Anda di halaman 1dari 30

BAB II

PEMBAHASAN
DIARE
Definisi
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan jumlah tinja yang lebih banyak dari biasanya
(normal 100 - 200 ml per jam tinja), dengan tinja berbentuk cairan atau setengah cair
(setengah padat), dapat pula disertai frekuensi defekasi yang meningkat (Mansjoer, Arif., et
all. 1999).
Diare adalah buang air besar encer atau cair lebih dari tiga kali sehari ( WHO, 1980),
Diare diartikan sebagai buang air besar yang tidak normal atau bentuk tinja yang encer
dengan frekuensi yang lebih banyak dari biasanya (FKUI,1965).
Diare adalah inflamasi pada daerah lambung dan intestinal yang disebabkan oleh bakteri
yang bermacam-macam,virus dan parasit yang patogen (Whaley & Wongs,1995).
Diare adalah kondisi dengan karakteristik adanya muntah dan diare yang disebabkan oleh
infeksi,alergi atau keracunan zat makanan ( Marlenan Mayers,1995).
Jadi, dari keenam pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa diare adalah buang air besar
(defekasi) dengan tinja, berbentuk cairan atau setengah cairan (setengah padat ), dengan
demikian kandungan air pada tinja lebih banyak dari biasanya ( normal 100 200 ml per jam
tinja).
JENIS DIARE
Diare akut, yaitu diare yang berlangsung kurang dari 14 hari (umumnya kurang dari 7 hari).
Akibat diare akut adalah dehidrasi, sedangkan dehidrasi merupakan penyebab utama
kematian bagi penderita diare.
Desentri, yaitu diare yang disertai darah dalam tinjanya. Akibat disentri adalah anoreksia,
penurunan berat badan dengan cepat, kemungkinan terjadi komplikasi pada mukosa.
Diare persisten (diare kronis), yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari secara terus
menerus. Akibat diare persisten adalah penurunan berat badan dan gangguan metabolisme
Diare dengan masalah (diare akut dan diare persisten) mungkin juga disertai dengan penyakit
lain, seperti : demam, gangguan gizi atau penyakit lainnya

Epidemilogi
Kejadian diare di negara berkembang antara 3,5- 7 episode setiap anak pertahun dalam dua
tahun pertama dan 2-5 episode pertahun dalam 5 tahun pertama kehidupan. Departemen
kesehatan RI dalam surveinya tahun 2000 mendapatkan angka kesakitan diare sebesar 301/
1000 penduduk, berarti meningkat dibanding survei tahun 1996 sebesar 280/ 1000 penduduk,
diare masih merupakan penyebab kematian utama bayi dan balita. Penyebab nomor 3
kunjungan ke Puskesmas.
Kuman penyebab diare biasanya menyebar melalui:
Fecal oral antara lain melalui makanan/minuman yang tercemar tinja dan atau kontak
langsung dengan tinja penderita.
Beberapa perilaku dapat menyebabkan penyebaran kuman enteric dan meningkatkan resiko
terjadinya diare. Perilaku tersebut antara lain : tidak memberi ASI secara penuuh 4-6 bulan
pada pertama kehidupan. Pada bayi yang tidak diberi ASI resiko untuk menderita diare lebih
besar dari pada bayi yang diberi ASI penuh, dan kemungkinan menderita dehidrasi berat
lebih besar.
Menggunakan botol susu, penggunaan botol ini memudahkan pencemaran oleh kuman karena
botol susah dibersihkan.
Menyimpan makanan masak pada suhu kamar.Bila makanan disimpan beberapa jam pada
suhu kamar,makanan akan tercemar dan kuman akan berkembang biak.
Menggunakan air yang tercemar. Air mungkin sudah tercemar dari sumbernya atau pada saat
disimpan dirumah. Pencemaran dirumah dapat terjadi kalau tempat penyimpanan tidak
tertutup atau apabila tangan yang tercemar menyentuh air pada saat mengambil air dari
tempat penyimpanan.
Tidak mencuci tangan sesudah buang air besar dan sesudah membuang tinja anak atau
sebulum makan.
Tidak membuang tinja (termasuk tinja bayi ) denga benar. Sering beranggapan bahwa tinja
bayi tidaklah berbahaya, padahal sesungguhnya mengundang virus atau bakteri dalam jumlah
besa.selain itu tinja binatang dapat pula menyebabkan infeksi pada manusia.

Tabel Cakupan Penderita DiareDalam Lima Tahun Terakhir


Tahun Jumlah Penderita Yang Dilaporkan
2000 4.771.340 penderita
2001 2.873.414 penderita
2002 1.788.492 penderita
2003 1.950.745 penderita
2004 nderita

Prognosis
Prognosis diare ini sangat tergantung pada penyebabnya.Prognosis adalah baik, pada penyakit
endokrin. Pada penyebab obat-obatan,tergantung pada kemampuan untuk menghindari
pemakaian obat-obat tersebut.Pada pasca bedah prognosis tergantung pada sejauh mana
akibat tindakan operasi pada penderita di samping faktor penyakit dasarnya sendiri.
Etiologi
Faktor Infeksi
Infeksi internal, yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama diare.
Infeksi bakteri : Vibrio coma, Echeseria coli, Salmonella, Shigella, Compilobacter, Yersenia
dan Acromonas.
Infeksi virus : Entero virus (Virus echo, Coxechasi dan Poliomyelitis), Adeno virus, Rota
virus dan Astrovirus.
Infeksi parasit : Cacing, protozoa dan jamur.
Infeksi parental, yaitu infeksi dibagian tubuh lain diluar alat pencernaan, seperti otitis media
akut, tonsilopharingitis dan sebagainya. Keadaan ini terutama pada bayi dan anak dibawah 2
tahun.
Bukan Faktor Infeksi
Alergi makanan : susu dan protein
Gangguan metabolik atau malabsorbsi
Iritasi langsung pada saluran pencernaan oleh makanan
Obat-obatan seperti antibiotik
Penyakit usus seperti colitis ulserative, crohn disease dan enterocolitis
Faktor psikologis : rasa takut dan cemas
Obstruksi usus
Kurang gizi
Faktor Malabsorbsi
Malabsorbsi karbohidrat
Disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa). Monosakarida (intoleransi glukosa,
fruktosa, dan galaktosa). Pada bayi dan anak yang terpenting dan tersering adalah intoleransi
laktosa.
Malabsorbsi lemak.
Patofisiologi
Sebanyak kira-kira 9-10 L cairan memasuki saluran cerna setiap harinya, berasal dari luar
(diet) dan dari dalam tubuh kita (sekresi cairan lambung, empedu dan sebagainya. Sebagian
besar (75%-85%) dari jumlah tersebut akan diresorbsi kembali di usus halus dan sisanya
sebanyak 1500 ml akan memasuki usus besar. Sejumlah 90% cairan di usus besar akan di
resorbsi, sehingga tersisa sejumlah 150-250 ml cairan yang akan ikut membentuk tinja.
Faktor-faktor yang menyebabkan diare sangat erat hubungannya satu sama lain. Misalnya
saja,cairan intraluminal yang meningkat menyebabkan terangsangnya usus secara mekanis
karena meningkatnya volume, sehingga motilitas usus meningkat. Sebaliknya bila waktu
henti makanan di usus terlalu cepat akan menyebabkan gangguan waktu penyentuhan
makanan dengan mukosa usus sehingga penyerapan elektrolit, air dan zat-zat lain terganggu.
Tanda dan Gejala
Secara lebih lengkap, tanda dan gejala yang biasanya menyertai penyakit diare antara lain:
Buang air besar encer dan sering
Kram perut
Nyeri perut
Demam
Darah dalam tinja
Kembung

Diagnosis
Untuk mengetahui apakah seorang pasien terkena diare dan faktor apa saja yang
menyebabkannya, pertama-tama dokter akan mengajukan beberapa pertanyaan pada pasien,
misalnya seberapa sering pasien mengalami diare, seperti apa tekstur kotoran yang
dikeluarkan, apakah diare disertai gejala demam, apakah pasien suka makan di sembarang
tempat, dan apakah pasien pernah melakukan kontak dengan penderita diare.
Selain itu, dokter juga mungkin akan menanyakan apakah pasien sedang mengonsumsi suatu
obat (bisa jadi diarenya akibat efek samping obat), berapa banyak kopi atau minuman
beralkohol yang dia konsumsi, atau apakah baru-baru ini pasien sering gelisah dan
mengalami stres.
Pemeriksaan lebih lanjut
Pemeriksaan lebih lanjut bisa saja dilakukan apabila jawaban yang diberikan pasien belum
cukup membantu dokter dalam menarik kesimpulan. Beberapa jenis metode pemeriksaan
untuk kasus diare di antaranya adalah tes darah, analisis sampel tinja, dan pemeriksaan
rektum.
Pemeriksaan darah biasanya disarankan oleh dokter jika diare diduga terjadi akibat penyakit
tertentu, seperti penyakit inflamasi usus. Sedangkan langkah analisis sampel tinja dilakukan
jika dokter mencurigai diare disebabkan oleh bakteri atau parasit, atau jika pasien:
Memiliki gejala lain, seperti adanya darah atau nanah pada tinja.
Mengalami diare berkepanjangan selama lebih lebih dari seminggu.
Memiliki gejala yang berdampak kepada seluruh tubuh Anda, seperti demam dan dehidrasi.
Baru saja dirawat di rumah sakit atau mengonsumsi antibiotik.
Memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah, misalnya karena Anda mengidap HIV.
Jika pasien berusia di atas 50 tahun atau jika penyebab diare tidak diketahui,
dokter mungkin akan menyarankan untuk menjalani pemeriksaan colok dubur. Melalui
pemeriksaan ini, dokter akan meneliti apakah diare disebabkan oleh adanya masalah atau
kelainan di dalam lubang dubur atau saluran usus besar. Pemeriksaan colok dubur dilakukan
dokter dengan cara memasukkan jari yang telah dilindungi sarung tangan ke dalam lubang
dubur.
Jika penyebab diare masih juga belum bisa diketahui, pemeriksaan seperti
kolonoskopi atau sigmoidoskopi mungkin akan dilakukan. Pemeriksaan ini biasanya jarang
ada di klinik-klinik praktik dokter dan harus dilakukan di rumah sakit. Dalam pemeriksaan
kolonoskopi, dokter akan memasukkan sebuah pipa fleksibel khusus yang disebut
kolonoskop guna memeriksa kondisi seluruh usus. Sedangkan dalam sigmoidoskopi,
pemeriksaan usus dilakukan dengan memasukkan alat yang disebut sigmoidoskop dari dubur.
Alat ini hampir serupa dengan kolonoskop, namun ukurannya lebih kecil dan dilengkapi
dengan kamera serta lampu pada ujungnya.
Tata Laksana Terapi
Pada anak-anak, gejala diare biasanya akan hilang dalam waktu 5-7 hari atau di bawah dua
minggu. Sedangkan pada orang dewasa, diare biasanya sembuh dalam 2-4 hari. Sistem
kekebalan tubuh manusialah yang akan melawan infeksi penyebab diare secara alami. Walau
demikian, diare bisa berlangsung lebih lama tergantung penyebabnya, misalnya:
Diare yang disebabkan oleh bakteri campylobacter dan salmonella biasa berlangsung selama
2-7 hari.
Diare yang disebabkan norovirus biasa berlangsung sekitar dua hari.
Diare yang disebabkan rotavirus biasa berlangsung 3-8 hari.
Diare yang disebabkan giardasis biasa berlangsung beberapa minggu.
Meski diare bisa sembuh dengan sendirinya, pasien dapat meringankan gejalanya dengan
mengikuti beberapa saran. Saran ini juga berlaku bagi penderita diare yang sedang hamil atau
menyusui.
Meningkatkan konsumsi cairan
Mengganti kehilangan cairan dan elektrolit/ion adalah salah satu kunci penting dalam
penanganan diare. Hal ini diperlukan untuk menghindari maupun menangani dehidrasi. Anda
atau anak Anda disarankan untuk minum beberapa teguk cairan sesering mungkin meski
mengalami gejala muntah. Sedikit cairan lebih baik daripada tidak sama sekali. Hindarilah jus
buah dan minuman bersoda karena dapat memperparah kondisi diare, terutama pada anak.
Jika anak-anak menunjukkan tanda-tanda dehidrasi, seperti jarang buang air kecil, kulit pucat
atau berbintik, kondisi tubuh yang menurun drastis, kaki dan tangan yang terasa dingin, serta
rewel dan lekas mengantuk, Anda disarankan untuk segera memeriksakan dirinya ke dokter.
Faktor-faktor di bawah ini membuat seorang anak lebih berisiko mengalami dehidrasi:
Mengalami lebih dari enam kali diare dalam satu hari.
Muntah lebih dari dua kali dalam sehari.
Berhenti menyusu secara tiba-tiba.
Berumur kurang dari satu tahun, terutama jika berumur di bawah enam bulan.
Berumur kurang dari dua tahun dengan berat badan di bawah rata-rata saat lahir.
Tetap berikan bayi Anda susu atau makan secara normal meski mereka mengalami diare.
Ketika menyusui, Anda sendiri harus terus meningkatkan asupan cairan sendiri agar
persediaan ASI selalu terjaga.
Makanan saat mengalami diare
Jika mengalami diare, pastikan Anda makan makanan padat setelah mampu untuk makan.
Hal tersebut juga disarankan oleh para pakar kesehatan. Sebaiknya porsi makan Anda jangan
terlalu besar dan hindari makanan yang terlalu berat, pedas, atau berlemak.
Jangan berikan makanan padat pada anak-anak jika mereka mengalami dehidrasi. Berikan
mereka cukup cairan dan pastikan tanda-tanda dehidrasi berhenti. Setelah itu baru bisa
memberi mereka makan seperti biasanya. Jika anak-anak menolak untuk makan, berikan
terus cairan sampai selera makan mereka kembali.
Mengatasi diare dengan cairan oralit
Bagi mereka yang rentan dehidrasi, biasanya dokter akan menyarankan penggunaan oralit.
Penderita diare yang disarankan minum oralit adalah mereka yang memiliki masalah
kesehatan yang serius, seperti penyakit jantung, berfisik lemah, dan yang berusia di atas enam
puluh tahun.
Oralit terdiri dari campuran air dengan gula dan garam. Cairan ini berfungsi untuk
menggantikan karbohidrat, elektrolit/ion, dan mineral penting lainnya yang hilang dalam
tubuh agar tidak terjadi dehidrasi. Oralit bisa dibeli di apotek-apotek tanpa menggunakan
resep.
Jika anak-anak mengalami diare dan memiliki risiko dehidrasi, biasanya dokter akan
menyarankan pemberian oralit. Bisa melihat petunjuk atau takaran pemberian oralit yang
tertera pada kemasannya. Takaran yang diberikan biasanya tergantung kepada ukuran dan
berat badan anak, namun rekomendasi umum untuk pemberian oralit pada anak adalah satu
sachet untuk tiap kali setelah ke toilet. Oralit sendiri tidak bisa menyembuhkan diare atau
menanggulangi penyebabnya, tetapi hanya berguna untuk mencegah dan memulihkan
dehidrasi.
Jika mengalami dehidrasi serius akibat diare, maka perawatan di rumah sakit dengan
memberikan cairan melalui selang infus akan dibutuhkan.

Mengatasi diare dengan obat-obatan


Ada beberapa jenis obat antidiare, dan umumnya obat antidiare mampu mengurangi gejala,
serta mempersingkat lamanya diare sebanyak satu hari. Obat antidiare yang paling sering
digunakan adalah loperamide. Obat ini terbukti efektif dan memilki efek samping yang
sedikit. Loperamide mampu menjadikan kotoran lebih padat dan mengurangi frekuensi buang
air besar.
Sejumlah obat antidiare bisa dibeli di apotek tanpa menggunakan resep dari dokter.
Disarankan untuk membaca petunjuk pada kemasan agar tahu takaran dosis yang tepat dan
tahu apakah obat tersebut cocok. Obat antidiare sebetulnya tidak diperlukan, kecuali terdesak
oleh aktivitas penting.
Jangan minum obat antidiare jika sedang mengalami demam tinggi atau terdapat darah dan
nanah pada tinja. Segera periksakan diri ke dokter.
Penggunaan antibiotik untuk diare
Antibiotik biasanya dianjurkan jika penyebab diare telah dipastikan sebagai bakteri atau jika
gejala diare yang terjadi sangat parah. Penderita diare disarankan untuk tidak mengonsumsi
antibiotik jika penyebabnya belum diketahui. Selain karena antibiotik bisa menimbulkan efek
samping buruk, antibiotik juga tidak berpengaruh jika diare disebabkan oleh virus. Jika
terlalu sering digunakan untuk penyakit yang ringan, efek positif antibiotik akan berkurang
ketika nantinya digunakan untuk mengobati kondisi yang lebih serius. Antibiotik juga
disarankan bagi mereka yang memiliki kekebalan tubuh yang lemah dan rentan terhadap
infeksi.
Obat-obatan pereda rasa sakit
Meski obat pereda rasa sakit tidak akan mengobati diare, namun Anda boleh minum
paracetamol atau ibuprofen, jika mengalami diare disertai dengan sakit kepala dan demam.
Penggunaan ibuprofen dilarang bagi penderita asma dan bagi mereka yang memiliki penyakit
hati atau ginjal. Anak-anak boleh mengonsumsi parasetamol atau ibuprofen jika diperlukan,
Untuk mengetahui apakah obat tersebut cocok untuk anak atau tidak, periksa petunjuk
pemakaian obat pada kemasan. Aspirin tidak cocok untuk diberikan pada anak-anak di bawah
16 tahun.
Pengobatan kondisi dasar
Yang dimaksud pengobatan kondisi dasar di sini adalah penanganan yang diberikan apabila
diare yang Anda alami disebabkan oleh suatu penyakit yang telah ada sebelumnya
berdasarkan hasil diagnosis dokter. Misalnya apabila diare disebabkan oleh radang usus,
maka penyakit tersebut harus diobati sampai tuntas sebelum dapat menyembuhkan diare.
Karena apabila kondisi dasar tidak tertangani dengan baik, maka kemungkinan diare sebagai
gejala akan terus berlanjut.

Mekanisme Kerja Obat


Berdasarkan cara kerjanya, obat diare bisa dibagi ke dalam tiga kelompok besar:
Adsorben
Secara harfiah, adsorben berarti bahan penyerap, dari kata adsorb yang berarti menyerap di
permukaan. (Berbeda dari absorb yang berarti menyerap sampai ke dalam). Adsorben bekerja
mengatasi diare dengan cara mengikat kuman atau toksin (racun) di saluran cerna, supaya
tidak bersentuhan dengan permukaan usus. Jika toksin dan kuman ini kontak dengan usus,
gerakan peristaltik usus secara otomatis akan meningkat sebagai refleks alami untuk
mengeluarkan racun itu. Obat yang masuk dalam golongan ini antara lain karbon aktif,
attapulgit, pektin, dan kaolin.
Karena cara kerjanya menyerap kuman dan toksin, obat golongan ini hanya berguna jika
penyebab diare adalah infeksi ringan atau toksin. Jika penyebabnya adalah perubahan internal
tubuh, misalnya karena cemas, stres, atau depresi, obat-obat ini tidak lagi efektif.
Contoh merek dagang yang cukup populer antara lain: Neo Entrostop (berisi attapulgit dan
pektin), Norit (berisi karbon aktif), Diatabs (attapulgit). Obat-obat ini termasuk golongan
obat bebas yang paling banyak beredar di pasaran. Relatif aman, bisa diminum oleh anak-
anak, ibu hamil, juga ibu menyusui.
Antiinfeksi
Jika diare disebabkan oleh infeksi berat, biasanya obat golongan adsorben saja tidak cukup
untuk menghentikannya. Harus ada obat lain yang tidak sekadar mengikat kuman, tetapi juga
berfungsi sebagai antimikroba pembasmi kuman, misalnya antibiotik.
Semua antibiotik untuk diare termasuk kategori obat resep! Itu sebabnya, untuk kasus infeksi
berat, sebaiknya penderita memeriksakan diri ke dokter. Apalagi jika diare disertai dengan
demam atau adanya darah di dalam tinja. Dua gejala ini menunjukkan bahwa diare tersebut
bukan diare biasa. (Lihat juga Bab Antibiotik)
Penghambat Peristaltik Usus
Obat utama golongan ini adalah loperamida. Sekadar menyebut, contoh merek dagang yang
populer adalah Imodium. Harap dicatat, ini bukan golongan obat bebas seperti obat flu.
Obat ini harus digunakan dengan sangat hati-hati.
Obat golongan ini bekerja dengan cara menghambat gerak peristaltik usus dan meningkatkan
penyerapan kembali cairan di usus besar. Jadi, tidak membasmi kuman, tidak mengikat
toksin. Oleh karena cara kerjanya demikian, loperamida tidak tepat jika digunakan untuk
kasus diare akibat infeksi atau toksin dari makanan atau minuman. Sebab, jika gerakan usus
dihambat, kuman atau toksin tersebut justru tertahan di saluran cerna dan tidak bisa
dikeluarkan.

KONSTIPASI
Definisi
konstipasi adalah Mengacu pada feses yang kering, atau bagian dari feses dalam jangka
waktu yang terjadi ketika gerakan tinja di usus besar tarjadi kelambatan sehingga
memungkinkan kurangnya reabsorpsi cairan dari usus besar.( McShane dan mcLane (1998,
pp, 31-32) dalam Barbara kozie, glenora Erb, rita olivieri. )
Sembelit adalah bagian dari feses yang terlalu kering dan keras. Dalam definisi ini tidak
menyebutkan frekuensi, mungkin beberapa orang menyebutkan merasakan konstipasi dan
belum memiliki gerakan usus sehari-hari, sementara yang secara teratur buang air besar tidak
lebih dari tiga kali seminggu tidak sembelit. ( luVerne wolf, merlen H W, herlen Zsohar)
Sembelit adalah rasa yang paling umum dan sering terjadi dari semua keluhan. Hal ini
ditemukan di semua budaya, ekonomi, dan kelompok usia. ( luVerne wolf, merlen H W,
herlen Zsohar)
Kolon sembelit adalah saat di mana seorang individu terganggu pola eliminasinya dan
ditandai dengan keras, feses kering yang dihasilkan dari penundaan dalam pengeluaran zat
residu(feses). ( NANDA 1994 dalam Ruth f. craven, constance J Hirnle.)
Dirasakan sembelit adalah menggunakan keadaan di mana seorang individu membuat
diagnosis diri jika sembelit dan memastikan adanya gerakan usus harian melalui
penyalahgunaan obat pencahar, enema, dan supositoria.( NANDA, 1994 dalam Ruth f.
craven, constance J Hirnle)

Epidemiologi

Sekitar 40% pasien kelompok usia lebih dari 65 tahun mengalami konstipasi. Namun pada
dasarnya frekuensi buang air besar tidak menurun seiring peningkatan usia yang normal. Usia
yang meningkat beresiko meningkatkan penggunaan laksatif (pencahar). Meski tak ada bukti
adanya korelasi antara kinerja usus dengan faktor usia.
Pola Hidup
Pola hidup seperti diet rendah serat, kurang minum dan olahraga merupakan penyebab
tersering dari konstipasi. Penyebab umum dari konstipasi adalah diit yang rendah serat,
seperti terdapat pada sayuran, buah, dan biji-bijian, dan tinggi lemak seperti dalam keju,
mentega, telur dan daging. Mereka yang makan makanan yang kaya serat biasanya lebih
jarang yang mengalami konstipasi Diit rendah serat juga memegang peranan penting untuk
timbulnya konstipasi pada usia lanjut. Mereka biasanya kurang berminat untuk makan, dan
lebih senang memilih makanan cepat saji yang kadar seratnya rendah. Selain itu,
berkurangnya jumlah gigi, memaksa mereka lebih suka makan makanan lunak yang sudah
diproses dengan kadar serat yang rendah.1,4,5,9,10
Dalam keadaan normal cairan akan mengisi sebagian besar usus dan feces sehingga feces
mudah dikeluarkan. Penderita konstipasi sebaiknya minum air yang cukup, kira-kira 8 liter
per hari. Cairan yang mengandung kafein, seperti kopi dan kola, serta alkohol memiliki efek
dehidrasi, sehingga dapat meyebabkan konstipasi. urang olahraga dapat menyebabkan
terjadinya konstipasi, meskipun belum diketahui dengan pasti patogenesisnya. Sebagai
contoh, konstipasi sering terjadi pada orang sakit yang melakukan istirahat yang panjang.
4,5,9,10
Etiologi
1. Kebiasaan tidak teratur buang air besar.
Ketika buang air besar normal refleks yang menghambat atau mengabaikan, refleks
terkondisi ini cenderung menjadi semakin melemah. Ketika biasanya diabaikan, dorongan
untuk buang air besar pada akhirnya hilang. Anak-anak bermain mungkin mengabaikan
refleks ini; orang dewasa mengabaikan mereka karena tekanan dorongan karena buang air
besar tidak terlalu nyaman.
2. Berlebihan pencahar.
Terlalu sering menggunakan obat pencahar memiliki efek yang sama sebagai mengabaikan
dorongan untuk buang air besar defekasi alami refleks dihambat. Kebiasaan penggunaan
pencahar akhirnya memerlukan dosis yang lebih besar atau lebih kuat, karena mereka
memiliki efek yang semakin berkurang dengan penggunaan terus menerus.
3. Meningkatkan psikologika stres.
Emosi yang kuat diduga menyebabkan sembelit dengan menghambat gerak peristaltik usus
melalui tindakan epinephrine dan sistem saraf simpatik. Stres juga dapat menyebabkan
spastis usus (spastis atau hipertonik sembelit atau iritasi usus). Terkait dengan jenis sembelit
adalah perut kram, peningkatan jumlah lendir, dan periode bergantian sembelit dan diare.
4. Diet tidak seimbang.
Diet hambar dan diet rendah serat dalam jumlah besar karena itu menciptakan cukup residu
dari produk-produk limbah untuk merangsang refleks untuk buang air besar. Residu rendah
makanan seperti beras, telur, dan bersandar daging lebih perlahan-lahan bergerak melalui
saluran pencernaan. Meningkatkan asupan cairan dengan makanan seperti meningkatkan
tingkat mereka gerakan. Perubahan dalam diet juga dapat berkontribusi untuk sembelit.
5. Tidak cukup cairan
Asupan cukup cairan mengurangi jumlah cairan di menyela, yang memasuki usus besar.
Kurangnya cairan pada gilirannya mengakibatkan kotoran kering, lebih sulit.
6. Obat.
Beberapa obat, seperti morfin atau kodein serta adrenergik dan anti obat-obatan cholinergic,
memperlambat mobilitas usus besar melalui tindakan mereka pada sistem saraf pusat, dengan
demikian menyebabkan sembelit. Lain, seperti zat besi , memiliki efek astringent dan
bertindak lebih lokal pada mukosa usus menyebabkan sembelit. Zat besi juga memiliki efek
menjengkelkan dan dapat menyebabkan diare beberapa orang.
7. Kurangnya latihan.
Pada klien yang istirahat berkepanjangan, kelemahan otot umum meluas ke otot perut,
diafragma dan dasar panggul, yang digunakan dalam buang air besar. Tidak langsung terkait
dengan kekurangan latihan adalah kurangnya nafsu makan dan mungkin berikutnya
kurangnya serat.
8. Umur.
Kelemahan otot yang biasa terjadi pada orang lanjut usia.
9. Penyakit proses.
Beberapa penyakit menghasilkan sembelit, seperti obstruksi usus; kelumpuhan, yang
menghambat kemampuan klien untuk menanggung turun; dan kondisi inflamasi panggul,
yang membuat kelumpuhan atau Uteri usus. (Barbara kozie, glenora Erb, rita olivieri)
Faktor-faktor yang terkait adalah asupan cairan kurang kemudian memadai; asupan yang
kurang memadai; serat kurang memadai; aktivitas fisik yang kurang memadai; Imobilitas;
kurangnya privasi; gangguan emosional; kronis penggunaan obat-obatan dan enema; stres,
perubahan dalam rutinitas sehari-hari; metabolisme masalah (misalnya, hipotiroidisme,
hipokalsemia, hipokalemia) (NANDA, 1994 dalam buku fundamental of nursing)

PATOFISIOLOGI
Buang air besar yang normal frekuensinya adalah 3 kali sehari sampai 3 hari sekali. Dalam
praktek dikatakan konstipasi bila buang air besar kurang dari 3 kali perminggu atau lebih dari
3 hari tidak buang air besar atau dalam buang air besar harus mengejan secara berlebihan.
Kolon mempunyai fungsi menerima bahan buangan dari ileum, kemudian mencampur,
melakukan fermentasi, dan memilah karbohidrat yang tidak diserap, serta memadatkannya
menjadi tinja. Fungsi ini dilaksanakan dengan berbagai mekanisme gerakan yang sangat
kompleks. Pada keadaan normal kolon harus dikosongkan sekali dalam 24 jam secara
teratur.). Diduga pergerakan tinja dari bagian proksimal kolon sampai ke daerah rektosigmoid
terjadi beberapa kali sehari, lewat gelombang khusus yang mempunyai amplitudo tinggi dan
tekanan yang berlangsung lama. Gerakan ini diduga dikontrol oleh pusat yang berada di
batang otak, dan telah dilatih sejak anak-anak.1,5,10
Proses sekresi di saluran cerna mungkin dapat megalami gangguan, yaitu kesulitan atau
hambatan pasase bolus di kolon atau rektum, sehingga timbul kesulitan defekasi atau timbul
obstipasi. Gangguan pasase bolus dapat diakibatkan oleh suatu penyakit atau dapat karena
kelainan psikoneuorosis. Yang termasuk gangguan pasase bolus oleh suatu penyakit yaitu
disebabkan oleh mikroorganisme (parasit, bakteri, virus), kelainan organ, misalnya tumor
baik jinak maupun ganas, pasca bedah di salah satu bagian saluran cerna (pasca gastrektomi,
pasca kolesistektomi).6
Untuk mengetahui bagaimana terjadinya konstipasi, perlu diingat kembali bagaimana
mekanisme kerja kolon. Begitu makanan masuk ke dalam kolon, kolon akan menyerap air
dan membentuk bahan buangan sisa makanan, atau tinja. Kontraksi otot kolon akan
mendorong tinja ini ke arah rektum. Begitu mencapai rektum, tinja akan berbentuk padat
karena sebagian besar airnya telah diserap. Tinja yang keras dan kering pada konstipasi
terjadi akibat kolon menyerap terlalu anyak air. Hal ini terjadi karena kontraksi otot kolon
terlalu perlahan-lahan dan malas, menyebabkan tinja bergerak ke arah kolon terlalu
lama.4,10,12
Konstipasi umumnya terjadi karena kelainan pada transit dalam kolon atau pada fungsi
anorektal sebagai akibat dari gangguan motilitas primer, penggunaan obat-obat tertentu atau
berkaitan dengan sejumlah besar penyakit sistemik yang mempengaruhi traktus
gastrointestinal.8
Konstipasi dapat timbul dari adanya efek pengisian maupun pengosongan rektum. Pengisian
rektum yang tidak sempurna terjadi bila peristaltik kolon tidak efektif (misalnya, pada kasus
hipotiroidisme atau pemakaian opium, dan bila ada obstruksi usus besar yang disebabkan
oleh kelainan struktur atau karena penyakit hirschprung). Statis tinja di kolon menyebabkan
proses pengeringan tinja yang berlebihan dan kegagalan untuk memulai reflek dari rektum
yang normalnya akan memicu evakuasi. Pengosongan rektum melalui evakuasi spontan
tergantung pada reflek defekasi yang dicetuskan oleh reseptor tekanan pada otot-otot rektum,
serabut-serabut aferen dan eferen dari tulang belakang bagian sakrum atau otot-otot perut dan
dasar panggul. Kelainan pada relaksasi sfingter ani juga bisa menyebabkan retensi tinja.
Konstipasi cenderung menetap dengan sendirinya, apapun penyebabnya. Tinja yang besar
dan keras di dalam rektum menjadi sulit dan bahkan sakit bila dikeluarkan, jadi lebih sering
terjadi retensi dan terbentuklah suatu lingkaran setan. Distensi rektum dan kolon mengurangi
sensitifitas refleks defekasi dan efektivitas peristaltik. Akhirnya, cairan dari kolon proksimal
dapat menapis disekitar tinja yang keras dan keluar dari rektum tanpa terasa. Gerakan usus
yang tidak disengaja (encopresis) mungkin keliru dengan diare.7

Anda dan gejala


Gejala utama konstipasi adalah kesulitan buang air besar dengan frekuensi yang lebih jarang
dari biasanya (kurang dari tiga kali dalam seminggu). Sementara sejumlah tanda-tanda umum
yang menyertai gejala utama meliputi:
Harus mengejan saat buang air besar.
Proses buang air besar terasa tidak tuntas.
Tinja terlihat kering, keras, atau bergumpal.
Ukuran tinja bisa besar atau sangat kecil.
Terasa ada yang mengganjal pada rektum.
Sakit dan kram perut, terutama pada perut bagian bawah.
Perut terasa kembung.
Mual.
Tidak nafsu makan.
DIAGNOSIS
1. Anamnesis
Anamnesis yang seksama dan hati-hati merupakan salah satu cara yang sangat penting untuk
mencari penyebab konstipasi. Dengan menanyakan tipe dan derajat gangguan konstipasi
dapat diperkirakan etiologi dari keluhan tersebut. Termasuk dalam gangguan ini antara lain :
lamanya usaha untuk melakukan defekasi, jumlah defekasi per minggunya, dan ada tidaknya
keluhan mengejan dan atau tinja yang keras.4,5,9,10
Anamnesis yang akurat untuk mendeteksi adanya penurunan berat badan, perdarahan saluran
cerna, riwayat keluarga kanker, pola buang air besar sebelumnya.6
Sebagian besar penderita dengan konstipasi kronik pada umumnya tidak menunjukkan
penyebab yang spesifik pada saat pemeriksaan pertama. Anamnesis yang teliti harus dapat
mendeteksi penyebab terbanyak dari konstipasi yaitu : (1) konstipasi pasca bedah, (2) tirah
baring yang terlalu lama, (3) sisa barium setelah pemeriksaan barium enema, atau (4) obat-
obat yang dapat menimbulkan konstipasi (misalnya : opioid, antikholinergik).4,5,9,10
Pada penderita tua yang melakukan tirah baring, penting untuk menyingkirkan adanya
dehidrasi yang berat dan kelainan elektrolit. Singkirkan dulu setiap komplikasi konstipasi
yang dapat mengancam hidup penderita (misalnya, volvulus) dan ingat bahwa penderita
mungkin mengalami perforasi usus setelah dilakukan klisma dengan air hangat di rumah.
Keluhan berikut juga dapat dipakai sebagai dugaan bahwa penderita mengalami kesulitan
defekasi : perasaan kurang puas setelah defekasi, sering dilakukan evakuasi feses dengan jari,
tenesmus, dan retensi pada saat dikerjakan klisma.4,5,9,10
Uraian yang tepat tentang gejala dan lama terjadinya harus didapat. Konstipasi yang
ditemukan sejak lahir atau sejak awal usia kanak-kanak cenderung bersifat kongenital,
sementara awitan yang terjadi kemudian menunjukkan penyakit yang di dapat. Penjelasan
mengenai frekuensi dan sifat defekasi harus dinyatakan, termasuk keluhan mengejan yang
berlebihan saat defekasi, adanya skibala yang keras, atau perasaan pengeluaran kotoran yang
tidak tuntas. Pasien harus ditanya mengenai nyeri abdomen dan kembung yang terkait dan
gejala-gejala saluran kemih atau saluran makanan bagian atas. Pertanyaan ini penting untuk
mendapatkan riwayat pemakaian laksatif dan lamanya.8

2. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik sering kurang bermanfaat untuk menetapkan penyebab serta pengobatan
konstipasi. Pemeriksaan fisik untuk menilai keadaan sistemik dan local, terutama tanda
adanya masa intra abdomen, peristaltik usus dan colok dubur.
Pemeriksaan fisik harus ditujukan pada deteksi penyakit-penyakit nongastrointestinal yang
dapat turut menjadi penyebab timbulnya konstipasi. Perhatian khusus harus diberikan pada
pemeriksaan neurologis, termasuk penilaian terhadap fungsi autonom. Abdomen harus
diperiksa untuk mencari tanda-tanda pembedahan sebelumnya, distensi usus atau feses yang
tertahan. Pemeriksaan perineum dan anorektal harus dilakukan untuk menemukan bukti
adanya deformitas, atrofi otot gluteus, prolapsus rekti, stenosis ani, fissura ani, masa rektum
atau fecal impaction. Pasien dapat diminta untuk mengejan agar bukti yang menunjukan
adanya rektokel, atau prolapsus rekti dapat terlihat. Adanya kedipan anus harus dinilai
dengan menunjukkan kontraksi refleks kanalis ani setelah rasa ditusuk peniti pada perineum.8
Pemeriksaan fisik sering kurang bermanfaat untuk menetapkan penyebab serta pengobatan
konstipasi, kecuali pada kejadian berikut ini : 5,9,10
Adanya masa yang teraba pada pemeriksaan abdomen.
Lesi anorectal, yang diduga menjadi penyebab konstipasi (misalnya : fisura ani, fistula ani,
striktur, kanker, hemoroid yang memgalami trombosis)
Intususepsi yang tampak pada saat mengejan.
Pemeriksaan colok dubur (RT) sering bermanfaat untuk dipakai menemukan kelainan berikut
ini :4,5,9,10
Masa anorektal.
Tonus sfingter ani internal.
Kekuatan sfingter ani eksternal dan otot puborectalis.
Adanya gross blood atau occult bleeding dengan memeriksa tes guaiak tinja.
Jumlah dan konsistensi tinja : pada pelvis outlet dysfunction, akan ditemukan tinja lebih
banyak di daerah rectal vault dari pada pada colonic inertia atau irritable bowel
syndrome, di mana di antara defekasi biasanya hanya ditemukan sisa tinja dalam jumlah
yang lebih sedikit atau tidak ada sama sekali. Pelvis floor dysfunction (disfungsi dasar
panggul) dapat memberi gejala khas berupa kegagalan memberi tekanan pada jari pada saat
mengejan pada waktu dilakukan pemeriksaan colok dubur.
Anus kaku atau spastik, yang menunjukkan adanya lesi anus.
Lumen dari rektumbiasanya membesar dan biasanya teraba faecal mass. Jadi bila dijumpai
dilatasi dari rektum dengan proktostasis dan adanya gangguan pengosongan rektum ialah
tanda patognomonis dan dyschezia

3. Pemeriksaan laboratorium
Perlu diperhatikan warna, bentuk, besarnya dan konsistensi dari masa fekal. Pemeriksaan
kimia darah dapat dipakai untuk menyingkirkan kelainan metabolik sebagai penyebab
konstipasi, seperti : hipokalemia dan hiperkalsemia. Pemeriksaan darah lengkap dapat
menunjukkan adanya anemia akibat perdarahan per anum (gross atau occult). Tes fungsi
tiroid dapat digunakan untuk mendiagnosis adanya hipotiroid.4,9,10

4. Pemeriksaan radiology
Foto polos abdomen (berdiri dan berbaring) : dapat menunjukkan jumlah tinja dalam kolon
penderita. Dengan demikian diagnosis banding antara : fecal impaction, obstruksi usus, dan
fecalith dapat dibuat. Diagnosis adanya fecalith penting untuk dipastikan karena
kemungkinan terjadinya komplikasi stercoral ulcers, yang dapat menimbulkan perforasi
kolon dapat terjadi setiap saat. Gastropati diabetik, seperti halnya fecal impaction, dapat
timbul pada penderita neuropati diabetik. Sisa barium (sesudah pemeriksaan barium enemas)
dapat juga tampak pada foto polos abdomen.9
Skleroderma dan penyakit jaringan ikat yang lain, dapat disertai gangguan motorik yang
dapat menutupi gejala-gejala obstruksi kolon pada pemeriksaan foto polos abdomen
Myxedema ileus dapat terjadi akibat hipotiroid.9

5. Pemeriksaan lain-lain
Rektosigmoidoskopi
Perlu dikerjakan dan diperhatikan membran mukosa, untuk memperhatikan ada tidaknya
tanda-tanda kataral proktosigmoiditis dan melanosis koli. Pada penderita yang biasa
mempergunakan laksatif atau terlalu sering melakukan lavement, maka terlihat tanda-tanda
inflamasi yang ringan yaitu mukosa membran terlihat kuning kecoklat-coklatan. Sering
terlihat bahwa sigmoid mengalami dilatasi, sehingga instrument dapat dengan mudah masuk
ke sigmoid.
Pemeriksaan ekstensif yang lebih teliti pada penderita konstipasi dapat dilakukan secara
poliklinik, biasanya baru dikerjakan bila keluhan berlangsung lebih dari 3 6 bulan, dan
pengobatan medik tidak ada hasilnya.4,5,10
Pemeriksaan ini dapat dilakukan untuk melihat baik anatomi (barium enema,
proktosigmoidoskopi, kolonoskopi) maupun fisiologi (colonic transit study,
defecography, manometry, electromyography).4,5,6,9,10
Kolonoskopi atau sigmoidoskopi fleksibel dapat memeperlihatkan melanosis koli sebagai
bercak berwarna hitam coklat pada mukosa usus yang terjadi akibat penggunaan preparat
laksatif antrakuinon secara kronik.
Tidak adanya haustra pada endoskopi atau barium enema menunjukkan kolon katartik
akibat penyalahgunaan preparat laksatif. Barium enema juga dapat memperlihatkan lesi
obstruktif kolon, penyakit mega kolon atau mega rektum, dan pada penyakit hirschsprung
akan menunjukkan segmen usus yang mengalami denervasi serta memperlihatkan gambaran
yang khas dengan dilatasi segmen kolon yang proksimal. Pada kasus-kasus seperti ini, biopsi
rektum dapat dilakukan untuk menunjukkan tidak adanya neuron.8
Penatalaksanaan
Banyaknya macam-macam obat yang dipasarkan untuk mengatasi konstipasi, merangsang
upaya untuk memberikan pengobatan secara simptomatik. Sedangkan bila mungkin,
pengobatan harus ditujukan pada penyebab dari konstipasi. Penggunaan obat pencahar jangka
panjang terutama yang bersifat merangsang peristaltik usus, harus dibatasi. Strategi
pengobatan dibagi menjadi :
1. Pengobatan non-farmakologis
Latihan usus besar : melatih usus besar adalah suatu bentuk latihan perilaku yang disarankan
pada penderita konstipasi yang tidak jelas penyebabnya. Penderita dianjurkan mengadakan
waktu secara teratur setiap hari untuk memanfaatkan gerakan usus besarnya. dianjurkan
waktu ini adalah 5-10 menit setelah makan, sehingga dapat memanfaatkan reflex gastro-
kolon untuk BAB. Diharapkan kebiasaan ini dapat menyebabkan penderita tanggap terhadap
tanda-tanda dan rangsang untuk BAB, dan tidak menahan atau menunda dorongan untuk
BAB ini.
Diet : peran diet penting untuk mengatasi konstipasi terutama pada golongan usia lanjut. data
epidemiologis menunjukkan bahwa diet yang mengandung banyak serat mengurangi angka
kejadian konstipasi dan macam-macam penyakit gastrointestinal lainnya, misalnya divertikel
dan kanker kolorektal. Serat meningkatkan massa dan berat feses serta mempersingkat waktu
transit di usus. untuk mendukung manfaa serat ini, diharpkan cukup asupan cairan sekitar 6-8
gelas sehari, bila tidak ada kontraindikasi untuk asupan cairan.
Olahraga : cukup aktivitas atau mobilitas dan olahraga membantu mengatasi konstipasi jalan
kaki atau lari-lari kecil yang dilakukan sesuai dengan umur dan kemampuan pasien, akan
menggiatkan sirkulasi dan perut untuk memeperkuat otot-otot dinding perut, terutama pada
penderita dengan atoni pada otot perut
2. Pengobatan farmakologis
Jika modifikasi perilaku ini kurang berhasil, ditambahkan terapi farmakologis, dan biasnya
dipakai obat-obatan golongan pencahar. Ada 4 tipe golongan obat pencahar :
memperbesar dan melunakkan massa feses, antara lain : Cereal, Methyl selulose, Psilium.
melunakkan dan melicinkan feses, obat ini bekerja dengan menurunkan tegangan permukaan
feses, sehingga mempermudah penyerapan air. Contohnya : minyak kastor,
golongan dochusate.
golongan osmotik yang tidak diserap, sehingga cukup aman untuk digunakan, misalnya pada
penderita gagal ginjal, antara lain : sorbitol, laktulose, gliserin
merangsang peristaltik, sehingga meningkatkan motilitas usus besar. Golongan ini yang
banyak dipakai. Perlu diperhatikan bahwa pencahar golongan ini bisa dipakai untuk jangka
panjang, dapat merusak pleksusmesenterikus dan berakibat dismotilitas kolon. Contohnya
: Bisakodil, Fenolptalein.
Bila dijumpai konstipasi kronis yang berat dan tidak dapat diatasi dengan cara-cara tersebut
di atas, mungkin dibutuhkan tindakan pembedahan. Misalnya kolektomi sub total dengan
anastomosis ileorektal. Prosedur ini dikerjakan pada konstipasi berat dengan masa transit
yang lambat dan tidak diketahui penyebabnya serta tidak ada respons dengan pengobatan
yang diberikan. Pasa umumnya, bila tidak dijumpai sumbatan karena massa atau adanya
volvulus, tidak dilakukan tindakan pembedahan.
Terapi Farmakologis
Pada pengobatan dan pencegahan konstipasi pemberian agen pembentuk serat mutlak
diberikan. Suatu jenis agen pembentuk serat ini sudah mencukupi, dan harus digunakan
dalam diet harian terutama pada penderita konstipasi kronis. Kecuali agen difenilmetana dan
turunan antrakuinon tidak boleh digunakan pada terapi rutinitas dasar.

Sedangkan pada pasien konstipasi akut, penggunaan laksatif sewaktu-waktu diperbolehkan.


Konstipasi akut dapat dihilangkan dengan pemberian supositoria gliserin, atau jika kurang
efektif dapat juga diberikan sorbitol oral, difenilmetan atau turunan antrakuinon dosis rendah,
atau garam pencahar (garam magnesium/garam inggris). Namun jika gejala ini tidak hilang
dalam waktu lebih dari 1 minggu maka penderita harus melakukan pemeriksaan lanjut dan
menerima terapi dengan rejimen lain.

Pilihan obat yang dapat digunakan dalam terapi farmakologis konstipasi adalah:
Emolien. Emolien adalah agen surfaktan dari dokusat dan garamnya yang bekerja dengan
memfasilitasi pencampuran bahan berair dan lemak dalam usus halus. Produk ini
meningkatkan sekresi air dan elektrolit dalam usus. Pencahar emolien ini tidak efektif dalam
mengobati konstipasi namun berguna untuk pencegahan, terutama pada pasien pasca infark
miokard, penyakit perianal akut, atau operasi dubur. Secara umum dokusat relatif aman,
namun berpotensi meningkatkan laju penyerapan usus sehingga berpotensi meningkatkan
penyerapan zat-zat yang berpotensi racun.
Lubrikan. Merupakan laksatif dari golongan minyak mineral yang akan efektif bila digunakan
secara rutin. Lubrikan diperoleh dari penyulingan minyak bumi. Lubrikan bekerja dengan
membungkus feses sehingga memudahkannya meluncur ke anus dan dengan menghambat
penyerapan air diusus sehingga meningkatkan bobot feses dan mengurangi waktu transitnya
dalam usus. Lubrikan dapat diberikan peroral dengan dosis 15-45 ml, dan akan memberikan
efek setelah 2-3 hari setelah penggunaan. Penggunaan lubrikan ini disarankan pada kondisi
sebagaimana penggunaan emolien. Namun lubrikan memberikan potensi efek samping yang
lebih besar. Resiko efek samping itu diantaranya: minyak mineral dapat diserap secara
sistemik dan dapat menimbulkan reaksi asing dalam jaringan limfoid tubuh, dan mengurangi
penyerapan vitamin larut lemak (A, D, E dan K).
Laktulosa dan sorbitol. Laktulosa adalah disakarida yang dapat digunakan secara oral atau
rektal. Laktulosa dimetabolisme oleh bakteri kolon menjadi molekul asam dengan bobot
rendah, sehingga mempertahankan cairan dalam kolon, menurunkan PH dan meningkatkan
gerak peristaltik usus. Laktulosa tidak direkomendasikan dalam terapi konstipasi lini pertama
karena harganya yang mahal dan efektivitasnya yang tidak lebih efektif dari sorbitol atau
garam magnesium. Sorbitol sebagai monosakarida bekerja dengan tindakan osmotik dan telah
direkomendasikan sebagai terapi konstipasi lini pertama.
Derivat Difenilmetana. Dua turunan difenilmetana yang utama adalah bisakodil dan
fenoftalein. Bisakodil memberikan efek dengan merangsang pleksus syaraf mukosa usus
besar. Sedangkan fenoftalein bekerja dengan menghambat penyerapan aktif glukosa dan
natrium. Dengan fenoftalein, sejumlah kecil fenoftalein akan mengalami resirkulasi
enterohepatik dan mengakibatkan efek antikonstipasi berkepanjangan. Penggunaan
fenoftalein pada penderita apendiksitis, hamil, atau menyusui harus berhati-hati karena dapat
menimbulkan perforasi, sehingga menyebabkan air seni berwarna merah muda.
Derivat Antrakuinon. Teramasuk dalam derivat antrakuinon adalah sagrada
cascara, sennosides, dan casathrol. Bakteri usus memetabolismekan senyawa-senyawa
tersebut, namun mekanisme jelasnya dalam pengobatan konstipasi tidak diketahui. Sama
seperti derivat difenilmetana, penggunaan derivat antrakuinon secara rutin tidak
direkomendasikan.
Katartik Saline. Katartik saline terdiri dari ion-ion yang sulit diserap seperti magnesium,
sulfat, sitrat, dan fosfat yang bekerja dengan menghasilkan efek osmotik dalam
mempertahankan cairan dalam saluran cerna. Magnesium merangsang sekresi kolesistokinin
yang merangsang motilitas usus dan sekresi cairan. Agen ini akan memberikan efek dalam
waktu kurang dari 1 jam setelah pemberian dosis oral. Agen ini sebaiknya digunakan dalam
keadaan evakuasi akut usus, tindakan pradiagnostik, keracunan, atau untuk menghilangkan
parasit setelah pemberian antelmintik. Agen ini tidak disarankan untuk digunakan secara
rutin. Agen ini berpotensi menyebabkan deplesi cairan.
Minyak Jarak. Minyak jarak dimetabolisme disaluran cerna menjadi senyawa aktif asam
risinoleat yang bekerja merangsang proses sekresi, menurunkan absorpsi glukosa, dan
meningkatkan motilitas usus, terutama dalam usus halus. Efek buang air besar biasanya akan
dihasilkan 1-3 jam setelah mengkonsumsi agen ini.
Gliserin. Gliserin biasanya diberikan dalam bentuk suppositoria 3 gram yang akan
memberikan efek osmotik pada rektum. Gliserin dianggap sebagai pencahar yang aman
meski mungkin juga mengakibatkan iritasi rektum.
Polyethylene glicol-electrolite lavage solution (PEG-ELS), merupakan larutan yang
digunakan dalam pembersihan usus sebelum prosedur diagnostik atau pembedahan
kolorektal. 4 liter cairan ini diberikan dalam waktu tiga jam untuk evakuasi lengkap dari
saluran gastrointestinal. Cairan ini tidak dianjurkan untuk terapi rutin dan pada pasien dengan
obstruksi usus.

EMESIS GRAVIDARUM

DEFINISI
Mual dan muntah (Morning Sickness, Emesis Gravidarum) adalah mual dan
muntah selama kehamilan yang terjadi antara 4 dan 8 minggu kehamilan dan terus
berlanjut hingga 14-16 minggu kehamilan dan gejala biasanya akan membaik. Mual dan
muntah selama kehamilan dapat berupa gejala yang ringan hingga berat. Mual dan muntah
adalah keluhan utama pada 70 %-80 % kehamilan. (1,4)
Hiperemesis Gravidarum adalah kondisi mual dan muntah yang berat selama
kehamilan, yang terjadi pada 1 %-2 % dari semua kehamilan atau 1-20 pasien per 1000
kehamilan. (4,5)
Hiperemesis gravidarum menyebabkan tidak seimbangnya cairan, elektrolit, asambasa,
defisiensi nutrisi dan kehilangan berat badan yang cukup berat. Pada hiperemesis
gravidarum dapat terjadi dehidrasi, asidosis akibat kelaparan, alkalosis akibat hilangnya
asam hidroklorida pada saat muntah, hipokalemia dan ketonuria, sehingga mengharuskan
pasien masuk dan dirawat di rumah sakit

Epidemologi
Banyak studi berusaha menilai kejadian dan prevalensi infeksi H. pylori, cara
penularannya dan setiap faktor risiko yang turut mendukung perkembangan infeksi.
Kejadian per tahun yang dilaporkan untuk infeksi H. pylori sebagai salah satu penyebab
hiperemesis gravidarum di negara-negara maju adalah 0,3 %- 0,5 % per tahun, sedangkan
di negara-negara yang sedang berkembang 10 %-20 %. (9)
Bakteri ini merupakan patogen dengan penyebaran di seluruh dunia, yang
menyerang populasi manusia di negara-negara maju dan di negara-negara yang sedang
berkembang. Prevalensi ditemukan lebih tinggi di negara yang sedang berkembang
dibandingkan dengan negara maju. Prevalensi infeksi H. pylori sekitar 30 % di Amerika
Serikat, sedangkan di negara yang sedang berkembang > 80 %. Prevalensi ini sangat
bervariasi tergantung kelompok etnik, budaya, genetik, sosial ekonomi, lingkungan, dan
beberapa faktor lainnya termasuk lokasi kelompok studi dan ciri-ciri populasi yang di
studi. Angka infeksi ini juga ditemukan tinggi di daerah yang padat penduduknya dengan
lingkungan sosial ekonomi yang rendah, yang mengindikasikan bahwa H. pylori ditularkan
melalui kontak langsung. H. pylori didapat selama masa anak-anak, yang paling sering
dengan rute feces-oral atau oral-oral. (9,13)
Hubungan antara H. pylori dan hiperemesis gravidarum bisa menjadi penjelasan
yang mungkin untuk variasi yang diamati dalam kejadian hiperemesis gravidarum pada
kelompok etnis yang berbeda-beda, karena angka kejadian infeksi H. pylori juga berbeda
secara mencolok antara populasi. Akan tetapi, hipotesa ini rentan terhadap faktor-faktor
pengganggu seperti status sosial ekonomi yang lebih rendah, yang disebut-sebut pada
hiperemesis gravidarum maupun infeksi H. pylori. Karaca di Turkey tahun 2004
menemukan bukti yang mendukung hubungan antara status sosial ekonomi dan infeksi H.
pylori pada wanita hamil yang mengalami hiperemesis gravidarum dalam studi
perbandingan prospektif dengan wanita hamil asimptomatik. Menurutnya, status sosial
ekonomi yang rendah juga merupakan faktor resiko yang penting untuk infeksi H. pylori
pada wanita hamil dengan hiperemesis gravidarum. Walaupun infeksi H. pylori sering
ditemukan pada pasien penderita hiperemesis gravidarum, sebagian besar wanita hamil
dengan infeksi H. pylori bisa tetap asimptomatik. Jadi bila dalam lambung manusia
terdapat H. Pylori maka dapat menimbulkan ulkus duodenal dan ulkus peptikum yang
tidak dapat disembuhkan dengan pengobatan antiemetik biasa, sehingga biaya pengobatan
akan lebih tinggi dan waktu pengobatan yang lebih lama dengan hasil yang
mengecewakan.

etiologi
Kejadian hiperemesis gravidarum belum diketahui dengan pasti. Namun, beberapa factor
predisposisi dapat dijabarkan sebagai berikut :
1. Factor adaptasi dan hormonal
Pada ibu hamil yang kekekurangan darah lebih sering terjadi hiperemesis gravidarum yang
termasuk dalam ruang lingkup factor adaptasi adalah ibu hamil dengan anemia, wanita
primigravida, dan overdistensi rahim pada kehamilan ganda dan kehamilan mola hidatidosa.
Sebagian kecil primi gravid belum mampu beradaptasi terhadap hormone estrogen dan
gonodotropin korionik, sedangkan pada kehamilan ganda dan mola hidatidosa, jumlah
hormone yang dikeluarkan terlalu tinggi dan menyebabkan terjadinya hiperemesis
gravidarum.
2. Factor psikologis
Hubungan factor psikologis, dengan kejadian hiperemesis gravidarum belum jelas. Besar
kemungkinan bahwa wanita yang menolak hamil, takut kehilangan pekerjaan, keretakan
hubungan dengan suami, diduga dapat menjadi factor kejadian hiperemesis gravidarum.
Dengan perubahan suasana dan masuk rumah sakit, penderitanya dapat berkurang sampai
menghilang.
3. Factor alergi
Pada kehamilan, diduga terjadi invasi jaringan vili korialis yang masuk kedalam peredaran
darah ibu sehingga factor alergi di anggap dapat menyebabkan kejadian hiperemesis
gravidarum.

Sekalipun batas antara Muntah yang fisiologis dan patologis tidak jelas, tetapi muntah yang
menimbulkan aktivitas sehari-hari dan dehidrasi memberi petunjuk bahwa ibu hamil tersebut
memerlukan perawatan yang intensif.

Patofisiologi
hiperemesis gravidarum dapat disebabkan karena peningkatan Hormone Chorionic
Gonodhotropin(HCG) dapat menjadi faktor mual dan muntah. Peningkatan kadar hormon
progesterone menyebabkan otot polos pada sistem gastrointestinal mengalami relaksasi
sehingga motilitas menurun dan lambung menjadi kosong. Hiperemesis gravidarum yang
merupakan komplikasi ibu hamil muda bila terjadi terus menerus dapat mengakibatkan
dehidrasi, ketidakseimbangan elektrolit, serta dapat mengakibatkan cadangan karbohidrat dan
lemak habis terpakai untuk keperluan energi.
Pada beberapa kasus berat, perubahan yang terjadi berhubungan dengan malnutrisi dan
dehidrasi yang menyebabkan terdapatnya non-protein nitrogen, asam urat, dan penurunan
klorida dalam darah, kekurangan vitamin B1, B6, B12, dapat mengakibatkan terjadinya
anemia, gangguan alat-alat vital sampai menimbulkan kematian. (Mitayani, 2009 hal 56).

Tanda dan gejala


Gejala klinik emesis gravidarum adalah kepala pusing, terutama pagi hari, disertai mual
muntah sampai kehamilan 4 bulan (Manuaba,2010;h 227)Akibat mual dan muntah nafsu
makan berkurang (Ai yeyeh, 2010 hl, 79)
Tanda-tanda emesis gravidarum berupa :
a. Rasa mual, bahkan dapat sampai muntah
Mual dan muntah ini terjadi 1-2 kali sehari, biasanya terjadi di pagi hari tetapi
dapat pula terjadi setiap saat.
b. Nafsu makan berkurang
c. Mudah lelah
d. Emosi yang cenderung tidak stabil

Diagnosis
PENANGANAN
Isolasi
Penderita disendirikan dalam kamar yang tenang, terapi cerah dan peredaran udara yang baik.
Catat cairan yang keluar dan masuk. Hanya dokter dan perawat yang boleh masuk ke dalam
kamar penderita, sanpai muntah berhenti dan penderita mau makan. Tidak diberikan
makanan/minum dan selama 24 jam. Kadang-kadang dengan isolasi saja gejala-gejala akan
berkurang atau hilang tanpa pengobatan.
Terapi psikologik
Perlu diyakinkan kepada penderita bahwa penyakit dapat disembuhkan, hilangkan rasa takut
oleh karena kehamilan, kurangi pekerjaan serta menghilangkan masalah dan konflik, yang
kiranya dapat menjadi latar belakang penyakit ini.
Cairan
Berikan cairan parenteral yang cukup elektrolit, karbohidrat dan protein dengan glukose 5%
dalam cairan garam fisiologik sebanyak 2-3 liter sehari. Bila perlu dapat ditambah kalium,
dan vitamin, khususnya vitamin B kompleks dan vitamin C dan bila ada kekurangan protein,
dapat diberikan pula asam amino secara intravena.
Obat
Pemberian obat pada hyperemesis gravidum sebaiknya berkonsultasi dengan dokter sehingga
dapat dipilih obat yang tidak bersifat teratogenik atau dapat menyebabkan kelainan
kongenital pada bayi.
Penghentian kehamilan
Pada sebagian kecil kasus keadan tidak menjadi baik, bahkan mundur. Usahakan
mengadakan pemeriksaan medik dan psikistrik bila keadaan memburuk. Delirium, kebutaan,
takhikardi, ikterus, anuria dan perdarahan merupakan manifestasi komplikasi organik. Dalam
keadaan demikian perlu dipertimbangkan untuk mengakhiri kehamilan. Keputusan untuk
melakukan abortus teraupetik sering sulit diambil, oleh karana itu di satu pihak tidak boleh
dilakukan terlalu cepat, tetapi dilain pihak tidak boleh menunggu sampai terjadi gejala
ireversibel pada organ vital
Tatalaksana

Hal-hal Yang Harus Dilakukan Dalam Mengatasi Emesis Gravidarum

Makanlah sesering mungkin, dalam porsi kecil. Siang hari untuk porsi besar, malam hari
cukup porsi kecil.

Lebih banyak istirahat, hal ini akan membantu mengurangi keletihan yang dapat
menimbulkan rasa mual.

Simpanlah beberapa makanan kecil seperti coklat atau cracker untuk dimakan sebelum turun
dari tempat tidur di pagi hari.

Bangun tidur perlahan-lahan, luangkan waktu untuk bangkit dari tempat tidur secara
perlahan-lahan.

Berolahraga dan hiruplah udara segar, dengan melakukan oleh raga ringan, berjalan kaki
atau berlari-lari kecil akan membantu mengurangi rasa mual dan muntah di pagi hari.

Beberapa ahli nutrisi juga menyarankan suplemen vitamin B6 mencegah dan mengurangi
rasa mual, tetapi tidak diminum dalam dosis tinggi atau menurut aturan dokter.

Hal-hal Yang Harus Dihindari

Hindari mengkonsumsi makanan yang berminyak atau digoreng karena akan lebih sulit
untuk dicerna.

Hindarilah minuman yang mengandung kafein seperti kopi, cola.

Hindari menyikat gigi begitu selesai makan


Bagi beberapa ibu hamil menyikat gigi menjadi hal yang problematik karena hanya dengan
memasukkan sikat gigi dalam mulut membuat mereka muntah, sehingga pilihlah waktu yang
tepat untuk menggosok gigi.

Hindari bau-bau yang tidak enak atau sangat menyengat.


Bau menyengat seperti dari tempat sampah, asap rokok biasanya dapat menimbulkan rasa
mual dan muntah.

Hindari mengenakan pakaian yang ketat.


Pakaian yang terlalu ketat dapat memberikan tekanan yang tidak nyaman pada perut dan
dapat memperburuk rasa mual.
(Panduan Lengkap Perawatan Kehamilan ; 59)

Penanganan Obat
Jika terapi farmakologis diperlukan, pengobatan dapat dimulai dengan menggunakan vitamin
B-6, 10-25 mg sehari, 3-4 kali sehari, Doksilamin, 12,5 mg, 3-4 kali sehari dapat digunakan
sebagai tambahan. Herbal, kapsul jahe 250 mg 4 kali sehari, dapat ditambahkan pada saat ini
jika pasien masih muntah karena telah terbukti efektif dalam uji acak. [38] Metoclopramide,
5-10 mg diminum setiap 8 jam dapat digunakan selanjutnya . Promethazine, 12,5 mg oral
atau rektal setiap 4 jam, atau dimenhydrinate 50-100 mg oral q4-6h, dapat ditambahkan juga.
Ondansetron 4-8 mg oral atau IV setiap 8 jam dapat digunakan untuk kasus-kasus refrakter
lanjut. Methylprednisolone, 16 mg oral atau IV setiap 8 jam selama 3 hari, dengan lancip ke
dosis efektif terendah, dapat digunakan jika muntah terus menerus terjadi meskipun terapi di
atas. Steroid tampaknya meningkatkan risiko celah oral dalam pertama 10 minggu kehamilan.
Metoclopramide secara luas digunakan untuk mual dan muntah selama kehamilan, namun
informasi mengenai teratogenisitas manusia telah kurang. Matok et al tidak menemukan
peningkatan risiko malformasi kongenital utama, berat badan lahir rendah, kelahiran
prematur, skor Apgar, atau kematian perinatal antara bayi dari ibu yang mengambil
metoclopramide dalam trimester pertama dibandingkan dengan ibu bayi yang tidak
mengambil metoclopramide. Penelitian kohort retrospektif termasuk total memeriksa 81.703
bayi yang lahir dari ibu yang terdaftar dalam sistem kesehatan tunggal dengan komputerisasi
catatan rumah sakit ibu dan bayi. Dari jumlah tersebut, 3458 (4,2%) memiliki eksposur
trimester pertama untuk metoclopramide.
Analisis sekunder dilakukan pada bayi dari ibu yang mengisi resep mereka untuk
metoclopramide setidaknya sekali (n = 758), dan tidak ada peningkatan risiko ditemukan
dalam sub-populasi terkena metoclopropamide dibandingkan dengan bayi tidak terkena.
Selain itu, hasil penelitian tidak berubah ketika aborsi terapeutik janin terkena dan tidak
terpajan dimasukkan dalam analisis. Studi ini memberikan jaminan bahwa dokter
metoclopramide tidak menyebabkan cacat bawaan, meskipun, antagonis dopamin dapat
menyebabkan gejala ekstrapiramidal ibu (yaitu, reaksi dystonic akut, tardive dyskinesia).
Jika terjadi hipokalemia berat disertai adanya gejal, maka preparat kalium harus diganti
parenteral. Sebelum pemberian kalium intravena, fungsi ginjal harus dievaluasi. 80 mEq/L).
Kalium biasanya ditambahkan ke cairan infus untuk mencapai konsentrasi 40 mEq / L (dan
tidak> 80 mEq / L). Sebuah tingkat infus 10 mEq kalium per jam harus aman selama sebagai
output urin memadai.
Ketika pemberian hidrasi intravena kepada pasien yang memiliki deplesi volume berat dalam
upaya untuk mencegah perkembangan ensefalopati Wernicke, hindari glukosa intravena
sampai tiamin intravena telah diberikan.
Jika dehidrasi terus-menerus, kehilangan elektrolit, dan / atau penurunan berat badan terjadi
meskipun di atas terapi, nutrisi suplemen baik oleh rute parenteral atau enteral diindikasikan.
Metode standar telah melalui nutrisi parenteral total (TPN). Namun, risiko didokumentasikan
dari bakteremia, sepsis trombosis, dan telah dikaitkan dengan garis PICC diperlukan untuk
suplementasi TPN. Tabung nasogastrik penempatan dan pemberian makanan enteral
selanjutnya telah ditunjukkan dalam seri kecil dan laporan menjadi alternatif yang valid,
dengan risiko komplikasi kurang, khasiat yang sama, dan hasil yang sama dalam hal hasil
neonatal bila dibandingkan dengan TPN
Farmakoterapi
Antihistamin, antiemetik dari kelas fenotiazin, dan agen promotility (misalnya,
metoclopramide) telah digunakan dalam pengobatan mual dan muntah selama kehamilan.
Vitamin B-6 (pyridoxine) juga telah dipelajari dalam pengobatan mual dan muntah selama
kehamilan dan mengurangi mual dan muntah jika dibandingkan dengan plasebo.
Ondansetron (Zofran), antagonis reseptor serotonin-, tidak menunjukkan manfaat atas
promethazine antiemetik (Phenergan), dengan biaya yang jauh lebih besar. Ini dapat
dicadangkan untuk kasus-kasus refrakter. Sebuah meta-analisis dari 6 acak, double-blind uji
coba menunjukkan bahwa jahe merupakan pengobatan yang efektif untuk HEG.
Steroid dapat digunakan dalam refraktori pasien terhadap terapi standar. Promethazine
(Phenergan) dibandingkan dengan metilprednisolon dalam uji coba secara acak, double-blind,
terkontrol. Methylprednisolone muncul untuk menurunkan tingkat pendaftaran kembali untuk
hiperemesis gravidarum, namun pasien secara acak promethazine memiliki durasi lebih lama
secara signifikan gejala sebelum perawatan.
Namun, kekhawatiran ada tentang hubungan antara celah oral dan penggunaan
methylprednisolone pada trimester pertama, oleh karena itu harus digunakan dengan hati-hati
sebelum 10 minggu kehamilan.
Vitamin Penting untuk sintesis DNA normal dan berperan dalam berbagai proses
metabolisme.
Piridoksin (Nestrex) Dipasarkan dalam formulasi kombinasi dengan Doksilamin (Benedectin,
Dilectin).
Benedectin diambil dari pasar di Amerika Serikat pada tahun 1980 karena masalah
kewajiban, tetapi tersedia di Kanada. Doksilamin mungkin tidak teratogenik dan dapat
digunakan dalam kombinasi dengan pyridoxine pada dosis 10-12,5 mg PO qd tawaran
Herbal Tidak disetujui oleh US Food and Drug Administration tetapi obat diyakini dapat
meningkatkan gejala.
Jahe Penelitiandouble-blind, crossover sidang dari ekstrak jahe terbukti lebih bermanfaat
untuk mengurangi gejala dibandingkan plasebo.
Antiemetik Berguna dalam pengobatan simtomatik mual.
Proklorperazin (Compazine) Bisa menghilangkan mual dan muntah dengan memblokir
reseptor dopamin mesolimbic postsynaptic melalui efek antikolinergik dan sistem aktivasi
reticular menyedihkan. Dalam sebuah studi plasebo-terkontrol, 69% dari pasien yang diberi
proklorperazin melaporkan bantuan gejala yang signifikan, dibandingkan dengan 40% dari
pasien dalam kelompok plasebo.
Promethazine (Phenergan) Untuk pengobatan gejala mual pada disfungsi vestibular. Efektif
dalam mengobati emesis Antidopaminergic agen. Blok postsynaptic dopaminergik reseptor di
otak mesolimbic dan mengurangi rangsangan ke batang otak sistem reticular.
Klorpromazin (Thorazine, Ormazine) Mekanisme yang bertanggung jawab untuk
menghilangkan mual dan muntah termasuk memblokir reseptor dopamin mesolimbic
postsynaptic, efek antikolinergik, dan depresi dari RAS. Blok alpha-adrenergik dan menekan
pelepasan hormon hypophyseal dan hipotalamus.
Trimethobenzamide: (Tebamide, Tigan) Kisah terpusat untuk menghambat zona pemicu
kemoreseptor meduler.
Metoclopramide (Reglan) Reseptor dopamin blok dan (bila diberikan dalam dosis yang lebih
tinggi) juga blok reseptor serotonin di zona pemicu kemoreseptor dari SSP, meningkatkan
respon terhadap asetilkolin jaringan di saluran pencernaan bagian atas yang menyebabkan
motilitas ditingkatkan dan pengosongan lambung dipercepat tanpa merangsang sekresi
lambung, empedu, pankreas atau , meningkatkan nada lebih rendah esophageal sphincter.
Ondansetron: (Zofran) Selektif 5-HT3-antagonis reseptor, memblokir serotonin, baik perifer
pada terminal saraf vagal dan terpusat di zona pemicu kemoreseptor.
Kortikosteroid Obat ini memiliki efek metabolik yang mendalam dan bervariasi.
Methylprednisolone (Medrol, Solu-Medrol) Dapat meningkatkan gejala mual dan muntah.
Antihistamin Belajar di mual dan muntah selama kehamilan dan dalam jumlah kecil pasien
dengan HEG, menyediakan bantuan di 82% dari pasien. Muncul untuk menjadi berkhasiat
sebagai pyridoxine dalam studi lain.
Meclizine (Antivert) Mengurangi rangsangan labirin telinga tengah dan konduksi blok di
jalur telinga tengah vestibular-cerebellar. Efek ini berkaitan dengan lega mual dan muntah.
Diphenhydramine (Benadryl) Bersaing dengan histamin untuk H1-reseptor pada sel-sel
efektor situs di saluran pencernaan, pembuluh darah, dan saluran pernapasan, efek
antikolinergik dan obat penenang juga terlihat

Anda mungkin juga menyukai