Data Penulis
1. Hanisa Hi.H Usman, Amd. Kes : Program Studi DIII Teknologi Laboratorium Medis Fakultas Teknologi
Kesehatan Universitas Megarezky, Jl. Antang Raya No. 43 Makassar, Sulawesi Selatan-90245
E-mail: hanisa3111@gmail.com
2. Awaluddin, S.Si., M.Kes : Program Studi DIII Teknologi Laboratorium Medis Fakultas Teknologi Kesehatan
Universitas Megarezky, Jl. Antang Raya No. 43 Makassar, Sulawesi Selatan-90245
E-mail : yantisunaidi@gmail.com
3. Resi Agestia Waji, S.Si., M.Si : Program Studi DIII Teknologi Laboratorium Medis Fakultas Teknologi
Kesehatan Universitas Megarezky, Jl. Antang Raya No. 43 Makassar, Sulawesi Selatan-90245
E-mail : resiagestiawaji83@gmail.com
Abstrak
Nematoda usus adalah salah satu kelompok cacing yang dapat menyebabkan infeksi kecacingan
yang menyerang saluran pencernaan manusia dan hewan. Salah satu profesi yang berisiko terinfeksi
cacing nematoda usus adalah petani sawah terkhususnya disebabkan oleh spesies cacing yang
tergolong Soil Transmitted Helminth yaitu spesies dari nematoda usus yang memiliki siklus hidup
memerlukan tanah untuk mencapai proses pematangan. Penelitian ini bertujuan untuk
mengidentifikasi jenis telur cacing nematoda usus pada sampel feses petani sawah yang berada di
kecamatan moncongloe. jenis penelitian adalah penelitian deskriptif kategorik dengan ekperimen
Laboratorium. Metode pemeriksaan sampel menggunakan metode sedimentasi Dari 20 sampel feses
teridentifkasi 3 sampel positif terdapat telur cacing nematoda usus yaitu 2 jenis telur cacing
Necator americanus tipe C pada kode sampel 03, 05 dan 1 telur cacing Ancylostoma duodenale tipe
B pada kode sampel 10. Dapat disimpulkan pada petani di desa bonto bunga rentan terinfeksi
cacing nematoda usus.c
Abstract
Diabetes mellitus type 2 is a disease caused by the body's cells not responding to insulin
released by the pancreas, this is what is called insulin resistance. Hyperglycemia which will
increase Reactive Oxygen Species (ROS) which is toxic and can result in the formation of excess
oxidative stress which reduces glutathione (GSH) and increases GGT levels. The purpose of this
study was to describe the levels of Gamma-Glutamyltransferase (GGT) in Type 2 Diabetes Mellitus
Patients as a Marker of Oxidative Stress. This type of research is descriptive using the Cross
Sectional Study approach. The number of samples used in this study were 20 samples obtained
through a total sampling technique based on the criteria of the research subjects at the Muara Badak
BOHC Clinic, East Kalimantan Province. The results of the study consisted of 17 (85%) male
subjects and 3 (15%) female subjects. Based on the age group of 41-52 years as many as 13 (65%)
subjects and age 53-66 years as many as 7 (35%) subjects, based on the length of suffering from
Type 2 Diabetes Mellitus> 5 years as many as 17 (85%) subjects and <5 years as many as 3 (15%)
subjects. Based on the results of this study, 17 subjects had abnormal (high) GGT levels with a
duration of diabetes> 5 years with a minimum value of 30.1 U / L, a maximum value of 65.9 U / L,
and a median value of 36.4 U / L. . The conclusion of this study is that 17 subjects experienced
increased levels of GGT as a marker of oxidative stress.
PENDAHULUAN
usus memiliki spesies yang tergolong
Penyakit kecacingan merupakan
Soil Transmitted Helminth (Purnomo,
masalah kesehatan yang perlu
2018).
penanganan yang serius di Indonesia
Soil Transmitted Helminth (STH)
karena cukup banyaknya
adalah spesies dari nematoda usus
penduduk yang menderita kecacingan.
yang memilki siklus hidup
Penyakit ini dapat mengakibatkan
memerlukan tanah untuk proses
menurunnya daya tahan tubuh dan
pematangan sehingga terjadi
terhambatnya tumbuh berkembang
perubahan dari stadium non-infektif
karena cacing mengambil sari
menjadi stadium infekktif. Infeksi Soil
makanan yang penting bagi tubuh
transmitted helminth (STH) terutama
seperti protein, karbohidrat dan zat
menyebabkan gejala kronis,yang
besi, sehingga dapat menyebabkan
berdampak pada Kesehatan dan
anemia dan kurang gizi (Purnomo,
kualitas hidup penderita. Infeksi
2018).
intensitas berat dapat mengganggu
Nematoda usus adalah nematoda
pertumbuhan fisik dan perkembangan
yang berhabitat di saluran pencernaan
kongnitif yang merupakan penyebab
manusia dan hewan. Manusia
defisiensi mikronutrien termasuk
merupakan hospes beberapa nematoda
anemia defisiensi besi (Epidemiologi
usus. Sebagian besar dari nematoda ini
and Komunitas, 2016).
adalah penyebab masalah Kesehatan
Nematoda usus dapat menginfeksi
masyarakat di Indonesia. Nematoda
manusia dengan cara apabila manusia
menelan telurnya melalui rute fekal bermain, kebiasaan bermain di tanah, perilaku
oral. Cacing ini terdiri dari beberapa pengobatan mandiri), (Halleyantoro dkk.,
mikroprotein serta, malnutrisi dan seperti sarung tangan, alas kaki seperti
fisik (tekstur dan kelembaban tanah, yaitu melalui makanan dan minuman
sekolah dan rumah), faktor biologis kulit dengan adanya kontak langsung
alas kaki di sekolah, di rumah dan saat sampel yaitu terdiri dari positif
sebesar 94,44% dan sampel negatif atas, maka Peneliti tertarik untuk
HASIL PENELITIAN
Tabel 4.1 Hasil identifikasi telur cacing nematoda usus pada sampel feses petani di
Kecamatan Moncongloe Kabupaten Maros
05 Necator
Americanus Tipe
C
10 Ancylostoma
duodenale tipe B
digunakan yaitu feses petani di dilakukan pada pagi hari, Satu hari
sebelum pengambilan feses peneliti supernatan. Kelebihan dari metode
membagikan kuisioner dan pot sampel sedimentasi yaitu baik digunakan untuk
yang sudah diberi nomor kode sampel. pemeriksaan feses yang sudah lama
cacing nematoda usus pada sampel feses kotor, masih terdapat debris seingga
dilakukan dengan cara yaitu memberikan sudah berisi aquadest dan dihomogenkan.
setelah itu peneliti memberikan pot karena aquadest memiliki berat jenis lebih
sampel feses kepada responden yang telah kecil dibandingankan dengan telur cacing
diberikan kode sampel. Kemudian feses sehingga telur Cacing dapat mengendap
ditampung pada pot dan berpenutup, didasar tabung. Hal ini sesuai dengan
selanjutnya peneliti menerima pot sampel (Sumanto, 2010) yang menjelaskan bahwa
yang berisi feses petani, dan feses berat jenis telur cacing berkisar 1,10-1,20
akan terpisah dengan aquadest berupa 3200 rpm selama 1-3 menit. Kemudian
hasil dari sentrifus dibuang supernatannya positif telur cacing Necator americanus
dan diambil endapannya, selanjutnya tipe B dan 2 sampel positif telur Necator
Pada saat dilakukan pemeriksaan Tipe B dan C pada kode sampel 03, 05
sebanyak 2 kali yaitu pada preparat memiliki lebih dari 4 sel, dan ada yang
pertama tidak ditemukan telur cacing berisi larva, berdinding 1 lapis dan
maka dibuat preparat yang baru untuk trasparan. Telur cacing tambang dibagi
memastikan hasil yang lebih valid. Hal ini menjadi 3 tpie yaitu: Tipe A berisi
sesuai dengan teori (pitaloka 2017) yang pembelahan 1-4 sel, Tipe B berisi
menyatakan bahwa pada pemeriksaan pembelahan > 4 sel, dan Tipe C berisi
yang dilakukan pengulangan yaitu untuk berisi larva. Hal ini sesuai dengan
laboratorium dari 20 sampel feses petani mempunyai selapis kulit hialin yang tipis
terdapat telur cacing nematoda usus pada Terdapatnya telur cacing Necator
nomor kode sampel 03, 05 dan 10 dan americanus dan Ancylostoma Duodenale
jenis telur cacing yang ditemukan yaitu pada feses petani sawah. Hal ini
Necator americanus. 3 jenis telur cacing disebebkan karena pada saat petani
nematoda usus ini terdiri dari 1 sampel bekerja tidak menggunakan alas kaki dan
tidak mencuci tangan setelah bekerja yang cacing tambang sebesar 4,41 kali. Faktor
larva yang masuk melalui penetrasi kulit infeksi cacing tambang yaitu dilihat dari
atau melalu tangan/ kuku yang kotor. Hal iklim dan kebersihan diri perorangan,
ini sesuai dengan penelitian (Hendrani serta lingkungan rumah dan perkebunan
dan tidak mencuci tangan setelah bekerja Hasil penelitian menunjukan rata-
di sawah dapat meningkatan risiko infeksi rata ditemukan telur cacing tambang hal
dari telur cacing. Hal ini dilihat juga dari ini sesuai dilihat dari kondisi lingkungan
hasil kuisioner bahwa para petani tersebut pengambilan sampel yaitu lokasi
sering menggunakan alas kaki saat bekerja berdekatan dengan tempat pertambangan
maka secara langsung berkontak dengan tanah, dimana para petani selalu melewati
tanah. Dimana kaki merupakan bagan tempat tersebut, ada petani yang
tubuh kita yang selalu melakukan kontak menggunakan alas kaki dan ada yang
lagsung dengan tanah yang dapat tidak, kemudian lokasi tempat tinggal
Hal ini sesuai dengan penelitian. (Wijaya larva atau telur cacing tambang. Hal ini
et al., 2016) bahwa tidak memakai alas juga didukung oleh penelitian sebelumnya