kita kepada kata phykos dari bahasa


Yunani untuk ganggang. Penamaan itu memang didasarkan atas anggapan bahwa
jamur yang hifanya polos tidak bersekat-sekat ini adalah bagaikan ganggang yang
kehilangan klorofil.

- Penamaan Ascomycetes dihubungkan dengan ciri-ciri khas yang dimiliki oleh


golongan jamur ini, ciri khas itu berupa Askus. Askus ialah sel yang membesar,
sedang didalmnya terbentuk spora yang disebut Askospora.
- Penamaan Basidiomycetes, didasarkan atas ciri-ciri khas yang dimiliki oleh suatu
golongan jamur tertentu pula. Ciri khas itu berupa alat (sel) yang disebut Basidium.
Basidium ialah sel yang membesar dan padanya terbentuk spora bertangkai yang
disebut Basidiospora.

Ascomycetes dan Basidiomycetes digolongkan sebagai jamur tingkat tinggi dan


menghasilkan konidia. (Dwidjoseputro, 1978)

-Penamaan Deuteromycetes, disebut fungi imperfecti (jamur tak sempurna),


pengelompokan ini bersifat sementara, karena setelah ditemukan reproduksi secara
seksual, akan dialihkan penggolongannya pada Ascomycetes atau Basidiomycetes.

O. MYXOMYCOTINA

Disebut juga dengan slime mold atau jamur lender

KELAS 1. PSEUDOMYXOMYCETES

Organisme yang masuk dalam klas ini di alam bebas tidak mudah
dikenali, karena tubuh buahnya hanya tampak sebentar saja, karena kecilnya thallus
pada tahap vegetatif dan biasanya karena keseluruhannya kurang menarik perhatian

Pada tahan vegetatif pseudomyxomycetes terdiri atas satu sel yang tidak
berdinding, sedangkan intinya satu haploid. Sel ini berupa satu tetes protoplasma
mirip dengan suatu amuba dan oleh karena itu disebut miksamuba. Makanannyapun
mirip dengan apa yang dimakan amuba, yaitu bakteri dan zat-zat organik lainnya.
Pseudomyxomycetes tidak menghasilkan sel yang berflagel, cara bergeraknya sama
dengan amuba.

Pada suatu waktu tertentu maksamuda-miksamuba berkumpul menjadi satu


kelompok lendir, namun tiap-tiap sel masih tampak sendiri-sendiri. Oleh karena itu
kelompok lendir ini tidak merupakan suatu plasmodium, melainkan suatu
pseudoplasmodium.

Contoh : - Dictyostelium discoideum

- Labyrinthula minuta

2. Klas 2. Plasmodiophoromycetes
Jamur-jamur yang dikelompokkan dalam klas ini mempunyai banyak
kesamaan dengan jamur dari myxomycetes, misalnya Thallus berupa plasmodium
dan adanya zoospora. Oleh karena itu setengah ahli mengelompokkannya kedalam
myxomycetes. Akan tetapi karena jamur-jamur ini tidak menghasilkan tubuh buah
maka setengah ahli yang lain membicarakannya tersendiri sebagai suatu klas.
Sebelum ada penelitian yang lebih mendalam dan meluas diputuskan jamur-jamur
ini dibicarakan tersendidri sebagai suatu klas.

Kebanyakan dari jamur-jamur ini hidup sebagai parasit pada ganggang


Vaucheria atau pada jamur air Saprolegnia, Achlya dan Pythium. Beberapa species
hidup sebagai parasit pada tumbuhan berbuluh yang tumbuh di air tawar, atau
tumbuhan di darat seperti kol, kentang dll.

contoh :

- Plasmodiophora brassicae merupakan parasit pada Crucifera

siklus hidup :

Thallus berupa plasmodium yang hidup dalam sel inang. Plasmodium


menghasilkan zoosporangium yang mengandung zoospora atau langsung membagi-
bagi diri menjadi spora istirahat berinti satu. Pada beberapa species spora-spora
istirahat terhimpun menjadi suatu bola atau cakram, tanpa ada tubuh buah. Tiap
spora istirahat kemudian menghasilkan satu sel kembara (zoospora). Zoospora
mempunyai dua flagel yang tidak sama panjangnya. jamur ini bersarang dalam sel-
sel akar kubis dan menyebabkan akar membesar seperti gada.

- Spongospora subterranea Penyebab kudis pada kentang

3. Klas 3. Myxomycetes

Organisme-organisme yang kita masukkan dalam klas myxomycetes ini


mempunyai ciri-ciri yang khas yang menimbulkan kesulitan bagi kita untuk
mengadakan klasifikasi. Hal ini sebenarnya di sebabkan bukan oleh organisme-
organisme tersebut, melainkan oleh kita sendidri yang menganggap bahwa mahluk
hidup itu kalau bukan tumbuhan tentulah hewan.

Berdaasarkan ciri-ciri yang khasnya, maka setengah ahli menyebutnya Mycetoza


(bahasa Yunani mykes = jamur, zoon = hewan), dalam siklus hidup organisme-
organisme tersebut terdapat tahap atau fase yang serupa dengan kehidupan jamur
biasa.
Setengah ahli yang lain menamakan kelomppk organisme ini myxomycetes
(bahasa Yunani myxa = lendir, mykes = jamur) atau jamur lendir, karena pada suatu
fase tampak seperti lendir, dan pada fase lain tampaknya seperti jamur.

Kebanyakan jamur lendir tumbuh di tempat-tempat yang teduh dan lembab,


sedikit sekali yang suka hidup ditempat-tempat panas dan terbuka. Mereka adalah
jamur lendir, karena pada suatu fase tampak seperti lendir, dan pada fase lain
tampaknya seperti jamur.di daerah tropik maupun di daerah subtropik

Jamur lendir suka makan bakteri, protozoa dan mikroorganisme yang lain. Dalam
hal ini dapat dikatakan membantu manusia dalam pembersihan lingkungan.
Disamping itu jamur lendir berguna sebagai bahan studi tentang protoplasma dan
morfogenesis dalam laboratorium. Bagi penggemar jamur lendir, warna dan bentuk
tubuh buah yang dimiliki oleh jamur lendir dianggap sangatlah menarik.

Jamur lendir hidup bebas, dan dalam fase lendir dapat berpindah-pindah dengan
menjulur ke tempat lain yang mengandung banyak makanan baginya. Dalam siklus
hidupnya terdapat fase vegetatif yang diselingi dengan fase generatif. Dalam fase
vegetatif bentuknya serupa seonggok lendir (protoplasma) tak berdinding dan
menjulur ke mana-mana seperti halnya dengan amuba. Dalam fase generqatif
bentuknya tetap dan terpancang pada suatu tempat tertentu. Bentuk yang tetap itu
adalah tubuh buah dimana spora-spora kembara dibentuk. Kebanyakan jamur lendir
menghasilkan tubuh buah yang cerah warnanya. Tubuh buah itu berdinding dan
dinding itu disebut Peridium. Fase pembentukkan tubuh buah dengan spora itu
disebut fase generatif atau fase pembiakan.

Seperti telah diutarakan sebelumnya bahwa ada selang seling antara fase vegetatif
dengan fase generatif dalam siklus hidup jamur ini.

contoh :

Jika keadaan menguntungkan, tiap spora menghasilkan 1 sampai 4 spora kembara.


Spora kembara dapat berfungsi sebagai gamet dan segera mengadakan perkawinan,
atau spora kembara dapat kehilangan flagael dahulu, lalu mengalami pembelahan diri
beberapa kali dan akhirnya mengadakan perkawinan plasmogami dan segera diikuti
karyogami. Zigot semula dapat berflagel tetapi kemudiahn kehilangan flagelnya, atau
dari semula tidak berflagel sama sekali, hal ini bergantung kepada gamet yang
mengadakan perkawinan. Zigot membesar dibarengi dengan pembelahan inti secara
mitosis dan dengan demikian terbentuklah plasmodium dengan banyak inti yang
diploid. Plasmodium dapat juga terbentuk karena persatuan beberapa zigot dan
dalam perkembangannya terus dapat menampung zigot atau plasmodium lainnya.
Pada saat dewasa maka plasmodium mengental dan menjadi tubuh buah. Inti-inti
mengadakan meiosis sehingga terbentuklah inti inti haploid dan kemudian tiap ini
haploid terkelilingi oleh sekelumit protoplasm dengan dinding yang tebal.
Demikianlah terbentuknya spora.

Plasmodium bergerak kemana-mana untuk mencari makanan. Gerakan menjalar


itu seperti gerakan amuba yang menjalar kemana-mana yang ada makanan.

Di dalam plasma terdapat bagian yang seperti cairan lendir yang mudah bergerak,
dan bagian seperti selai yang tidak mudah bergerak. Cairan lendir bergerak kemana-
mana melalui saluran-saluran dengan banyak percabangan. Gerak plasma dalam
saluran itu pada Physarium polycephalum dapat mencapai 1,35 m permenit.
Mengenai fisiologi dari gerak tersebut dilaporkan bahwa didalam Plasmodium
terdapat protein semacam aktomiosin yang terdapat dalam otot manusia. Protein
tersebut disebut miksomiosin, dan protein ini merupakan sumber gerak. Juga ATP
(Adenosin triphosphat) terdapat dalam Plasmodium.(Dwidjoseputro, 1978)

P. EUMYCOTINA

Disebut juga true fungi atau jamur benar. Species yang telah diketahui ada
lebih dari 100.000 species dan sebagian besar dari jamur-jamur ini tubuhnya berupa
benang-benang hifa, hanya sedikit yang tubuhnya berupa suatu sel tunggal. Jamur-
jamur ini mempunyai dinding yang pasti. Inti berdinding yang biasa disebut
eukaryon. Dalam hal dinding ada satu kekecualian, yaitu Coelomoces, tidak
mempunyai dinding sel.

Dalam memberi nama untuk menyebut suatu kelompok jamur tertentu, perlu
diperhatikan ciri-ciri khas yang dimiliki oleh kelompok tersebut. Sebagai contoh kita
berikan penamaan sekelompok jamur yang berlendir, untuk kelompok ini diciptakan
nama Myxomycetes; dari bahasa Yunani myxa yang berarti lendir, dan mycetes yang
berarti jamur.

Penamaan Phycomycetes mengenangkan kita kepada kata phykos, yaitu yang


berasal dari bahasa Yunani untuk ganggang. Penamaan itu memang berdasarkan
atas anggapan , bahwa jamur yang hifanya polos tidak bersekat-sekat ini adalah
bagaikan ganggang yang kehilangan klorofil.

Penamaan Ascomycetes dihubungkan dengan ciri khas yang dimiliki oleh


golongan jamur ini; yaitu ciri khas berupa askus. Askus ialah sel yang membesar,
didalamnya tempat terbentuknya spora, dan spora ini disebut askospora
Demikian pula penamaan Basidiomycetes didasarkan atas ciri khas yang dimiliki
oleh suatu golongan jamur tertentu pula. Ciri khas itu berupa alat (sel) yang disebut
basidium. Basidium ialah sel yang membesar, didalamnya tempat terbentuknya spora
yang bertangkai. Spora yang tumbuh pada basidium disebut basidiospora.

Kalau klas myxomyceters dan klas Phycomycetes kita golongkan pada jamur
tingkat rendah, maka klas Ascomycetes dan Klas Basidiomycetes kita golongkan
sebagai jamur ktingkat tinggi. Penggolongan ini tidak ada hubungannya dengan
taksonomi. Pada umumnya Acomycetes dan Basidiomycetes mempunyai susunan
tubuh yang lebih rumit dari pada myxomycetes dan phycomycetes.

1. KLAS PHYCOMYCETES

Fungi yang dikelompokkan pada klas phycomycetes karena adanya 2 kriteria,


yaitu : pembentukkan spora di dalam sporangium dan tidak adanya septa (sekat)
pada hifa. Akan tetapi kedua katagori tersebut bukan dasar yang memadai untuk
menyatakan hubungan kekerabatannya. Keabanyakan ahli mikologi kini
menempatkan bentuk-bentuk dasarnya seperti Rhizopus ini kedalam Phyllum
Zygomycetes. Kapang air, seperti Achlya dan Saprolegnia dimkasukkan ke dalam
phyllum Oomycetes. Para ahli taksonomi bahkan memasukkan jamur-jamur air
kedalam phyllum tambahan.

a. Disebut jamur ganggang karena disangka ganggang yang telah kehilangan klorofil

b. Tubuh terdiri atas benang-benang yang tidakk bersekat-sekat

c. Dinding selnya terdiri dari sellulosa atau khitin

d. Umumnya uniselluler

e. Banyak yang menghasilkan spora kembara, yaitu spora yang dilengkapi dengan
alast gerak berupa flagel yang gunanya untuk menyesuaikan diri dengan
lingkungan air. Phycomycetes yang didarat tidak mempunyai spora
kembara.

f. Pembiakan : Aseksual dan seksual

Aseksual, dengan sproa yang dibentuk dalam sporangium, sporangium terbentuk


pada suatu tangkai yang disebut dengan sporangiophore.

Seksual, terjadi peleburan dua gametangium secara keseluruhan, yang


menghasilkan satu zigot. Setelah melalui masa istirahat zigot tersebut
mengadakan pembelahan reduksi dan berkecambah menghasilkan suatu
sporangium yang berisikan spora.

Contoh :

(1) Phytopthora infestans Parasit pada kentang

(2) Sclerospora maydis Parasit pada jagung

(3) Mucor dan Rhizopus Digunakan dalam pembuatan tempe

2. KLAS ASCOMYCETES

Ascomycetes terdapat dimana-mana, baik di daerah panas maupun di daerah


dingin. Spora-spora dari klas ini beraneka warna sehingga orang menyebutnya lapuk
hijau, lapuk biru, lapuk pirang, lapuk hitam dsb. Pada umumnya mereka itu kecil,
akan tetapi ascomycetes yang besar banyak juga, diantaranya banyak yang diburu
orang untuk dimakan.

Ascomycetes terdiri atas kira-kira 15.000 species, diantaranya ada yang hidup
sebagai saproba dimana saja, ada pula yang hidup sebagai parasit pada tumbuhan,
hewan dan manusia. Diantara yang hidup sebagai parasti terdapat species yang
menyebabkan penyakit berat pada tumbuhan, hewan dan manusia. Patogen-patogen
tersebut tidak sedikit yang menyebabkan kematian pada mahluk hidup yang lain.

Juga Ascomycetes yang hidup sebagai saproba banyak yang menimbulkan


kerugian bagi manusia. Makanan yang belum dimasak maupun sudah dimasak,
pakaian, perabot rumah tanggan, semua merupakan sasaran tempat tumbuhnya
Ascomycaetes.

Tetapi di samping species-species yang merugikan terdapat juga species-species


yang menguntungkan manusia. Bermacam-macam asam organik, alkohol, antibiotika
dan zat-zat organik lainnya dihasilkan oleh berbagai species dari ascomycetes untuk
hidup manusia. Berdasarkan itu semua, maka pada dewasa ini studi jamur pada
umumnya sudah terperinci menjadi mikologi kedokteran, mikologi perusahaan, dan
mikologi tumbuhan yang terangkum dalam fitopatologi. Dalam hal itu semua,
ascomycetes menduduki tempat yang paling utama.

a. Sifat-sifat Umum Ascomycetes :


(1) Hifa bersekat-sekat, tiap sel lazimnya berinti lebih dari satu. Dalam hal ini
Saccharomyces (ragi) merupakan kekecualian. Saccharomyces berupa sel-sel
yang berbentuk seperti telur, tidak membentuk hifa atau miselium, hanya kalau
kekurangan oksigen dapat membentuk Pseudomiselium. Dinding yang menyekat
hifa mempunyai lubang di tengah sehingga protoplasma dari sel yang satu dapat
mengalir ke sel yang lain. Ascomycaetes dapat berinti satu, dan dapat pula
berinti banyak.

(2) Ascomycetes tidak menghasilkan spora kembara. Seluruh kehidupan telah


disesuaikan dengan kehidupan di darat. Beberapa species terdapat juga di air
tawar maupun di laut, namun mereka itu tidak hidup bebas dalam air, akan tetapi
selalu pada suatu zat organik. Dalaml hal ini mereka adalah saproba.

(3) Ascomycetes mempunyai alat pembentuk spora yang disebut askus. Askus ialah
suatu sel yang serupa gelembung atau serupa tabung tempat terbentuknya
askospora. Pada banyak species jumlah askospora itu 8, akan tetapi ada juga
species-species yang mempunyai satu atau lebih dari seribu askosppora dalam
satu askus, hal ini bergantung pada species yang bersangkutan. Askus terbentuk
sebagai hasil pemnbiakan seksual.

Nama umum untuk wadah yang menampung himpunan askus ialah askokarp
(buah askus). Bentuk askokarp berbeda-beda menurut speciesnya. Pada dasarnya
kita kenal 3 macam bentuk pokok askokarp saja, yaitu apotesium, peritesium
dan kleistotesium.

(a) Apotesium

Berbentuk seperti mangkuk datar tanpa tutup. Askus-askus terdapat tersebar


dalam mangkuk, tetapi tanpa ada perlindungan dari sebelah atas.

(b) Peritesium
Berbentuk serupa buah salak dengan lubang pada sebelah ujungnya. Askus
terbentuk di dalam peritesium dan dengan demikian terlindungi baik-baik.

(c) Kleistotesium

Berbentuk serupa bola kecil. Askus-askus terdapat didalamnya


(Dwidjoseputro, 1978)
Bagaimana askospora terlepas dari askus atau dari askokarp :

Askospora yanga dewasa pada suatu ketika terlepas dari askus, entah lewat
lubang yang terdapat di ujung askus, entah dinding askus sendiri mengalami
desintegrasi (hancur menghilang). Desintegrasi dapat terjadi karena proses
pembusukan atau karena rusak secara mekanis oleh hewan. Hal yang terakhir ini
terjadi pada ascomycetes yang terpendam di dalam tanah. Faktor-faktor alam
seperti suhu, cahaya, kebasahan dan angin memegang peranann dalam pelepasan
aaskospora dari askus maupun dari askokarp.

(4) Reproduksi

(a) Seksual

Pada pokoknya pembiakan seksual berupa bersatunya dua inti yang


kompatibel/cocok sehingga terjadi zigot yang diploid. Pada ascommycaetes, dua
inti yang kompatibel yang terkuimpul dalam zigot tidakk segera bersatu seperti
halnya pada kebanyakan jamur tingkat rendah. Biasanya kedua initi tersebut
masing-masing membelah diri secara bersama-sama, dan pembelahan ini diikuti
dengan pembelahan sel, dengan demikian sel-sel baru mengandung dua inti juga.
Kedua inti itu baru bersatu setelah terbentuk sel induk askus. Di dalam sel induk
inilah terjadi persatuan antara kedua inti tersebut yang segera diikuti dengan
meiosis dan mitosis, sehingga terbentuk 2, 4, 8 atau lebih askospora yang masing-
masing mengandung satu inti yang haploid. Dalam hal ini ada juga species yang
tidakk mengikuti pola pembentukan askospora seperti yang diuiraikan di atas.

(b) Aseksual

Pembiakan secara aseksual dapat berlangsung dengan pembelahan diri, dengan


bertunas, dengan fragmentasi atau dengan konidia pada umumnya.

Konidia terbentuk karena ujung suatu hifa mengalami penggentingan sehingga


terjadi semacam sel. Kemudian bagian hifa di dibawah sel yang pertama ini
mengalami penggentingan pula sehingga terjadi sel yang kedua, kemudian dengan
cara yang sama terjadi sel-sel berikutnya. Sel-sel itulah yang kita sebut konidia.
Jadi konidia yang paling ujung adalah konidia yang paling tua. Kadang-kadang
konidia-konidia itu segera terlepas yang satu dari yang lain, akan tetapi ada pula
beberapa konidia yang tetap bergandeng-gandengan karena konidia yang satu
mempunyai hubungan protoplasma dengan konidia yang lain. Bentuk konidia
yang sangat bervariasi dari species ke species. Demikian pula konidia dapat bersel
tunggal atau bersel banyak.

Tangkai pembawa konidia disebut konidiofor. Konidiofor ada yang pendek,


ada pula yang panjang, ada yang tunggal ada pula yang besrcabang-cabang, hal
ini bergantung kepada species masing-masing.

Konidiofor seperti halnya dengan askus, ada yang tumbuhnya tersebar di


mana-mana tanpa ada ikatan yang satu dengan yang lain, tetapi pada species-
species tertentu konidiofor-konidiofor berkelompok dalam ikatan tertentu.
Himpunan atau berkas konidiofor dapat berbentuk piknidium, aservulus,
sporodokium atau sinema.

- Piknidium :

Berupa suatu cekungan dalam substrat stroma, mempunyai dinding sederhana


yang terdiri atas pseudoparenkim, sedang pada dindintg sebelah ini tumbuh
ujung-ujung hifa pembawa konidia (konidiofor)

- Aservulus :

Berupa suatu dasaran yang terdiri atas hifa. Pada dasaran itu tumbuh konidiofor-
konidiofor yang pendek. Aservulus biasanya dimiliki oleh jamur-jamur parasit
dan aservulus itu terbentuk dibawah epidermis atau di bawah lepisan kutikula
tumbuhan inang.

- Sporodokium :

Adalah bentuk ikatan konidiofor yang padat di bagian bawah. Bagian bawah dari
konidiofor dipersatukan, sedang bagian ataas (ujung) berceraian, seperti sapu lidi
yang sedang dikembangkan.

- Sinema :

Sedikit berlawanan dengan sporodokium, pada sinema bagian atas dari


konidiofor yang dipersatukan

Pada umumnya, Ascomycetes berbiak melalui kedua cara yang diuraikan diatas.
jamur-jamur yang pembiakannya secara seksual tidak atau belum diketahui, kita
masukan dalam klas khusus, yaitu Deuteromycetes. Sering kali suatu jamur
mempunyai dua nama.

Apabila jamur tersebut tidak mampu menghasilkan tubuh buah, yang berarti ia
tidak dapat melakukan pembiakan seksual, maka untuknya ada nama sendidri, dan
tergolong sebagai Deuteromycetes. Apabila jamur tersebut mampu mengadakan
pembiakan seksual, karena bertemu dengan jenis yangn kompatibel, maka untuknya
ada nama lain lagi. Misalnya jamur oncom disebut Monilia sitophila dalam klas
Deuteromycetets, dan Neurospora sitophila dalam klas Ascomycetess.

(5) Contoh-contoh Species Ascomycetes

(a) Saccharomyces cereviceae, dikenal sebagai ragi

(b) Aspergillus flavus, menghasilkan racun aflatoksin

(c) A. oyzae, untuk pembuatan sake

(d) A. wentii, untuk pembuatan kecap

(e) Penicillium notatum dan P. chrysogenum, menghasilkan antibiotika

(f) P. requeforti dan P. camemberti, Digunakan dalam pembuatan keju

(g) P. expansum, suka merusak buah apel dan anggur dalam penyimpanan

(h) Meliola citricola, penyebab kapang jelaga pada kulit jeruk.

3. BASIDIOMYCETES

Basidiomycetes dapat dianggap sebagai kelanjutan dari ascomycetes. Terjadinya


basidium berikut basidiospora mirip dengan terjadinya askus berikut askosporanya,
sehingga dapat dikatakan adanya homologi antara basidium dan askus, antara
askospora dan basidiospora.

Tubuh basidiomycetes terdiri atas hifa yang bsersekat-sekat dan berkelompok


padat menjadi semacam jaringan, dan tubuh buah pada basidiomycetes merupakan
bentuk yang lebih menonjol dari pada tubuh buah pada ascomycetes

a. Perbedaan antara Ascomycetes dengan Basidiomycetes

Ascomycetes Basidiomycetes
1. Kebanyakan mikrokopik, hanya 1. Kebanyakan makroskopik, hanya
sebagian kecil yang makroskopik sedikit yang mikroskopik

2. Pada umumnya hifa terdidri atas sel- 2. Miseliuim terdidri atas hifa dengan sel-
sel yang berinti banyak sel yang berinti satu, hanya pada tahap
tertentu saja terdapat hifa yang berinti
dua

3. Askospora terjadi didalam askus dan 3. Basidiospora terjadi diluar basidium


askospora tidak pernah bertangkai dan basidiospora bertangkai, bahkan
tangkai basidiospora ada yang relatif
panjang

4. Alat pembiak vegetatif berupa konidia 4. Pembiakan vegetatif dengan konidia


adalah lazim. Tubuh buah berupa tidak menonjol. Tubuh buah berupa
askokarp tidaklah mutlak basidiokarp adalah lebih lazim

5. Askus pada umumnya berisi 2 sampai 5. Basidium membawakan 2 atau 4


8 askospora, meskipun ada juga yang basidiospora, masing-masing pada
satu dan lebih dari 1000 askospora umumnya berinti satu dan haploid

b. Pada Basidiomycetes terdapat 3 macam miselium, yaitu :

(1) Miselium Primer

Dihasilkan oleh suatu basidiospora yang jatuh di suatu tempat yang cocok dan
berhasil tumbuh menjadi miselium, berinti satu dan tidak membentuk basidium

(2) Miselium Sekunder

Miseliium yang berinti dua dan terbentuk dari dua buah miselium primer secara
konyugasi

(3) Miseliuim Tersier

Terdiri atas miseiium sekunder yang telah terhimpun menjadi jaringan teratur,
misalnya membentuk basidium dan basidiofor yang menghasilkan basidiospora.
c. Reproduksi pada Basidiomycetes

(1) Aseksual

Dengan bertunas, fragmentasi, konidia, atau oidia

(2) Seksual

Dengan alat yang disebut Basidium. Basidium berkumpul dalam badan yang
disebut basidiokarp, dan spora yang dihasilkan disebut basidiospora. Biasanya
basidium berasal dari konyugasi dua miselium yang bserbeda jenisnya. Sel hasil
konyugasi yang diploid akasn menggembung membentukk tubuh buah dan
basidium.
fase perkembangan basidium

c. Contoh Species BAsidiomycetes

(1) Auricularia politricha (jamur kuping)

(2) A. auricula (lember)

(3) Volvariela volvaceae (jamur merang)

(4) Agaricus campestris (jamur kancing)

(5) Ustilago scitaminea, mikroskopis, parasit pada jagung

(6) Hemileia vastatrix, rust pada kopi

4. DEUTEROMYCETES

Banyak ditemukan jamur yang hifanya bersekat-sekat dan menghasilkan konidia,


akan tetapi jamur ini tidak atau belum diketahui cara pembiakan generatifnya.
Jamur-jamur semacam ini dikelompokkan dalam suatu klas khusus, yaitu klas
Deuteromycetes atau fungi imperfecti (jamur tak ksempurna)

Penamaan atau pengelompokkan itu bersifat sementara karena segera setelah kita
temukan cara pembiakan generatifnya, kita mengalihkan penggolongan itu pada
ascomycetes. Kadang-kadang terdapat pula species-species jamur tak sempurna
yang telah ditemukan fase generatifnya ternyata suatu species dari
Basidiomycetes.
Mungkin sekali diantara jamur-jamur tak sempurna ada juga yang kehilangan fase
generatifnya dalam evolusi, dan mungkin juga ada species-species yang memang
tidak pernah mempunyai fase generatifnya sama sekali.

Kebanyakan jamur tak sempurna mempunyai hifa yang bersekat-sekat akan tetapi
ada juga beberapa spsecies yang berbentuk sel tunggal dan sering membentuk
pseudomiselium jika lingkungan menguntungkan untuk itu.

Diantara jamur-jamur tak sempurna yang hifanya bersekat-sekat ada yang sel-
selnya berinti satu, akan tetapi kebanyakan diantaranya yang sel-selnya berinti
banyak, sedang sekat-sekatnya berlubang di tengah-tengah. Protoplasma mengalir
dari sel yang sastu ke sel yang lain lewat lubang tersebut.

Contoh-contoh Species Deuteromycetes

a. Mycelia sterila

b. Cercospora capsici, merupakan parasit pada cabe

c. Alternaria brasicae, parasit pada kubis

d. Piricularia oryzae, parasit pada padi

e. Helminthosporium oryzae, parasit pada padi

Anda mungkin juga menyukai