Dosen pengampu :
Bu Dyah Suryani
Selama ini masyarakat india kurang peduli terhadap kebersihan lingkungan, masih banyak yang
tidak peka terhadap status kebersihan pada air sungai gangga yang dianggap suci, semua
masyarakat sangat bergantung pada aliran sungai gangga, mulai dari adat istiadat, keagamaan,
social ekonomi, tidak hanya itu masyarakat dis india mayoritas hindu yang sangat memuja sapi,
sapi dianggap suci bahkan air kencingnya dijadikan ritual untuk mendapat keberkahan,
pemukiman kumuh juga di india sangat mudah untuk di jumpai dan kurang menerapkan PHBS,
jadi tidak mungkin mereka mudah terkena diare.
• Di pedesaan India, fasilitas cuci tangan dengan sistem pembuangan kotoran anak
memiliki dampak nyata pada penurunan risiko diare sedang hingga parah di antara
anak-anak, dan tidak menyediakan air minum segar berkontribusi pada risiko diare
anak yang lebih tinggi.
• Dalam sebuah penelitian tentang diare di daerah kumuh perkotaan di India, juga
terlihat bahwa kejadian diare relatif lebih tinggi pada anak-anak dari strata miskin
(SES rendah). Sementara sebagian besar hasil diskusi tentang faktor risiko diare
terkonsentrasi pada konsumsi air yang tidak aman dan sanitasi yang buruk,
merupakan faktor predisposisi faktor-faktor seperti media pengangkutan air minum
yang tidak aman, kondisi tangki air yang buruk di rumah, praktik penanganan air di
rumah tangga, pembuangan air limbah dan tinja yang tidak tepat, dll.
• Selain faktor-faktor tersebut di atas, pengetahuan, sikap, dan
perilaku ibu juga berpengaruh signifikan terhadap kejadian diare
pada penduduk usia muda.
• Selanjutnya, status melek huruf ibu juga dapat dikaitkan dengan
perilaku berisiko yang mereka lakukan di rumah tangganya seperti
tidak mencuci tangan sebelum memberi makan anak, mencuci
tangan tanpa sabun, membuang tinja yang tidak benar, dll.
• Malnutrisi anak dan ibu adalah faktor risiko diare yang diketahui
dengan baik untuk usia dan hasil serupa juga diamati dalam
penelitian kami.
Karakteristik Host yang mudah terkena diare :
• Beberapa point dari peraturan diatas antara lain ditargetkan Case Fatality
Rate (CFR) diare pada saat Kejadian Luar Biasa (KLB) kurang dari 1 dan
jumlah kasus diare sebanyak 285 per 1000 penduduk.
• Beberapa perilaku menyebabkan penyebaran kuman enterik dan dapat
meningkatkan resiko terjadinya diare, antara lain tidak memberikan ASI
secara penuh 4-6 bulan pada pertama kehidupan, menggunakan botol susu
yang kotor, menyimpan makanan masak pada suhu kamar, menggunakan air
minum yang tercemar, tidak mencuci tangan dengan sabun sesudah buang air
besar atau sesudah membuang tinja anak atau sebelum makan atau
menyuapi anak, dan tidak membuang tinja dengan benar.
• Sementara faktor penjamu, dapat meningkatkan insiden, beberapa penyakit
dan lamanya diare. Faktor-faktor tersebut adalah tidak memberikan ASI
sampai umur 2 tahun, kurang gizi, campak, dan secara proposional diare
lebih banyak terjadi pada golongan balita.
05
KESIMPULA
N
Dengan menggunakan data beban penyakit global, penelitian ini
memeriksa beban diare, etiologi, dan faktor risiko di India selama
30 tahun terakhir dari tahun 1990 hingga 2019. Kami menemukan
bahwa sebagian besar kematian terjadi pada kelompok usia yang
lebih tua – 70+ tahun setelahnya. Hasil studi juga menunjukkan
bahwa diare pada anak telah menurun secara signifikan selama
bertahun-tahun. Di antara semua kasus kematian Diare, pada
tahun 2019, patogen penyebab penyakit yang paling banyak
ditemukan adalah Campylobacter. Tapi Adenovirus adalah
kontributor utama kematian diare pada anak.
TERIMA
KASIH
Daftar Pustaka