Anda di halaman 1dari 6

Pengertian Sanitasi

Sanitasi merupakan salah satu tantangan yang paling utama bagi negara negara berkembang. Menurut
World Health Organization (WHO), penyakit diare membunuh satu anak di dunia ini setiap 15 detik,
karena akses pada sanitasi masih terlalu rendah. Hal ini menimbulkan masalah kesehatan lingkungan
yang besar, serta merugikan pertumbuhan ekonomi dan potensi sumber daya manusia pada skala
nasional.Kondisi seperti ini dapat dikendalikan melalui intervensi terpadu melalui pendekatan sanitasi
total. Hal ini dibuktikan melalui hasil studi WHO tahun 2017, yaitu kejadian diare menurun 32% dengan
meningkatkan akses masyarakat terhadap sanitasi dasar, 45% dengan perilaku mencuci tangan pakai
sabun, 39% prilaku pengelolaan air minum yang aman di rumah tangga. Integrasi dari ketiga perilaku
intervensi tersebut, kejadian diare menurun sebesar 94% (Pinontoan dan Sumampouw, 2017).

Pada tahun 2015 target Millenium Development Goals (MDGs) di bidang sanitasi adalah menurunkan
separuh proporsi penduduk tanpa akses terhadap sumber air minum yang aman serta fasilitas sanitasi
dasar (Suninget al, 2014). Namun hasil studi Indonesia Sanitation Sector Development Program (ISSDP)
pada tahun 2006 menyebutkan terdapat 47% masyarakat masih berperilaku buang air besar ke sungai,
sawah, kolam, kebun dan tempat terbuka. Hasil survey Susenas tahun 2014 menunjukkan 61,66% rumah
tangga yang memiliki akses terhadap sanitasi layak (Kemenkes RI, 2015)

Indah Musfiana (2011) dalam penelitiannya tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan
kepemilikan jamban di Kelurahan Koto Panjang dalam Kecamatan Lampasi Tigo Nagori Kota
Payakumbuh tahun 2011 menggambarkan bahwa dari 180 sampel di dapatkan 115 rumah (63,9%)
memiliki jamban dan 65 (36,1%) tidak memiliki jamban. Yang dimaksud kotoran manusia adalah semua
benda atau zat yang tidak dipakai lagi oleh tubuh dan harus dikeluarkan dari dalam tubuh.Halhal yang
harus dikeluarkan dari tubuh ini terbentuktinja (fecces), air seni (urine) dan CO2 sebagai hasil dari proses
pernapasan.Untuk mencegah sekurang-kurangnya mengurangi kontaminasi tinja terhadap lingkungan,
maka pembuangan kotoran harus dikelola dengan baik, maksudnya pembuangan kotoran harus di suatu
tempat yang tertentu atau jamban yang sehat.Dilihat dari segi kesehatan masyarakat, masalah
pembuangan kotoran manusia merupakan masalah yang pokok untuk sedini mungkin diatasi.Karena
kotoran (tinja) manusia adalah sumber penyebaran penyakit yang multikompleks.

Penyebaran penyakit yang bersumber pada tinja dapat melalui berbagai macam jalan atau cara. Peranan
tinja dalam penyebaran penyakit sangat besar.Di samping dapat langsung mengkontaminasi makanan,
minuman, sayuran, dan sebagainya, juga air, tanah, serangga dan bagian-bagian tubuh kita dapat
terkontaminasi oleh tinja tersebut. Ada 4 cara pembuangan tinja:

a) Pembuangan di atas tanah, pada cara ini tinja dibuang begitu saja di atas permukaan tanah, halaman
rumah, di kebun, di tepi sungai dan sebagainya.

b) Kakus lubang gali, cara ini merupakan salah satu yang paling mendekati persyaratan yang harus
dipenuhi. Tinja dikumpulkan di dalam tanah dan lubang di bawah tanah.
c) Kakus air, cara ini hampir mirip dengan kaskus lubang galai, hanya lubang kaskus dibuat dari tangki
yang kedap air yang berisi air, terletak langsung di bawah tempat jongkok. Cara kerjanya merupakan
peralihan antara lubang kakus dengan septic tank.Fungsi dari tank adalah untuk menerima, menyimpan,
mencernakan tinja serta melindunginya dari lalat dan serangga lainnya.Bentuk bulat, bujur sangkar atau
empat persegi panang diletakkan vertikal dengan diameter antara 90 – 120 cm.

d).Septik tank, merupakan cara yang paling memuaskan dan dianjurkan diantara pembuangan tinja dari
buangan rumah tangga. Terdiri dari tangki sedimentasi yang kedap air dimana tinja dan air ruangan
masuk dan mengalami proses dekomposisi. Di dalam tangki, tinja akan berada selama 1-3 minggu
tergantung kapasitas tangki

Sumber:

Andre Stif Tolondang*, Woodford B.S. Joseph*, Oksifriani J. Sumampouw*, GAMBARAN SANITASI
LINGKUNGAN PESISIR DI DESA WATULINEY KECAMATAN BELANG KABUPATEN MINAHASA TENGGARA
TAHUN 2021, Jurnal KESMAS, Vol. 10, No. 3, Maret 2021

Hubungan Tinja Dengan Kesehatan Masyarakat

Tinja manusia sangat berhubungan dengan kesehatan masyarakat karena tinja mausia sangat berperan
dalam jalur transmisi dan penyebaran secara luas dari berbagai macam penyakit menular. Beberapa
diantaranya merupakan penyebab utama dari kesakitan dan kematian (Depkes RI, 1984). Seperti kita
ketahui tinja/kotoran manusia mengandung berbagai mikroorganisme patogen seperti virus, protozoa,
bakteri dan cacing. Mikroorganisme ini dapat dibawa oleh air, makanan dan minuman seta serangga
yang dapat menjadi sarana transmisi terhadap orang yang peka/lemah daya tahannya. Khususnya pada
penyakit perut seperti kolera, thypus, disentri dan diare serta infeksi lainnya, misalnya penyakit yang
disebabkan oleh virus hepatitis infektiosa. Oleh karena itu masalah pembuangan tinja sangat
berhubungan dengan kesehatan masyarakat dimana hubungan itu dapat terjadi secara langsung
maupun tidak langsung.

Peranan tinja dalam mata rantai penularan penyakit


Kotoran manusia menurut Azrul Azwar (1986) diartikan sebagai berikut : “segala benda atau zat yang
dihasilkan oleh tubuh dan dipandang tidak berguna lagi sehingga perlu di keluarkan untuk di
buang”Pengertian tinja ini juga mencakup seluruh bahan buangan yang dikeluarkan dari tubuh manusia
termasuk karbon monoksida (CO2) yang dikeluarkan sebagai sisa dari proses pernafasan, keringat,
lender dari ekskresi kelenjar dan sebagainya (Soeparman, 2002). Ditinjau dari pengertian ini, jelas bahwa
yang disebut kotoran manusia sebenarnya mencakup bidang yang sangat luas. Hanya saja dalam ilmu
kesehatan lingkungan yang lebih dipentingkan adalah soal tinja dan air seni, karena kedua jenis kotoran
manusia ini memiliki karakteristik tersendiri yang dapat menjadi sumber penyebab terjadinya berbagai
penyakit. Tinja dapat mengandung berbagai mikroorganisme patogen yang dapatdibawa oleh air,
makanan dan minuman, lalat/serangga yang menjadi sarana transmisi kepada orang yang peka atau
lemah daya tahan tubuhnya.
Mikroorganisme yang terdapat dalam tinja ini akan menyebabkan atau disebarkan melalui berbagai cara
yaitu:
a. Melalui kontak langsung
Bila seseorang setelah mencuci kotoran dengan tangan bila tidak dicuci bersih dapat berpindah pada
makanan atau minuman yang di pegangnya kemudian dimakan orang lain. Demikian pula secara
langsung cacing tambang dapat memasuki tubuh manusia apalagi terinjak kotoran/tinja mengandung
cacing tambang.

b. Melalui sarana lain (kontak tak langsung)

c. Melalui air

Air di bagian permukaan tanah dapat mengalir membawa kotoran, tinja yang dilalui dan menuju ke
sumber air bagi masyarakat (proses kontaminasi) dan air ini digunakan masyarakat tanpa pengolahan
sempurna akan dapat ketularan penyakit tersebut. Air dalam tanah akan merembes membawa
mikroorganisme tersebut kedalam sumber air tanah (tercemar) dan digunakan orang lain untuk
keperluan sehari-hari akan dapat ketularan pula.

d. Melalui serangga dan tikus


Serangga seperti lalat, kecoa, semut serta tikus dapat pula memindahkan mikroorganisme dari tinja
kepada makanan dan minuman yang akan di makan dapat pula membahayakan kesehatan orang lain.

e. Melalui lingkungan lainnya seperti tumbuh-tumbuhanyang terkontak langsung dengan tinja, misalnya
sayur-sayuran yang di pupuk dengan tinja.

Pencegahan penyakit yang bersumber dari tinja manusia telah disebutkan bahwa penyakit yang
penularannya melalui tinja manusia merupakan penyebab kematian maupun cacat. Tetapi sebagian
besar penyakit itu dapat dikendalikan dengan mengadakan penyelenggaraan pembuangan tinja yang
saniter.

Penyakit yang dapat disebarkan melalui tinja adalah penyakit-penyakit yang penyebabnya dan bibit
penyakitnya bisa terdapat didalam tinja tersebut seperti: vibrio cholera, amoeba, salmonella, virus,
infeksi cacing serta bahan racun. Penyakit yang sering timbul dapat digolongkan sebagai berikut:

1. Bakteri
a. Vibriocholerae Cholera
b. Salmonella Typhi Tipes
c. Shigella Dysentri
d. Salmonella Diare

2. Protozoa
a. Entamoeba Histolitica. Dysentri
3. Helmintes (cacing)
a. Ascaris Lumbricodies(cacing gelang). Ascariasis(cacingan)
b. Trichuris Trichiura(cacing cambuk) Trichinasis

Dalam hal pencegahan penularan penyakit tersebut perlu diketahui beberapa faktor pada transmisinya,
yang menurut haryoto Kusnoputranto ada beberapa faktor transmisinya yaitu:

1. Agen penyebab penyakit (cauatif/etiological agent)

2. Cara menghindarinya dari reservoir

3. Reservor atau sumber infeksi dari agen

4. Cara transmisi dari reservoir kepada penjamu yang potensial

Dari faktor-faktor diatas tersebut, jika tidak ada salah satunya maka penularan penyakit tidak akan
terjadi dengan sendirinya. Upaya lain dalam pencegahan penyakit yang bersumber dari tinja adalah
dengan memutuskan mata rantai penularan penyakit melalui peningkatan sanitasi yaitu pencegahan
pencemaran oleh tinja terhadap sumber air dan tanah agar tidak mencapai penjamu

Pemutusan mata rantai penularan penyakit dapat dilakukan dengan menyelenggarakan pembuangan
tinja yang baik dan menggunakan sarana yang baik pula. Sarana pembuangan tinja yang baik adalah
dengan menggunakan jamban/kakus.
Sarana pembuangan tinja itu sendiri terbagi atas beberapa bagian yaitu: rumah kakus, lantai kakus
(slab), tempat duduk (bowl), tempat penampungan tinja (pit/tank) dan saluran peresapan.
Bagian-bagian diatas tersebut merupakan suatu rangkaian/sarana pembuangan tinja yang dalam
prakteknya dapat berfariasi baik dalam jumlah bagian ataupun bentuk konstruksi serta dapat pula di
modifikasi. Namun secara fungsi dari unsure/sarana tersebut mempunyai arti dan kegunaan tersendiri.

Sumber:

ELLIYANTI BR GINTING, 2019. SISTEM PEMBUANGAN TINJA DI DESA SUKATEPU KECAMATAN NAMAN
TERAN KABUPATEN KARO TAHUN 2019, KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK
KESEHATAN MEDAN JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN KABANJAHE

Pembungan Kotoran

1. Pembungan Kotoran
Pengertian dengan kotoran disini adalah feses atau najis manusia. Najis atau feses manusia selalu
dipandang sebagai benda yang berbahaya bagi kesehatan. Berikut ini adalah pertimbangan pembuangan
kotoran :
a. Tidak menjadi sumber penularan penyakit

b. Tidak menjadi makanan dan sarang vektor penyakit.


c. Tidak menimbulkan bau busuk.

d. Tidak merusak keindahan,

e. Tidak menyebabkan atau menimbulkan pencemaran kepada sumber-sumber air


minum.
2. Menentukan Letak Pembuangan Kotoran

Untuk menentukan letak pembuangan kotoran, terlebih dahulu kita harus memperhatikan ada atau
tidaknya sumber-sumber air terdekat. Pertimbangkan jarak yang harus diambil antara tempat
pembuangan kotoran dan sumber air, serta perhatikan bagaimana keadaan tanah, kemiringannya,
permukaan air tanah, pengaruh banjir pada musim hujan dan sebagainya. (Mubarak dan Chayatin,
2009).

Buang Air Besar Sembarangan


Buang air besar merupakan bagian yang penting dari ilmu perilaku dan kesehatan masyarakat.
Pembuangan tinja yang memenuhi syarat merupakan suatu kebutuhan kesehatan masyarakat, yang
selalu bermasalah, diakibatkan perilaku buang air besar yang tidak sehat. Perilaku buang air besar yang
tidak sehat ini misalnya buang air besar disungai yang menjadi sarana penularan penyakit, buang air
besar di pekarangan atau tanah terbuka, buang air besar di parit atau selokan, buang air besar disaluran
irigasi sawah, dan buang air besar dipantai atau laut.Tempat-tempat ini adalah tempat yang tidak layak
dan tidak sehat untuk buang air besar karena dapat menimbulkan masalah baru yang dapat
mebahayakan kesehatan manusia (kusnoputranto, 2001.

Perilaku buang air besar (BAB) sembarangan masih terjadi di Indonesia. Di sejumlah daerah, masyarakat
masih BAB sembarangan di kali atau sungai. Data Joint Monitoring Program WHO/UNICEF 2014,
sebanyak 55 juta penduduk di Indonesia masih berperilaku BAB sembarangan. Mereka pun bisa mandi
dan mencuci pakaian di sungai yang sama. Akibatnya, mereka rentan terkena penyakit diare. Selain
diare, balita mudah terserang pneumonia dari pencemaran tinja melalui udara.

Dampak penyakit yang paling sering terjadi akibat buang air besar sembarangan ke sungai adalah
Escherichia coli. Itu merupakan penyakit yang membuat orang terkena diare. Setelah itu bisa menjadi
dehidrasi, lalu karena kondisi tubuh turun maka masuklah penyakit-penyakit lain

Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2012, sebanyak 39-40 juta orang yang buang
air besar sembarangan, itu termasuk orang yang mempunyai WC, namun masih membuang kotorannya
ke sungai. Riset yang dilakukan UNICEF dan WHO, juga menyatakan lebih dari 370 balita Indonesia
meninggal akibat perilaku buruk BAB sembarangan.
Badan pusat Statistik (BPS) mengelompokan buang air besar berdasarkan tempat yang digunakan
sebagai berikut :
1. Buang air besar ditangki septic
Adalah buang air besaryang sehat dan dianjurkan oleh ahli kesehatan yaitu dengan membuang tinja
ditangki septic yang digali di tanah dengan syarat-syarat tertentu.

2. Buang air besar tidak ditangki septic atau tidak menggunakan jamban.Buang air besar tidak di tangki
septic atau tidak dijamban ini adalah perilaku buang air besar yang tidak sehat, karena dapat
menimbulkan dampak yang berbahaya bagi kesehatan manusia.

Sumber : JHOSEP SOEMARDJI,1989.PEMBUANGAN KOTORAN.KOTA TASIKMALAYA.JAWA BARAT

sumber : Kementerian Kesehatan RI.Pelatihan Stop Buang Air Besar Sembarangan. Jakarta: Ditjen
pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan. 2014.

- http://dinkes.sumutprov.go.id/artikel/buang-air-besar-sembarangan-babs

Anda mungkin juga menyukai