Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

ILMU KESEHATAN TERNAK


PENYAKIT TERNAK YANG DISEBABKAN OLEH FUNGI

Dosen Pembimbing : Lezita Malianti,S.Pt.M.Ling.

Disusun Oleh : Kelompok 3


1. Oksinta Jaya Kusuma (2254231025)
2. Iin Sakina (2254231026)
3. Avil Afrizis ( 2254231005)
4. Leo Rizki Rahman (2254231032)

PRODI PETERNAKAN
FAKULTAS PERTANIAN DAN PETERNAKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BENGKULU
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan yang telah memberikan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga
penulis mampu menyelesaikan makalah dengan judul Penyakit Ternak Yang Disebabkan Oleh
Fungi.

Shalawat serta salam semoga tercurah kepada junjungan Nabi besar Baginda Muhammad
saw yang telah menjadikan suri tauladan bagi umat diseluruh alam. Tidak lupa kami juga
mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan
memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca. Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi
makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Penyusun menyadari bahwa banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini, untuk itu
kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk pembuatan-pembuatan makalah
yang akan datang.

Bengkulu,28 September 2023


BAB 1

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Kata jamur berasal dari kata latin yakni fungi. Jamur (fungi) bereproduksi secara aseksual
yang menghasilkan spora, kuncup, dan fragmentasi. Sedangkan dengan cara seksual pada
zigospora, askospora, dan basidiospora. Jamur (fungi) hidup di tempat-tempat yang lembap, air
laut, air tawar, tempat yang asam dan bersimbosis dengan ganggang hingga kemudian
membentuk lumut (lichenes). jamur atau fungi adalah sel eukariotik yang tidak memiliki klorofil,
tumbuh sebagai hifa, memiliki dinding sel yang mengandung kitin, bersifat heterotrof, menyerap
nutrien melalui dinding selnya, mengekskresikan enzim ekstraselular ke lingkungan melalui
spora, dan melakukan reproduksi secara seksual dan aseksual (Rosyidah,2021).

Jamur merupakan salah satu penyebab penyakit infeksi terutama di Negara-negara


tropis .Infeksi jamur merupakan masalah yang terus meningkat pada populasi lansia diantaranya
infeksi jamur oportunistik dengan keadaan imunokompromais yang berhubungan dengan usia
lanjut, post kemoterapi pada keganasan, pasca transplantasi, atau mendapat terapi imunosupresan
karena penyakit dermatologis dan reumatologis, infeksi jamur oportunistik yang paling sering
terjadi pada semua usia yaitu kandidiasis (Sartdjono,2020).

Cara hidup jamur lainnya adalah melakukan simbiosis mutualisme. Jamur yang hidup
bersimbiosis, selain menyerap makanan dari organisme lain juga menghasilkan zat tertentu yang
bermanfaat bagi simbionnya. Simbiosis mutualisme jamur dengan tanaman dapat dilihat pada
mikoriza, yaitu jamur yang hidup di akar tanaman kacang-kacangan atau pada lichen. Jamur
berhabitat pada bermacam-macam lingkungan dan berasosiasi dengan banyak organisme.
Meskipun kebanyakan hidup di darat, beberapa jamur ada yang hidup di air dan berasosiasi
dengan organisme air. Jamur yang hidup di air biasanya bersifat parasit atau saprofit, dan
kebanyakan dari kelas Oomycetes (Ramli,2020).
1.2. Rumusan Masalah

1. Apa itu fungi ?

2. Apa saja jenis- jenis penyakit yang disebabkan oleh fungi ?

3.Apa sifat penyakit yang disebabkan oleh fungi ?

4.Ternak apa saja yang terkontaminasi oleh penyakit yang disebabkan oleh fungi ?

5.Bagaimana gejala penyakit yang disebabkan oleh fungi ?

6.Bagaimana cara pencegahan agar ternak terhindar dari penyakit yangdisebabkan oleh

jamur?

1.3. Tujuan

1.Untuk mengetahui apa itu fungi

2.Untuk mengetahui apa saja jenis-jenis penyakit yang disebabkan oleh fungi

3. Untuk mengetahui apa sifat penyakit yang disebabkan oleh fungi

4. Untuk mengetahui ternak apa saja yang terkontaminasi oleh penyakit yang disebabkan oleh

Fungi

5. Untuk mengetahui bagaimana gejala penyakit yang disebabkan oleh fungi

6. Untuk mengetahui bagaimana cara pencegahan agar hewan ternak tidak terkena penyakit

yang disebabkan oleh jamur


BAB 11

PEMBAHASAN

2.1.Pengertian Fungi

Kata jamur berasal dari kata latin yakni fungi. Jamur (fungi) bereproduksi secara aseksual
yang menghasilkan spora, kuncup, dan fragmentasi. Sedangkan dengan cara seksual pada
zigospora, askospora, dan basidiospora. Jamur (fungi) hidup di tempat-tempat yang lembap, air
laut, air tawar, tempat yang asam dan bersimbosis dengan ganggang hingga kemudian
membentuk lumut (lichenes). jamur atau fungi adalah sel eukariotik yang tidak memiliki klorofil,
tumbuh sebagai hifa, memiliki dinding sel yang mengandung kitin, bersifat heterotrof, menyerap
nutrien melalui dinding selnya, mengekskresikan enzim ekstraselular ke lingkungan melalui
spora, dan melakukan reproduksi secara seksual dan aseksual (Rosyida,2021).

Tubuh jamur tersusun atas komponen dasar yang disebut Hifa. Hifa membentuk jaringan
yang disebut Miselium. Miselium menyusun jalinan-jalinan semu membentuk tubuh buah. Hifa
sendiri adalah struktur menyerupai benang yang tersusun dari dinding berbentuk pipa. Dinding
ini menyelubungi membran plasma dan sitoplasma hifa. Sitoplasmanya mengandung organel
eukariotik. Kebanyakan hifa dibatasi oleh dinding melintang atau septa. Septa memiiliki pori
besar yang cukup untuk dilewati ribosom, mitokondria, dan inti sel yang mengalir dari sel ke sel.
Namun demikian ada pula hifa yang tidak bersepta atau hifa senositik. Struktur hifa senositik
dihasilkan oleh pembelahan inti sel berkali-kali yang tidak diikuti dengan pembelahan
sitoplasma. Hifa pada jamur yang bersifat prasit biasanya mengalami modifikasi menjadi
haustoria yang merupakan organ penyerap makanan dari substrat, haustoria dapat menembus
jaringan substrat.lainnya, jamur tidak memangsa dan mencernakan makanan (Mahendra,2017).
Untuk memperoleh makanan, jamur menyerap zat organik dari lingkungan melalui hifa dan
miseliumnya, kemudian menyimpannya dalam bentuk glikogen. Oleh karena jamur merupakan
konsumen maka jamur bergantung pada substrat yang menyediakan karbohidrat, protein,
vitamin, dan senyawa kimia lainnya. Semua zat itu diperoleh dari lingkungannya. Sebagai
makhluk heterotrof, jamur dapat bersifat:
 Parasit obligat: Merupakan sifat jamur yang hanya dapat hidup pada inangnya, sedangkan di
luar inangnya tidak dapat hidup. Misalnya, Pneumonia carini (khamir yang menginfeksi
paru-paru penderitza AIDS).
 Parasit fakultatif: Jamur yang bersifat parasit jika mendapatkan inang yang sesuai, tetapi
bersifat saprofit jika tidak mendapatkan inang yang cocok.
 Saprofit: Merupakan jamur pelapuk dan pengubah susunan zat organik yang mati. Jamur
saprofit menyerap makanannya dari organisme yang telah mati seperti kayu tumbang dan
buah jatuh.
Sebagian besar jamur saprofit mengeluarkan enzim hidrolase pada substrat makanan untuk
mendekomposisi molekul kompleks menjadi molekul sederhana sehingga mudah diserap oleh
hifa. Selain itu, hifa dapat juga langsung menyerap bahan bahan organik dalam bentuk sederhana
yang dikeluarkan oleh inangnya (Haryadi,2013).

Cara hidup jamur lainnya adalah melakukan simbiosis mutualisme. Jamur yang hidup
bersimbiosis, selain menyerap makanan dari organisme lain juga menghasilkan zat tertentu yang
bermanfaat bagi simbionnya. Simbiosis mutualisme jamur dengan tanaman dapat dilihat pada
mikoriza, yaitu jamur yang hidup di akar tanaman kacang-kacangan atau pada lichen. Jamur
berhabitat pada bermacam-macam lingkungan dan berasosiasi dengan banyak organisme.
Meskipun kebanyakan hidup di darat, beberapa jamur ada yang hidup di air dan berasosiasi
dengan organisme air. Jamur yang hidup di air biasanya bersifat parasit atau saprofit, dan
kebanyakan dari kelas Oomycetes (Ramli,2020).

2.2. Candidiasis

Candidiasis atau kandidiasis adalah infeksi jamur. Candidiasis biasanya terjadi di kulit, mulut,
dan kelamin. Jika tidak ditangani, infeksi ini bisa menyebar ke organ tubuh lain, seperti usus, ginjal,
jantung, dan otak.Penyakit candidiasis juga sering ditemukan pada ayam,candidiasis ayam ini
merupakan suatu penyakit yang seringkali menyerang ayam broiler dan merupakan penyakit
unggas yang disebabkan oleh jamur. Salah satu jamur yang menyebabkan penyakit ini adalah
Candida albicans (Aryana,2018).
Sifat dari penyakit pada ayam yang satu ini adalah oportunistik. Artinya, penyakit ini bisa
menyerang ayam jika tingkat kekebalan tubuh ayam sedang tidak baik. Atau bisa juga ketika
peternak memberikan makanan yang kualitasnya kurang baik, maka penyakit candidiasis akan
mendapatkan kesempatan untuk masuk dan menjangkiti ayam.Kesempatan lain yang membuat
penyakit candidiasis masuk ke dalam tubuh ayam adalah kondisi lingkungan sekitar yang kurang
bersih dan tidak sehat (Hastarinda,2016).

Gejala Penyakit Candidiasis Unggas

Ada beberapa ciri atau gejala yang akan muncul jika ayam terinfeksi penyakit candidiasis.
Ciri-ciri dan gejalanya bisa jadi tidak terlihat secara mendetail. Tapi jika ayam menunjukkan
beberapa gejala di bawah ini, maka bisa jadi ayam terserang penyakit candidiasis.

 Pertumbuhan ayam tidak normal atau terhambat.


 Ayam mengalami diare.
 Bulu-bulu di tubuh ayam berdiri.
 Ayam mengalami muntah secara berkelanjutan.
 Berat badan ayam mengalami penurunan.
 Adanya luka serius di saluran pencernaan ayam bagian atas, atau tepatnya pada bagian
tembolok dan mulut.
 Muncul benjolan putih yang bentuknya sirkuler di bagian tembolok ayam.
 Tembolok pada ayam merupakan bagian khusus yang akan menyimpan pakan dan air
untuk sementara. Periksa bagian ini dengan membuka mulut ayam dan melihat bagian
langit-langit mulutnya. Dua ciri atau gejala terakhir menunjukkan bahwa penyakit
candidiasis sudah sangat serius

Penyebab Penyakit Candidiasis :

Penyakit candidiasis muncul pada sekam karena suatu jamur flora. Biasanya, jamur flora
bernama candida albicans ini ada di bagian saluran pernafasan dan pencernaan. Beberapa variasi
jamur ini bisa tumbuh dan hidup pada suhu yang bervariasi.Tapi, untuk variasi pH 6,5 hingga pH
4,5, jamur bisa tumbuh dalam suhu antara 28 hingga 37 derajat Celcius. Caranya, jamur candida
albicans akan menciptakan sebuah koloni ragi yang mempunyai sifat khas.Sifat khas koloni
tersebut adalah mempunyai permukaan yang licin dan halus serta mengeluarkan bau yang
menyerupai ragi (Wardani,2022).

Penyakit candidiasis dapat ditangani dengan memberikan obat seperti coopper sulfate dan
gentian violet.

1. Copper sulfate

Segera pisahkan ayam yang terkena penyakit candidiasis dari ayam yang masih sehat. Kemudian
beli copper sulfate dari toko hewan manapun atau bisa juga dari toko online. Campurkan copper
sulfate dengan air menggunakan perbandingan 1:2000.

Jadi, gunakan 1 miligram copper sulfate untuk air sebanyak 2.000 mililiter. Sesuaikan takaran ini
dengan jumlah ayam yang akan diobati dari penyakit candidiasis.

2. Gentian violet

Selain copper sulfate, obat lain yang bisa mengatasi masalah kesehatan candidiasis ayam adalah
gentian violet yang merupakan obat kumur. Obat kumur ini bisa dicampur dengan pakan ayam
dengan takaran 220 mg untuk setiap 1 kg pakan ayam.

Cara Mencegah Penyebaran Candidiasis

Ada dua cara utama untuk mencegah infeksi candidiasis pada ayam ternak, yaitu:

1. Sanitasi kandang

Peningkatan sanitasi merupakan cara terbaik dan paling manjur dalam mencegah
candidiasis sehingga tidak menyebar ke ayam ternak yang masih dalam kondisi sehat. Sanitasi
wajib dilakukan dengan benar dan rutin. Pastikan kandang selalu dalam kondisi bersih sehingga
bisa memberi dampak positif. Apabila ada terlalu banyak kotoran di kandang ayam, berbagai
penyakit bisa muncul dan menjangkiti ayam di dalam kandang. Kandang wajib dipantau serta
dikelola dengan maksimal sehingga peternak bisa mendapatkan hasil yang bagus dari ayam yang
dikembangkannya.

2. Bibit unggul
Selain itu, peternak juga perlu memilih bibit ayam yang kualitasnya sangat bagus dan
unggulan. Dengan bibit unggulan, ayam Anda akan jadi lebih tahan terhadap berbagai penyakit
dan mudah beradaptasi dengan lingkungan. Selain itu, ayam lebih produktif dalam menghasilkan
telur atau daging.Bibit ayam yang kualitasnya bagus tentu saja akan menghasilkan ayam yang
kualitasnya juga terjamin dan tidak mudah terjangkiti penyakit apapun.

2.3. Ringworm

Ringworm adalah penyakit menular yang disebabkan oleh cendawan yang bersifat
keratinofilik pada permukaan kulit atau bagian dari jaringan lain yang mengandung keratin
(bulu, kuku, rambut dan tanduk) baik pada hewan maupun manusia. Beberapa spesies cendawan
bersifat zoonosis karena hewan penderita dapat merupakan sumber penularan pada manusia dan
sebaliknya. Mortalitas penyakit rendah, namun kerugian ekonomis dapat terjadi karena mutu
kulit yang menurun atau berat badan turun karena hewan selalu gelisah. Penyakit ini sering
dijumpai pada hewan yang dipelihara secara bersama-sama dan merupakan penyakit mikotik
yang tertua di dunia. Penyakit kulit ini dinamakan ringworm karna pernah diduga penyebabnya
adalah worm dan karena gejalanya dimulai dengan adanya peradangan pada permukaan kulit
yang bila dibiarkan akan meluas secara melingkar seperti cincin.

Penularan penyakit ini melalui kontak langsung antara hewan penderita dengan hewan
sehat, meskipun kontak tersebut tidak selalu menimbulkan penyakit, karena adanya persaingan
antara cendawan itu sendiri dengan organisme yang sudah menetap terlebih dahulu pada kulit.
Perkembangan penyakit tergantung dari interaksi antara induk semang dengan cendawan
tersebut, sehingga perubahan kulit tidak selalu berbentuk cincin, terutama bila diikuti dengan
infeksi sekunder. Penularan dari hewan ke manusia atau sebaliknya, umumnya disebabkan oleh
Microsporum canis.

Pada lokasi infeksi terdapat bentukan khas dari penyakit ini, yaitu terlihat seperti cincin.
Namun gejala klinis bervariasi apabila disertai infeksi dari kuman lain. Gejala dimulai dari
bercak merah, eksudasi dan rambut patah atau rontok. Perkembangan selanjutnya sangat
bervariasi, dapat berupa benjol kecil dengan erupsi kulit atau berbentuk seperti tumor yang
dikenal dengan kerion. Pada unggas gejala klinis berupa bercak kecil berwarna putih kotor pada
jengger, dapat meluas ke bagian lain dari kepala terutama yang tidak berbulu. Selanjutnya pada
bagian yang terluar dari bercak tersebut akan tertutup oleh lapisan cendawan berbentuk seperti
kerak berbutir. Favus unggas dapat sembuh sendiri dalam beberapa bulan, meskipun tidak
diobati. Namun favus dapat meluas ke bagian badan yang berbulu, sehingga mengakibatkan
penderita menjadi semakin lemah. Selama favus hanya terbatas pada jengger, maka tidak akan
menimbulkan gangguan yang berarti, tetapi bila telah meluas pada bulu, maka nafsu makan
berkurang dan kemungkinan hewan akan mati.

Ringworm jenis tertentu dapat sembuh dengan sendirinya. Pengobatan dapat dilakukan
dengan 2 (dua) cara, yaitu dengan olesan atau pengobatan per oral melalui mulut. Obat yang
digunakan mengandung lemak, jodium sulfa atau asam salisilat. Untuk perubahan kulit yang akut
dapat digunakan asam borax 2-5% Kalium permanganat 1:5000. Untuk luka-luka yang menahun,
kulit tebal, hiperpigmentasi dan keropeng dapat digunakan Carbowax yang telah mengandung
fungisida. Obat lain yang bisa dipergunakan adalah: Asam benzoat 6% dan resareinol 1-10%
disamping obat-obat olesan tersebut diatas bisa dipergunakan gliserofulvin dan hasilnya cukup
memuaskan. Pada lesi kecil digunakan 2% miconazole cream atau larutan thiabendazole setiap
hari sampai sembuh. Bila lesi berkembang, digunakan 0,5% sulfur atau 1:300 larutan Captan
sebagai pencuci 2 kali seminggu.

Pencegahan ringworm dilakukan dengan menjaga kebersihan kulit dan kesehatan tubuh
hewan. Hewan penderita harus diisolasi, sehingga tidak berkontak dengan hewan lain atau
manusia, kecuali yang ditugaskan merawat hewan tersebut. Selain itu perlu dilakukan desinfeksi
pada lokasi yang diduga menjadi sumber spora. Miselia dermatophyta diduga mampu
merangsang pembentukan antibody.

2.4. Aspergillosis

Aspergillus fumigatus merupakan jamur penyebab utama aspergillosis. Spesies jamur ini
dapat berkembang pada bahan organik di lingkungan lembap dan suhu hangat (+25°C). Biasanya
terdapat pada sistem ventilasi, sekam, litter, pakan, atau kerabang yang rusak.Layaknya penyakit
infeksius pada umumnya, aspergillosis biasanya identik dengan manajemen pemeliharaan yang
buruk. Beberapa faktor yang dapat meningkatkan kejadian penyakit yaitu berasal dari tingkat
stress suhu, kadar amonia, debu, populasi terlalu padat, dan faktor lain yang menyebabkan
imunosupresi.

Mekanisme infeksi aspergillus dimulai ketika ayam menghirup spora jamur dari tempat
yang terkontaminasi. Ukuran spora yang kecil menyebabkan spora mudah masuk melalui saluran
pernapasan bagian atas dan terakumulasi di paru-paru dan kantung airsac, kemudian jamur
berkembang hingga masuk melalui aliran darah dan jaringan lain (otak, sumsum tulang, ginjal,
atau jantung).Kejadian ini dapat menjadi buruk apabila terdapat granuloma di paru-paru yang
menghambat aliran darah, sehingga menyebabkan asites. Beberapa spesies Aspergillus sp. juga
menghasilkan toksin (glikotoksin) yang mengganggu kekebalan tubuh dan cytotoxic yang
menyeabkan kerusakan sel. Selain toksin, terdapat enzim protoleotik yang mengganggu jaringan
tubuh ayam. Penyakit Aspergillosis dapat menyerang secara akut pada ayam muda, biasanya
dapat menyebabkan kematian yang tinggi, sedangkan untuk ayam yang lebih tua. Kejadian
penyakit ini cenderung bersifat kronis dan menganggu performa produksi ayam.

Ketika terserang penyakit aspergillosis, gejala klinis akan tampak pada umur 3-5 hari,
yaitu berupa gangguan pernapasan seperti kesulitan bernapas. Gangguan tersebut diikuti dengan
kematian yang cepat.Apabila gejala sudah akut, tingkat kematian akan bervariasi antara 5-50%
pada umur 1-3 minggu pertama. Ayam yang mampu bertahan akan lemah dan sering
menunjukkan gangguan pernapasan kronis, sehingga pertumbuhan menjadi terhambat.

Pada infeksi kronis ayam dewasa, gejala klinis tidak selalu dapat diamati. Namun terdapat
gangguan pernapasan yang bersifat progresif dan terdapat lendir di trakea.Lesi yang ditimbulkan
oleh asperigillosis dapat ditemukan pada saluran pernapasan (trakea, bronkus, paru-paru, dan
kantong udara). Ukuran lesi bervariasi mulai dari 1-9 mm dengan warna putih hingga
kuning.Koloni sporulasi Aspergillus fumigatus berwarna biru kehijauan ketika dilihat dengan
mata telanjang.Terdapat granuloma yang terletak pada otak, mata, dan organ dalam. Infeksi juga
terjadi pada organ mata. Dimulai dari mata berair, kemudian menjadi radang pada bagian
conjunctiiva.
Kematian akibat penyakit ini dapat ditekan dengan pemberian enilconazoke, thiabendazole, atau
yang lainya. Aplikasikan obat tersebut pada litter ataupun pakan yang sudah disterilkan terlebih
dahulu.

Pencegahan :

Pencegahan merupakan cara terbaik untuk mengurangi penyakit ini. Tindakan


pencegahan dilakukan mulai dari desinfeksi hatchery, penyimpanan telur tetas di tempat yang
tidak terkontaminasi dengan debu, dan mengurangi kondensasi air pada telur. Dilakukan pula
pembersihan rutin pada peralatan hatchery, ventilasi, dan saluran udara secra berkala.Keberadaan
pakan dan litter harus dihindarkan dari debu dan jamur. Penyimpanan pakan harus
memperhatikan beberapa faktor, seperti pakan yang ditempatkan pada tempat yang tidak terlalu
lembab, penambahan alas palet, dan penempatan yang tidak menempel pada dinding.

Pakan yang diberikan pada ayam harus menerapkan prinsip FIFO (first in first out) atau
didahulukan menggunakan pakan yang memiliki tanggal kadaluwarsa lebih dekat. Kebersihan
tempat pakan juga harus dijaga.

Manajemen kandang yang baik merupakan kunci untuk meminimalisir timbulnya


penyakit infeksius. Selain itu, gunakan pakan yang berkualitas untuk meningkatkan kekebalan
tubuh ayam dari penyakit. De Heus Indonesia menyediakan pakan berkualitas untuk
pertumbuhan dan produksi ayam yang lebih maksimal.

2.5. Dermatomikosis

Dermatomikosis pada unggas, juga dikenal sebagai infeksi jamur pada unggas, adalah
kondisi yang disebabkan oleh infeksi jamur pada kulit dan bulu unggas. Infeksi ini umumnya
disebabkan oleh jamur dari genus Trichophyton dan Microsporum.Dermatomikosis pada unggas
dapat menyebabkan gejala seperti kerontokan bulu, kulit yang kemerahan, gatal-gatal,
pembentukan kerak atau sisik pada kulit, dan perubahan pada kuku atau paruh. Infeksi ini dapat
menyebar melalui kontak langsung antara unggas yang terinfeksi dan unggas lainnya, atau
melalui lingkungan yang terkontaminasi.Dermatomikosis pada unggas umumnya tidak bersifat
zoonosis,yang berarti tidak mudah menular dari unggas ke manusia.

Penting untuk segera mengobati dermatomikosis pada unggas karena infeksi yang tidak
diobati dapat menyebabkan masalah kesehatan yang lebih serius dan dapat menyebar ke unggas
lainnya. Faktor-faktor yang dapat meningkatkan risiko infeksi termasuk kepadatan populasi
unggas yang tinggi, kebersihan yang buruk, kelembaban yang tinggi, dan sistem kekebalan tubuh
yang lemah.

Pencegahan Dermatomikosis pada unggas:

1. Kebersihan: Menjaga kebersihan kandang dan peralatan unggas secara teratur sangat penting
untuk mencegah infeksi jamur. Pastikan kandang kering, bersih, dan terhindar dari kelembaban
yang berlebihan.

2. Karantina: Mengkarantina unggas baru sebelum memasukkannya ke dalam kandang utama


dapat membantu mencegah penyebaran infeksi jamur.

3. Perlindungan: Melindungi unggas dari kontak langsung dengan unggas yang terinfeksi atau
lingkungan yang terkontaminasi dapat membantu mencegah penularan infeksi.

Pengobatan Dermatomikosis pada unggas:

1. Obat Topikal: Penggunaan salep atau krim antijamur topikal yang direkomendasikan oleh
dokter hewan dapat membantu mengobati infeksi pada kulit dan bulu unggas.

2. Obat Oral: Dalam beberapa kasus yang lebih parah, dokter hewan dapat meresepkan obat
antijamur oral untuk mengobati infeksi jamur yang lebih dalam.

3. Perawatan Lingkungan: Membersihkan dan mendesinfeksi kandang serta peralatan unggas


secara teratur juga penting untuk menghilangkan spora jamur yang mungkin ada di lingkungan.
BAB 111

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Jamur merupakan salah satu mikroorganisme penyebab penyakit pada hewan


ternak,seperti candidiasis,ringrowm,aspergillosis. Jamur tumbuh dimana saja, baik di udara,
tanah, air, pakaian, bahkan di tubuh hewan ternak. Ada ribuan spesies yang berbeda dengan
karakteristik yang berbeda yang berada di kelas ini. Mereka terdiri dari dinding sel yang kaku
dan juga memiliki membran inti terikat. Organisme ini gagal untuk photosensitize karena mereka
tidak memiliki klorofil.

Cara agar hewan ternak terhindar dari penyakit yang disebabkan oleh jamur (fungi) yaitu
dengan membersihkan kandang dengan teratur,melakukan sanitasi kandang,memberikan pakan
yang berkualitas ,dan memilih bibit ternak yang unggul agar daya tahan tubuh ternak yang
normal tidak mudah terkena penyakit yang disebabkan oleh fungi.
DAFTAR PUSTAKA

Antoh, L., & Simarmata, Y. T. (2021). LAPORAN KASUS: RINGWORM PADA SAPI
BALI. Jurnal Veteriner Nusantara, 4(Supl. 1).

Aryana, S., Astika, N., & Kuswardhani, T. (2018). Geriatric Opinion 2018.

Besung, I. N. K., Suwiti, N. K., Mahardika, I. G. N. K., & Suardana, I. W. 2022.Jamur dan
Penyakit Yang Ditimbulkan Pada Hewan. Media Nusa Creative (MNC Publishing).

Budaarsa, K. (2019). Kamus Istilah Dunia Peternakan. Zifatama Jawara

Herlina, S. (2020). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dewasa Dengan Pneumonia: Study
Kasus. Indonesian Journal of Health Development, 2(2), 102-107.

HARYADI, H. (2013). ANALISA KADAR ALKOHOL HASIL FERMENTASI KETAN


DENGAN METODE KROMATOGRAFI GAS DAN UJI AKTIFITAS Saccharomyces

Mahendra, I. (2017). Inventarisasi jamur kelas basidiomycetes di Hutan Mandahan desa


Tumbang Manjul Kecamatan Seruyan Hulu Kabupaten Seruyan (Doctoral dissertation, IAIN
Palangka Raya.

Nugroho, B., & Puspaningrum, E. Y. (2021). Kinerja Metode CNN untuk Klasifikasi Pneumonia
dengan Variasi Ukuran Citra Input. Jurnal Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer
(JTIIK), 8(3).

Putriningsih, PAS, & Arjentinia, IPGY (2018). Identifikasi spesies jamur Microsporum gypseum
dan Microsporum n anum penyebab kurap pada sapi bali. Jurnal Dokter Hewan , 19 (2), 177-182

Ramli, A. A. (2020). AKTIVITAS ANTI JAMUR DARI EKSTRAK DAUN MELASTOMA


MALABATHRICUM L (Doctoral dissertation, Universitas Hasanuddin).

Rifaldi, M. (2021). Pandemi Virus Corona. Salam Rafflesia


Rosyidah, L. A. U., & Bahtiar, Y. (2021). Materi Jamur (Fungi) Kelas X MA Al Azhar.
Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas KH. A. Wahab Hasbullah.

Sardjono, T. W., Baskoro, A. D., Endharti, A. T., Fitri, L. E., Poeranto, S., & Nugraha, R. Y. B.
(2020). Helmintologi Kedokteran dan Veteriner: Edisi Revisi. Universitas Brawijaya Press.

Surja, S. S., Wijaya, M., Padmasutra, L., Yolanda, H., Joprang, F. S., Makimian, R., & Jukiani,
M. (2019). Atlas parasitologi kedokteran. Penerbit Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya.

Setiarto, R. H. B., & Karo, M. S. D. M. B. (2021). Pengantar Kuliah Mikrobiologi Klinis.


GUEPEDIA.

Yudhastuti, R. (2020). Pengendalian Penyakit yang Ditularkan Binatang. Zifatama Jawara.

Anda mungkin juga menyukai