Nama Kelompok :
1. Dian Zuafidah Mu’azakol (0120008)
2. Eka Putri Agustin (010014)
3. Khusnul Intani (0120018)
4. Mega Dwi Halimatus S (0120021)
5. Mustika Aldina Sari (0120023)
6. Devyani Dwi Restu A (0120040)
Puji syukur kami ucapkan kehadirat ALLAH SWT dengan rahmat serta
karunia-Nya sehingga makalah ini dapat kami selesaikan.
Shalawat dan salam kami ucapkan kepada nabi Muhammad SAW. Dan penulis
mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah membantu
kami dalam menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak
kekurangan, baik dari segi isi, penulisan maupun kata-kata yang digunakan.
Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
demi kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada
pembaca.Walaupun makalah ini masih jauh dari sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan
demi kesempurnaan makalah ini.Terimakasih.
Daftar Isi
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Agar dapat mengetahui pengertian dari feses
2. Untuk mengetahui Bau dari feses
3. Untuk mengetahui bagaimana dekomposisi feses
4. Untuk mengetahui penyebab perbedaan warna feses
5. Agar dapat mengetahui akibat dari buruknya penanganan buangan feses
6. Untuk mengetahui pemeriksaan feses
7. Mengetahui apa yang dimaksud dengan sputum
8. Mengetahui jenis-jenis pemeriksaan sputum
9. Mengetahui cara pemeriksaan sputum
10. Mengetahui hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemeriksaan sputum
11. Memahami interpretasi pemeriksaan sputum
BAB II
PEMBAHASAN
.2 Bau Feses
Bau khas dari tinja atau feses disebabkan oleh aktivitas bakteri. Bakteri
menghasilkan senyawa seperti indole, skatole, dan thiol (senyawa yang mengandung
belerang), dan juga gas hidrogen sulfida. Asupan makanan berupa rempah-rempah dapat
menambah bau khas feses atau tinja. Di pasaran juga terdapat beberapa produk komersial
yang dapat mengurangi bau feses atau tinja.
.3 Proses terbentuknya Sputum
Orang dewasa normal bisa memproduksi mukus sejumlah 100 ml dalam saluran
napas setiap hari. Mukus ini digiring ke faring dengan mekanisme pembersihan silia dari
epitel yang melapisi saluran pernapasan. Keadaan abnormal produksi mukus yang
berlebihan (karena gangguan fisik, kimiawi, atau infeksi yang terjadi pada membran
mukosa), menyebabkan proses pembersihan tidak berjalan secara normal, sehingga
mukus ini banyak tertimbun. Bila hal ini terjadi, membran mukosa akan terangsang, dan
mukus akan dikeluarkan dengan tekanan intrathorakal dan intraabdominal yang tinggi.
Dibatukkan, udara keluar dengan akselerasi yg cepat beserta membawa sekret mukus
yang tertimbun tadi. Mukus tersebut akan keluar sebagai sputum.
Sputum yang dikeluarkan oleh seorang pasien hendaknya dapat dievaluasi sumber,
warna, volume, dan konsistensinya, karena kondisi sputum biasanya memperlihatkan
secara spesifik proses kejadian patologik pada pembentukan sputum itu sendiri.(Price
Wilson).
.4 Dekomposisi Tinja
Tinja dimana saja berada atau ditampung akan segera mulai mengalami penguraian
(decompotition), yang pada akhirnya akan berubah menjadi bahan yang stabil, tidak
berbau, dan tidak mengganggu. Aktifitas utama dalam proses dekomposisi adalah :
1. Pemecahan senyawa organic kompleks, seperti protein dan urea, menjadi bahan
yang lebih sederhana dan lebih stabil.
2. Pengurangan volume dan massa (kadang - kadang sampai 80%) dari bahan yang
mengalami dekomposisi, dengan hasil gas metan, karbondioksida, amoniak, dan
nitrogen yang dilepaskan ke atmosfer; Bahan - bahan yang terlarut yang dalam
keadaan tertentu meresap kedalam tanah di bawahnya.
3. Penghancuran organisme pathogen yang dalam beberapa hal tidak mampu hidup
dalam proses dekomposisi, atau diserang oleh banyak jasad renik didalam massa
yang tengah mengalami dekomposisi. Bakteri memegang peranan penting dalam
dekomposisi. Aktifitas bakteri dapat berlangsung dalam suasana aerobik, yakni
dalam keadaan terdapat udara, atau anaerobic dalam keadaan tidak terdapat
oksigen.
Proses dekomposisi berlangsung pada semua bahan organic mati yang berasal dari
tumbuhan atau hewan, terutama pada komponen nitrat, sulfat,atau karbonat yang
dikandungnya. Pada kotoran manusia yang merupakan campuran tinja dan air seni yang
relative kaya akan senyawa nitrat, proses dekomposisi terjadi melalui siklus nitrogen.
Pada siklus ini, pertama - tama, senyawa dipecahkan menjadi amonia dan bahan
sederhana lainnya. Kemudian, diubah oleh bakteri nitrit (nitrifying bacteria) menjadi nitrit
dan nitrat. Bau merangsang yang timbul selama dekomposisi air seni disebabkan oleh
amonia yang terlepas sebelum berubah menjadi bentuk yang lebih stabil.
Dekomposisi dapat berlangsung sangat cepat, dari beberapa hari pada dekomposisi
mekanis yang sangat terkendali sampai dengan beberapa bulan, bahkan hamper satu tahun
pada kondisi rata - rata lubang jamban. Pada umunya, kondisi yang terjadi pada
dekomposisi tinja tidak menguntungkan bagi kehidupan organisme pathogen. Bukan
hanya karena temperatur dan kandungan airnya yang menghambat pertumbuhan
organisme pathogen itu, melainkan kompetisi antara flora bakteri dan protozoa, yang
bersifat predator dan merusak.
Hasil akhir proses dekomposisi mengandung nutrient tanah yang bermanfaat dan
dapat memberikan keuntungan bila digunakan sebagia pupuk penyubur tanaman
(fertilizer). Kadang - kadang petani mengeluh karena sedikitnya kandungan nitrogen pada
tinja yang telah memngalami dekomposisi. Tinja segar memang mengandung lebih
banyak bahan nitrogen, namun bahan itu tidak dapat digunakan oleh tanaman pada
susunannya yang asli. Tanaman hanya dapat menggunaan nitrogen sebagian amonia,
nitrit, atau nitrat yang mana dihasilkan selama dekomposisi tahap lanjutan. Bila tinja
segar dihamparkan diatas tanah, kebanyakan nitrogen akan berubah menjadi bahan padat
yang menguap ke udara sehingga tidak dapat dimanfaatkan oleh tanaman.
.5 Klasifikasi Sputum
Sputum yang dikeluarkan oleh seorang pasien hendaknya dapat dievaluasi sumber,
warna, volume, dan konsistensinya, karena kondisi sputum biasanya memperlihatkan
secara spesifik proses kejadian patologik pada pembentukan sputum itu sendiri.
klasifikasi bentukan sputum dan kemungkinan penyebabnya :
Sputum yang dihasilkan sewaktu membersihkan tenggorokan, kemungkinan
berasal dari sinus, atau saluran hidung, bukan berasal dari saluran napas bagian
bawah.
Sputum banyak sekali&purulen → proses supuratif (eg. Abses paru)
Sputum yg terbentuk perlahan&terus meningkat → taanda bronkhitis/
bronkhiektasis.
Sputum kekuning-kuningan → proses infeksi.
Sputum hijau → proses penimbunan nanah. Warna hijau ini dikarenakan adanya
verdoperoksidase yg dihasikan oleh PMN dlm sputum.
Sputum hijau ini sering ditemukan pada penderita bronkhiektasis karena
penimbunan sputum dalam bronkus yang melebar dan terinfeksi.
Sputum merah muda&berbusa → tanda edema paru akut.
Sputum berlendir, lekat, abu-abu/putih → tanda bronkitis kronik.
Sputum berbau busuk → tanda abses paru/ bronkhiektasis.
Warna Hijau
Feses warna Hijau didapat dari Klorofil sayuran, seperti bayam yang dikonsumsi.
Selain itu pewarna makanan biru atau hijau yang biasa terkandung dalam
minuman atau es bisa menyebabkan feses berwarna hijau. Kondisi ini biasanya
disebabkan oleh makanan yang terlalu cepat melewati usus besar sehingga tidak
melalui proses pencernaan dengan sempurna. Feses Hijau jg bisa terjadi pada
diare, yakni ketika bahan pembantu pencernaan yg diproduksi hati dan disimpan
dalam empedu usus tanpa pengolahan atau perubahan. Ada kejadian khusus pada
bayi dimana jika feses berwarna hijau dianggap feses normal, khususnya ketika
bayi itu baru aja dilahirkan.
Warna Merah
Seperti layaknya feses hitam, tetapi bedanya feses merah ini dominan diberi oleh
kandungan darah. Darah ini di dapat dari sistem pencernaan bagian bawah. Wasir
dan radang usus besar adalah yang menjadi penyebab utama Feses menjadi
berwarna merah. Feses merah akibat makanan umumnya disebabkan oleh buah
bit, makanan dengan pewarna merah termasuk minuman bubuk dan juga makanan
yang mengandung gelatin. Mengkonsumsi tomat juga bisa membuat feses jadi
merah.
.7 Pemeriksaan Sputum
Pemeriksaan sputum biasanya diperlukan jika diduga adanya penyakit paru. Membran
mukosa saluran pernapasan berespons terhadap inflamasi dengan meningkatkan keluaran
sekresi yang sering mengandung organisme penyebab. Perhatikan dan catat volume,
konsistensi, warna dan bau sputum. Pemeriksaan sputum mencakup pemeriksaan :
1. Pewarnaan Gram,biasanya pemeriksaan ini memberikan cukup informasi tentang
organism yang cukup untuk menegakkan diagnose presumtif.
2. Kultur Sputum mengidentifikasi organisme spesifik untuk menegakkan diagnose
definitif. Untuk keperluan pemeriksaan ini, sputum harus dikumpulkan sebelum
dilakukan terapi antibiotic dan setelahnya untuk menentukan kemanjuran terapi.
3. Basil Tahan Asam (BTA) menentukan adanya mikobacterium tuberculosis, yang
setelah dilakukan pewarnaan bakteri ini tidak mengalami perubahan warna oleh
alcohol asam.
2. Kultur Sputum :
Pemeriksaan kultur sputum dilakukan untuk mengidentifikasi organisme spesifik
guna menegakkan diagnosis definitif.
3. Sensitifitas :
Pemeriksaan sensitivitas berfungsi sebagai pedoman terapi antibiotik dengan
mengidentifikasi antibiotik yang mencegah pertumbuhan organisme yang terdapat
dalam sputum.
5. Sitologi :
Pemeriksaan sitologi ditujukan untuk mengidentifikasi adanya keganasan
(karsinoma) pada paru-paru. Sputum mengandung runtuhan sel dari percabangan
trakheobronkhial; sehingga mungkin saja terdapat sel-sel malignan. Sel-sel
malignan menunjukkan adanya karsinoma, tidak terdapatnya sel ini bukan berarti
tidak adanya tumor atau tumor yang terdapat tidak meruntuhkan sel.
6. Tes Kuantitatif :
Pengumpulan sputum selama 24 sampai 72 jam. Pemeriksaan kualitatif harus
sering dilakukan untuk menentukan apakah sekresi merupakan saliva, lendir, pus,
atau bukan. Jika bahan yang diekspektorat berwarna kuning-hijau biasanya
menandakan infeksi parenkim paru (pneumonia). Untuk pemeriksaan kualitatif,
klien diberikan wadah khusus untuk mengeluarkan sekret. Wadah ini ditimbang
pada akhir 24 jam. Jumlah serta karakter isinya dicatat dan diuraikan.
Pemeriksaan Feses
Pemeriksaan Feses merupakan cara yang dilakukan untuk mengambil feces sebagai
bahan pemeriksaan , yaitu pemeriksan lengkap dan pemeriksaan kultur.
Jenis makanan serta gerak peristaltik mempengaruhi bentuk, jumlah maupun
konsistensinya.
1) Indikasi Pemeriksaan :
Adanya diare dan konstipasi
Adanya ikterus
Adanya gangguan pencernaan
Adanya lendir dalam tinja
Kecurigaan penyakit gastrointestinal
Adanya darah dalam tinja
3) Alur pemeriksaan :
Pengumpulan bahan Pemeriksaan, Pengiriman dan Pengawetan bahan tinja,
Pemeriksaan tinja, serta Pelaporan hasil pemeriksaan.
Jika akan memeriksa tinja, pilihlah selalu sebagian dari tinja itu yang memberi
kemungkinan sebesar-besarnya untuk menemui kelainan umpamanya bagian
yang tercampur darah atau lendir dan sebagainya. Oleh Karen unsure-unsur
patologik biasanya tidak terdapat merata, maka hasil pemeriksaan mikroskopis
tidak dapat dinilai derajat kepositifannya dengan tepat, cukup diberi tanda –
(negative), +, ++ atau +++ saja.
Pemeriksaan feces lengkap merupakan pemeriksaan feces yang terdiri atas :
Pemeriksaan makroskopik (dapat dilihat dengan mata telanjang: konsistensi,
warna, darah, lendir). Adanya darah dan lendir menandakan infeksi yang harus
segera diobati, yaitu infeksi karena amuba atau bakteri shigella.
Pemeriksaan mikroskopik (hanya dapat dilihat melalui mikroskop: leukosit,
eritrosit, epitel, amilum, telur cacing dan amuba). Adanya amuba menandakan
adanya infeksi saluran cerna terhadap amuba tersebut, dan adanya telur cacing
menandakan harus diobatinya pasien dari infeksi parasit tersebut.
Pemeriksaan kimia : untuk mengetahui adanya Darah Samar, Urobilin,
Urobilinogen, Bilirubin dalam feses / tinja.
BAB III
PENUTUP
.1 Kesimpulan
Tinja
Tinja merupakan semua benda atau zat yang tidak dipakai lagi oleh tubuh yang
harus dikeluarkan dari dalam tubuh. Tinja (faeces) merupakansalah satu sumber
penyebaran penyakit yang multikompleks. Orang yang terkena diare, kolera dan
infeksi cacing biasanya mendapatkan infeksi ini melalui tinja (faeces).
Dalam keadaan normal dua pertiga tinja terdiri dari air dan sisa makanan, zat hasil
sekresi saluran pencernaan, epitel usus, bakteri apatogen, asam lemak, urobilin,
debris, celulosa gas indol, skatol, sterkobilinogen dan bahan patologis. Normal : 100
– 200 gram / hari. Frekuensi defekasi : 3x / hari – 3x / minggu.
Bau khas dari tinja atau feses disebabkan oleh aktivitas bakteri. Bakteri
menghasilkan senyawa seperti indole, skatole, dan thiol (senyawa yang mengandung
belerang), dan juga gas hidrogen sulfida. Feses umumnya berwarna Kuning di
karenakan Bilirubin (sel darah merah yang mati, yang juga merupakan zat pemberi
warna pada feses dan urin).
Sputum (dahak)
Sputum adalah bahan yang dikeluarkan dari paru dan trakea melalui mulut. Biasanya
juga disebut dengan ecpectoratorian. Pemeriksaan sputum diperlukan jika diduga
terdapat penyakit paru-paru. Membran mukosa saluran pernafasan berespons terhadap
inflamasi dengan meningkatkan keluaran sekresi yang sering mengandung
mikroorganisme penyebab penyakit.
Pengambilan sputum sebaiknya dilakukan pada pagi hari, dimana kemungkinan untuk
mendapat sputum bagian dalam lebih besar. Sputum yang dikeluarkan oleh seorang
pasien hendaknya dapat dievaluasi sumber, warna, volume, dan konsistensinya karena
kondisi sputum biasanya memperlihatkan secara spesifik proses kejadian patologik
pada pembentukan sputum itu sendiri.
.2 Saran
Pengambilan spesimen berupa sputum berguna dalam penentuan diagnosa dan untuk
mengetahui penyakit saluran pernapasan seperti tuberkulosis pulmonal, bakteri
pneumonia, bronkitis kronis, dan sebagainya. Spesimen yang telah diambil untuk sampel
kemudian diperiksa di laboratorium secara kimia klinik, hematologi, imunologi, serologi,
mikrobiologi klinik, ataupun parasitologi klinik. Sehingga apabila ada hal-hal yang
dirasakan kurang baik pada saluran pernapasan, hendaknya segera melakukan pengecekan
untuk mengetahui apakah ada gangguan atau penyakit dalam saluran pernapasan.
DAFTAR PUSTAKA
Gandasoebrata, R. 1984.Penutun Laboratorium Klinik. Ed. Ke-5 Jakarta : Penerbit Dian
Rakyat.
Zulkifli Amin, Asril Bahar, 2006. Tuberkulosis Paru, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam,
Jakarta: UI
Wilson,Prise. 2011. Sputum.http://en.wikipedia.org/wiki.Sputum.
Dorland. 2011. Sputum.http://en.wikipedia.org/wiki.Sputum.
Daryanto. 2004. Masalah Pencemaran. Bandung. PT. Tarsito.Hindarko,S. 2003.
Mengolah Air Limbah Sungai Tidak Mencemari Orang Lain. Jakarta.
ESHA.Yandang. 2010. Pembuangan Kotoran Manusia.
www.yandang.blogspot.com.Tanggal Akses 14 Maret 2010.