Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH KOMUNIKASI TERAPEUTIK

PADA KLIEN DI IGD DAN DI ICU

Dosen Pengampu :

Yufi Aris Lestari, S.Kep., Ns., M.Kes

Disusun Oleh :

1. Cindy Ivania Ramadhani (0120007)


2. Merry Anggraini (0120020)
3. Tina Septiana (0120033)
4. Wahyuningsih Putri Erna (0120037)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN DIAN HUSADA

Jl.Raya Gemekan No.77 Sooko Mojokerto


KATA PENGANTAR

Segala puji atas kebesaran Sang Khalik yang telah menciptakan alam semesta dalam
suatu keteraturan hingga dari lisan terpetik berjuta rasa syukur kehadirat ALLAH SWT. Karena
atas limpahan Rahmat dan Karunia-Nyalah sehingga kami diberikan kesempatan dan kesehatan
untuk dapat menyelesaikan makalah Komunikasi Dalam Keperawatan II ini dengan judul
“Komunikasi Terapeutik Pada Klien Di IGD Dan Di ICU” yang merupakan tugas kami dalam
mata Komunikasi Dalam Keperawatan II di semester tiga ini.
Shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada baginda Nabi Muhammad SAW, yang
diutus ke permukaan bumi ini menuntun manusia dari lembah kebiadaban menuju ke puncak
peradaban seperti sekarang ini. Kami menyadari sepenuhnya,dalam penyusunan makalah ini
tidak lepas dari tantangan dan hambatan. Namun berkat usaha dan motivasi dari pihak-pihak
langsung maupun tidak langsung yang memperlancar jalannya penyusunan makalah ini sehingga
makalah ini dapat kami susun seperti sekarang ini. Olehnya itu, secara mendalam kami ucapkan
banyak terima kasih atas bantuan dan motivasi yang diberikan sehingga Penyusun dapat
menyelesaikan makalah ini.
Akhirnya dengan segala kerendahan hati kami menyadari bahwa hanya kepada ALLAH
SWT jugalah kita menyerahkan segalanya. Semoga makalah ini dapat menjadi referensi dan
tambahan materi pembelajaran bagi kita semua, Aamiin Yaa Robb.

Mojokerto, 08 September 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


1.2 RUMUSAN MASALAH
1.3 TUJUAN

BAB II PEMBAHASAN

2.1  Definisi

2.2  Konsep dasar keperawatan gawat darurat

2.3 Aspek psikologis pada situasi gawat darurat


2.4  SPGDT (sistem penanggulangan gawat darurat terpadu)
2.5  Tujuan komunikasi pada gawat darurat
2.6  Tehknik komunikasi pada gawat darurat
2.7  Prinsip komunikasi gawat darurat
2.8 Peran & Fungsi Perawat IGD
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Komunikasi terapeutik adalah komunikasi interpersonal antara perawat dan klien yang
dilakukan secara sadar ketika perawat dan klien saling memengaruhi dan memperoleh
pengalaman bersama yang bertujuan untuk membantu mengatasi masalah klien yang pada
akhirnya mencapai kesembuhan klien (Anjaswarni,tri. 2016).
Komunikasi merupakan proses yang sangat khusus dan berarti dalam hubungan antar
manusia. Pada profesi keperawatan komunikasi menjadi lebih bermakna karena merupakan
motoda utama dalam mengimplementasikan proses keperawatan. Pengalaman ilmu untuk
menolong sesama memerlukan kemampuan khusus dan kepedulian sosial yang besar (Abdalati,
1989).
Untuk itu perawat memperlukan kemampuan khusus dan kepedulian sosial yang mencakup
keterampilan intelektual, tehnical dan interpesonal yang tercermin dalam perilaku “caring” atau
kasih sayang/cinta (Johnson, 1989) dalam berkomunikasi dengan orang lain.
Perawat yang memiliki keterampilan berkomunikasi secara terapeutik tidak saja akan mudah
menjalin hubungan rasa percaya dengan klien, mencegah terjadinya masalah legal, memberikan
kepuasan profesional dalam pelayanan keperawatan dan meningkatkan citra profesi keperawatan
serta citra rumah sakit, tetapi yang paling penting adalah mengamalkan ilmunya untuk
memberikan pertolongan terhadap sesama manusia.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian komunikasi terapeutik?
2. Apa pengertian dari ICU?
3. Apa pengertian dari Gawat Darurat?
4. Bagaimana komunikasi dengan pasien di ICU?
5. Bagaimana komunikasi dengan pasien di IGD?
1.3 TUJUAN
1. Untuk mengetahui komunikasi dengan pasien di ICU.
2. Untuk mengetahui komunikasi dengan pasien di IGD.
3. Untuk dapat mengetahui pengertian dari IGD.
4. Untuk dapat mengetahui pengertian dari ICU.
BAB II
PEMBAHASAN
A.Komunikasi Terapeutik Di IGD
2.1  Definisi
Komunikasi terapeutik adalah komunikasi interpersonal antara perawat dan klien
yang dilakukan secara sadar ketika perawat dan klien saling memengaruhi dan memperoleh
pengalaman bersama yang bertujuan untuk membantu mengatasi masalah klien yang pada
akhirnya mencapai kesembuhan klien (Anjaswarni,tri. 2016).

Gawat darurat adalah keadaan klinis pasien yang membutuhkan tindakan medis segera
guna penyelamatan nyawa dan pencegahan kecacatan lebih lanjut (UU No 44 Tahun 2009).

2.2  Konsep dasar keperawatan gawat darurat

a.       Klien Gawat Darurat


Pasien yang tiba-tiba berada dalam keadaan gawat atau akan menjadi gawat dan terancam
nyawanya atau anggota badannya (akan menjadi cacat) bila tidak mendapat pertolongan
secepatnya Mis:Sumbatan Jalan Napas atau distress nafas,  Luka Tusuk dada/perut dengan shock
dan sesak,  hipotensi / shock.
b.      Pasien Gawat Darurat
Pasien yang tiba-tiba dalam keadaan gawat atau akan menjadi gawat dan terancam nyawanya
dan atau anggota badannya (akan menjadi cacat) bila tidak mendapatkan pertolongan secepatnya.
Bisanya di lambangkan dengan label merah. Misalnya AMI (Acut Miocart Infac).
c.        Pasien Gawat Tidak Darurat
Pasien berada dalam keadaan gawat tetapi tidak memerlukan tindakan darurat. Bisanya di
lambangkan dengan label Biru. Misalnya pasien dengan Ca stadium akhir.
d.      Pasien Darurat Tidak Gawat
Pasien akibat musibah yang datang tiba-tiba, tetapi tidak mengancam nyawa dan anggota
badannya. Bisanya di lambangkan dengan label kuning. Misalnya : pasien Vulnus Lateratum
tanpa pendarahan.
e.        Pasien Tidak Gawat Tidak Darurat
Pasien yang tidak mengalami kegawatan dan kedaruratan. Bisanya di lambangkan dengan
label hijau. Misalnya : pasien batuk, pilek.
f.       Pasien Meninggal
Label hitam ( Pasien sudah meninggal, merupakan prioritas terakhir. Adapun petugas triage
di lakukan oleh dokter atau perawat senior yang berpengalaman dan petugas triage juga
bertanggung jawab dalam operasi,pengawasan penerimaan pasien dan daerah ruang tunggu.

2.3 Aspek psikologis pada situasi gawat darurat


a.       Cemas
Cemas sering dialami oleh hampir semua manusia. Perasaan tersebut ditandai oleh rasa
ketakutan yang difius, tidak menyenangkan, seringkali disertai oleh gejala otonomik, seperti
nyeri kepala, berkeringat, palpitasi, gelisah, dan sebagainya. Kumpulan gejala tertentu yang
ditemui selama kecemasan cenderung bervaniasi, pada setiap orang tidak sama.
b.      Histeris
Dalam penggunaan sehari-hari nya histeria menjelaskan ekses emosi yang tidak terkendali.
Orang yang "histeris" sering kehilangan kontrol diri karena ketakutan yang luar biasa karena
suatu kejadian atau suatu kondisi
c.       Mudah marah
Hal ini terjadi apabila seseorang dalam kondisi gelisah dan tidak tahu apa yang harus di
perbuat.

2.4  SPGDT (sistem penanggulangan gawat darurat terpadu)


SPGDT (sistem penanggulangan gawat darurat terpadu) adalah suatu sistem pelayanan
penderita gawat darurat yang terdiri dari unsur pelayanan pra rumah sakit,pelayanan di rumah
sakit dan pelayanan antar rumah sakit. Pelayanan berpedoman pada respon cepat yang
menekankan time saving is life saving. yang melibatkan pelayanan oleh masyarakat awam
umum, awam khusus, petugas medis, pelayanan ambulan gawat darurat dan sistem komunikasi.
a.      Fase pra rumah sakit
Fase pelayanan pra rumah sakit adalah pelayanan kepada penderita gawat darurat yang
melibatkat masyarakat atau orang awam dan petugas kesehatan.  Pada umunya yang pertma yang
menemukan pendrita gawat darurat di tempat musibah adalah masyarakat ynag dikenl oleh orang
awam. Oleh karena bermanfaat bila orang awam diberi dan dilatih pengetahuan dan keterampilan
penanggulanganan gawat darurat. Komunikasi ynag dilkukan pada fase pra rumah sakit yaitu
dengan meyakin warga bahwa seorang perawat, mengecek kesadaran korban dengan
menmanggil nama korban, menghubungi organisasi gawat darurat terdekat untuk pertolongan
lanjut ke rumah sakit.
Contoh : di jalan terjadi kecelakaan kemudian penderita gawat darurat ditolong masyarakat yang
telah mendapatkan pelatihan untuk gawat darurat, warga tadi menolong penderita gawat darurat
mengamankan korban di tempat yang lebih aman, melakukan pertolongan di tempat kejadian
seperti menolong menghentikan pendarahan, kemudian melaporkan korban ke organisasi
pelayanan kegwatdaruratan terdekat, pengangkutan untuk pertolongan lanjut dari tempat
kejadian ke rumah sakit.

b.      Fase pelayanan rumah sakit


Fase pelayanan rumah sakit adalah fase pelayanan yang melibatkan tenagan kesehatn yang
dilakukan di dalam rumh sakit seperti pertolonga di unit gawat darurat. Komunikasi yang
dilakukan pada tahap ini sama dengan komunikasi terapeutik, tetapi dalam hal ini tindakan yang
cepat dan tepat lebih utama dilakuka kepada korban.
Contoh : ada korban kecelakaan yang menglami pendarahan masuk ke UGD, perawat
menayakan identitas klien kemudian melakukan pemasangan infus untuk menganti cairan yang
keluar, dengan menjelaskan tujuan pemasangan infus dengan sigkat dan jelas.

c.       Pelayanan antar rumah sakit ( rujukan )


Fase pelayanan antar rumah sakit ( rujukan ) adalah fase pelayanan yang melibatkan petugas
kesehatan dengan petugas kesehatan rumah sakit lain atau rumah sakit satu dengan rumah sakit
yang lain sebagai rujukan. Tindakan ini dilakukan apabila korban membutuhkan penanganan
lebih lanjut tetapi rumah sakit yang pertama tidak bisa memberi pertolonan sehinga dirujuk ke
rumah sakit lain yang bisa menanggani krban sebut. 
Contoh : korban kecelakaan parah di bawa ke salah satu rumah sakit tetap dirumhsakit tersebut
tidak terdapat peralatan yng harus digunakan segera untuk pertolongan, kemudian rumahsakit
tersebut menghubungi rumah sakit lain yang lebih cepat menganani , setelah itu pasien di kirim
ke rumah sakit yang telah di hubungi tadi.

2.5  Tujuan komunikasi pada gawat darurat


Fungsi komunikasi terapeutik adalah untuk mendorong dan menganjurkan kerjasama
antar perawat dan klien melalui hubungan perawat dan klien. Perawat berusaha mengungkap
perasaan, mengidentifikasi dan mengkaji masalah serta mengevaluasi tindakan yang dilakukan
dalam perawatan (Purwanto, 1994).
Tujuan komunikasi terapeutik pada klien gawat darurat menciptakan kepercayaan antara perawat
dengan klien yang mengalami kondidi kritis atau gawat darurat dalam melakakan tindakan,
sehingga klien cepat tertolong dan tidak terjadi hal yang fatal.

2.6  Tehknik komunikasi pada gawat darurat


a.       Mendengarkan
Perawat harus berusaha untuk mendengarkan informasi yang disampaikan oleh klien dengan
penuh empati dan perhatian. Ini dapat ditunjukkan dengan memandang kearah klien selama
berbicara, menjaga kontak pandang yang menunjukkan keingintahuan, dan menganggukkan
kepala pada saat berbicara tentang hal yang dirasakan penting atau memerlukan ummpan balik.
Teknik dimaksudkan untuk memberikan rasa aman kepada klien dalam mengungkapkan 
perasaan dan menjaga kestabilan emosi klien.
b.      Menunjukkan penerimaan
Menerima bukan berarti menyetujui, melainkan bersedia untuk mendengarkan orang lain
tanpa menunjukkan sikap ragu atau penolakan. Dalam hal ini sebaiknya perawat tidak
menunjukkan ekspresi wajah yang menunjukkan ketidaksetujuan atau penolakan. Selama klien
berbicara sebaiknya perawat tidak menyela atau membantah. Untuk menunjukkan sikap
penerimaan sebaiknya  perawat menganggukkan kepala dalam merespon pembicaraan klien.
c.       Mengulang Pernyataan Klien
Dengan mengulang pernyataan klien, perawat memberikan umpan balik sehingga klien
mengetahui bahwa pesannya mendapat respond an berharap komunikasi dapat berlanjut.
Mengulang pokok pikiran klien menunjukkan indikasi bahwa perawat mengikuti pembicaraan
klien. 
d.      Klarifikasi
Apabila terjadi kesalahpahaman, perawta perlu mengehentikan pembicaraan untuk meminta
penjelasan dengan menyamakan pengertian. Ini berkaitan dengan pentingnya informasi dalam
memberikan pelayanan keperawatan. Klarifikasi diperlukan untuk memperoleh kejelasan dan
kesamaan ide, perasaan, dan persepsi

e.       Menyampaikan Hasil Pengamatan


Perawat perlu menyampaikan hasil pengamatan terhadap klien untuk mengetahui bahwa
pesan dapat tersampaikan dengan baik. Perawat menjelaskan kesan yang didapat dari isyarat
nonverbal yang dilakukan oleh klien. Dengan demikian akan menjadikan klien berkomunikasi
dengan lebih baik dan terfokus  pada permasalahan yang sedang dibicarakan

2.7  Prinsip komunikasi gawat darurat


Ciptakan lingkungan terapeutik dengan menunjukan prilaku dan sikap
a.       Caring ( sikap pengasuhan yang ditnjukan peduli dan selalu ingin memberikan bantuan)
b.      Acceptance (menerima pasien apa adanya)
c.       Respect (hormatati keyakinan pasien apa adanya)
d.      Empaty (merasakan perasaan pasien)
e.       Trust (memberi kepercayaan)
f.       Integrity (berpegang pd prinsip profesional yang kokoh)
g.      Identifikasikan bantuan yang diperlukan
h.      Terapkan teknik komunikasi: terfokus, bertanya,  dan validasi
i.        Bahasa yang mudah dimengerti
j.        Pastikan hubungan profesional dimengerti oleh pasien/keluarga
k.      Motivasi dan hargai pendapat & respon klien
l.        Hindari: menyalahkan, memojokkan, dan memberikan sebutan yang negatif.

2.8 Peran & Fungsi Perawat IGD

Peran perawat sebagai pelaksana keperawatan di IGD: Pemberi asuhan (care giver),
pelindung (advocate), penasehat (counselor), pendidik, koordinator, kolaborator,
konsultan. Fungsi perawat IGD yaitu Independen, devenden, dan kolaborasi
(Nur,akbar.2017).
1) Independen (mandiri)
Dalam memberikan asuhan keperawatan yang dapat dipertanggungjawabkan oleh
perawat secara mandiri.
2) Devenden (Tergantung pada dokter)
Dalam melaksanakan program kesehatan dimana pertanggungjawaban dipegang oleh
dokter, misalnya peran pemberian obat-obatan.
3) Kolaborasi (Interde-penden)
Dalam mengatasi permasalahan secara team work dengan tim kesehatan
(Priharjo,robert.1995).

Anda mungkin juga menyukai