Oleh:
RIZKI EL MUBAROKAH
Nim: P05150119089
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pemeriksaan feses ( tinja ) adalah salah satu pemeriksaan laboratorium yang telah lama
dikenal untuk membantu klinisi menegakkan diagnosis suatu penyakit. Meskipun saat ini telah
berkembang berbagai pemeriksaan laboratorium yang modern , dalam beberapa kasus
pemeriksaan feses masih diperlukan dan tidak dapat digantikan oleh pemeriksaan lain.
Pengetahuan mengenai berbagai macam penyakit yang memerlukan pemeriksaan feses , cara
pengumpulan sampel yang benar serta pemeriksan dan interpretasi yang benar akan menentukan
ketepatan diagnosis yang dilakukan oleh klinisi.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah :
C. Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Feces
Tinja atau feses merupakan semua benda atau zat yang tidak dipakai lagi oleh tubuh yang
harus dikeluarkan dari dalam tubuh. Tinja atau feses merupakan salah satu sumber penyebaran
penyakit yang multikompleks. Orang yang terkena diare, kolera dan infeksi cacing biasanya
mendapatkan infeksi ini melalui tinja atau feses. Seperti halnya sampah, tinja juga mengundang
kedatangan lalat dan hewan-hewan lainnya. Lalat yang hinggap di atas tinja atau feses yang
mengandung kuman-kuman dapat menularkan kuman-kuman itu lewat makanan yang
dihinggapinya, dan manusia lalu memakan makanan tersebut sehingga berakibat sakit. Beberapa
penyakit yang dapat disebarkan akibat tinja manusia antara lain tipus, disentri, kolera,
bermacam-macam cacing (gelang, kremi, tambang, pita), schistosomiasis, dan sebagainya.
Pengerasan tinja atau feses dapat menyebabkan meningkatnya waktu dan menurunnya
frekuensi buang air besar antara pengeluarannya atau pembuangannya disebut
dengan konstipasi atau sembelit. Dan sebaliknya, bila pengerasan tinja atau feses terganggu,
menyebabkan menurunnya waktu dan meningkatnya frekuensi buang air besar disebut
dengan diare atau mencret.
Dalam keadaan normal dua pertiga tinja terdiri dari air dan sisa makanan, zat hasil sekresi
saluran pencernaan, epitel usus, bakteri apatogen, asam lemak, urobilin, debris, selulosa gas
indol, skatol, sterkobilinogen dan bahan patologis. Normal : 100 – 200 gram / hari. Frekuensi
defekasi : 3x / hari – 3x / minggu.
B. Macam – Macam Warna Feses
Feses berwarna kuning adalah normal. Karena feses manusia pada umumnya adalah warna ini.
Warna kecoklatan atau kekuningan ini disebabkan karena feses mengandung suatu zat berwarna
orange-kuning yg disebut Bilirubin. Ketika Bilirubin ini bergabung dengan zat besi dari usus
maka akan dihasilkan perpaduan warna cokelat kekuning - kuninganTinja normal kuning coklat
dan warna ini dapat berubah mejadi lebih tua dengan terbentuknya urobilin lebih banyak. Selain
urobilin warna tinja dipengaruhi oleh berbagai jenis makanan, kelainan dalam saluran
pencernaan dan obat yang dimakan. Warna kuning juga dapat disebabkan karena susu,jagung,
lemak dan obat santonin.
2. Warna Hitam
Feses berwarna hitam bisa jadi mengandung darah dari sistem pencernaan sebelah atas,
kerongkongan, lambung atau juga bagian hulu usus halus. Zat Lain yg memberi warna hitam ke
feses kita bisa juga dari zat-zat makanan berwarna hitam (Licorice), timbal, pil yang
mengandung besi, pepto-bismol atau blueberry. Bisa juga karena mengkonsumsi herb (sejenis
tumbuhan yang dikenal dengan akar manis).
3. Warna Hijau
Feses warna hijau didapat dari klorofil sayuran, seperti bayam yang dikonsumsi. Selain itu
pewarna makanan biru atau hijau yang biasa terkandung dalam minuman atau es bisa
menyebabkan feses berwarna hijau. Kondisi ini biasanya disebabkan oleh makanan yang terlalu
cepat melewati usus besar sehingga tidak melalui proses pencernaan dengan sempurna. Feses
berwarna hijau juga bisa terjadi pada diare, yakni ketika bahan pembantu pencernaan yang
diproduksi hati dan disimpan dalam empedu usus tanpa pengolahan atau perubahan. Ada
kejadian khusus pada bayi dimana jika feses berwarna hijau dianggap feses normal, khususnya
ketika bayi itu baru aja dilahirkan.Pada bayi yang baru lahir disebabkan oleh biliverdin dan
porphyrin dalam mekonium.
4. Warna Merah
Seperti layaknya feses hitam, tetapi bedanya feses merah ini dominan diberi oleh kandungan
darah. Darah ini di dapat dari sistem pencernaan bagian bawah. Wasir dan radang usus besar
adalah yang menjadi penyebab utama Feses menjadi berwarna merah. Feses merah akibat
makanan umumnya disebabkan oleh buah bit, makanan dengan pewarna merah termasuk
minuman bubuk dan juga makanan yang mengandung gelatin. Mengkonsumsi tomat juga bisa
membuat feses jadi merah.
Sama dalam dunia manusia, wajah pucat menandakan orang yang sakit bukan ? Kali ini feses
pucat pun menandakan pasien sedang dilanda sakit. Biasanya pasien sedang mengalami penyakit
liver, pankreas, atau empedu, maka pantat dari pasien akan berwarna abu-abu atau pucat.
6. Warna Coklat
C. Bau Feses
Bau khas dari tinja atau feses disebabkan oleh aktivitas bakteri. Bakteri menghasilkan
senyawa seperti indole, skatole, dan thiol (senyawa yang mengandung belerang), dan
juga gas hidrogen sulfida. Asupan makanan berupa rempah-rempah dapat menambah bau khas
feses atau tinja. Di pasaran juga terdapat beberapa produk komersial yang dapat mengurangi bau
feses atau tinja.
D. Pengambilan Feses
Pengambilan dilakukan setiap saat, terutama pada gejala awal dan sebaiknya sebelum
pemberian anti biotik. Feses yang diambil dalam keadaan segar.
Sarung tangan
Spatel steril
Vasseline
Lidi kapas steril
Pot tinja
Bengkok
Perlak pengalas
Tissue
5. Cara kerja
Jika akan memeriksa tinja, pilihlah selalu sebagian dari tinja itu yang memberi kemungkinan
sebesar-besarnya untuk menemui kelainan umpamanya bagian yang tercampur darah atau lendir
dan sebagainya. Oleh Karen unsur-unsur patologik biasanya tidak terdapat merata, maka hasil
pemeriksaan mikroskopis tidak dapat dinilai derajat kepositifannya dengan tepat, cukup diberi
tanda – (negative), +, ++ atau +++ saja.
1. Pemeriksaan feces lengkap merupakan pemeriksaan feces yang terdiri atas pemeriksaan
makroskopik, pemeriksaan mikroskopik, dan pemeriksaan kimia.
a. Pemeriksaan makroskopik
Pemeriksaan Warna
Pemeriksaan warna pada tinja bisa dilakukan langsung dengan mata telanjang dan berikut
interpretasi hasilnya :
· Hijau
· Keabu– abuan
· Merah
· Coklat
ü Pemeriksaan Bau
Bau tinja disebabkan oleh indol, skatol dan asam butirat. Bau itu menjadi bau busuk jika dalam
usus terjadi pembusukan isinya, yaitu protein yang tidak dicernakan dan dirombak oleh kuman-
kuman. Reaksi tinja menjadi lindi oleh pembusukan semacam itu. Ada kemungkinan juga tinja
berbau asam, keadaan itu disebabkan oleh peragian (fermentasi) zat-zat gula yang tidak dicerna
karna umpamanya diare. Reaksi tinja dalam hal itu menjadi asam. Bau tengik dalam tinja
disebabkan oleh perombakan zat lemak dengan pelepasan asam-asam lemak.
Pemeriksaan Konsistensi
Tinja normal mempunyai konsistensi agak lunak dan berbentuk. Pada diare konsistensi menjadi
sangat lunak atau cair, sedangkan sebaliknya tinja yang keras atau skibala didapatkan pada
konstipasi. Peragian karbohidrat dalam usus menghasilkan tinja yang lunak dan bercampur gas.
Konsistensi tinja berbentuk pita ditemukan pada penyakit hisprung. Feses yang sangat besar dan
berminyak menunjukkan malabsorpsi usus.
Pemeriksaan Lendir
Dalam keadaan normal didapatkan sedikit sekali lendir dalam tinja. Terdapatnya lendir yang
banyak berarti ada rangsangan atau radang pada dinding usus.Lendir yang terdapat di bagian luar
tinja, lokalisasi iritasi itu mungkin terletak pada usus besar. Sedangkan bila lendir bercampur
baur dengan tinja mungkin sekali iritasi terjadi pada usus halus.Pada disentri, intususepsi dan
ileokolitis bisa didapatkan lendir saja tanpa tinja.Lendir transparan yang menempel pada luar
feces diakibatkan spastik kolitis, mucous colitis pada anxietas.
Tinja dengan lendir dan bercampur darah terjadi pada keganasan serta peradangan rektal
anal.Tinja dengan lendir bercampur nanah dan darah dikarenakan adanya ulseratif kolitis,
disentri basiler, divertikulitis ulceratif, intestinal tbc.
Pemeriksaan Darah.
Adanya darah dalam tinja dapat berwarna merah muda,coklat atau hitam. Darah itu mungkin
terdapat di bagian luar tinja atau bercampur baur dengan tinja. Makin proksimal terjadinya
pendarahan, makin bercampurlah darah dengan tinja dan warna menjadi hitam. Jumlah darah
yang besar mungkin disebabkan oleh ulcus, varices dalam esophagus, carcinoma atau
hemorrhoid.
ü Pemeriksaan Parasit
Diperiksa pula adanya cacing ascaris, anylostoma dan spesies cacing lainnya yang mungkin
didapatkan dalam feses.
b. Pemeriksaan mikroskopik
Pada pemeriksaan mikroskopi usaha mencari protozoa dan telur cacing merupakan
maksud terpenting. Untuk mencari protozoa sering dipakai larutan eosin 1 – 2% sebagai bahan
pengencer tinja atau juga larutan lugol 1 – 2 %. Selain itu larutan asam acetat 10 % dipakai untuk
melihat leukosit lebih jelas, sedangkan untuk melihat unsur – unsur lain larutan garam 0,9 %
yang sebaiknya dipakai untuk pemeriksaan rutin.
B. Pemeriksaan Mikroskopik (hanya dapat dilihat melalui mikroskop: leukosit, eritrosit, epitel,
amilum, telur cacing dan amuba). Adanya amuba menandakan adanya infeksi saluran cerna
terhadap amuba tersebut, dan adanya telur cacing menandakan harus diobatinya pasien dari
infeksi parasit tersebut.
Protozoa
Biasanya didapati dalam bentuk kista, bila konsistensi tinja cair baru didapatkan bentuk
trofozoit.
Telur cacing
Telur cacing yang mungkin didapat yaitu Ascaris lumbricoides, Necator americanus,
Enterobius vermicularis, Trichuris trichiura, Strongyloides stercoralis dan sebagainya.
Leukosit
Dalam keadaan normal dapat terlihat beberapa leukosit dalam seluruh sediaan.Pada
disentri basiler, kolitis ulserosa dan peradangan didapatkan peningkatan jumlah leukosit.
Eosinofil mungkin ditemukan pada bagian tinja yang berlendir pada penderita dengan
alergi saluran pencenaan.Untuk mempermudah pengamatan leukosit dapat ditambah 1
tetes asam acetat 10% pada 1 tetes emulsi feces pada obyek glass.
Eritrosit
Eritrosit hanya terlihat bila terdapat lesi dalam kolon, rektum atau anus. Sedangkan bila
lokalisasi lebih proksimal eritrosit telah hancur. Adanya eritrosit dalam tinja selalu berarti
abnormal.
Sel Epitel
Dalam keadaan normal dapat ditemukan beberapa sel epitel yaitu yang berasal dari
dinding usus bagian distal. Sel epitel yang berasal dari bagian proksimal jarang terlihat
karena sel ini biasanya telah rusak. Jumlah sel epitel bertambah banyak kalau ada
perangsangan atau peradangan dinding usus bagian distal.
Kristal
Kristal dalam tinja tidak banyak artinya. Dalam tinja normal mungkin terlihat kristal
tripel fosfat, kalsium oksalat dan asam lemak. Kristal tripel fosfat dan kalsium oksalat
didapatkan setelah memakan bayam atau strawberi, sedangkan kristal asam lemak
didapatkan setelah banyak makan lemak.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Tinja atau feses merupakan semua benda atau zat yang tidak dipakai lagi oleh tubuh yang
harus dikeluarkan dari dalam tubuh. Tinja atau feses merupakan salah satu sumber penyebaran
penyakit yang multikompleks.
2. Feses umumnya berwarna Kuning di karenakan Bilirubin, Selain itu warna dari feses ini juga
dapat dipengaruhi oleh kondisi medis, makanan serta minuman yang dikonsumsi. Beberapa
warna feses diantaranya, kuning, merah, hitam, hijau dan keabu – abuan.
3. Proses penguraian (dekomposisi) feses pada akhirnya akan berubah menjadi bahan yang
stabil, tidak berbau, dan tidak mengganggu. Hasil akhir proses dekomposisi mengandung
nutrient tanah yang bermanfaat dan dapat memberikan keuntungan bila digunakan sebagia
pupuk penyubur tanaman (fertilizer).
4. Konsistensi feses normal pada manusia (semi solid silinder) agak lunak, tidak cair seperti
bubur maupun keras, berwarna coklat dan berbau khas. Frekuensi defekasi normal 3x per-hari
sampai 3x per-minggu.
2. Pasien dilarang menelan Barium, Bismuth, dan Minyak dalam 5 hari sebelum pemeriksaan.
ü Penyimpanan
Bila 1 jam atau lebih gunakan media transpot yaitu Stuart’s medium, ataupun Pepton water
Penyimpanan < 24 jam pada suhu ruang, sedangkan > 24 jam pada suhu 4°C
ü Pengiriman
Bila tidak memungkinkan, gunakan media transport atau kultur pada media Tetra Thionate Broth
6. Jenis pemeriksaan feses yaitu meliputi, pemeriksaan makroskopi (Warna, Bau, Konsistensi,
Darah, Parasit), pemeriksaan mikroskopi (Sel Epitel, Leukosit, Eritrosit, Makrofag, Kristal, Sisa
Makanan, Sel Ragi dan Telur Cacing), pemeriksaan kimia ( Darah Samar, Urobilin, Bilirubin,
Urobilinogen) dan pemeriksaan kultur feses.