IJPHN
Ilham Ibrahim*, Ratu Ayu Dewi Sartika*, Triyanti, Tria Astika Endah Permatasari
Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia, Depok
16424, Indonesia
*Corresponding Author:
Ilham Ibrahim
E-mail: ilhamibrahim1899@gmail.com
Abstrak
Penyakit diare adalah penyakit endemis yang mempunyai potensi untuk menciptakan kejadian luar biasa
dalam suatu negara termasuk di Indonesia. Ditemukan kasus diare tertinggi di Provinsi Banten yaitu di
Kabupaten Lebak, angka tertinggi pada kelompok usia anak sekolah. Penelitian bertujuan untuk mengetahui
hubungan antara kejadian diare terhadap karakteristik anak, karakteristik perilaku anak, karakteristik
ibu/keluarga dan karakteristik lingkungan. Penelitian ini menggunakan data sekunder dengan desain cross-
sectional dengan jumlah sampel sebanyak 151 anak sekolah dasar. Penelitian dilakukan di Kampung
Cidahu RT/RW 02/01 Desa Karangkamulyan, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten. Sebagai variabel
dependen yaitu kejadian diare dan variabel independen yaitu frekuensi jajan, frekuensi makan sayuran
mentah, kebersihan kuku, panjang kuku, mencuci tangan sebelum makan, mencuci tangan pakai sabun dan
air mengalir, mencuci tangan setelah BAB/BAK, pendidikan ibu, pekerjaan ibu, penghasilan orangtua,
kebiasaan BAB sembarangan, keberadaan jamban, sumber air minum dan tempat penyimpanan air minum.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya hubungan antara frekuensi makan sayuran mentah, dan
mencuci tangan sebelum makan dengan kejadian diare pada siswa di SDN 01 Karangkamulyan.
Abstract
Diarrhea is an endemic disease that has the potential to create extraordinary events in a country, including
Indonesia. The highest diarrhea case was found in Banten Province, namely in Lebak Regency, the highest
number was in the school-age group. This study aims to determine the relationship between the incidence
of diarrhea on children's characteristics, children's behavior characteristics, mother/family characteristics,
and environmental characteristics. This study uses secondary data with a cross-sectional design with a total
sample of 151 elementary school children. The research was conducted in Cidahu Village RT/RW 02/01
Karangkamulyan Village, Lebak Regency, Banten Province. The dependent variable is the incidence of
diarrhea and the independent variables are the frequency of snacking, the frequency of eating raw
vegetables, nail hygiene, nail length, washing hands before eating, washing hands with soap and running
water, washing hands after defecating, mother's education, mother's occupation, parental income, a habit of
open defecation, presence of latrines, drinking water sources and drinking water storage areas. The results
showed that there was a relationship between the frequency of eating raw vegetables, and washing hands
before eating with the incidence of diarrhea in students at SDN 01 Karangkamulyan.
Indonesian Journal of Public Health Nutrition October 2021, Vol. 2 Issue 1 page 34 - 43
35
Indonesian Journal of Public Health Nutrition October 2021, Vol. 2 Issue 1 page 34 - 43
36
juga dapat dilihat dari kebersihan kuku yaitu belajar mengajar berlangsung, karena
dengan memotong/memendekkan kuku mengalami sakit perut. Hasil wawancara
serta membersihkan kotoran yang ada. dari 5 anak kelas IV dan V didapatkan 3
Pertumbuhan kuku dalam satu minggu rata- anak pernah mengalami diare. Anak
rata mencapai 0,5-1,5 mm (12). Salah satu tersebut juga mengatakan bahwa jarang
kebiasaan yang sering dilakukan anak sarapan dan lebih suka mengkonsumsi
adalah menggigit kuku. Menjaga agar kuku jajanan di sekitar lingkungan sekolah. Hasil
tetap pendek dan bersih merupakan hal yang observasi yang dilakukan terdapat
paling penting untuk menjaga personal kecenderungan pada anak-anak untuk
hygiene sebab kuku bisa menjadi media mengkonsumsi jajanan yang ada di sekitar
untuk pertumbuhan bakteri(13). lingkungan sekolah (14).
Makanan jajanan memang memiliki Ibu adalah pengasuh utama dalam
peranan penting dalam memenuhi zat gizi keluarga, memiliki peran pentingnya dalam
pada anak-anak di sekolah, namun mengajarkan anak tentang teori dan praktik
keseringan jajan juga dapat memperparah untuk hidup bersih dan sehat. Apabila ibu
kondisi gizi pada anak apabila salah dalam tidak memiliki pengetahuan atau tingkat
pemilihan jenis jajanan. Contoh pada pendidikan yang rendah akan kurang
makanan cepat saji yang memiliki mengajarkan anak-anaknya untuk
kandungan pewarna dan pengawet yang melakukan praktik kesehatan yang benar,
juga sebagian besar mengandung kalori sehingga penyakit infeksi seperti diare akan
tinggi, sehingga membuat anak cepat sulit terhindarkan apabila praktik hidup
kenyang (14). Mengkonsumsi makanan sehat dan bersih tidak dijalankan dengan
jajanan yang tidak baik akan berdampak benar (17). Pendidikan yang tinggi akan
pada kesehatan konsumen dalam hal ini memperbaiki pengetahuan seseorang, maka
adalah anak-anak. Kurangnya pengetahuan apabila semakin tinggi pendidikannya akan
dan disiplin pedagang tentang menerapkan baik pula tingkat pengetahuannya
kebersihan dalam pengolahan dan begitupun sebaliknya. Pengetahuan ibu
penyajian makanan menjadi salah satu tentang diare biasanya dipengaruhi oleh
faktor yang membuat jajanan tersebut kepercayaan budaya/adat istiadat. Beberapa
kurang higienis. Selain itu persediaan air kepercayaan bahwa anak yang mengalami
yang terbatas, serta alat-alat makan yang diare akan tumbuh gigi atau anak mulai
tidak dicuci bersih. Hal tersebut akan merangkak, berjalan dan duduk (18).
memicu timbulnya penyakit saluran Status pekerjaan ibu memiliki
pencernaan bagi konsumen (15). hubungan terhadap penyakit diare pada
Penelitian yang dilakukan di Bandar anak-anak. Kesibukan ibu saat menjalankan
Setia Deli Serdang, Sumatera Utara aktifitas sehari-hari baik berupa pekejaan
menunjukkan bahwa terdapat hubungan maupun kegiatan sosialiasi akan membuat
signifikan antara perilaku kebiasaan anak tidak tertangani dengan baik. Anak-
konsumsi jajan di pedagang kaki lima anak yang tidak mengalami penanganan
dengan kejadian diare (16). Sebuah baik selama diare akan mengalami beberapa
penelitian sebelumnya di SDN 3 keadaan antara lain dehidrasi, lemas, apatis
Gogamogan Kotamobagu, Sulawesi Utara, bahkan bisa mengalami syok, ganguan gizi
pada siswa kelas IV dan V berjumlah 124 hingga menyebabkan penuruna berat badan
siswa. Hasil wawancara dengan wali kelas dalam jangka waktu singkat, hipoksia,
IV dan V ditemukan bahwa ada sebagian penurunan kesadaran, hingga yang terburuk
anak yang meminta izin sakit karena dapat menyebabkan kematian (19).
mengalami diare dan ada beberapa siswa Penelitian lain yang dilakukan
yang meminta izin saat proses kegiatan menemukan ada hubungan antara anak dari
Indonesian Journal of Public Health Nutrition October 2021, Vol. 2 Issue 1 page 34 - 43
37
ibu yang mempunyai pekerjaan cenderung frekuensi jajan, frekuensi makan sayuran
memili potensi dua kali mengalami diare mentah, sumber air minum, tempat
dibandingkan dengan anak dari ibu yang penyimpanan air, keberadaan jamban,
tidak bekerja. Penelitian lain juga kebiasaan BAB sembarangan, pendidikan
menemukan bahwa ada hubungan antara ibu dan status pekerjaan ibu. Sebagai
status pekerjaan ibu dengan kejadian diare variabel dependen yang diteliti adalah
pada anak di daerah Puskesmas Tegal kejadian diare. Penelitian dilakukan melalui
Angus, Tangerang (21). analisis kuantitatif secara univariat, bivariat
Prevalensi kejadian diare di Provinsi dengan uji chi-square.
Banten tahun 2018 berdasarkan diagnosis
mencapai 9% atau berada di posisi keenam Hasil Penelitian
dengan kasus diare tertinggi pada tahun
Terdapat 35.1 % dari 151 responden
2018. Angka kejadian diare anak usia
mengalami diare berulang. Proporsi umur
sekolah di Provinsi Banten Tahun 2019
pada penelitian menunjukkan sebanyak
menjadi yang tertinggi bersama anak usia
51,7% berusia 6-9 tahun dengan mayoritas
<5 tahun dengan jumlah kasus sebanyak
berjenis kelamin laki-laki (52,3%).
65.558 (22). Adapun jumlah kasus yang
Frekuensi jajan anak diperoleh sebanyak
ditemukan di Kabupaten Lebak juga cukup
59,6% anak-anak mengkonsumsi jajanan
tinggi yaitu 50.270 kasus atau menempati
setiap hari dan masih mengkonsumsi
urutan pertama Kota/Kabupaten dengan
sayuran mentah. kebersihan kuku terdapat
kejadian diare tertinggi di Provinsi Banten
64,9% anak memiliki kuku yang kotor dan
(22). Berdasarkan latar belakang tersebut,
sebanyak 68,2% memiliki kuku yang
maka peneliti tertarik mengambil judul
panjang. Perilaku mencuci tangan 82,1%
”Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan
anak sudah mencuci tangan sebelum makan
Kejadian Diare Pada Siswa di SDN 01
namun sebanyak 72.8% tidak menggunakan
Karangkamulyan, Kecamatan Cihara,
sabun dan air mengalir.
Kabupaten Lebak, Provinsi Banten tahun
Karakteristik ibu/keluarga seperti
2020.”
pendidikan ibu didapatkan sebanyak 72.8%
Metode Penelitian
ibu menyelesaikan peendidikan hingga
Penelitian ini adalah penelitian jenjang SD, sementara pada pekerjaan ibu
kuantitatif dengan pendekatan cross terdapat 90.7% ibu tidak bekerja atau ibu
sectional menggunakan data sekunder rumah tangga. Pada penghasilan orangtua
penelitian berjudul “Faktor-Faktor Yang didapatkan 121 keluarga masih
Berhubungan Dengan Kejadian Kecacingan berpenghasilan dibawah upah minimum
Siswa SDN 01 Karangkamulyan, kabupaten (UMK). Sedangkan pada
Kabupaten Lebak Tahun 2020”. Penelitian karakteristik lingkungan terdapat 73.5%
ini bertujuan untuk melihat adanya Faktor- keluarga sudah memiliki jamban,
Faktor Yang Berhubungan Dengan sedangkan tempat penyimpanan air juga
Kejadian Diare di SDN 01 Karangkamulyan, mayoritas keluarga 89.4% sudah memenuhi
Kecamatan Cihara, Kabupaten Lebak, syarat berdasarkan rekomendasi dari
Provinsi Banten tahun 2020”. Kemenkes. Rekapitulasi analisis univariat
Variabel independen yang diteliti adalah dapat dilihat pada tabel 1.
kebiasaan mencuci tangan, kebersihan kuku,
Indonesian Journal of Public Health Nutrition October 2021, Vol. 2 Issue 1 page 34 - 43
38
Indonesian Journal of Public Health Nutrition October 2021, Vol. 2 Issue 1 page 34 - 43
39
Indonesian Journal of Public Health Nutrition October 2021, Vol. 2 Issue 1 page 34 - 43
40
Indonesian Journal of Public Health Nutrition October 2021, Vol. 2 Issue 1 page 34 - 43
41
Indonesian Journal of Public Health Nutrition October 2021, Vol. 2 Issue 1 page 34 - 43
42
Indonesian Journal of Public Health Nutrition October 2021, Vol. 2 Issue 1 page 34 - 43
43
Indonesian Journal of Public Health Nutrition October 2021, Vol. 2 Issue 1 page 34 - 43