Disusun oleh :
FAKULTAS PASCASARJANA
2017
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Pendahuluan
Tangan merupakan bagian tubuh yang lembab yang paling sering berkontak
dengan kuman yang menyebabkan penyakit dan menyebarnya. Cara terbaik untuk
mencegahnya adalah dengan membiasakan mencuci tangan dengan memakai sabun
(Kamarudin, 2009 dalam Mirzal ). Berdasarkan kajian WHO cuci tangan
menggunakan sabun dapat mengurangi angka kejadian diare sebesar 47%
(Darmiatun, 2008 dalam Sari).
a. Faktor infeksi
1. Infeksi enteral yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan
penyebab utama diare pada anak. Infeksi enteral ini meliputi :
Infeksi bakteri : Vibrio, E.Coli, Salmonella, Shigella
Infeksi virus : Enterovirus, Adenovirus, Rotavirus
Infeksi parasit : Cacing, Protozoa, Jamur
2. Infeksi parental yaitu infeksi dibagian tubuh lain diluar pencernaan,
seperti Otitis Media Akut (OMA), Tonsilofaringitis, Bronkopneumonia,
Ensefalitis dsb. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak
berumur dibawah 2 tahun.
b. Faktor malabsorbsi
1. Malabsorbsi karbohidrat : Disakarida dan Monosakarida. Pada bayi dan
anak yang terpenting dan tersering ialah intoleransi laktosa
2. Malabsorbsi lemak
3. Malabsorbsi protein
c. Faktor makanan: makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan
d. Faktor psikologis: rasa takut dan cemas walaupun jarang dapat
menimbulkan diare terutama pada anak yang lebih besar.
a. Sumber Air
Didapatkan ada hubungan yang signifikan antara sumber air dengan
kejadian diare. Penyakit seperti diare, disentri, dan paratipus dapat
dipengaruhi oleh sumber air. Penggunaaan air minum dari sumber air
yang tercemar, dapat menyebarkan banyak penyakit salah satunya diare.
Dan jika pipa air minum dan persediaan air kita disambung kurang
benar, berarti kita membuka diri sendiri terhadap banyak penyakit
seperti diare, disentri, paratipus dan lain sebagainya. Masyarakat dapat
mengurangi resiko terhadap serangan diare yaitu dengan menggunakan
air bersih dan melindungi air tersebut dari kontaminasi mulai dari
sumbernya sampai penyimpanan di rumah.
b. Jamban
Pengalaman di beberapa negara membuktikan bahwa upaya
penggunaan jamban mempunyai dampak yang besar dalam penurunan
resiko terhadap penyakit diare. Jamban yang baik sebaiknya berjauhan
dengan sumber air minum, paling sedikit 10 meter.
c. Kebiasaan Jajan
Kebiasaan jajan anak usia sekolah dasar sangat berpengaruh pada
penyakit diare. Demikian pula dengan anak jalanan yang sebagian besar
berusia usia sekolah dasar. Mereka lebih sering jajan berupa es atau kue-
kue. Tidak banyak anak yang memperoleh kesempatan mempunyai
uang saku yang banyak, karena itulah mereka cenderung memilih jenis
jajanan yang murah, biasanya makin rendah harga suatu barang atau
jajanan makin rendah pula kualitasnya. Hal ini berakibat digunakannya
bahan-bahan makanan yang kurang baik dan biasanya sudah tercemar
oleh kuman. Itulah sebabnya anak-anak yang telah mulai suka jajan
sering terkena penyakit diare.
d. Kebiasaan Cuci Tangan Sebelum Makan
Perilaku cuci tangan yang buruk berhubungan erat dengan peningkatan
kejadian diare dan penyakit yang lain. Perilaku cuci tangan yang baik
dapat menghindarkan diri dari diare. Apabila kita selalu mencuci tangan,
kondisi tangan kita selalu bersih, sehingga dalam melakukan aktivitas
terutama makan tangan yang kita gunakan selalu bersih sehingga tidak
ada kuman yang masuk ke dalam tubuh.
Menurut Depkes RI (2011), jenis diare ada dua, yaitu diare akut, diare
persisten atau diare kronik. Diare akut adalah diare yang berlangsung
kurang dari 14 hari, sementara diare persisten atau diare kronis adalah diare
yang berlangsung lebih dari 14 hari. Menurut Hidayat (2005), klasifikasi
diare dapat dikelompokkan menjadi lima yaitu:
a. Diare Dehidrasi Berat : Diare dehidrasi berat jika terdapat tanda sebagai
berikut letargis atau mengantuk atau tidak sadar, mata cekung, serta turgor
kulit jelek.
b. Diare Dehidrasi Sedang atau Ringan : Diare ini mempunyai tanda seperti
gelisah atau rewel, mata cekung, serta turgor kulit jelek.
c. Diare Tanpa Dehidrasi : Diare tanpa dehidrasi jika hanya ada salah satu
tanda pada dehidrasi berat atau ringan.
d. Diare Persisten : Diare persisten apabila terjadi diare sudah lebih dari 14
hari.
e. Disentri : Apabila diare disertai darah pada tinja dan tidak ada tanda
gangguan saluran pencernaan.
a. Gangguang elektrolit
1. Hipernatremia edema otak
2. Hiponatremia sering terjadi pada anak dengan shigellosis dan pada anak
malnutrisi berat edema
3. Hiperkalemia
4. Hipokalemia kelemahan otot, paralitik ileus, gangguan fungsi ginjal
dan aritmia jantung
b. Kegagalan upaya rehidrasi oral, misalnya pengeluaran tinja cair yang sering
dengan volume yang banyak, muntah yang menetap, tidak dapat minum,
kembung dan ileus paralitik serta malabsorbsi glukosa
c. Kejang, biasanya pada anak yang mengalami dehidrasi
Cuci tangan adalah salah satu bentuk kebersihan diri yang penting.
Selain itu mencuci tangan juga dapat diartikan menggosok dengan sabun secara
bersama seluruh kulit permukaan tangan dengan kuat dan ringkas yang
kemudian dibilas di bawah air yang mengalir (Potter, 2005) Menurut Garner
dan Fayero (1986) dalam Potter dan Perry (2005), mencuci tangan paling sedikit
10-15 detik akan memusnahkan mikroorganisme transient paling banyak dari
kulit, jika tangan tampak kotor, dibutuhkan waktu yang lebih lama.
Menurut Depkes (2009), cuci tangan pakai sabun adalah salah satu
tindakan sanitasi dengan membersihkan tangan dan jari jemari menggunakan
air dan sabun oleh manusia untuk menjadi bersih dan memutuskan mata rantai
kuman. Mencuci tangan dengan sabun dikenal juga sebagai salah satu upaya
pencegahan penyakit. Mencuci tangan dengan air saja tidak cukup. Penggunaan
sabun selain membantu singkatnya waktu cuci tangan, dengan menggosok
jemari dengan sabun menghilangkan kuman yang tidak tampak minyak/ lemak/
kotoran di permukaan kulit, serta meninggalkan bau wangi. Perpaduan
kebersihan, bau wangi dan perasaan segar merupakan hal positif yang diperoleh
setelah menggunakan sabun.
Menurut Depkes (2011), waktu yang tepat untuk cuci tangan pakai
sabun adalah:
Mencuci tangan yang benar harus menggunakan sabun dan di bawah air
yang mengalir. Sedangkan menurut Depkes (2009), langkah-langkah teknik
mencuci tangan yang benar adalah sebagai berikut.
2.7 Pengetahuan
A. Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan
terjadi melalui panca indra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh
melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2007).
B. Tingkat Pengetahuan
a. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat
kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari
atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu ini merupakan
tingkat pengatahuan yang paling rendah
b. Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara
benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi
tersebut secara benar. Orang telah faham terhadap objek atau materi harus
dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan
sebagainya terhadap objek yang dipelajari.
c. Aplikasi (Aplication)
Aplikasi dapat diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi
yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).
d. Analisis
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu
objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih didalam satu struktur
organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.
e. Sintesis
Menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menyambungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang
baru, dengan kata lain sintesis adalah kemampuan untuk menyusun suatu
formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.
f. Evaluasi
Berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian
terhadap suatu materi atau objek.
a. Pengalaman
Pengalaman dapat diperoleh dari pengalaman sendiri maupun pengalaman
orang lain. Pengalaman yang diperoleh dapat memperluas pengetahuan
seseorang.
b. Tingkat pendidikan
Secara umum, orang yang berpendidikan lebih tinggi akan memiliki
pengetahuan yang lebih luas daripada orang yang berpendidikan lebih
rendah.
c. Keyakinan
Biasanya keyakinan diperoleh secara turun-temurun, baik keyakinan yang
positif maupun keyakinan yang negatif, tanpa adanya pembuktian terlebih
dahulu.
d. Fasilitas
Fasilitas sebagai sumber informasi yang dapat mempengaruhi pengetahuan
seseorang adalah majalah, radio, koran, televisi, buku, dan lain-lain.
e. Penghasilan
Penghasilan tidak berpengaruh secara langsung terhadap pengetahuan
seseorang. Namun, jika seseorang berpenghasilan cukup besar, maka dia
mampu menyediakan fasilitas yang lebih baik.
f. Sosial budaya
Kebudayaan setempat dan kebiasaan dalam keluarga dapat mempengaruhi
pengetahuan, persepsi, dan sikap seseorang terhadap sesuatu.
D. Kategori Pengetahuan
a. Baik : Bila subjek mampu menjawab dengan benar 76% - 100% dari seluruh
pertanyaan
b. Cukup : Bila subjek mampu menjawab dengan benar 56% - 75% dari
seluruh pertanyaan
c. Kurang : Bila subjek mampu menjawab dengan benar 40% - 55% dari
seluruh pertanyaan
2.8 Perilaku
A. Pengertian Perilaku
Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang
mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain : berjalan, berbicara,
menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya.
Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku manusia
adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang diamati langsung,
maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2003).
Menurut Skiner (1938) dalam Notoatmodjo (2010), merumuskan bahwa
perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus
(rangsangan dari luar). Perilaku manusia terjadi melalui proses :
Stimulus organisme respons, sehingga teori ini disebut teori S-O-R.
B. Pengukuran Perilaku
Kerangka konsep adalah suatu hubungan atau kaitan antara konsep satu
terhadap konsep yang lainnya dari masalah yang ingin diteliti (Setiadi, 2007).
Penelitian ini mengkaji tiga variabel yang terdiri dua variabel bebas (independen)
yang nilainya menentukan variabel lain. Variabel bebas biasanya dimanipulasi,
diamati, dan diukur untuk diketahui hubungannya atau pengaruhnya terhadap
variabel lain. Variabel dependen (terikat) yang nilainya ditentukan oleh variabel
lain. Variabel independen adalah perilaku cuci tangan pada masyarakat, sedangkan
variabel dependen adalah kejadian diare pada masyarakat.
3.2 Populasi
3.3 Sampel
Sampel adalah bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah dari
karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Hidayat, 2007). Cara mengambil sampel
dalam penelitian ini adalah “stratified random sampling” yakni pengambilan
sampel digunakan bila anggota populasinya tidak homogen berstrata secara
proporsional (Setiadi, 2007). Dengan kriteria sebagai berikut:
A. Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya pengukuran
dan pengamatan yang dilakukan pada penelitian (Notoatmodjo, 2005). Berikut
hasil uji validitas kuesioner dan lembar observasi:
Kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner tersebut mampu
mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut (Arikunto,
2006). Instrumen dalam penelitian ini dilakukan uji validitas tiap item
pertanyaan menggunakan content validity. Uji validitas pada penelitian ini
menggunakan panel expert yaitu peneliti melakukan konsultasi dengan
pembimbing. Uji expert dilakukan oleh 2 orang ahli content serta ahli instrumen
dan bahasa, dari uji expert dinyatakan bahwa kuesioner dan lembar observasi
tersebut tidak perlu diganti hanya ada beberapa yang perlu diperbaiki.
B. Uji Reliabilitas