Anda di halaman 1dari 14

PEMERIKSAAN FESES DAN DAHAK

Nama Kelompok :
1. Dian Zuafidah Mu’azakol (0120008)
2. Eka Putri Agustin (010014)
3. Khusnul Intani (0120018)
4. Mega Dwi Halimatus S (0120021)
5. Mustika Aldina Sari (0120023)
6. Devyani Dwi Restu A (0120040)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Dian Husada Mojokerto
Jl. Raya Gemekan No.261, Gemekan, Kec. Sooko, Mojokerto, Jawa Timur
61361
Telp/Fax 032132777
Kata Pengantar

Puji syukur kami ucapkan kehadirat ALLAH SWT dengan rahmat serta
karunia-Nya sehingga makalah ini dapat kami selesaikan.
Shalawat dan salam kami ucapkan kepada nabi Muhammad SAW. Dan penulis
mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah membantu
kami dalam menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak
kekurangan, baik dari segi isi, penulisan maupun kata-kata yang digunakan.
Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
demi kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada
pembaca.Walaupun makalah ini masih jauh dari sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan
demi kesempurnaan makalah ini.Terimakasih.
Daftar Isi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kotoran manusia adalah semua benda atau zat yang tidak dipakai lagi oleh tubuh
yang harus dikeluarkan dari dalam tubuh. Zat-zat yang harus dikeluarkan dari dalam
tubuh ini berbentuk tinja (faeces), air seni (urine), dan CO2 sebagai hasil dari proses
pernapasan.Saat ini akses masyarakat terhadap sarana sanitasi khususnya jamban, masih
jauh dari harapan. Berbagai kampanye dan program telah banyak dilakukan, terakhir
dengan pemberlakuan program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM).
Berbagai upaya tersebut sebetulnya bermuara pada terpenuhinya akses sanitasi
masyarakat, khususnya jamban. Namun akses tersebut selain berbicara kuantitas yang
terpenting adalah kualitas. Berdasarkan hasil penelitian yang ada, seorang yang normal
diperkirakan menghasilkan tinja rata-rata sehari 970 gram dan menghasilkan air seni 970
gram.
Jadi bila penduduk Indonesia dewasa saat ini 200 juta maka setiap hari tinja yang
dikeluarkan sekitar 194.000 juta gram (194.000 ton).
Maka bila pengelolaan tinja tidak baik, jelas penyakit akan mudah tersebar. Dengan
bertambahnya penduduk yang tidak sebanding dengan area pemukiman, masalah
pembuangan kotoran manusia meningkat.
Dilihat dari segi kesehatan masyarakat, masalah pembuangan kotoran manusia
merupakan masalah yang pokok untuk sedini mungkin diatasi.Kurangnya perhatian
terhadap pengelolaan tinja disertai dengan cepatnya pertambahan penduduk, jelas akan
mempercepat penyebaran penyakit-penyakit yang ditularkan melalui tinja.
Karena kotoran manusia (faeces) adalah sumber penyebaran penyakit yang
multikompleks. Penyebaran penyakit yang bersumber pada faeces dapat melalui
berbagaimacam jalan atau cara.
Menurut paradigma sehat, diharapkan orang tetap sehat dan lebih sehat, sedangkan yang
berpenyakit lekas dapat di sembuhkan agar sehat. Untuk segera dapat disembuhkan,
perlu di tentukan penyakitnya dan pengobatan yang tepat, serta prognosis atau ramalan
yaitu ringan, berat, atau fatal.
Dalam menentukan diagnosis suatu penyakit, diperlukan beberapa uji laboratorim
yaitu pemeriksaan spesimen yang diambil dari pasien. Pemeriksaan laboratorium adalah
suatu tindakan dan prosedur pemeriksaan khusus dengan mengambil bahan atau sampel
dari penderita. Sampel yang diambil dapat berupa darah, urin, feses, dahak, sekret
vagina, dan sebagainya untuk menentukan diagnosa disertai dengan uji lainnya sebagai
penunjang.
Sekumpulan pemeriksaan laboratorium dilakukan dengan tujuan tertentu misalnya
untuk mendeteksi penyakit, menentukan risiko, memantau perkembangan penyakit,
memantau perkembangan pengobatan, dan lain-lain. Mengetahui ada tidaknya kelainan
atau penyakit yang banyak di jumpai dan potensial membahayakan.
Tes atau pemeriksaan dapat secara kimia klinik, hematologi, imunologi, serologi,
mikrobiologi klinik, dan parasitologi klinik.
Metode pemeriksaan pemeriksaan terus berkembang dari kualitatif, semi kuantitatif,
dan dilaksanakan dengan cara manual, semiotomatik, otomatik, sampai robotik. Hal ini
berarti peralatan pun berkembang dari yang sederhana sampai yang canggih dan mahal
hingga biaya tes pun dapat meningkat.
Ada beberapa penyakit saluran penapasan yang mulai banyak menyerang masyarakat
indonesia. Seperti tuberkulosis pulmonal, bakteri pneumonia, bronkitis kronis, dan
sebagainya. Oleh karena hal tersebut, perlu dilakukan tes terhadap spesimen guna
menentukan penyakit-penyakit tersebut yaitu dengan menggunakan dahak atau sputum.

1.2 Rumusan Masalah


1. Pengertian Feses
2. Bau Feses
3. Dekomposisi feses
4. Macam – macam warna feses
5. Akibat dari buruknya pembuangan tinja
6. Pemeriksaan feses
7. Apa pengertian sputum ?
8. Apa saja jenis pemeriksaan sputum ?
9. Bagaimana cara pemeriksaan sputum ?
10. Apa saja hal hal yang perlu diperhatikan dalam pemeriksaan sputum ?
11. Bagaimana interpretasi pemeriksaan sputum ?

1.3 Tujuan
1. Agar dapat mengetahui pengertian dari feses
2. Untuk mengetahui Bau dari feses
3. Untuk mengetahui bagaimana dekomposisi feses
4. Untuk mengetahui penyebab perbedaan warna feses
5. Agar dapat mengetahui akibat dari buruknya penanganan buangan feses
6. Untuk mengetahui pemeriksaan feses
7. Mengetahui apa yang dimaksud dengan sputum
8. Mengetahui jenis-jenis pemeriksaan sputum
9. Mengetahui cara pemeriksaan sputum
10. Mengetahui hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemeriksaan sputum
11. Memahami interpretasi pemeriksaan sputum
BAB II
PEMBAHASAN

.1 Pengertian Feses dan Sprutum (Dahak)


Tinja merupakan semua benda atau zat yang tidak dipakai lagi oleh tubuh yang
harus dikeluarkan dari dalam tubuh. Tinja (faeces) merupakansalah satu sumber
penyebaran penyakit yang multikompleks. Orang yang terkena diare, kolera dan infeksi
cacing biasanya mendapatkan infeksi ini melalui tinja (faeces).
Seperti halnya sampah, tinja juga mengundang kedatangan lalat dan hewan-hewan
lainnya. Lalat yang hinggap di atas tinja (faeces) yang mengandung kuman-kuman dapat
menularkan kuman-kumanitu lewat makanan yang dihinggapinya, dan manusia lalu
memakan makanantersebut sehingga berakibat sakit. Beberapa penyakit yang dapat
disebarkan akibat tinja manusia antara lain tipus, disentri, kolera, bermacam-macam
cacing (gelang, kremi, tambang, pita), schistosomiasis, dan sebagainya.
Pengerasan tinja atau feses dapat menyebabkan meningkatnya waktu dan
menurunnya frekuensi buang air besar antara pengeluarannya atau pembuangannya
disebut dengan konstipasi atau sembelit. Dan sebaliknya, bila pengerasan tinja atau feses
terganggu, menyebabkan menurunnya waktu dan meningkatnya frekuensi buang air besar
disebut dengan diare atau mencret.
Dalam keadaan normal dua pertiga tinja terdiri dari air dan sisa makanan, zat hasil
sekresi saluran pencernaan, epitel usus, bakteri apatogen, asam lemak, urobilin, debris,
celulosa gas indol, skatol, sterkobilinogen dan bahan patologis. Normal : 100 – 200 gram
/ hari. Frekuensi defekasi : 3x / hari – 3x / minggu.
Sputum (dahak) adalah bahan yang dikeluarkan dari paru dan trakea melalui mulut.
Biasanya juga disebut dengan ecpectoratorian (Dorland, 1992).Sputum, dahak, atau riak
adalah sekret yang dibatukkan dan berasal dari tenggorokan, hidung atau mulut.
Perbedaan ini hendaknya dijelaskan kepada pasien yang dahaknya akan diperiksa.
Sputum yang dikeluarkan oleh seorang pasien hendaknya dapat dievaluasi sumber,
warna, volume, dan konsistennya karena kondisi sputum biasanya memperlihatkan
secara spesifik proses kejadian patologik pada pembentukan sputum itu sendiri.
Pemeriksaan sputum diperlukan jika diduga terdapat penyakit paru-paru. Membran
mukosa saluran pernafasan berespons terhadap inflamasi dengan meningkatkan keluaran
sekresi yang sering mengandung mikroorganisme penyebab penyakit.
Sputum berbeda dengan sputum yang bercampur dengan air liur. Cairan sputum
lebih kental dan tidak terdapat gelembung busa di atasnya. Sputum diambil dari saluran
nafas bagian bawah sedangkan sputum yang bercampur air liur diambil dari tenggorokan.

.2 Bau Feses
Bau khas dari tinja atau feses disebabkan oleh aktivitas bakteri. Bakteri
menghasilkan senyawa seperti indole, skatole, dan thiol (senyawa yang mengandung
belerang), dan juga gas hidrogen sulfida. Asupan makanan berupa rempah-rempah dapat
menambah bau khas feses atau tinja. Di pasaran juga terdapat beberapa produk komersial
yang dapat mengurangi bau feses atau tinja.
.3 Proses terbentuknya Sputum
Orang dewasa normal bisa memproduksi mukus sejumlah 100 ml dalam saluran
napas setiap hari. Mukus ini digiring ke faring dengan mekanisme pembersihan silia dari
epitel yang melapisi saluran pernapasan. Keadaan abnormal produksi mukus yang
berlebihan (karena gangguan fisik, kimiawi, atau infeksi yang terjadi pada membran
mukosa), menyebabkan proses pembersihan tidak berjalan secara normal, sehingga
mukus ini banyak tertimbun. Bila hal ini terjadi, membran mukosa akan terangsang, dan
mukus akan dikeluarkan dengan tekanan intrathorakal dan intraabdominal yang tinggi.
Dibatukkan, udara keluar dengan akselerasi yg cepat beserta membawa sekret mukus
yang tertimbun tadi. Mukus tersebut akan keluar sebagai sputum.
Sputum yang dikeluarkan oleh seorang pasien hendaknya dapat dievaluasi sumber,
warna, volume, dan konsistensinya, karena kondisi sputum biasanya memperlihatkan
secara spesifik proses kejadian patologik pada pembentukan sputum itu sendiri.(Price
Wilson).

.4 Dekomposisi Tinja
Tinja dimana saja berada atau ditampung akan segera mulai mengalami penguraian
(decompotition), yang pada akhirnya akan berubah menjadi bahan yang stabil, tidak
berbau, dan tidak mengganggu. Aktifitas utama dalam proses dekomposisi adalah :
1. Pemecahan senyawa organic kompleks, seperti protein dan urea, menjadi bahan
yang lebih sederhana dan lebih stabil.
2. Pengurangan volume dan massa (kadang - kadang sampai 80%) dari bahan yang
mengalami dekomposisi, dengan hasil gas metan, karbondioksida, amoniak, dan
nitrogen yang dilepaskan ke atmosfer; Bahan - bahan yang terlarut yang dalam
keadaan tertentu meresap kedalam tanah di bawahnya.
3. Penghancuran organisme pathogen yang dalam beberapa hal tidak mampu hidup
dalam proses dekomposisi, atau diserang oleh banyak jasad renik didalam massa
yang tengah mengalami dekomposisi. Bakteri memegang peranan penting dalam
dekomposisi. Aktifitas bakteri dapat berlangsung dalam suasana aerobik, yakni
dalam keadaan terdapat udara, atau anaerobic dalam keadaan tidak terdapat
oksigen.
Proses dekomposisi berlangsung pada semua bahan organic mati yang berasal dari
tumbuhan atau hewan, terutama pada komponen nitrat, sulfat,atau karbonat yang
dikandungnya. Pada kotoran manusia yang merupakan campuran tinja dan air seni yang
relative kaya akan senyawa nitrat, proses dekomposisi terjadi melalui siklus nitrogen.
Pada siklus ini, pertama - tama, senyawa dipecahkan menjadi amonia dan bahan
sederhana lainnya. Kemudian, diubah oleh bakteri nitrit (nitrifying bacteria) menjadi nitrit
dan nitrat. Bau merangsang yang timbul selama dekomposisi air seni disebabkan oleh
amonia yang terlepas sebelum berubah menjadi bentuk yang lebih stabil.
Dekomposisi dapat berlangsung sangat cepat, dari beberapa hari pada dekomposisi
mekanis yang sangat terkendali sampai dengan beberapa bulan, bahkan hamper satu tahun
pada kondisi rata - rata lubang jamban. Pada umunya, kondisi yang terjadi pada
dekomposisi tinja tidak menguntungkan bagi kehidupan organisme pathogen. Bukan
hanya karena temperatur dan kandungan airnya yang menghambat pertumbuhan
organisme pathogen itu, melainkan kompetisi antara flora bakteri dan protozoa, yang
bersifat predator dan merusak.
Hasil akhir proses dekomposisi mengandung nutrient tanah yang bermanfaat dan
dapat memberikan keuntungan bila digunakan sebagia pupuk penyubur tanaman
(fertilizer). Kadang - kadang petani mengeluh karena sedikitnya kandungan nitrogen pada
tinja yang telah memngalami dekomposisi. Tinja segar memang mengandung lebih
banyak bahan nitrogen, namun bahan itu tidak dapat digunakan oleh tanaman pada
susunannya yang asli. Tanaman hanya dapat menggunaan nitrogen sebagian amonia,
nitrit, atau nitrat yang mana dihasilkan selama dekomposisi tahap lanjutan. Bila tinja
segar dihamparkan diatas tanah, kebanyakan nitrogen akan berubah menjadi bahan padat
yang menguap ke udara sehingga tidak dapat dimanfaatkan oleh tanaman.

.5 Klasifikasi Sputum
Sputum yang dikeluarkan oleh seorang pasien hendaknya dapat dievaluasi sumber,
warna, volume, dan konsistensinya, karena kondisi sputum biasanya memperlihatkan
secara spesifik proses kejadian patologik pada pembentukan sputum itu sendiri.
klasifikasi bentukan sputum dan kemungkinan penyebabnya :
 Sputum yang dihasilkan sewaktu membersihkan tenggorokan, kemungkinan
berasal dari sinus, atau saluran hidung, bukan berasal dari saluran napas bagian
bawah.
 Sputum banyak sekali&purulen → proses supuratif (eg. Abses paru)
 Sputum yg terbentuk perlahan&terus meningkat → taanda bronkhitis/
bronkhiektasis.
 Sputum kekuning-kuningan → proses infeksi.
 Sputum hijau → proses penimbunan nanah. Warna hijau ini dikarenakan adanya
verdoperoksidase yg dihasikan oleh PMN dlm sputum.
 Sputum hijau ini sering ditemukan pada penderita bronkhiektasis karena
penimbunan sputum dalam bronkus yang melebar dan terinfeksi.
 Sputum merah muda&berbusa → tanda edema paru akut.
 Sputum berlendir, lekat, abu-abu/putih → tanda bronkitis kronik.
 Sputum berbau busuk → tanda abses paru/ bronkhiektasis.

.6 Macam – Macam Warna Feses


Feses umumnya berwarna Kuning di karenakan Bilirubin (sel darah merah yang
mati, yang juga merupakan zat pemberi warna pada feses dan urin). Bilirubin adalah
pigmen kuning yang dihasilkan oleh pemecahan hemoglobin (Hb) di dalam hati (liver).
Bilirubin dikeluarkan melalui empedu dan dibuang melalui feses. Fungsinya untuk
memberikan warna kuning kecoklatan pada feses. Selain itu warna dari feses ini juga
dapat dipengaruhi oleh kondisi medis, makanan serta minuman yang dikonsumsi, karena
itu sangat mungkin warna feses berubah sesuai dengan makanan yang dikonsumsi.

 Warna Kuning Kecoklatan


Feses berwarna Kuning adalah normal. Karena Feses manusia pada umumnya
adalah warna ini. Warna keCoklatan ato keKuningan ini disebabkan karena feses
mengandung suatu zat berwarna orange-kuning yg disebut Bilirubin. Nah, ketika
Bilirubin ini bergabung dgn zat besi dari usus maka akan dihasilkan perpaduan
warna cokelat kekuning - kuningan.
 Warna Hitam Feses
Berwarna Hitam bisa jadi mengandung darah dari sistem pencernaan sebelah atas,
kerongkongan, lambung ato jg bagian hulu usus halus. Zat Lain yg memberi
warna Hitam ke feses kita bisa juga dari zat-zat makanan berwarna
Hitam(Licorice), timbal, pil yg mengandung besi, pepto-bismol atau blueberry.
Bisa juga karena mengkonsumsi herb (sejenis tumbuhan yang dikenal dengan akar
manis).

 Warna Hijau
Feses warna Hijau didapat dari Klorofil sayuran, seperti bayam yang dikonsumsi.
Selain itu pewarna makanan biru atau hijau yang biasa terkandung dalam
minuman atau es bisa menyebabkan feses berwarna hijau. Kondisi ini biasanya
disebabkan oleh makanan yang terlalu cepat melewati usus besar sehingga tidak
melalui proses pencernaan dengan sempurna. Feses Hijau jg bisa terjadi pada
diare, yakni ketika bahan pembantu pencernaan yg diproduksi hati dan disimpan
dalam empedu usus tanpa pengolahan atau perubahan. Ada kejadian khusus pada
bayi dimana jika feses berwarna hijau dianggap feses normal, khususnya ketika
bayi itu baru aja dilahirkan.

 Warna Merah
Seperti layaknya feses hitam, tetapi bedanya feses merah ini dominan diberi oleh
kandungan darah. Darah ini di dapat dari sistem pencernaan bagian bawah. Wasir
dan radang usus besar adalah yang menjadi penyebab utama Feses menjadi
berwarna merah. Feses merah akibat makanan umumnya disebabkan oleh buah
bit, makanan dengan pewarna merah termasuk minuman bubuk dan juga makanan
yang mengandung gelatin. Mengkonsumsi tomat juga bisa membuat feses jadi
merah.

 Warna Abu-abu / Pucat


Sama dalam dunia manusia, wajah pucat menandakan orang yang sakit bukan ?
Kali ini feses pucat pun menandakan si empunya Feses sedang dilanda sakit.
Biasanya sang empunya sedang mengalami penyakit Liver, pankreas, atau
empedu, maka pantat dari sang empu akan berwarna abu-abu atau pucat.

.7 Pemeriksaan Sputum
Pemeriksaan sputum biasanya diperlukan jika diduga adanya penyakit paru. Membran
mukosa saluran pernapasan berespons terhadap inflamasi dengan meningkatkan keluaran
sekresi yang sering mengandung organisme penyebab. Perhatikan dan catat volume,
konsistensi, warna dan bau sputum. Pemeriksaan sputum mencakup pemeriksaan :
1. Pewarnaan Gram,biasanya pemeriksaan ini memberikan cukup informasi tentang
organism yang cukup untuk menegakkan diagnose presumtif.
2. Kultur Sputum mengidentifikasi organisme spesifik untuk menegakkan diagnose
definitif. Untuk keperluan pemeriksaan ini, sputum harus dikumpulkan sebelum
dilakukan terapi antibiotic dan setelahnya untuk menentukan kemanjuran terapi.
3. Basil Tahan Asam (BTA) menentukan adanya mikobacterium tuberculosis, yang
setelah dilakukan pewarnaan bakteri ini tidak mengalami perubahan warna oleh
alcohol asam.

.8 Akibat Buruknya Pembuangan Feses


Berikut ini adalah permasalahan yang mungkin ditimbulkan akibat buruknya penanganan
buangan tinja :
 Mikroba
Tinja manusia mengandung puluhan miliar mikroba, termasuk bakteri koli-tinja.
Sebagian diantaranya tergolong sebagai mikroba patogen, seperti bakteri
Salmonela typhi penyebab demam tifus, bakteriVibrio cholerae penyebab kolera,
virus penyebab hepatitis A, dan virus penyebab polio. Tingkat penyakit akibat
kondisi sanitasi yang buruk di Indonesia sangat tinggi. BAPPENAS menyebutkan,
tifus mencapai 800 kasus per 100.000 penduduk. Sedangkan polio masih
dijumpai, walaupun dinegara lain sudah sangat jarang.
 Materi Organik
Kotoran manusia (tinja) merupakan sisi dan ampas makanan yang tidak tercerna.
Ia dapat berbentuk karbohidrat, dapat pula protein, enzim, lemak, mikroba dan
sel-sel mati. Satu liter tinja mengandung materi organik yang setara dengan 200-
300 mg BODS (kandungan bahan organik).Sekitar 75 persen sungai di Jawa,
Sumatra, Bali dan Sulawesi tercemar berat oleh materi organik dari buangan
rumah penduduk. Air sungai ciliwung memiliki BODS hampir 40 mg/L (empat
kali lipat dari batas maksimum 10 mg/L). Kandungan BOD yang tinggi itu
mengakibatkan air mengeluarkan bau tak sedap dan berwarna kehitaman.
 Telur Cacing
Seseorang yang cacingan akan mengeluarkan tinja yang mengandung telu-telur
cacing. Beragam cacing dapat dijumpai di perut kita. Sebut saja, cacing cambuk,
cacing gelang, cacing tambang, dan keremi. Satu gram tinja berisi ribuan telur
cacing yang siap berkembang biak diperut orang lain. Anak cacingan adalah
kejadian yang biasa di Indonesia. Penyakit ini kebanyakan diakibatkan cacing
cambuk dan cacing gelang. Prevalensinya bisa mencapai 70 persen dari balita.
 Nutrien
Umumnya merupakan senyawa nitrogen (N) dan senyawa fosfor (P) yang dibawa
sisa-sisa protein dan sel-sel mati. Nitrogen keluar dalam bentuk senyawa
amonium, sedangkan fosfor dalam bentuk fosfat. Satu liter tinja manusia
mengandung amonium sekitar 25 gram dan fosfat seberat 30 mg. Senyawa nutrien
memacu pertumbuhan ganggang (algae). Akibatnya, warna air menjadi hijau.
Ganggang menghabiskan oksigen dalam air sehingga ikan dan hewan lainnya
mati.

.9 Jenis Pemeriksaan Sputum Dan Feses


1. Pewarna gram :
Pemeriksaaan dengan pewarnaan gram dapat memberikan informasi tentang jenis
mikroorganisme untuk menegakkan diagnosis presumatif.

2. Kultur Sputum :
Pemeriksaan kultur sputum dilakukan untuk mengidentifikasi organisme spesifik
guna menegakkan diagnosis definitif.

3. Sensitifitas :
Pemeriksaan sensitivitas berfungsi sebagai pedoman terapi antibiotik dengan
mengidentifikasi antibiotik yang mencegah pertumbuhan organisme yang terdapat
dalam sputum.

4. Basil tahan asam (BTA) :


Pemeriksaan BTA dilakukan untuk menentukan adanya Mycobacterium
tuberculosa, yang setelah dilakukan pewarnaan bakteri ini tidak mengalami
perubahan warna oleh alkohol asam

5. Sitologi :
Pemeriksaan sitologi ditujukan untuk mengidentifikasi adanya keganasan
(karsinoma) pada paru-paru. Sputum mengandung runtuhan sel dari percabangan
trakheobronkhial; sehingga mungkin saja terdapat sel-sel malignan. Sel-sel
malignan menunjukkan adanya karsinoma, tidak terdapatnya sel ini bukan berarti
tidak adanya tumor atau tumor yang terdapat tidak meruntuhkan sel.

6. Tes Kuantitatif :
Pengumpulan sputum selama 24 sampai 72 jam. Pemeriksaan kualitatif harus
sering dilakukan untuk menentukan apakah sekresi merupakan saliva, lendir, pus,
atau bukan. Jika bahan yang diekspektorat berwarna kuning-hijau biasanya
menandakan infeksi parenkim paru (pneumonia). Untuk pemeriksaan kualitatif,
klien diberikan wadah khusus untuk mengeluarkan sekret. Wadah ini ditimbang
pada akhir 24 jam. Jumlah serta karakter isinya dicatat dan diuraikan.

 Pemeriksaan Feses
Pemeriksaan Feses merupakan cara yang dilakukan untuk mengambil feces sebagai
bahan pemeriksaan , yaitu pemeriksan lengkap dan pemeriksaan kultur.
Jenis makanan serta gerak peristaltik mempengaruhi bentuk, jumlah maupun
konsistensinya.
1) Indikasi Pemeriksaan :
 Adanya diare dan konstipasi
 Adanya ikterus
 Adanya gangguan pencernaan
 Adanya lendir dalam tinja
 Kecurigaan penyakit gastrointestinal
 Adanya darah dalam tinja

2) Syarat Pengumpulan Feces :


 Tempat harus bersih, kedap, bebas dari urine, diperiksa 30 – 40 menit
sejak dikeluarkan. Bila pemeriksaan ditunda simpan pada almari es.
 Pasien dilarang menelan Barium, Bismuth, dan Minyak dalam 5 hari
sebelum pemeriksaan.
 Diambil dari bagian yang paling mungkin memberi kelainan.
 Paling baik dari defekasi spontan atau Rectal Toucher
pemeriksaan tinja sewaktu
 Pasien konstipasi Saline Cathartic
 Kasus Oxyuris Schoth Tape & object glass

3) Alur pemeriksaan :
Pengumpulan bahan Pemeriksaan, Pengiriman dan Pengawetan bahan tinja,
Pemeriksaan tinja, serta Pelaporan hasil pemeriksaan.
Jika akan memeriksa tinja, pilihlah selalu sebagian dari tinja itu yang memberi
kemungkinan sebesar-besarnya untuk menemui kelainan umpamanya bagian
yang tercampur darah atau lendir dan sebagainya. Oleh Karen unsure-unsur
patologik biasanya tidak terdapat merata, maka hasil pemeriksaan mikroskopis
tidak dapat dinilai derajat kepositifannya dengan tepat, cukup diberi tanda –
(negative), +, ++ atau +++ saja.
 Pemeriksaan feces lengkap merupakan pemeriksaan feces yang terdiri atas :
 Pemeriksaan makroskopik (dapat dilihat dengan mata telanjang: konsistensi,
warna, darah, lendir). Adanya darah dan lendir menandakan infeksi yang harus
segera diobati, yaitu infeksi karena amuba atau bakteri shigella.
 Pemeriksaan mikroskopik (hanya dapat dilihat melalui mikroskop: leukosit,
eritrosit, epitel, amilum, telur cacing dan amuba). Adanya amuba menandakan
adanya infeksi saluran cerna terhadap amuba tersebut, dan adanya telur cacing
menandakan harus diobatinya pasien dari infeksi parasit tersebut.
 Pemeriksaan kimia : untuk mengetahui adanya Darah Samar, Urobilin,
Urobilinogen, Bilirubin dalam feses / tinja.
BAB III
PENUTUP

.1 Kesimpulan
 Tinja
Tinja merupakan semua benda atau zat yang tidak dipakai lagi oleh tubuh yang
harus dikeluarkan dari dalam tubuh. Tinja (faeces) merupakansalah satu sumber
penyebaran penyakit yang multikompleks. Orang yang terkena diare, kolera dan
infeksi cacing biasanya mendapatkan infeksi ini melalui tinja (faeces).
Dalam keadaan normal dua pertiga tinja terdiri dari air dan sisa makanan, zat hasil
sekresi saluran pencernaan, epitel usus, bakteri apatogen, asam lemak, urobilin,
debris, celulosa gas indol, skatol, sterkobilinogen dan bahan patologis. Normal : 100
– 200 gram / hari. Frekuensi defekasi : 3x / hari – 3x / minggu.
Bau khas dari tinja atau feses disebabkan oleh aktivitas bakteri. Bakteri
menghasilkan senyawa seperti indole, skatole, dan thiol (senyawa yang mengandung
belerang), dan juga gas hidrogen sulfida. Feses umumnya berwarna Kuning di
karenakan Bilirubin (sel darah merah yang mati, yang juga merupakan zat pemberi
warna pada feses dan urin).
 Sputum (dahak)
Sputum adalah bahan yang dikeluarkan dari paru dan trakea melalui mulut. Biasanya
juga disebut dengan ecpectoratorian. Pemeriksaan sputum diperlukan jika diduga
terdapat penyakit paru-paru. Membran mukosa saluran pernafasan berespons terhadap
inflamasi dengan meningkatkan keluaran sekresi yang sering mengandung
mikroorganisme penyebab penyakit.
Pengambilan sputum sebaiknya dilakukan pada pagi hari, dimana kemungkinan untuk
mendapat sputum bagian dalam lebih besar. Sputum yang dikeluarkan oleh seorang
pasien hendaknya dapat dievaluasi sumber, warna, volume, dan konsistensinya karena
kondisi sputum biasanya memperlihatkan secara spesifik proses kejadian patologik
pada pembentukan sputum itu sendiri.

.2 Saran
Pengambilan spesimen berupa sputum berguna dalam penentuan diagnosa dan untuk
mengetahui penyakit saluran pernapasan seperti tuberkulosis pulmonal, bakteri
pneumonia, bronkitis kronis, dan sebagainya. Spesimen yang telah diambil untuk sampel
kemudian diperiksa di laboratorium secara kimia klinik, hematologi, imunologi, serologi,
mikrobiologi klinik, ataupun parasitologi klinik. Sehingga apabila ada hal-hal yang
dirasakan kurang baik pada saluran pernapasan, hendaknya segera melakukan pengecekan
untuk mengetahui apakah ada gangguan atau penyakit dalam saluran pernapasan.
DAFTAR PUSTAKA
Gandasoebrata, R. 1984.Penutun Laboratorium Klinik. Ed. Ke-5 Jakarta : Penerbit Dian
Rakyat.
Zulkifli Amin, Asril Bahar, 2006. Tuberkulosis Paru, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam,
Jakarta: UI
Wilson,Prise. 2011. Sputum.http://en.wikipedia.org/wiki.Sputum.
Dorland. 2011. Sputum.http://en.wikipedia.org/wiki.Sputum.
Daryanto. 2004. Masalah Pencemaran. Bandung. PT. Tarsito.Hindarko,S. 2003.
Mengolah Air Limbah Sungai Tidak Mencemari Orang Lain. Jakarta.
ESHA.Yandang. 2010. Pembuangan Kotoran Manusia.
www.yandang.blogspot.com.Tanggal Akses 14 Maret 2010.

Anda mungkin juga menyukai