Anda di halaman 1dari 15

PROPOSAL PENELITIAN

HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE TERHADAP KEJADIAN


INFEKSI SOIL TRANSMITTED HELMINTHS (STH) PADA
PETANI DI DESA TALANG BENTENG KECAMATAN
MUARA PINANG KABUPATEN EMPAT LAWANG TAHUN
2022

Laporan ini dibuat sebagai syarat


Dalam Ujian Akhir Semester Matakuliah Penulisan Ilmiah
Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat

OLEH

Nama : Riska Januarsi


NIM : 10011382025160
Kelas : IKM B
Dosen Pengampu : 1. Dr. Haerawati Idris, S.K.M., M.Kes
2. Desheilla Andarini, S.K.M., M.Sc
3. Indah Purnama Sari, S.K.M., M.Kes

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2022
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Infeksi cacing masih menjadi salah satu permasalahan kesehatan yang
terabaikan dalam dunia kesehatan sehingga infeksi cacing termasuk dalam
kategori neglected tropical diseases. Salah satu infeksi cacing yang kurang
mendapat perhatian ialah infeksi cacing Soil-Transmitted Helminth (STH)
atau yang biasa disebut helminthiasis dimana cacing tersebut termasuk dalam
nematoda usus yang dalam proses penularannya membutuhkan media tanah
guna menjalankan siklus hidupnya untuk proses pematangan dari bentuk tidak
infektif menjadi bentuk infektif. Jenis cacing STH yang sering menginfeksi
adalah Ascaris lumbricoides (cacing gelang), Trichuris trichiura (cacing
cambuk), Necator americanus dan Ancylostoma duodenale (cacing tambang)
ini disebabkan oleh karena kebiasaan dan perilaku yang tidak bersih
misalnya; tidak mencuci tangan sebelum makan, kuku tangan panjang dan
tidak pernah memakai alas kaki jika sedang melakukan aktifitas sehingga
kebersihan kurang diperhatikan.
Pada tahun 2014 WHO menyebutkan bahwa 1,5 miliar orang lebih
atau 24% populasi di dunia terinfeksi Soil Transmitted Helminths (STH),
daerah tropis dan subtropis menajadi sasaran penyebaran infeksi ini, dengan
angka terbesar terjadi di sub-Sahara Afrika, Amerika, Cina dan Asia Timur,
sedangkan pada tahun 2015 ditemukan jumlah infeksi Soil Transmitted
Helminths (STH) sebesar 711.000.000 (150 juta anakanak usia prasekolah,
417 juta anak usia sekolah dan 144 juta wanita usia subur), dan pada tahun
2016 jumlah populasi terinfeksi cacingan mencapai 75%.
Prevalensi cacing tersebut tinggi terjadi didaerah tropis, karena telur
dan larva cacing lebih dapat berkembang di tanah yang hangat, basah atau
lembab. Perilaku juga memberikan kontribusi terhadap kejadian cacing
misalnya hygiene dan sanitasi yang rendah pada suatu komuditas atau
kelompok masyarakat. Insidens tinggi ditemukan pada penduduk Indonesia,
terutama di daerah pedesaan, khususnya pada petani. Seringkali golongan
petani yang langsung berhubungan dengan tanah, mendapat infeksi lebih dari
70%. Kebiasaan defekasi di tanah/sungai dan pemkaian kotoran sebagai
pupuk penting dalam penyebaran infeksi. Penularan Nematoda STH tidak
hanya menular melalui tanah tetapi dapat melalui kotoran. Mekanisme
penularan STH berkaitan dengan hygiene dan sanitasi lingkungan yang
buruk, aspek sosial ekonomi dan tingkat pengetahuan seseorang.
Salah satu mata pencaharian masyarakat Desa Talang Benteng adalah
bertani. Pekerjaan yang sangat erat kaitannya dengan infeksi Soil Transmitted
Helminths (STH) adalah bertani. Bertani merupakan pekerjaan yang
berhubungan dengan tanah. Sedangkan tanah adalah tempat berkembangnya
parasit. Petani yang tidak mencuci tangan dan kaki saat selesai bekerja, akan
sangat rentan memiliki resiko tinggi terkena infeksi cacing terutama cacing
tambang karena pekerjaannya yang sangat erat dengan tanah. Dimana tanah
merupakan tempat berkembangnya parasit berbentuk larva. Larva tersebut
masuk melalui kulit sela-sela jari kaki petani yang tidak menggunakan alas
kaki sehingga menimbulkan infeksi kecacingan.
Transmisi telur cacing ke manusia bisa terjadi melalui tanah yang
mengandung telur cacing. Telur Soil Transmitted Helminths dikeluarkan
bersamaan dengan feses orang yang terinfeksi atau penggunaan pupuk dari
kotoran hewan. Di daerah yang tidak memiliki sanitasi yang memadai, telur
akan mengkontaminasi tanah. Kontaminasi secara oral, yaitu melalui
makanan dan minuman yang tercemar. Dapat juga melalui penetrasi kulit
dengan adanya kontak langsung dengan kotoran hewan yang digunakan
sebagai pupuk tanaman.
Hygiene didefinisikan sebagai sesuatu yang dilakukan dan tindakan
pencegahan kebersihan diambil untuk melindungi diri kita dari pengaruh
lingkungan yang dapat mengganggu kesehatan kita. Masalah kebersihan
termasuk kebersihan pribadi, yang didefinisikan sebagai jenis perawatan diri
yang dilakukan setiap individu untuk menjaga kesehatannya. Personal
hygiene sangat penting dalam melindungi, menjaga kesehatan dan mengatasi
gangguan kesehatan, serta penting juga dalam pencegahan berbagai penyakit
terutama penyakit yang mudah menular seperti infeksi cacing STH. Tindakan
pencegahan kebersihan pribadi termasuk kebersihan tangan dan kaki; mandi
teratur penggunaan sabun dan air mengalir dalam proses pembersihan; cuci
tangan sebelum dan sesudah makan.
Petani di Desa Talang Benteng dalam melakukan pekerjaannya masih
kurang peduli terhadap Personal Hygiene, seperti tidak mencuci tangan dan
kaki dengan air mengalir dan sabun sebelum makan, dan tidak memakai alas
kaki serta sarung tangan dan kurangnya memperhatikan kebersihan kuku.
Keadaan seperti inilah yang membuat risiko terinfeksi Soil Transmitted
Helminths (STH) pada Petani tinggi. Berdasarkan latar belakang tersebut,
penulis berminat untuk melakukan studi penelitian dengan judul “Hubungan
Personal Hygiene terhadap Kejadian Infeksi Soil Transmitted Helminths
(STH) pada Petani di Desa Talang Benteng Kecamatan Muara Pinang
Kabupaten Empat Lawang” untuk mengetahui Hubungan Personal Hygiene
terhadap Kejadian Infeksi Soil Transmitted Helminths (STH) . Penelitian ini
diharapkan dapat memberikan manfaat terhadap masyarakat terutama petani.
B. Rumusan Masalah
Bedasarkan latar belakang di atas, petani merupakan pekerjaan yang
mempunyai risiko tertinggi terinfeksi penyakit parasit terutama penyakit
infeksi kecacingan yang ditularkan melalui tanah, atau disebut juga infeksi
Soil Transmitted Helminths (STH), selain itu kebiasaan petani yang kurang
memperhatikan personal Hygiene mendukung meningkatkan penyebaran
penyakit infeksi ini. Untuk itu, peneliti tertarik untuk meneliti apakah ada
hubungan hubungan Personal hygiene dengan kejadian infeksi Soil
Transmitted Helminths (STH) pada petani di Desa Talang Benteng
Kecamatan Muara Pinang Kabupaten Empat Lawang.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Diketahuinya hubungan antara Hubungan Personal Hygiene
terhadap Kejadian Infeksi Soil Transmitted Helminths (STH) pada Petani
di Desa Talang Benteng Kecamatan Muara Pinang Kabupaten Empat
Lawang.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui Personal Hygiene Petani Desa Talang Benteng
Kecamatan Muara Pinang Kabupaten Empat Lawang.
b. Untuk Mengetahui kejadian infeksi Soil Transmitted Helminths (STH)
pada Petani di Desa Talang Benteng Kecamatan Muara Pinang
Kabupaten Empat Lawang.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Peneliti mendapatkan pengalaman belajar, dan pengetahuan
mengenai hubungan personal Hygiene dengan kejadian infeksi Soil
Transmitted Helminths (STH) pada petani.
2. Bagi Masyarakat
Sebagai bahan masukan dan informasi bagi masyarakat khususnya
petani untuk memperhatikan personal Hygiene agar tidak terinfeksi
penyakit yang berhubungan dengan tanah terkhususnya kecacingan.
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Kecacingan
Kecacingan atau infeksi cacing (atau disebut juga cacingan)
merupakan penyakit endemi dan kronik yang diakibatkan oleh cacing
parasit dengan prevalensi tinggi, tidak mematikan, tetapi menggerogoti
kesehatan tubuh manusia, sehingga berakibat menurunnya kondisi gizi dan
kesehatan masyarakat). WHO (2011) Menyebutkan bahwa kecacingan
adalah sebagai infestasi satu atau lebih cacing parasit usus yang terdiri dari
golongan nametoda usus (Konang & Putra, 2020).
B. Ciri-ciri Kecacingan
Ciri – ciri orang yang terinfeksi kecacingan dapat dilihat dari gejala
awal yang ditimbulkan oleh adanya infeksi cacing, yaitu seperti diare,
badan kurus (penurunan berat badan), perut membuncit dan keras,
kekurangan cairan (dehidrasi), anemia, mual, lemas, lesu, dan mata sering
berkedip-kedip (Bernardus Sandjaja, 2007).
C. Dampak Kecacingan
Secara umum cukup banyak dampak yang ditimbulkan akibat
kecacingan, seperti dapat mempengaruhi pemasukan (intake), pencernaan
(digestif), penyerapan (absorbsi), dan metabolisme makanan. Secara
kumulatif, infeksi cacing dapat menimbulkan kerugian zat gizi berupa
kalori dan protein serta kehilangan darah, karena cacing mengambil sari
makanan yang penting bagi tubuh seperti protein, karbohidrat, dan zat
besi. Cacing dapat menyerap nutrisi dari tubuh manusia yang
ditumpanginya, sehingga menyebabkan kelemahan dan penyakit, dimana
di dalam saluran perut setiap 20 ekor cacing dewasa bisa menyerap 2,8
gram karbohidrat dan 0,7 gram protein dalam sehari (Alamsyah et al.,
2018).
D. Infeksi Soil Transmitted Helminth (STH)
Soil Transmitted Helminths (STH) merupakan infeksi parasit
golongan cacing usus (Nematoda Usus) yang dalam penularan atau
perkembangannya memerlukan tanah untuk menjadi bentuk infektif.
Jenis–jenis cacing tersebut banyak ditemukan di daerah tropis seperti
Indonesia, pada umumnya telur cacing bertahan pada tanah yang lembab.
Telur cacing tumbuh menjadi telur yang infektif dan siap masuk ke tubuh
manusia yang merupakan hospes defenitipnya (Konang & Putra, 2020).
E. Definisi Personal Hygiene
Personal Hygiene berasal dari bahasa Yunani, Personal artinya
perorangan dan Hygiene artinya sehat, sehingga dapat disimpulkan bahwa
kebersihan perorangan atau personal Hygiene adalah suatu tindakan untuk
memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan, baik
fisik maupun psikisnya (Nugraheni et al., 2018).
F. Jenis-jenis Personal Hygiene
Ayu Parweni, (2019) menjelaskan bahwa ada 5 macam personal
Hygiene, yaitu :
1. Kebersihan Kulit
Kulit merupakan salah satu aspek vital yang perlu diperhatikan
dalam personal Hygiene. Kulit adalah lapisan terluar dari tubuh yang
bertugas melindungi seluruh jaringan dan organ tubuh dibawahnya,
oleh karena itu menjaga kebersihan kulit dan perawatan kulit sangatlah
perlu diperhatikan sehingga seluruh ancaman dan gangguang yang
masuk melewati kulit dapat diminimalkan.
2. Kebersihan Kaki, Tangan, dan Kuku
Tiga bagian ini merupakan bagian yang sangat rentan terhadap
berbagai macam infeksi. Kebersihan kaki dan tangan dapat dilakukan
dengan menjaga kebersihannya seperti membasuh dengan air bersih,
mencucinya dengan sabun atau detergen, dan mengeringkannya
dengan handuk. Jauhi juga penggunaan kaos kaki yang sempit, sudah
using, dan kotor, karena bisa menyebabkan bau pada kaki, alergi, dan
infeksi pada kulit kaki. Kebersihan kuku dapat dilakukan dengan
memotong kuku jari tangan dan kaki minimal 1 minggu sekali.
3. Kebersihan Rongga Mulut dan Gigi
Mulut dan organ yang terdapat di dalamnya merupakan organ
yang sanggat penting dalam pencernaan awal dengan menghancurkan
partikel-partikel makanan dan mencampurnya dengan liur/saliva.
Melihat begitu pentingnya fungsi mulut dan organ tambahan yang ada
di dalamnya, maka menjaga Hygiene mulut merupakan aspek yang
sangat penting. Hygiene mulut akan menjaga mulut, gigi, gusi dan
bibir. Kesehatan mulut akan mempengaruhi tingkat kesehatan dan
kecepatan pemulihan. Keberhasilan mulut ditentukan oleh volume
saliva, plak gigi, dan flora mulut. Kesehatan mulut yang buruk
mengakibatkan penurunan produk saliva, peningkatan plak gigi, dan
perubahan flora mulut. Penurunan produksinya mengakibatkan mulut
kering dan mendorong terbentuknya plak gigi.
4. Kebersihan Rambut
Tujuan merawat rambut adalah untuk menjaga kebersihan dan
kesehatan kulit kepala, di samping itu untuk memudahkan dalam
penataannya. Untuk membersihkan kotoran pada rambut, maka harus
dilakukan pencucian terhadap rambut. Untuk menjaga kesehatan
rambut dilakukan beberapa upaya diantaranya memperhatikan
kebersihan rambut dengan mencuci rambut sekurang-kurangnya dua
kali seminggu, mencuci rambut memakai shampoo atau bahan pencuci
rambut lainnya, melindungi kulit kepala dari sinar matahari langsung,
menghindari air yang terlalu panas saat keramas, menyisir rambut
secara perlahan setelah keramas, dan menggunakan peralatan
pemeliharaan rambut sendiri.
5. Kebersihan Mata, Telinga, dan Hidung
Perawatan mata, telinga dan hidung merupakan aspek yang
penting dalam Hygiene perseorangan. Kurangnya menjaga kesehatan
dan kebersihan mata, telinga dan hidung akan menyebabkan berbagai
masalah kesehatan.
G. Ruang Lingkup Personal Hygiene
Iis Ria Pebriyanti, (2017) menjelaskan bahwa pada dasarnya ruang
lingkup usaha personal Hygiene dapat dikelompokkan kedalam tiga
bagian, yaitu:
1. Hygiene badan, seperti usaha memelihara kebersihan tangan dan kuku,
kebersihan kaki, rambut, gigi, mulut, mata dan lain-lain.
2. Hygiene pakaian dan peralatan lain, seperti menghindari penggunaan
dalam waktu yang lama dan atau yang kotor dari pakaian, maupun
pakaian dalam, handuk dan sikat gigi.
3. Hygiene makanan dan minuman, seperti kebersihan makanan sejak
pemilahan bahan makanan hingga penyajiannya, mencuci sayur
lalapan secara bersih helai demi helai dengan menggunakan air yang
mengalir, tidak jajan sembarangan dan lain-lain.
H. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Personal Hygiene
Personal Hygiene dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya
(Ulfa Ali et al., 2016) :
1. Praktik Sosial
Personal Hygiene sangat dipengaruhi oleh praktik social seseorang.
Pada masa anak-anak misalnya, kebiasaan keluarga sangat
mempengruhi praktik Hygiene, seperti frekuensi mandi, waktu mandi,
gosok gigi, dan lain sebagainya. Sewaktu remaja personal Hygiene
dipengaruhi oleh kelompok teman sebaya, sewaktu dewasa mulai
tertarik dengan penampilan pribadi dan mulai memakai riasan wajah,
sedangkan ketika lansia akan terjadi beberapa perubahan pada praktik
Hygiene karena terjadi perubahan pada kondisi fisiknya.
2. Pilihan Pribadi
Setiap orang memiliki keingan dan pilihan sendiri dalam praktik
personal Hygiene, misalnya kapan dia harus mandi, kapan dia harus
bercukur, kapan dia melakukan perawatan, dan lain sebagainya.
3. Citra Tubuh
Cara pandang seseorang terhadap bentuk tubuhnya disebut
dengan citra tubuh, citra tubuh sangat mempengaruhi dalam praktik
hygiene seseorang.
4. Status Sosial Ekonomi
Praktik Personal Hygiene sangat dipengaruhi oleh status
ekonomi seseorang, sosial ekonomi yang rendah memungkinkan
personal Hygiene yang rendah pula.
5. Pengetahuan dan Motivasi
Salah satu permasalahan Personal Hygiene yang rendah adalah
kurangnya pengetahuan seseorang tentang Hygiene, dan tidak
cukupnya motivasi terhadap pelaksanaan Hygiene tersebut.
6. Budaya
Beda budaya berbeda pulalah praktek Hygiene seseorang.
Misalnya di Asia orang percaya bahwa kebersihan sangatlah utama,
sehingga bisa melakukan mandi sebanyak 2-3 kali dalam sehari,
sedangkan di Eropa sangat biasa orang melakukan mandi hanya sekali
dalam seminggu, dan dibeberapa budaya mungkin juga mengaggap
bahwa kesehatan dan kebersihan tidaklah penting.
7. Kondisi Fisik
Keterbatasan fisik seseorang juga dapat mengakibatkan
terhambatnya praktik Hygiene. Praktik personal Hygiene akan
sempurna bila ada orang lain yang membantunya.
I. Dampak Personal Hygiene
Personal Hygiene atau sanitasi dasar yang buruk merupakan salah
satu faktor risiko utama tumbuhnya penyakit-penyakit infeksi baik yang
akut seperti kolera, hepatitis A, maupun yang kronik seperti disentri,
infeksi cacing, dan penyakit infeksi lainnya (Achmadi, 2012).
J. Upaya Pencegahan Kecacingan
Indonesia sendiri pencegahan atau pengendalian kecacingan
dijelaskan dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
15 Tahun 2017 Tentang Penanggulangan Kecacingan, dimana pencegahan
dan pengendalian kecacingan dilakukan dengan cara promosi kesehatan,
survelens cacingan, penanggulangan faktor risiko, penanganan penderita,
dan program Pemberian Obat Pencegah Secara Masalah Cacingan (POPM
Cacingan). Permenkes RI No. 15 Tahun 2017 menjelaskan dengan
meningakatkan perilaku hidup bersih dan sehat kecacingan dapat dicegah.
Pencegahan kecacingan dapat dilakukan dengan menaati aturan personal
Hygiene dengan tegas dan konsekuen (Zulkoni, 2011).
K. Kerangka Konsep
Variabel Independen Variabel Dependen

Infeksi Soil Transmitted


Personal Hygiene
Helminth (STH)

Hipotesis Penetian
Ha : Ada hubungan antara personal Hygiene dengan kejadian Infeksi Soil
Tranmitted Helminths (STH).
Ho : Tidak ada hubungan antara personal Hygiene dengan kejadian Infeksi
Soil Transmitted Helminths (STH).
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian
kuantitatif dengan metode penelitian survei cross sectional yaitu untuk
mempelajari dinamika kolerasi antara faktor-faktor risiko dengan efek,
menggunakan pendekatan observasi atau pengumpulan data sekaligus pada
suatu saat.
B. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh petani di Desa
Talang Benteng Kecamatan Muara Pinang Kabupaten Empat Lawang
yang berjumlah 50 orang.
2. Sampel Penelitian
Sampel dalam penelitian ini diambil dari sebagian petani di Desa
Talang Benteng Kecamatan Muara Pinang Kabupaten Empat Lawang
dengan menggunakan rumus penentuan besar sampel (Rumus Solvin).

N
n=
N . d 2 +1

Keterangan :
n = jumlah sampel
N = jumlah populasi
d2 = presisi yang ditetapkan (0,1)
Berdasarkan rumus di atas, diperoleh besar sample sebagai berikut :

50
n=
50.(0,1)2 +1

50
n=
0,5+ 1

n=33,33
n=33

Berdasarkan perhitungan diatas, maka jumlah sampel dalam


penelitian ini adalah 33 orang. Untuk menentukan pekerja yang akan
dijadikan sampel digunakan teknik Simple Random Sampling yaitu
pengambilan sampel secara acak sederhana.

C. Lokasi dan Waktu Penelitian


1. Lokasi penelitian
Penelitian dilakukan di Desa Talang Benteng Kecamatan Muara
Pinang, Kabupaten Empat Lawang
2. Waktu penelitian
Penelitian dilaksanakan pada 4 Desember – 28 Desember 2022.
D. Metode Pengumpulan Data
1. Data Primer
Data primer diperoleh dari observasi dan wawancara langsung
dengan petani yang terpilih menggunakan kuesioner yang berisi
pertanyaan dengan pilihan jawaban yang telah disediakan.
2. Data Sekunder
Data sekunder pada penelitian ini yaitu data dan jumlah Petani di
Desa Talang Benteng yang diperoleh dari Kantor Kepala Desa Talang
Benteng Kecamatan Muara Pinang.
E. Variabel Peneitian
Variabel dalam penelitian ini yaitu :
a. Variabel Independen
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah personal Hygiene pada
petani di Desa Talang Benteng Kecamatan Muara Pinang..
b. Variabel Dependen
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah infeksi Soil
Transmitted Helminths (STH) pada petani di Desa Desa Talang Benteng
Kecamatan Muara Pinang.
DAFTAR PUSTAKA

Achmadi, U. F. (2012). Dasar-dasar Penyakit berbasis Lingkungan. Rajawali


Pers.

Alamsyah, D., Saleh, I., & Nurijah, N. (2018). Faktor Yang Berhubungan Dengan
Kejadian Infeksi Soil Transmitted Helminths (Sth) Pada Petani Sayur Di
DeFaktorsa Lingga Kecamatan Sungai Ambawang Kabupaten Kubu Raya
Tahun 2017. Jumantik, 9, 1.
http://openjurnal.unmuhpnk.ac.id/index.php/JJUM/article/view/858

Ayu Parweni, N. K., Getas, I. W., & Zaetun, S. (2019). INFEKSI KECACINGAN
NEMATODA USUS YANG DITULARKAN MELALUI TANAH (Soil
Transmitted Helminth) PADA PETANI SAYUR SAWI HIJAU DI DESA
BUG-BUG KECAMATAN LINGSAR KABUPATEN LOMBOK BARAT.
Jurnal Analis Medika Biosains (JAMBS), 5(2), 68.
https://doi.org/10.32807/jambs.v5i2.107

Bernardus Sandjaja. (2007). Helminthologi Kedokteran. Prestasi Pustaka.

Iis Ria Pebriyanti, F. N. L. O. A. S. (2017). IDENTIFIKASI KEPADATAN LALAT


DAN SANITASI LINGKUNGANSEBAGAI VEKTOR PENYAKIT
KECACINGAN DI PEMUKIMAN SEKITAR RUMAH PEMOTONGAN
HEWAN (RPH) KOTA KENDARI TAHUN 2017. 2(6), 1–10.

Konang, I., & Putra, P. (2020). HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DENGAN


KEJADIAN INFEKSI SOIL TRANSMITTED HELMINTHS (STH) PADA
PETANI DI DESA KABAN KECAMATAN KABANJAHE TAHUN 2019.

Nugraheni, R., Wardani, S. K., & Imun, M. (2018). Hubungan Personal Hygiene
dengan Kejadian Infeksi Cacing Soil Transmitted Helminth pada Petani di
Desa Besuk Kecamatan Gurah Kabupaten Kediri Tahun 2018. Strada Jurnal
Ilmiah Kesehatan, 7(2), 52–56. https://doi.org/10.30994/sjik.v7i2.167
Ulfa Ali, R., Zulkarnaini, Z., & Affandi, D. (2016). Hubungan Personal Hygiene
dan Sanitasi Lingkungan dengan Angka Kejadian Kecacingan (Soil
Transmitted Helminth) Pada Petani Sayur di Kelurahan Maharatu Kecamatan
Marpoyan Damai Kota Pekanbaru. Dinamika Lingkungan Indonesia, 3(1),
24. https://doi.org/10.31258/dli.3.1.p.24-32

Zulkoni, A. (2011). Parasitologi. Nuha Medika.

Anda mungkin juga menyukai