PF, didapati anak tampak lemas, TD 90/60, denyut nadi 90x/menit, frekuensi nafas
20x/menit, temperatur 39C, kedua kelopak mata cekung, bibir kering dan pecahpecah, turgor kulit kembali lambat, akral hangat.
Pembahasan
Anamesis
Hal-hal baku yang perlu ditanyakan antara lain keluhan utama pasien, riwayat
penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu, riwayat penyakit keluarga, riwayat sosial
ekonomi, keluhan lain yang dirasakan, dan pengobatan atau terapi yang mungkin
telah dilakukan. Pada kasus diare ada beberapa hal yang harus ditanyakan untuk
kepentingan penegakan diagnosis. Hal-hal tersebut antara lain berhubungan dengan
berapa lama pasien menderita diare, dalam sehari berapa kali pasien melakukan
defekasi, riwayat makanan atau minuman yang dikonsumsi, pasien sebelumnya
berpergian atau tidak, apakah ada keluarga yang juga mengalami hal yang sama,
apakah ada keluhan lain seperti nyeri; demam; ataupun mutah.4
Sangat wajib untuk menanyakan bentuk; warna; konsistensi dari feses, sebab
beberapa dari etiologi penyebab diare akan memberikan ciri khas sendiri dari
karakteristik fesesnnya. Hal-hal yang perlu diketahui dari pasien sehubungan dengan
feses yang dikeluarkannya antara lain: apakah cair atau padat, apakah terdapat darah
(merah atau hitam, tercambur atau tidak), apakah terdapat lendir atau nanah, apakah
berlemak atau berminyak, apakah berbuih, apakah berbau busuk, apakah berwarna
seperti cucian air beras, dsb.4 Untuk melihat apakah pasien mengalami dehidrasi, perlu
ditanyakan hal-hal seperti apakah pasien masih bisa berkemih, apakah pasien masih
merasa haus, apakah pasien merasakan lemas, dsb.
Dari hasil anamnesa pasien didapatkan hasil seperti berikut ini:
KU
RPS
: Diare 6x/hari, konsistensi cair, tidak ada darah, tidak ada lendir, tidak
nafsu makan, lemas, dan terakhir buang air kecil 4 jam yang lalu.
KLain
: Demam
Pemeriksaan Fisik
Pertama-tama, pemeriksaan fisik yang wajib untuk dilakukan adalah melakukan
pemeriksaan tanda-tanda vital yang meliputi tekanan darah, frekuensi napas, suhu,
dan nadi. Setelah itu dilakukan pemeriksaan abdomen dengan inspeksi, auskultasi,
2
perkusi, dan palpasi. Tidak lupa juga untuk melakukan pemeriksaan untuk melihat
apakah pasien mengalami dehidrasi atau tidak.
Pada pemeriksaan fisik, apabila pasien merasakan sakit perut seperti kram
biasanya dihubungkan dengan infeksi dari beberapa organisme. Nyeri biasanya tidak
akan meningkat dengan palpasi. Pada anak-anak seringkali terjadi kerusakan kulit
perianal akibat terlalu sering melakukan defekasi atau karena pH tinja yang asam.
Pasien yang mengalami dehidrasi biasanya terlihat lemas, kesadaran menurun, ubunubun cekung, membran mukosa kering, mata cekung, dan turgor kulit menurun.
Penurunan berat badan dapat terjadi apabila terjadi malabsorbsi.
Hasil pemeriksaan fisik yang bisa didapat berdasarkan kasus antara lain:
Tanda-Tanda Vital
Pemeriksaan Makroskopik
Tanda-Tanda Dehidrasi
Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Feses
Pemeriksaan feses harus dilakukan dengan sebelumnya telah dilakukan
persiapan. Persiapan yang dimaksud antara lain pasien tidak boleh mengjonsumsi
antasida, antidiare, antiparasit, antibiotik, laksan, vitamin C, dan zat besi, terhidung 1
atau 2 hari sebelum pemeriksaan. Feses harus berasal dari defekasi spontan atau
dengan sarung tangan, bukan tinja yang telah terkontaminasi dengan benda-benda
diluar atau pun air toilet. Feses harus dimasukan ke dalam wadah yang bersih, tidak
meresap, berlabel di badan wadah, tertutup rapat, tidak mudah pecah dan mudah
dibawa. Pemeriksaan harus segera dilakukan kurang dari satu jam untuk mendapatkan
feses yang masih segar.
Normal
Abnormal
Coklat/kekuningan Pekat/putih
Hitam
Merah
Pucat dengan lemak
Konsistensi
Lendir darah
Berbentuk, lunak, Keras, kering
agak cair / lembek,
basah
Cair
Bau
Dipengaruhi oleh
makanan yang
Kemungkinan
Penyebab
Adanya pigmen
empedu, pemeriksaan
diagnostik
menggunakan barium
Perdarahan bagian atas
GI
Perdarahan
bagian bawah GI
Malabsorbsi lemak;
diet tinggi susu dan
produk susu dan
rendah daging.
Infeksi
Dehidrasi, penurunan
motilitas usus akibat
kurangnya serat
konstipasi
Peningkatan motilitas
usus (mis. akibat
iritasi kolon oleh
bakteri) diare
Berasal dari senyawa
indole, skatol,
4
Unsur Pokok
Sejumlah kecil
bagian kasar
makanan yg tdk
dicerna, lemak,
protein, cairan
pencernaan, dll
Frekuensi
1.2 Pemeriksaan Mikroskopik
Pus
Mukus
Parasit
Darah
Lemak dalam
jumlah besar
Benda asing
>3 kali/hari
3. Pemeriksaan Darah
Pemeriksaan darah perifer lengkap digunakan untuk melihat hemoglobin,
hematokrit, leukosit, dan hitung jenis leukosit. Pasien dengan diare karena virus,
biasanya memiliki jumlah dan hitung jenis leukosit yang normal atau limfositosis.
Pasien dengan infeksi bakteri terutama pada infeksi bakteri invasif ke mukosa,
memiliki leukositosis dengan kelebihan darah putih. Jumlah leukosit biasanya tidak
meningkat pada diare virus-mediated dan racun-dimediasi. Bakteri atau virus yang
menginvasi ke usus akan menyebabkan leukosit (terutama neutrofil) berada dalam
feses.1
Pemeriksaan Laboratorium Lain
Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah, dengan
menentukan pH dan cadangan alkali atau lebih tepatnya lagi dengan pemeriksaan
analisa gas darah. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin dapat dilakukan untuk
mengetahui fatal ginjal. Pemeriksaan elektrolit terutama kadar natrium, kalium,
kalsium dan fosfor dalam serum dapat dilakukan terutama pada penderita diare yang
disertai kejang.2
Epidemiologi
Pada negara-negara berkembang, diare banyak terjadi pada anak dibawah usia 5
tahun dengan peyebab terbanyak dikarenakan infeksi Rotavirus. Sementara itu
Salmonella bertanggung jawab atas seperduabelas dari total kematian pada anak usia
dibawah 5 tahun akibat diare. Adanya penurunan tingkat kematian merupakan efek
dari membaiknya penanganan diare dan membaiknya tingka gizi anak dan balita.
Diare dapat menyebar dengan cepat dalam komunitas tertutup seperti di rumah atau
bangsal perawatan rumah sakit, atau tempat penitipan anak, dan pada musim-musim
tertentu.3
Etiologi
Diare dapat disebebkan oleh berbagai penyebab antara lain oleh karena infeksi
(bakteri, parasit, virus), keracunan makanan, efek obat-obatan dan masih banyak lagi.1
Virus merupakan penyebab utama diare akut di negara-negara maju dan negaranegara berkembang, dimana virus yang paling tinggi prevalensinnya adalah Rotavirus
yaitu hingga 60%. Secara sederhana etiologi diare dapat dibagi dalam beberapa faktor
yaitu faktor infeksi, faktor malabsorbsi, faktor makanan, dan faktor psikologis.2
Faktor infeksi dibagi lagi menjadi infeksi enteral dan parental. Infeksi enteral
meliputi infeksi bakteri (Vibrio, E.coli, Salmonella, Shigella, Campylobcter, Yersinia,
6
Biasanya pada awalanya bayi dan anak menjadi cengeng, gelisah, suhu tubuh
biasanya meningkat, nafsu makan berkurang, kemudian barulah timbul diare. Tinja
yang dikeluarkan cari dan dapat disertai lendir ataupun darah. Anus dan daerah
sekitarnya dapat menjadi lecet akibat dari seringnya defekasi dan karena tinja makin
lama makin asam sebab makin banyak asam laktat yang berasal dari laktosa yang
tidak dapat diabsorbsi usus selama diare.2
Gejala muntah dapat juga muncul sebelum ataupun sesudah diare yang
disebabkan oleh karena lambung yang turut meradang atau akibat gangguan
keseimbangan asam-basa dan elektrolit. Bila penderita telah banyak kehilangan cairan
dan elektrolit, maka gejala dehidrasi mulai tampak. Gejala dehidrasi diantaranya
seperti berat badan menurun, turgot kulit berkurang, mata dan ubun-ubun menjadi
cekung, selaput lendir bibir dan mulut serta kulit tanpa kering.2
Dehidrasi dapat timbul sebagai komplikasi diare apabila penderita diare telah
kehilangan banyak cairan dan elektrolit. Kebanyakan dehidrasi disebabkan oleh
karena keterlambatan diagnosis dan keterlambatan pemberian terapi yang tepat. 1
Dehidrasi dapat digolongkan menjadi 3 berdasarkan dari derajadnya, yaitu dehidrasi
ringan, dehidrasi sedang, dan dehidrasi berat. Masing-masing dari dehidrasi tersebut
akan memiliki gejala klinis yang berlainan dan dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Gejala Klinis Dehidrasi Berdasarkan Derajadnya
Defisit cairan
Tampilan Umum
Membran
mengantuk/lemas
Kering, lendir
Normal/menurun
melekat
Menurun
tertarik
Sangat
Mukosa
Pengeluaran Urin
menurun/oliguria/tidak
Turgor Kulit
Kualitas Denyut
Nadi
Mata dan Ubun-
Normal
Normal
Normal
Normal/menurun
Mulai melemah
Cekung
teraba
Sangat cekung
Ubun
Sementara itu jika dibagi berdarkan kadar natrium dalam darah, dehidrasi dapat
dibagi menjadi dehidrasi isotonik, hiponatremik, dan hipernatremik. Dehidrasi
isotonik terjadi apabila kehilangan air dan natrium secara proposional. Kadar natrium
dalam plasma sejumlah 130-150 mmol/L. Dehidrasi hipnatremik terjadi apabila
natrium hilang dalam jumlah banyak di tinja tanpa bersamaan dengan proposi air yang
seimbang dan jumlah natirum dalam plasma kurang dari 130mmol/L. Dehidrasi
hipernatremik adalah dehidrasi yang terjadi apabila kehilangan air lebih banyak
daripada kehilangan natrium, dengan kadar natrium dalam plasma lebih dari
150mmol/L.2
Diagnosis Banding
1. Diare akibat Escherichia coli
Escherichia coli E.coli, merupakan penyebab diare yang sangat umum
ditemukan di seluruh dunia.5 E.coli merupakan bakteri gram negatif yang mempunyai
sifat meragikan dan membentuk gas pada glukosa dan laktosa. Pada saat ini dikenal 3
9
macam strain E.coli yang dianggap patogen dan dapat menyebabkan diare, yaitu:
Enteropathogenic
E.coli
(EPEC),
Enterotoxigenic
E.coli
(ETEC),
dan
mempersingkat penyakit pada diare EPEC dan EAEC. Sementara itu, antibiotik harus
dihindari pada diare yang berhubungan dengan EHEC.7
2. Diare akibat Shigella spp
Infeksi Shigella pada manusia dapat menyebabkan keadaan seperti ringan tanpa
demam, disenteri hebat disertai demam, toksis, kejang terutama pada anak, tenesmus
dan tinja berlendir atau berdarah. Patogenesisnya terjadinya diare oleh Shigella spp.
ialah disebabkan kemampuannya mengadakan invasi ke epitel sel mukosa usus,
berkembang biak dan kemudian mengeluarkan eksotoksin. Akibat invasi bekateri ini
terjadi infilrasi sel-sel polimorfnuklier dan menyebabkan matinya sel-sel epitel
tersebut, sehingga menyebabkan tukak-tukak kecil yang membuat sel darah merah
dan plasma protein keluar dari sel dan masuk ke lumen usus untuk kemudian keluar
bersama tinja.2
Kultur tinja dibutuhkan, bahan digoreskan pada medium diferensial (misalnya,
agar MacConkey atau EMB) dan pada medium selektif (agar enterik Hektoen atau
agar salmonela-shigela). Akan dapat dilihat koloni yang tidak berwarna (laktosanegatif) pada agar triplet gula besi. Organisme ini juga tidak menghasilkan H 2S,
namun menghasilkan asam tetapi tidak menghasilkan gas pada pangkal dan bagian
miring yang basa di medium agar triplet gula besi. Sebaiknya dilakukan pemeriksaan
aglutinasi slide dengan antiserum spesifik shigela. Siprofloksasin untuk orang dewasa
dan trimetoprim untuk anak-anak seringkah cukup untuk terapi.7
tampak seperti air cucian beras atau tajin, kadang-kadang disertai muntah, turgor yang
cepat menurun, mata cekung, ubun-ubun cekung, pernafasan cepat dan dalam,
dianosis, nadi kecil dan cepat, tekanan darah menurun, bunyi jantung melemah hingga
akhirnya dapat timbul renjatan.2
Bakteri ini tertelan dan masuk ke dalam usus halus lalu melakukan multiplikasi di
dalam usus halus. Bakteri kemudian akan mengeluarkan enterotoksin kolera yang
akan mempengaruhi sel mukosa usus halus (menstimulasi enzim adenilisiklase).
Enzim tersebut akan mengubah ATP menjadi cAMP dan dengan meningkatnya cAMP
makan akan terjadi peningkatan sekresi ion Cl ke dalam lumen usus. Pada akhirnya
akan terjadi hipersekresi ke dalam lumen usus yang berujung pada diare. Dijumpai
pula kedaan dimana terjadi penurunan aktifitas enzim disakaridase.2
Diagnosis dapat ditegakkan dengan menemukan kuman Vibrio cholere dengan
cara penanaman pada gar empedu atau agar GTT selama 18 jam. Akan tampak koloni
berwarna hijau jernih berkiat yang merupakan koloni Vibrio.
12
13
14
Tipe 40 dan 41 adalah yang paling banyak terlibat pada terjadinya diare. Virus ini
tidak memiliki kecenderungan musiman. Transmisi secara fekal-oral Masa inkubasi 810 hari. Infeksi asimtomatik sering terjadi. Diare cenderung lebih ringan namun
kadang-kadang lebih lama bila dibandingkan dengan gastroenteritis Rotavirus.
Diagnosis melalui deteksi antigen atau PCR.5
9. Diare akibat Giardiasis lamblia
Giardia lamblia (intestinalis) adalah suatu protozoon berflagela. Di negara maju,
kasus biasanya terlihat pada pusat-pusat penitipan anak dan sekolah, di antara temanteman serumah dalam institusi dengan higiene personal yang buruk, di antara orangorang di perkemahan, pada pria homoseksual, pada pengunjung ke negara
berkembang, dan selama wabah dalam komunitas yang ditularkan melalui air.
Penularannya melalui transfer kista (bukan trofozoit) secara fekal-oral melalui kontak
manusia ke manusia atau konsumsi makanan atau air yang terinfeksi. Masa inkubasi
sekitar 2 minggu.8
Setiap kista melepaskan dua trofozoit dalam usus bagian atas yang melekat ke
mukosa dan bermultiplikasi dengan pembelahan biner. Trofozoit berubah menjadi
kista dalam kolon, dan kemudian diekskresi. Mekanisme diare akut tidak diketahui.
Invasi atau perubahan struktural biasanya tidak ada. Pada infeksi kronik dengan
malabsorpsi, sering ditemukan atrofi vilus parsial. Mekanisme imun yang terlibat
dalam pemulihan belum dapat dimengerti. Infeksi pada agamaglobulinemia seringkali berat dan lama, namun tidak pada pasien dengan imunodefisiensi selular.
Banyak infeksi bersifat asimtomatik. Penyakit dapat timbul secara mendadak
dengan diare cair. Flatulens, rasa penuh pada abdomen, dan mual sering terjadi dan
dapat mendominasi. Gejala seringkali menghilang setelah satu minggu. Diare yang
kurang berat serta gejala abdomen dapat menetap secara kontinu atau secara
intermiten selama beberapa minggu atau beberapa bulan. Pada kasus yang terabaikan
dapat timbul malabsorpsi dengan steatorea dan penurunan berat badan. Individu yang
tidak diobati dapat mengekskresi kista selama periode yang lama bahkan saat bebas
gejala.8
Diagnosis dapat dilakukan dengan mengidentifikasi kista atau trofozoit dalam
feses melalui mikroskopi langsung. Sampel multipel pada hari yang berlainan harus
diperiksa karena ekskresi kista bervariasi. Trofozoit dapat ditemukan dalam sampel
cairan duodenum (Enterotest atau aspirat atau biopsi). Juga tersedia: deteksi antigen
melalui immunoassay dan penemuan parasit melalui imunofluoresensi.8 Terapi yang
15
dapat diberikan berupa Metronidazol (2 g per hari selama 3 hari) atau tinidazol (2 g
dosis tunggal) efektif pada kira-kira 90%.
10. Diare akibat Obat-Obatan
Diare juga dapat disebabkan karena mengkonsumsi obat tertentu. Antibiotik sering
mengakibatkan hal ini. Dalam konsumsi berlebian obat pencahar maupun antasida
dengan kandungan magnesium dapat pula memicu timbulnya diare akut. Namun
gejala yang ditimbulkan umumnya adalah feses hanya menjadi cair, tidak terdapat
demam, darah atau lendir, dan umumnya tidak akan berlangsung dalam waktu yang
lama. Tidak ada keluhan spesifik untuk kondisi feses atau keadaan khusus lainnya.5
16
17
18
makanan, atau air yang digunakan untuk memasak harus disaring dan diklorinasi. Jika ada
kecurigaan tentang keamanan air atau air yang tidak dimurnikan yang diambil dari danau
atau air, harus direbus dahulu beberapa menit sebelum dikonsumsi.
Ketika berenang di danau atau sungai, harus diperingatkan untuk tidak menelan air.
Semua buah dan sayuran harus dibersihkan menyeluruh dengan air yang bersih (air
rebusan, saringan, atau olahan) sebelum dikonsumsi. Limbah manusia atau hewan yang
tidak diolah tidak dapat digunakan sebagai pupuk pada buah-buahan dan sayuran. Semua
daging dan makanan laut harus dimasak. Hanya produk susu yang dipasteurisasi dan jus
yang boleh dikonsumsi. Wabah EHEC terakhir berhubungan dengan meminum jus apel
yang tidak dipasteurisasi yang dibuat dari apel terkontaminasi, setelah jatuh dan terkena
kotoran ternak.
Vaksinasi cukup menjanjikan dalam mencegah diare infeksius, tetapi efektivitas dan
ketersediaan vaksin sangat terbatas. Pada saat ini, vaksin yang tersedia adalah untuk V.
colera, dan demam tipoid. Vaksin kolera parenteral kini tidak begitu efektif dan tidak
direkomendasikan untuk digunakan. Vaksin oral kolera terbaru lebih efektif, dan durasi
imunitasnya lebih panjang. Vaksin tipoid parenteral yang lama hanya 70 % efektif dan
sering memberikan efek samping. Vaksin parenteral terbaru juga melindungi 70 %, tetapi
hanya memerlukan 1 dosis dan memberikan efek samping yang lebih sedikit. Vaksin
tipoid oral telah tersedia, hanya diperlukan 1 kapsul setiap dua hari selama 4 kali dan
memberikan efikasi yang mirip dengan dua vaksin lainnya.
Kesimpulan
Diare adalah buang air besar encer lebih dari 3 kali perhari, dimana buang air
besar encer tersebut dapat atau tanpa disertai lendir dan atau darah. Pada anak-anak
diare yang sering terjadi adalah diare akut. Diare akut yaitu diare yang berlangsung
kurang dari 15 hari dan biasanya disebabkan oleh infeksi bakteri, virus ataupun
parasit. Gejala muntah dan demam dapat muncul sebelum ataupun sesudah diare. Bila
penderita telah banyak kehilangan cairan dan elektrolit, maka gejala dehidrasi mulai
tampak. Gejala dehidrasi diantaranya seperti berat badan menurun, turgot kulit
berkurang, mata dan ubun-ubun menjadi cekung, selaput lendir bibir dan mulut serta
kulit tanpa kering. Terapi yang dapat dilakukan untuk pengobatan diare adalah
memberikan rehidrasi oral maupun intravena, antimikroba bila diperlukan, dan
memperhatikan makanan yang diberikan. Menjaga kebersihan tubuh dan lingkungan
dapat mencegah timbulnya diare.
Daftar Pustaka
19
20