Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH PENGELOLAAN LIMBAH CAIR

“Pembuangan Kotoran Manusia”

Dosen Pembimbing :

Syarifuddin, Skm, M.Kes

Zulfia Maharani, ST, M. Si

Disusun oleh :

 Azizah Berlianti P21335118012


 Hani Nurkhofifah P21335118022
 Hisyam Fadhlurrahman A P21335118024
 Novi Febriyani P21335118045
 Wardha Ainiyyah P21335118071
 Winamutiara Putri P21335118073
 Siti Alifah Ulfia P21335118065

Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Jakarta II F3, Jl. Hang Jebat III No. 8, RT 4/
RW.8, Gunung, Kby. Baru, Kota. Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12120
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kotoran manusia adalah semua benda atau zat yang tidak dipakai lagioleh tubuh yang
harus dikeluarkan dari dalam tubuh.Zat-zat yang harusdikeluarkan dari dalam tubuh ini
berbentuk tinja (faeces), air seni (urine), dan CO2 sebagai hasil dari proses pernapasan.

Saat ini akses masyarakat terhadap sarana sanitasi khususnya jamban,masih jauh dari
harapan. Berbagai kampanye dan program telah banyak dilakukan, terakhir dengan
pemberlakuan program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM). Dengan bertambahnya
penduduk yang tidak sebanding dengan area pemukiman, masalah pembuangan kotoran manusia
meningkat.Dilihat darisegi kesehatan masyarakat, masalah pembuangan kotoran
manusiamerupakan masalah yang pokok untuk sedini mungkin diatasi.Kurangnya perhatian
terhadap pengelolaan tinja disertai dengan cepatnya pertambahan penduduk, jelas akan
mempercepat penyebaran penyakit-penyakit yang ditularkan melalui tinja. Oleh karena itu,
kotoran manusia (faeces) adalah sumber penyebaran penyakit yang multikompleks. Penyebaran
penyakit yang bersumber pada feces dapat melalui berbagai macam jalan atau cara.

Pembuangan kotoran manusia berupa tinja, di Kota Padang sudah terdapat Instalansi
Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) tersebut yang mana salah satunya terdapat di Kelurahan Kurao
Pagang, Kec. Nanggalo Padang. Dimana Instalansi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT)
mempunyai tujuan diantaranya yaitu: meningkatkan kualitas lingkungan, menghindari
pencemaran sumber daya air, meningkatkan kesehatan masyarakat. Dengan adanya IPLT ini,
dapat meningkatkan kesehatan masyarakat serta masyarakat bisa jauh dari berbagai macam
penyakit yang di timbulkan oleh tinja.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Tinja

Tinja adalah semua benda atau zat yang tidak dipakai lagi oleh tubuh yang harus
dikeluarkan dari dalam tubuh.Zat-zat yang harus dikeluarkan dari dalam tubuh ini berbentuk
tinja (faeces), air seni (urine), dan CO2 sebagai hasil dari proses pernapasan.Pembuangan
kotoran manusia didalam tulisan ini dimaksudkan hanya tempat pembuangan tinja dan urin, yang
pada umumnya disebut latrine (jamban atau kakus)..

Pengertian tinja ini juga mencakup seluruh bahan buangan yang dikeluarkan dari
tubuh manusia termasuk karbon monoksida (CO2) yang dikeluarkan sebagai sisa dari proses
pernafasan, keringat, lendir dari ekskresi kelenjar, dan sebagainya. (Soeparman, 2002:11)

Jamban Tidak Sehat Dalam ilmu kesehatan lingkungan, dari berbagai jenis kotoran
manusia, yang lebih dipentingkan jenis kotoran manusia, yang lebih dipentingkan adalah tinja
(faeces) dan air seni (urine) karena kedua bahan buangan ini memiliki karakteristik tersendiri dan
dapat menjadi sumber penyebab timbulnya berbagai macam penyakit saluran pencernaan.
(Azwar, 1995)

2.2 Permasalahan Pembuangan Kotoran Manusia

Di negara berkembang, masih banyak terjadi pembuangan tinja secara sembarangan


akibat tingkat sosial ekonomi yang rendah, pengetahuan di bidang kesehatan lingkungan yang
kurang, dan kebiasaan buruk dalam pembuangan tinja yang diturunkan dari generasi ke generasi.
Kondisi tersebut terutama pada masyarakat pedesn dan di daerah kumuh perkotaan.

Bahaya terhadap kesehatan yang dapat ditimbulkan adalah pencemaran tanah,


pencemaran air, kontaminasi makanan, dan perkembangbiakan lalat. Penyakit-penyakit yang
dapat ditimbulkan antara lain tifoid, paratifoid, disentri, diare, kolera, penyakit cacing, hepatitis
viral, dan beberapa penyakit infeksi gastrointestinal lain, serta investasi parasit lain (Chandra,
2007).

Pembuangan kotoran secara tidak baik juga mengakibatkan berbagai penyakit yang
menjadi penghalang bagi tercapainya kemajuan di bidang sosial dan ekonomi. Pembuangan
kotoran manusia yang baik merupakan hal yang mendasar bagi keserasian lingkungan.

Kotoran dari manusia yang sakit atau sebagai carrier dari suatu penyakit dapat menjadi
sumber infeksi. Kotoran tersebut mengandung agen penyakit yang dapat ditularkan pada pejamu
baru dengan perantara lalat.

Saat ini akses masyarakat terhadap sarana sanitasi khususnya jamban,masih jauh dari
harapan. Berbagai kampanye dan program telah banyak dilakukan, terakhir dengan
pemberlakuan program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM). Dengan bertambahnya
penduduk yang tidak sebanding dengan area pemukiman, masalah pembuangan kotoran manusia
meningkat.Dilihat darisegi kesehatan masyarakat, masalah pembuangan kotoran
manusiamerupakan masalah yang pokok untuk sedini mungkin diatasi.Kurangnya perhatian
terhadap pengelolaan tinja disertai dengan cepatnya pertambahan penduduk, jelas akan
mempercepat penyebaran penyakit-penyakit yang ditularkan melalui tinja. Oleh karena itu,
kotoran manusia (faeces) adalah sumber penyebaran penyakit yang multikompleks. Penyebaran
penyakit yang bersumber pada feces dapat melalui berbagai macam jalan atau cara.

Pembuangan tinja manusia yang tidak ditangani dengan baik dapat menimbulkan
pencemaran terhadap permukaan tanah serta air tanah yang berpotensi menjadi penyebab
timbulnya penularan berbagai macam penyakit saluran pencernaan (Soeparman, 2002). Selain
dapat mengakibatkan kontaminasi pada air, tanah, juga dapat menjadi sumber infeksi, dan akan
mendatangkan bahaya bagi kesehatan, karena penyakit yang tergolong water borne diseases
akan mudah terjangkit.

Penyebaran penyakit yang bersumber dari tinja dapat melalui berbagai macam cara dan
metode. Yang harus kita yakinkan adalah, bahwa tinja sangat berperan besar terhadap
penyebaran penyakit. Penyebaran tersebut dapat terjadi secara langsung (misalnya dengan
mengkontaminasi makanan, minuman, sayuran dan sebagainya, maupun secara tidak langsung
(melalui media air, tanah, serangga (lalat, kecoa, dan sebagainya). Juga melalui kontaminasi
pada bagian-bagian tubuh. Pola penyebaran tersebut digambarkan dalam skema berikut ini
(Notoatmodjo, 2003).

Gambar : Penyebaran penyakit dari tinja

Salah satu indikator utama terjadinya pencemaran karena

tinja ini adalah bakteri E.Coli.

Penyakit yang disebarkan oleh tinja manusia :

• Tipus
• Disentri
• Kolera
• Penyakit cacing (gelang, kremi, tambang, pita)
• Schistosomiasis
Selain menyangkut perilaku buang air besar masyarakat yang belum semuanya
menggunakan jamban, kita juga dihadapkan pada masih banyaknya jumlah jamban yang tidak
memenuhi standar. Banyak di masyarakat jamban unimproved atau jamban yang tidak sehat.
Sebagai Sanitarian kita harus paham berbagai informasi terkait jamban, baik kriteria maupun
prosedur pemeliharaannya, diantaranya persyaratan pembuangan tinja. Menurut Kumoro (1998),
terdapat beberapa bagian sanitasi pembuangan tinja, antara lain :

 Rumah Kakus: Berfungsi sebagai tempat berlindung dari lingkunagn sekitar, harus
memenuhi syarat ditinjau dari segi kenyamanan maupun estetika. Konstruksi disesuaikan
dengan keadaan tingkat ekonomi rumah tangga.
 Lantai Kakus: Berfungsi sebagai sarana penahan atau tempat pemakai yang sifatnya
harus baik, kuat dan mudah dibersihkan serta tidak menyerap air. Konstruksinya juga
disesuaikan dengan bentuk rumah kakus.
 Tempat Duduk Kakus: Fungsi tempat duduk kakus merupakan tempat penampungan
tinja, harus kuat, mudah dibersihkan, berbentuk leher angsa atau memakai tutup yang
mudah diangkat.
 Kecukupan Air Bersih: Jamban hendaklah disiram minimal 4-5 gayung, bertujuan
menghindari penyebaran bau tinja dan menjaga kondisi jamban tetap bersih. Juga agar
menghindari kotoran tidak dihinggapi serangga sehingga dapat mencegah penularan
penyakit.
 Tersedia Alat Pembersih: Tujuan pemakaian alat pembersih, agar jamban tetap bersih
setelah jamban disiram air. Pembersihan dilakukan minimal 2-3 hari sekali meliputi
kebersihan lantai agar tidak berlumut dan licin. Sedangkan peralatan pembersih
merupakan bahan yang ada di rumah kakus didekat jamban.
 Tempat Penampungan Tinja: Adalah rangkaian dari sarana pembuangan tinja yang
berfungsi sebagai tempat mengumpulkan kotoran/tinja. Konstruksi lubang harus kedap
air dapat terbuat dari pasangan batu bata dan semen, sehingga menghindari pencemaran
lingkungan.
 Saluran Peresapan: Merupakan sarana terakhir dari suatu sistem pembuangan tinja yang
lengkap, berfungsi mengalirkan dan meresapkan cairan yang bercampur tinja.

Syarat-Syarat Jamban Sehat

1) Tidak mencemari sumber air minum (jarak antara sumber air minum dengan lubang
penampungan minimal 10 meter
2) Tidak berbau
3) Kotoran tidak dapat dijamah oleh serangga dan tikus
4) Tidak mencemari tanah di sekitamya
5) Mudah dibersihkan dan aman digunakan
6) Dilengkapi dinding dan atap pelindung
7) Penerangan dan ventilasi cukup
8) Lantai kedap air dan luas ruangan memadai
9) Tersedia air, sabun, dan alat pembersih

2.3 Karakteristik Kotoran Manusia

Menurut Azwar (1995:74) seorang yang normal diperkirakan menghasilkan tinja rata-rata
sehari sekitar 83 gram dan menghasilkan air seni sekitar 970 gram. Kedua jenis kotoran manusia
ini sebagian besar berupa air, terdiri dari zat-zat organik (sekitar 20% untuk tinja dan 2,5% untuk
air seni), serta zat-zat anorganik seperti nitrogen, asam fosfat, sulfur, dan sebagainya. Perkiraan
komposisi tinja dapat dilihat pada tabel berikut (Soeparman, 2002):

Selain kandungan komponen-komponen di atas, pada setiap gram tinja juga mengandung
berjuta-juta mikroorganisme yang pada umumnya tidak berbahaya bagi kesehatan/ tidak
menyebabkan penyakit.

Namun tinja potensial mengandung mikroorganisme patogen, terutama apabila manusia


yang menghasilkannya menderita penyakit saluran pencernaan makanan (enteric or intestinal
disesases). Mikroorganisme tersebut dapat berupa bakteri, virus, protozoa, ataupun cacing-
cacing parasit. Coliform bacteria yang dikenal sebagai Echerichia coli dan Fecal
stretococci (enterococci) yang sering terdapat di saluran pencernaan manusia, dikeluarkan dari
tubuh manusia dan hewan-hewan berdarah panas lainnya dalam jumlah besar rata-rata sekitar 50
juta per gram (Soeparman, 2002))
2.4 Komposisi Dan Kuantitas Kotoran Manusia

Kotoran manusia adalah semua benda atau zat yang tidak dipakai lagi oleh tubuh
yang harus dikeluarkan dari dalam tubuh. Zat-zat yang harus dikeluarkan dari
dalam tubuh ini berbentuk tinja (f eses), air seni (urine) sebagai hasil dari proses
pernapasan.

Tinja adalah semua benda atau zat yang tidak dipakai lagi oleh tubuh yang
harus dikeluarkan dari dalam tubuh.Zat-zat yang harus dikeluarkan dari dalam
tubuh ini berbentuk tinja (f eses), air seni (urine), sebagai hasil dari proses
pernapasan. Pembuangan kotoran manusia didalam tulisan ini dimaksudkan hanya tempat
pembuangan tinja dan urin, yang pada umumnya disebut latrine (jamban atau
kakus). Proses pembuangan kotoran dapat terjadi (bergantung pada individu dan kondisi)
antara sekali setiap dua hari hingga beberapa kali dalam s e h a r i . P e n g e r a s a n
t i n j a d a p a t m e n y e b a b k a n m e n i n g k a t n y a w a k t u a n t a r a  pengeluarannya
dan disebut dengan konstipasi.

Tinja adalah bahan buangan yang dikelu arkan dari tubuh manusia
melalui anus sebagai sisa dari proses pencernaan makanan di sepanjang sistem
saluran pencernaan (tractus digestifus). Pengertian tinja ini juga mencakup seluruh bahan
buangan yang dikeluarkan dari tubuh manusia termasuk karbon monoksida yang
dikeluarkan sebagai sisa dari proses pernafasan, keringat, lendir dari ekskresi
kelenjar, dan sebagainya.

Ekskreta manusia (human escreta) yang berupa feses dan air seni
(urine) merupakan hasil akhir dari proses yang berlangsung dalam tubuh manusia yang
menyebabkan pemisahan dan pembuangan zat-zat yang tidak dibutuhkan oleh
tubuh. Jamban tidak sehat dalam ilmu kesehatan lingkungan, dari berbagai  jenis
kotoran manusia, yang lebih dipentingkan jenis kotoran manusia, yang lebih
dipentingkan adalah tinja (feses) dan air seni (urine) karena
k e d u a b a h a n  buangan ini memiliki karakteristik tersendiri dan dapat menjadi sumber
penyebab timbulnya berbagai macam penyakit saluran pencernaan.
Daftar Pustaka

http://repository.utu.ac.id/656/1/BAB%20I_V.pdf

http://www.indonesian-publichealth.com/karakteristik-dan-dekomposisi-tinja/

https://dokumen.tips/education/karakteristik-komposisi-dan-kuantitas-tinja.html

https://www.academia.edu/30023347/makalah_skm

Anda mungkin juga menyukai