Anda di halaman 1dari 11

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Derajat kesehatan masyarakat merupakan tolak ukur yang

digunakan dalam pencapaian keberhasilan program dengan berbagai upaya

berkesinambungan, terpadu dan lintas sektor dalam rangka pelaksanaan

kebijakan pembangunan di bidang kesehatan. Derajat kesehatan

masyarakat dimaksud adalah meningkatnya umur harapan hidup,

menurunnya angka kematian bayi, ibu dan anak, menurunnya angka

kesakitan maupun angka kecacatan dan ketergantungan serta

meningkatnya status gizi masyarakat (Muhajirin, 2007).

Sampai saat ini, kesehatan masih belum mencapai derajat

kesehatan yang maksimal. Hal ini masih menjadi masalah kesehatan yang

perlu ada pemecahan masalahnya. Pemecahan masalah kesehatan

masyarakat, tidak hanya dilihat dari segi kesehatannya sendiri, tetapi harus

dilihat dari seluruh segi yang ada pengaruhnya terhadap masalah sehat-

sakit atau kesehatan tersebut. Banyak faktor yang mempengaruhi derajat

kesehatan, baik kesehatan individu maupun kesehatan masyarakat.

Menurut Hendrik L. Blum menyatakan ada 4 faktor yang dapat

mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat yaitu faktor lingkungan,

faktor perilaku, faktor pelayanan kesehatan dan faktor keturunan. Keempat

faktor tersebut disamping berpengaruh langsung kepada kesehatan, juga

saling berpengaruh satu sama lainnya. Status kesehatan akan tercapai

STIKES Suaka Insan


2

secara optimal, bilamana keempat faktor tersebut secara bersama-sama

mempunyai kondisi yang optimal pula (Muhajirin, 2007).

Masalah kesehatan lingkungan di negara-negara yang sedang

berkembang berkisar pada sanitasi (jamban), penyediaan air bersih,

perumahan (housing), pembuangan sampah dan pembuangan air limbah

(air kotor). Salah satu penyakit yang berhubungan dengan kondisi

kesehatan lingkungan buruk di Indonesia adalah penyakit diare dengan

angka kejadian lebih banyak terjadi pada bayi dan balita (Muhajirin,

2007).

Menurut Sander (2005), ada beberapa faktor yang berkaitan

dengan kejadian diare yaitu tidak memadainya penyediaan air bersih, air

tercemar oleh tinja, kekurangan sarana kebersihan, pembuangan tinja yang

tidak higienis, kebersihan perorangan dan lingkungan yang jelek, serta

penyiapan dan penyimpanan makanan yang tidak semestinya. Depkes RI

(2005), menyatakan faktor pendorong terjadinya diare terdiri dari faktor

agen, penjamu, lingkungan dan perilaku. Faktor penjamu yang

menyebabkan meningkatnya kerentanan terhadap diare, diantaranya tidak

memberikan ASI selama 2 tahun, kurang gizi, penyakit campak, dan

imunodefisiensi. Faktor lingkungan yang paling dominan yaitu sarana

penyediaan air bersih dan pembuangan tinja, kedua faktor ini akan

berinteraksi bersama dengan perilaku manusia. Apabila faktor lingkungan

tidak sehat karena tercemar kuman diare serta berakumulasi dengan

perilaku manusia yang tidak sehat pula, maka penularan diare dengan

mudah dapat terjadi (Wulandari, 2009).

STIKES Suaka Insan


3

Menurut Irianto (1996), hal yang menyebabkan seseorang mudah

terserang penyakit diare pada balita adalah perilaku hidup masyarakat

yang kurang baik dan sanitasi lingkungan yang buruk. Diare dapat

berakibat fatal bahkan sampai menyebabkan kematian apabila tidak

ditangani secara serius karena tubuh balita sebagian besar terdiri dari air

dan daging, sehingga bila terjadi diare sangat mudah terkena dehidrasi

(Wulandari, 2009).

Salah satu tujuan MDG’s (Millenium Development Goals) adalah

penurunan angka kematian anak menjadi 2/3 bagian menjadi sebanyak 32

per kelahiran hidup dari sebelumnya pada tahun 1990 sebanyak 97 per

kelahiran hidup.  Hal ini tidak mudah dilakukan mengingat masih

tingginya angka kematian balita.  Penyebab utama kematian balita di

Indonesia adalah diare.  Diare memang masih menjadi primadona masalah

kesehatan di Indonesia. Pada tahun 2000 Incident Rate (IR) diare adalah

301/1000 dan data terakhir yaitu pada tahun 2010 menunjukkan IR diare

411/1000. Terjadi peningkatan sekitar 36,5% dalam sepuluh tahun ini. Ini

bukanlah suatu prestasi, melainkan suatu ancaman bagi kesehatan bangsa

ini.  Penurunan angka KLB (Kejadian Luar Biasa) Diare juga kurang

signifikan.

Di Negara-negara berkembang, diare akut dan ISPA menjadi

penyebab utama kematian dan kesakitan pada anak balita. Begitu pula di

Indonesia, angka diare dan ISPA sangatlah tinggi terutama pada kelompok

menengah kebawah serta menjadi contributor penyebab kematian pada

balita hingga 25% untuk diare dan 16% untuk ISPA. Berbagai sebab

STIKES Suaka Insan


4

penyakit infeksi terjadi khususnya pada anak-anak dan salah satunya

adalah status gizi yang sifatnya reversible dengan penyakit infeksi

tersebut. Selain kekurangan zat gizi atau defisiensi zat gizi tertentu seperti

vitamin, asam lemak, asam amino, zat besi, dan beberapa elemen penting

lainnya, status gizi buruk  akibat kekurang energi dan protein akan

bertambah buruk seiring dengan penyakit infeksi yang ada pada seseorang,

khususnya pada anak-anak. Semakin buruk status gizi maka penyakit

infeksi juga semakin buruk, sebaliknya jika penyakit infeksi semakin

buruk maka akan sulit meningkatkan status gizi sehingga kaitan antara

status gizi dengan penyakit infeksi seperti lingkaran setan yang agak sulit

penanganannya.

Berdasarkan hasil survei perilaku hidup bersih dan sehat rumah

tangga pada tahun 2010 di Puskesmas Kuin Raya Banjarmasin yang

terbagi atas tiga Kelurahan yaitu Kelurahan Belitung Utara dari 21 rumah

tangga yang disurvei 4 (19,05%) rumah tangga sehat dan 17 rumah tangga

tidak sehat, Kelurahan Kuin Cerucuk dari 21 rumah tangga yang disurvei 4

(19,05%) rumah tangga sehat dan 17 rumah tangga tidak sehat dan

Kelurahan Kuin Selatan dari 21 rumah tangga yang disurvei 4 (19.05%)

rumah tangga sehat dan 17 rumah tangga tidak sehat, pada tahun 2011 di

Kelurahan Belitung Utara dari 210 rumah tangga yang disurvei 70

(33,33%) rumah tangga yang sehat dan 140 rumah tangga tidak sehat,

Kelurahan Kuin Cerucuk dari 210 rumah tangga yang disurvei 66

(31,42%) rumah tangga sehat dan 144 rumah tangga tidak sehat dan

Kelurahan Kuin Selatan dari 210 rumah tangga yang disurvei 68 (32,38%)

STIKES Suaka Insan


5

rumah tangga sehat dan 142 rumah tangga tidak sehat (Puskesmas Kuin

Raya, 2011).

Dari hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti,

diperoleh data jumlah balita yang menderita diare pada tahun 2010

sebanyak 7.571 orang yang terdiri dari 4.071 orang laki-laki (53,77%) dan

3.500 orang perempuan (46,23%) dan pada tahun 2011 sebanyak 8.163

orang yang terdiri dari 5.931 orang laki-laki (72,66%) dan 2.232 orang

perempuan (27,34%) (Dinas Kesehatan Kota Banjarmasin, 2011).

Data jumlah kunjungan balita ke Puskesmas Kuin Raya pada tahun

2011 sebanyak 1.357 orang, sedangkan balita yang menderita diare pada

tahun 2010 sebanyak 502 orang dan pada tahun 2011 sebanyak 562 orang

(41,41%) (Puskesmas Kuin Raya, 2011).

Dari hasil pengamatan yang dilakukan oleh peneliti, daerah

Puskesmas Kuin Raya Banjarmasin merupakan daerah yang padat, banyak

terdapat gang-gang yang sempit rumah yang letaknya berdempetan, masih

banyak warga yang membuang sampah tidak pada tempatnya sehingga

masih banyak sampah-sampah yang berserakan baik di sungai maupun di

darat. Warga di daerah ini menggunakan sungai sebagai tempat mandi,

mencuci pakaian, mencuci piring, mencuci gelas, mencuci peralatan dapur

lainnya dan masih ada warga yang menggunakan jamban sebagai tempat

BAB. Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan 5 orang ibu yang

berada di Kuin Raya, peneliti mendapatkan keterangan tentang kebiasaan

ibu tersebut yaitu dalam pengolahan air minum. 3 orang Ibu mengatakan

bahwa dikeluarganya tidak bisa minum air yang direbus, mereka

STIKES Suaka Insan


6

meminum air dari kran tanpa dimasak karena mereka beranggapan bahwa

air kran itu sudah bersih dan 2 orang ibu mengatakan menggunakan air

kemasan/isi ulang untuk diminum. Sebagian besar Puskesmas Kuin Raya

wilayahnya di lalui oleh aliran sungai, sehingga apabila air pasang hampir

seluruh wilayah digenangi air. Keadaan ini berdampak pada buruknya

tingkat kualitas sanitasi lingkungan, karena banyak sampah yang berasal

dari rumah tangga tertinggal di darat saat air sudah surut.

Berdasarkan fenomena di atas, maka peneliti merasa perlu

melakukan penelitian untuk mengetahui hubungan perilaku hidup bersih

dan sehat ibu dengan kejadian diare pada balita di Puskesmas Kuin Raya

Banjarmasin.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang diatas, maka rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah ada hubungan antara

perilaku hidup bersih ibu dengan kejadian diare pada balita di Puskesma

Kuin Raya Banjarmasin?”.

C. Tujuan

1) Tujuan umum

Tujuan umum dalam penelitian ini untuk mengetahui hubungan

perilaku hidup bersih ibu dengan kejadian diare pada balita di

Puskesmas Kuin Raya Banjarmasin.

2) Tujuan khusus

a. Untuk mengetahui gambaran karakteristik ibu di Puskesmas Kuin

Raya Banjarmasin.

STIKES Suaka Insan


7

b. Untuk mengetahui gambaran perilaku hidup bersih ibu di

Puskesmas Kuin Raya Banjarmasin.

c. Untuk mengetahui kejadian diare pada balita di Puskesmas Kuin

Raya Banjarmasin.

d. Untuk mengetahui hubungan perilaku hidup bersih ibu dengan

kejadian diare pada balita di Puskesmas Kuin Raya Banjarmasin.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan bisa bermanfaat khususnya bagi peneliti

dan pihak-pihak terkait baik secara teoritis maupun praktis.

1. Manfaat Secara Teoritis

a. Sebagai salah satu sumber informasi tentang hubungan Perilaku

hidup bersih ibu dengan kejadian diare dan upaya pencegahan

penyakit diare pada balita.

b. Sebagai bahan pengembangan dari ilmu keperawatan khususnya

keperawatan keluarga tentang hubungan perilaku hidup bersih ibu

dengan kejadian diare pada balita, upaya pencegahan dan

penanggulangan penyakit diare.

2. Manfaat Secara Praktis

a. Bagi Institusi Pendidikan

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber informasi

bagi institusi pendidikan untuk dapat mengembangkan mata kuliah

dalam bidang keperawatan komunitas dan research serta sebagai

lahan praktek daerah binaan dalam memberikan penyuluhan

kesehatan.

STIKES Suaka Insan


8

b. Bagi Puskesmas

1) Sebagai masukan dan bahan evaluasi dalam membuat

kebijakan untuk neningkatkan pelayanan kesehatan yang

diberikan kepada masyarakat khususnya dalam mengatasi

masalah diare

2) Sebagai masukan bagi Puskesmas untuk pengambilan

keputusan dalam penanggulangan penyakit diare pada balita.

3) Sebagai bahan pertimbangan dalam upaya promosi kesehatan

terutama perilaku hidup bersih.

c. Bagi Masyarakat / keluarga

1) Sebagai masukan kepada keluarga akan pentingnya upaya

pencegahan penyakit diare, serta kecepatan dan ketepatan

dalam memberikan pertolongan baik secara mandiri maupun

dengan memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang

tersedia.

2) Sebagai sumber informasi bagi masyarakat tentang hubungan

perilaku hidup bersih dengan kejadian diare sehingga

masyarakat dapat mengetahui pentingnya perilaku hidup bersih

dan menerapkan perilaku hidup bersih dalam kehidupan sehari-

hari untuk mencegah penyakit diare.

3) Sebagai sumber informasi untuk meningkatkan pengetahuan

masyarakat tentang pentingnya perilaku hidup bersih dalam

hubungannya dengan penyakit diare.

STIKES Suaka Insan


9

d. Bagi Peneliti Lain

1) Sebagai sumber informasi ataupun acuan tambahan bagi

peneliti selanjutnya yang berhubungan dengan masalah

penyakit diare.

2) Sebagai referensi dalam penelitian selanjutnya tentang

hubungan perilaku hidup bersih ibu dengan kejadian diare.

3) Dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan pandangan

untuk penelitian lebih lanjut dengan metode yang lebih baik.

E. Keaslian Penelitian

Beberapa penelitian yang pernah dilakukan mengenai topik yang

akan peneliti lakukan adalah sebagai berikut:

1. Srimurni Br Ginting (2011) “Hubungan Antara Kejadian Diare Pada

Balita Dengan Sikap dan Pengetahuan Ibu Tentang Perilaku Hidup

Bersih dan Sehat di Puskesmas Siantan Hulu Pontianak Kalimantan

Barat”. Jenis penelitian adalah analitik korelasional dengan desain

cross sectional. Populasinya adalah semua ibu yang membawa

balitanya ke Puskesmas Siantan Hulu Pontianak dan sampelnya adalah

ibu yang membawa balitanya ke Puskesmas Siantan Hulu Pontianak

untuk berobat dengan total sampel yaitu 136 ibu. Instrumen yang

digunakan kuesioner dan untuk menganalisis hubungan antara variabel

menggunakan uji chi square. Hasil penelitian didapat jumlah balita

yang menderita diare adalah sebanyak 40 balita (29,41%) dan adanya

hubungan yang bermakna antara kejadian diare pada balita dengan

STIKES Suaka Insan


10

sikap dan pengetahuan ibu tentang perilaku hidup bersih dan sehat

dengan p< 0,005.

2. Lely Herlina Sitinjak (2011) “Hubungan Perilaku Hidup Bersih dan

Sehat (PHBS) Dengan Kejadian Diare di Desa Pardede Onan

Kecamatan Balige”. Metode penelitian yang dilakukan adalah

deskriptif dengan rancangan studi korelasi (Correlation study). Sampel

penelitian ini adalah ibu yang mempunyai anak umur 1-5 tahun,

keluarga yang sumber air bersihnya berasal dari air PDAM dan air

sumur, dan keluarga yang mempunyai jamban yaitu sebanyak 84 ibu

rumah tangga. Teknik pengambilan sampel menggunakan simple

random sampling. Analisis statistik menggunakan uji chi square atau

exact fisher jika nilai expected kurang dari 5. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa variabel yang mempunyai hubungan dengan

kejadian diare adalah pendidikan ibu (p=0,013), pendapatan (p=0,007),

menggunakan air bersih (p=0,017), menggunakan air minum

(p=0,018), menggunakan jamban (p=0,004), dan cuci tangan pakai

sabun (p=0,000) sedangkan pekerjaan ibu tidak mempunyai hubungan

dengan kejadian diare (p=0,065).

3. Eko Murdiyanto (2011) “Hubungan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

(PHBS) Rumah Tangga Dengan Kejadian Diare di Dusun Grobogan

Desa Musuk Wilayah Puskesmas Sambirejo Kabupaten Sragen”.

Metode penelitian ini merupakan penelitian correlational dengan

pendekatan cross sectional. Populasi penelitian adalah keluarga yang

tinggal di Dusun Grobogan, Desa Musuk wilayah kerja Puskesmas

STIKES Suaka Insan


11

Sambirejo Kabupaten Sragen. Sampel penelitian sejumlah 98

masyarakat dengan teknik proporsional random sampling. Instrumen

penelitian adalah checklist perilaku dan kuesioner kejadian diare. Data

yang terkumpul dianalisis dengan teknik Chi Square. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa: (1) perilaku PHBS responden sebagian besar

adalah cukup baik, (2) sebagian besar penduduk di Grobogan, Desa

Musuk, Kecamatan Sambirejo, Kabupaten Sragen adalah tidak terjadi

diare, dan (3) ada hubungan antara perilaku PHBS dengan kejadian

diare di Dusun Grobogan, Desa Musuk, Kecamatan Sambirejo,

Kabupaten Sragen.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak

pada populasi, sampel penelitian yang dipakai dan lokasi penelitian.

Sampel penelitian ini adalah ibu yang memiliki balita usia <5 tahun yang

datang ke Puskesmas Kuin Raya Banjarmasin, metode yang digunakan

dalam penelitian ini yaitu deskriptif korelasional dan Peneliti hanya akan

meneliti beberapa poin saja dari 10 indikator PHBS, yang berhubungan

dengan kejadian diare pada balita.

STIKES Suaka Insan

Anda mungkin juga menyukai