Anda di halaman 1dari 50

12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Keluarga

1. Pengertian

Keluarga adalah sekelompok orang yang berhubungan

secara keturunan, misalnya orang tua, anak, dan saudara kandung.

Istilah ini kadang diperluas untuk meliputi orang yang

berhubungan dari perkawinan atau mereka yang tinggal di dalam

rumah tangga yang sama yang secara emosional terikat,

berinteraksi secara teratur dan berbagi perhatian terhadap

pertumbuhan dan perkembangan kelompok tersebut dan individu

anggotanya (Mosby, 2009).

Keluarga adalah suatu kelompok dua orang atau lebih yang

disatukan oleh darah, adopsi atau pertalian marital atau hukum

umum yang ekuivalen (Stedman, 2005). Selanjutnya, Burgess et al

membuat definisi yang berorientasi pada tradisi dan digunakan

sebagai referensi secara luas: keluarga terdiri dari orang-orang

yang disatukan oleh ikatan perkawinan, darah dan ikatan adopsi;

para anggota sebuah keluarga biasanya hidup bersama-sama dalam

satu rumah tangga atau jika mereka hidup secara terpisah, mereka

tetap menganggap rumah tangga tersebut sebagai rumah mereka;

anggota keluarga berinteraksi dan berkomunikasi satu sama lain

dalam peran-peran sosial keluarga seperti suami istri, ayah dan ibu,

STIKES Suaka Insan 12


13

anak laki-laki dan anak perempuan, saudara dan saudari; keluarga

sama-sama menggunakan kultur yang sama, yaitu kultur yang

diambil dari masyarakat dengan beberapa ciri unik tersendiri

(Friedman, 1998).

Keluarga berfungsi sebagai variabel intervensi kritis (atau

seperti pengarang lain mengistilahkannya sebagai buffer atau

sebagai agen penawaran antara masyarakat dan individu. Dengan

kata lain, tujuan utama keluarga adalah sebagai perantara yaitu

menanggung semua harapan-harapan dan kewajiban-kewajiban

masyarakat serta membentuk dan mengubahnya sampai taraf

tertentu hingga dapat memenuhi kebutuhan dan kepentingan setiap

anggota individu dalam keluarga. Keluarga juga berfungsi untuk

memenuhi kebutuhan-kebutuhan anggota keluarga. Bagi pasangan

suami dan istri atau anggota keluarga yang dewasa, keluarga

berfungsi menstabilisasikan kehidupan mereka yaitu memenuhi

kebutuhan kasih sayang, sosio-ekonomi, dan kebutuhan seksual.

Bagi anak-anak, keluarga memberikan perawatan fisik dan

perhatian emosional, dan seiring dengan itu, keluarga juga

mengarahkan perkembangan kepribadian. Sistem keluarga

merupakan konteks belajar yang utama bagi suatu perilaku, pikiran

dan perasaan dari seorang individu (Friedman, 1998).

Ada semacam hubungan yang kuat antara keluarga dan

status kesehatan anggotanya bahwa peran dari keluarga sangat

penting bagi setiap aspek perawatan kesehatan anggota keluarga

STIKES Suaka Insan


14

secara individu mulai dari strategi-strategi hingga fase rehabilisasi.

Mengkaji/menilai dan memberikan perawatan kesehatan

merupakan hal yang penting dalam membantu setiap anggota

keluarga untuk mencapai suatu keadaan sehat wellness hingga

tingkat optimum (Friedman, 1998).

Kondisi sakit tidak dapat dipisahkan dari kehidupan. Klien

dan keluargnya harus menghadapi berbagai perubahan yang terjadi

akibat kondisi sakit dan pengobatan yang dilaksanakan. Setiap

klien akan berespons secara unik terhadap kondisi sakit yang

dialaminya oleh karena itu intervensi keperawatan yang diberikan

harus bersifat individual. Klien dan keluarga umumnya akan

mengalami perubahan perilaku dan emosional seperti perubahan

peran, gambaran diri, konsep diri dan dinamika dalam keluarga

(Friedman, 1998).

B. Perilaku Hidup Bersih

1. Perilaku Sehat

a. Perilaku sehat

Perilaku sehat adalah pengetahuan, sikap dan tindakan

proaktif untuk memelihara dan mencegah risiko terjadinya

penyakit, melindungi diri dari ancaman penyakit, serta

berperan aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat (Depkes

RI, 2002).

b. Perilaku Kesehatan

STIKES Suaka Insan


15

Perilaku kesehatan adalah suatu respons seseorang

(organisme) terhadap stimulus atau objek yang berhubungan

dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan,

makanan dan minuman serta lingkungan (Maulana, 2009).

Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu respons

seseorang (organisme) terhadap stimulus yang berkaitan

dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan,

makanan serta lingkungan. Batasan ini mempunyai dua unsur

pokok, yakni respons dan stimulus atau perangsangan. Respons

atau reaksi manusia, baik bersifat pasif (pengetahuan, persepsi,

dan sikap) maupun bersikap aktif (tindakan yang nyata atau

practice). Sedangkan stimulus atau rangsangan di sini terdiri 4

unsur pokok, yakni sakit dan penyakit, sistem pelayanan

kesehatan, makanan dan lingkungan. Dengan demikian secara

lebih terinci perilaku kesehatan itu mencakup :

1) Perilaku seseorang terhadap sakit dan penyakit

Perilaku seseorang terhadap sakit dan penyakit yaitu

bagaimana manusia berespons, baik secara pasif

(mengetahui, bersikap, dan mempersepsi penyakit atau rasa

sakit yang ada pada dirinya dan di luar dirinya), maupun

aktif (tindakan) yang dilakukan sehubungan dengan

penyakit atau sakit tersebut. Perilaku terhadap sakit dan

penyakit ini dengan sendirinya sesuai dengan tingkat-

tingkat pencegahan penyakit.

STIKES Suaka Insan


16

2) Perilaku sehubungan dengan peningkatan dan pemeliharaan

kesehatan (health promotion bahaviour). Misalnya makan

makanan yang bergizi, olahraga dan sebagainya.

3) Perilaku pencegahan penyakit (health prevention behavior)

Perilaku pencegahan penyakit adalah respons untuk

melakukan pencegahan penyakit, misalnya tidur memakai

kelambu untuk mencegah gigitan nyamuk malaria,

imunisasi dan sebagainya. Termasuk perilaku untuk tidak

menularkan penyakit kepada orang lain.

4) Perilaku sehubungan dengan pencarian pengobatan (health

seeking bahaviour)

Perilaku sehubungan dengan pencarian pengobatan yaitu

perilaku umtuk melakukan atau mencari pengobatan,

misalnya usaha-usaha mengobati sendiri penyakitnya atau

mencari pengobtaan ke fasilitas- fasilitas kesehatan

modern (puskesmas, mantra, dokter praktek, dan

sebagainya), maupun ke fasilitas kesehatan (dukun, sinshe,

dan sebagainya).

5) Perilaku sehubungan dengan pemulihan kesehatan (health

rehabilitation behavior)

Perilaku sehubungan dengan pemulihan kesehatan yaitu

perilaku yang berhubungan dengan usaha-usaha pemulihan

kesehatan setelah sembuh dari suatu penyakit. Misalnya

STIKES Suaka Insan


17

melakukan diet, mematuhi anjuran-anjuran dokter dalam

rangka pemulihan kesehatannya (Wawan dan Dewi, 2010).

c. Klasifikasi Perilaku Kesehatan

Menurut Becker (1979) seperti dikutip Notoatmodjo (2003),

perilaku yang berhubungan dengan kesehatan diklasifikasikan

sebagai berikut :

1) Perilaku Hidup Sehat

Perilaku hidup sehat merupakan perilaku yang berkaitan

dengan upaya mempertahankan dan meningkatkan

kesehatannya. Hal ini mencakup makan dengan menu

seimbang, olahraga teratur, tidak meroko, tidak minum

minuman keras dan narkoba, istirahat cukup,

mengendalikan stress. selain itu, perilaku atau gaya hidup

lain yang positif bagi kesehatan (misalnya, tidak gonta

ganti pasangan, adaptasi dengan lingkungan).

2) Perilaku Sakit

Perilaku ini merupakan respons seseorang terhadap sakit

dan penyakit, persepsi terhadap sakit, pengetahuan tentang

penyebab dan gejala penyakit, pengobatan penyakit, dan

usaha-usaha untuk mencegah penyakit.

3) Perilaku Peran Sakit

Perilaku peran sakit adalah segala aktivitas individu yang

menderita sakit untuk memperoleh kesembuhan. Dari segi

sosiologi, orang sakit mempunyai peran yang meliputi hak

STIKES Suaka Insan


18

dan kewajiban orang sakit. Perilaku peran sakit meliputi

hal-hal berikut :

a) Tindakan untuk memperoleh kesembuhan.

b) Mengenal atau mengetahui fasilitas atau sarana

pelayanan atau penyembuhan penyakit yang layak.

c) Mengetahui hak (misalnya, memperoleh perawatan,

memperoleh pelayanan kesehatan) dan kewajiban orang

sakit (memberi tahu penyakitnya pada orang lain

terutama petugas kesehatan, tidak menularkan

penyakitnya pada orang lain) (Maulana, 2009).

2. Perilaku Hidup Bersih

Perilaku Hidup Bersih adalah sekumpulan perilaku yang

dipraktikkan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran yang

menjadikan seseorang atau keluarga dapat menolong diri sendiri di

bidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan

masyarakatnya (Depkes RI, 2009).

a. Tujuan perilaku hidup bersih

1) Tujuan Umum

Meningkatkan Rumah Tangga Berperilaku hidup bersih di

desa kabupaten/kota di seluruh Indonesia.

2) Tujuan khusus

Meningkatnya pengetahuan, kemauan dan kemampuan

anggota rumah tangga untuk melaksanakan perilaku hidup

STIKES Suaka Insan


19

bersih. Berperan aktif dalam gerakan perilaku hidup bersih

di masyarakat (Depkes, RI 2009).

b. Manfaat perilaku hidup bersih

Manfaat perilaku hidup bersih bagi rumah tangga:

1) Setiap rumah tangga meningkat kesehatannya dan tidak

mudah sakit.

2) Anak tumbuh sehat dan cerdas.

3) Produktivitas anggota keluarga meningkat, dengan

meningkatnya kesehatan anggota rumah tangga maka biaya

yang tadinya dialokasi untuk kesehatan dapat dialihkan

untuk biaya investasi seperti biaya pendidikan, pemenuhan

gizi keluarga dan modal usaha untuk peningkatan

pendapatan keluarga.

Manfaat perilaku hidup bersih bagi masyarakat :

1) Masyarakat mampu mengupayakan lingkungan bersih.

2) Masyarakat mampu mencegah dan menanggulangi

masalah–masalah kesehatan.

3) Masyarakat memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada.

4) Masyarakat mampu mengembangkan Upaya Kesehatan

Bersumber Masyarakat (UKBM) seperti posyandu, jaminan

pemeliharaan kesehatan, tabungan bersalin (tabulin), arisan

jamban, kelompok pemakai air, ambulans desa dan lain-lain

(Depkes RI, 2009).

STIKES Suaka Insan


20

c. Sasaran perilaku hidup bersih

Sasaran perilaku hidup bersih di rumah tangga adalah

seluruh anggota keluarga yaitu pasangan usia subur, ibu hamil

dan ibu menyusui, anak dan remaja, usia lanjut, pengasuh anak

(Depkes RI, 2009).

d. Tatanan perilaku hidup bersih

Tatanan perilaku hidup bersih adalah tempat dimana

sekumpulan orang hidup, bekerja, bermain, berinteraksi dan

lain-lain. Dalam hal ini ada 5 tatanan perilaku hidup bersih

yaitu rumah tangga, sekolah, tempat kerja, sarana kesehatan,

tempat-tempat umum (Depkes RI, 2009).

e. Indikator Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

Pembinaan perilaku hidup bersih dan sehat di Rumah

Tangga dilakukan untuk mewujudkan rumah tangga

berperilaku hidup bersih dan sehat. Rumah tangga berperilaku

hidup bersih dan sehat adalah rumah tangga yang memenuhi 10

indikator perilaku hidup bersih dan sehat di rumah tangga.

Namun, apabila dalam rumah tangga tidak ada ibu yang

melahirkan, tidak ada bayi dan tidak ada balita maka pengertian

rumah tangga berperilaku hidup bersih dan sehat adalah rumah

tangga yang memenuhi hanya 7 indikator.

STIKES Suaka Insan


21

1) Indikator perilaku hidup bersih dan sehat :

a) Persalinan oleh tenaga kesehatan

Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan adalah ibu

bersalin yang mendapat pertolongan persalinan oleh

tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan

(dokter kandungan dan kebidanan, dokter umum dan

bidan).

b) Memberi bayi Asi Ekslusif

Memberi Bayi ASI Eksklusif adalah bayi usia 0-6 bulan

mendapat ASI saja sejak lahir sampai usia 6 bulan.

c) Menimbang balita setiap bulan

Menimbang balita setiap bulan adalah balita (umur 12-

60 bulan) ditimbang setiap bulan dan tercatat di KMS

atau Buku KIA.

d) Menggunakan air bersih

Menggunakan air bersih adalah rumah tangga yang

menggunakan air bersih untuk kebutuhan sehari-hari

yang berasal dari air kemasan, air ledeng, air pompa,

Sumur terlindung, mata air terlindung dan

penampungan air hujan dan memenuhi syarat air bersih

yaitu tidak berasa, tidak berbau dan tidak berwarna.

Sumber air pompa, sumur dan mata air terlindung

berjarak minimal 10 meter dari sumber pencemar

seperti tempat penampungan kotoran atau limbah.

STIKES Suaka Insan


22

e) Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun

Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun adalah

penduduk 5 tahun keatas mencuci tangan sebelum

makan dan sesudah buang air besar, sebelum

memegang bayi, setelah menceboki anak, dan sebelum

menyiapkan makanan menggunakan air bersih mengalir

dan sabun.

f) Menggunakan jamban sehat

Menggunakan jamban sehat adalah anggota rumah

tangga yang menggunakan jamban leher angsa dengan

tangki septik atau lubang penampungan kotoran sebagai

pembuangan akhir dan terpelihara kebersihannya.

Untuk daerah yang sulit air dapat menggunakan jamban

cemplung, jamban plengsengan.

g) Memberantas jentik di rumah sekali seminggu

Memberantas jentik di rumah sekali seminggu adalah

rumah tangga melakukan pemberantasan jentik nyamuk

di dalam dan atau di luar rumah seminggu sekali

dengan 3M plus/abatisasi/ikanisasi atau cara lain yang

dianjurkan.

h) Makan sayur dan buah setiap hari

Makan sayur dan buah setiap hari adalah anggota rumah

tangga umur 10 tahun ke atas yang mengkonsumsi

STIKES Suaka Insan


23

minimal 2 porsi sayur dan 3 porsi buah atau sebaliknya

setiap hari.

i) Melakukan aktivitas fisik setiap hari

Melakukan aktivitas fisik setiap hari adalah penduduk/

anggota keluarga umur 10 tahun ke atas melakukan

aktivitas fisik minimal 30 menit setiap hari.

j) Tidak merokok di dalam rumah

Tidak merokok di dalam rumah adalah penduduk/

anggota rumah tangga umur 10 tahun ke atas tidak

merokok di dalam rumah ketika berada bersama

anggota keluarga lainnya (Depkes RI, 2002).

Dari ketujuh indikator perilaku hidup bersih dan sehat di atas

yang berhubungan dengan kejadian diare adalah menggunakan

air bersih, menggunakan jamban sehat, cuci tangan dengan air

dan sabun, makan sayur dan buah.

1) Penyediaan Air Bersih

a) Air dalam Kehidupan

Air merupakan zat yang paling penting dalam

kehidupan manusia setelah udara. Sekitar tiga per empat

tubuh kita terdiri dari air dan tidak seorang pun dapat

bertahan hidup lebih dari 4-5 hari tanpa air minum.

Volume air dalam tubuh manusia rata-rata 65% dari

total berat badannya, dan volume tersebut sangat

bervariasi pada masing-masing orang, bahkan juga

STIKES Suaka Insan


24

bervariasi antara bagian-bagian tubuh seseorang

(Chandra, 2007).

Dalam kehidupan sehari-hari air dipergunakan

untuk memasak, mencuci, mandi, dan membersihkan

kotoran yang ada di sekitar rumah. Air juga digunakan

untuk keperluan industri, pertanian, pemadam

kebakaran, tempat rekreasi, tranportasi, dan lain-lain.

Menurut perhitungan WHO di negara-negara maju

volume rata-rata kebutuhan air setiap individu per hari

antara 60-120 liter dan untuk negara berkembang

termasuk Indonesia setiap orang membutuhkan air

antara 30-60 liter per hari. Kebutuhan air tersebut

bervariasi dan bergantung pada keadaan iklim, standar

kehidupan dan kebiasaan masyarakat. Ditinjau dari

sudut ilmu kesehatan masyarakat, penyediaan sumber

air bersih harus dapat memenuhi kebutuhan masyarakat

karena persediaan air yang terbatas memudahkan

timbulnya penyakit di masyarakat.

b) Sumber-Sumber Air Bersih

Menurut Chandra (2007) air yang berada di

permukaaan bumi ini dapat berasal dari berbagai

sumber. Berdasarkan letak sumbernya, air dapat dibagi

menjadi air angkasa (hujan), air permukaan, dan air

tanah.

STIKES Suaka Insan


25

c) Syarat-Syarat Air Bersih

Kelayakan air dapat diukur secara kualitas dan

kuantitas. Kualitas air adalah sifat air dan kandungan

makhluk hidup, zat, energi, atau komponen lain dalam

air yang mencakup kualitas fisik, kimia dan biologis

(Effendi, 2003). Menurut Kusnaedi (2004), syarat-

syarat kualitas air bersih terdiri dari syarat fisik, kimia

dan biologis.

Persyaratan fisik untuk air bersih, antara lain:

airnya jernih tidak keruh, tidak berwarna, rasanya

tawar, tidak berbau, suhunya normal (20-26oC), tidak

mengandung zat padatan. Kualitas air tergolong baik

bila memenuhi persyaratan kimia antara lain pH netral,

tidak mengandung zat kimia beracun, tidak

mengandung garam-garam atau ion-ion logam,

kesadahan rendah, tidak mengandung bahan kimia

anorganik, air tidak boleh mengandung Coliform, air

yang mengandung golongan Coli dianggap telah

terkontaminasi dengan kotoran manusia (Sutrisno,

2004). Berdasarkan PERMENKES RI No.

416/MENKES/PER/IX/1990, persyaratan bakteriologis

air bersih adalah dilihat dari Coliform tinja per 100 ml

STIKES Suaka Insan


26

sampel air dengan kadar maksimum yang

diperbolehkan adalah 50.

d) Cara Pengelolaan Air Minum

Berikut ini adalah beberapa cara yang dapat dilakukan

sebelum air dikonsumsi untuk keperluan minum.

(1) Pengelolaan secara sederhana

Biasanya dilakukan penyimpanan (storage)

dari berbagai macam sumber seperti air hujan, air

danau, air sungai, sumur dan sebagainya. Dalam

penyimpanan ini air dibiarkan untuk beberapa jam

di tempatnya, kemudian akan terjadi kongulasi dari

zat-zat yang terdapat didalam air, sampai akhirnya

terbentuk endapan. Air akan menjadi jernih karena

partikel-partikel yang ada di dalam air mengendap.

(2) Pengelolaan air dengan cara menyaring

Model ini dapat dilakukan dengan

menggunakan kerikil, ijuk dan pasir. Sedangkan

model penyaringan yang lebih maju dilakukan

dengan teknologi tinggi seperti pada Perusahaan Air

Minum (PAM).

(3) Pengelolaan air dengan menambahkan zat kimia

Zat kimia yang dimaksud adalah berupa zat

kimia yang berfungsi sebagai kongulan sehingga

mempercepat pengendapan (tawas), zat kimia yang

STIKES Suaka Insan


27

berfungsi untuk membunuh bibit penyakit yang ada

didalam air.

(4) Pengelolaan air dengan mengalirkan udara

Pengelolaan ini bertujuan untuk

menghilangkan rasa serta bau yang tidak enak,

menghilangkan gas-gas yang tidak diperlukan lagi

seperti CO2 dan menaikan derajad keasaman air.

(5) Pengelolaan air dengan cara dipanaskan

Pengelolaan cara ini bertujuan untuk

membunuh bibit penyakit yang ada didalam air,

tetapi cara ini membutuhkan biaya dan waktu yang

tidak sedikit serta hanya cocok untuk konsumsi

dalam batas kecil seperti rumah tangga (Nurul dan

Mubarak, 2009).

e) Menggunakan Air Bersih

Penyakit diare dapat ditularkan melalui

makanan dan air yang tercemar oleh bakteri pathogen.

Keluarga dapat mengurangi resiko diare dengan

menggunakan air bersih yang tersedia dan

melindunginya dari kontaminasi baik dari sumbernya

maupun di rumah. Sumber air bersih yang memenuhi

syarat adalah paling sedikit jaraknya 10 meter dari

sumber pencemar seperti penampungan air kotor,

tempat pembuangan sampah, jamban/kakus.

STIKES Suaka Insan


28

Menurut Depkes RI (2009), kegiatan yang dapat

dilakukan keluarga adalah mengambil air dari sumber

air yang bersih, tempat penampungan air harus selalu

bersih, wadah penyimpanan air harus tertutup dan

sering dibersihkan, gayung pengambil air juga harus

bersih, masaklah air sampai mendidih sebelum

diminum dan menggunakan alat-alat minum yang

bersih.

2) Pembuangan Kotoran Manusia

Jamban atau kakus (latrine) adalah tempat

pembuangan kotoran manusia berupa tinja dan air seni.

Yang dimaksud dengan kotoran manusia adalah semua

benda atau zat yang tidak dipakai lagi oleh tubuh dan yang

harus dikeluarkan dari dalam tubuh (Notoatmodjo, 2007).

Ditinjau dari sudut kesehatan lingkungan, kotoran

manusia merupakan masalah yang sangat penting.

Pembuangan tinja secara layak merupakan kebutuhan

kesehatan yang paling diutamakan. Pembuangan tinja

secara tidak baik dan sembarangan dapat mengakibatkan

kontaminasi pada air, tanah, atau menjadi sumber infeksi,

dan akan mendatangkan bahaya bagi kesehatan, karena

penyakit yang tergolong waterborne disease akan mudah

berjangkit. Yang termasuk waterborne disease adalah

STIKES Suaka Insan


29

tifoid, paratifoid, disentri, diare, kolera, penyakit cacing,

hepatitis viral dan sebagainya (Chandra, 2007).

Di negara berkembang, masih banyak terjadi

pembuangan tinja secara sembarangan akibat tingkat sosial

ekononi yang rendah, pengetahuan di bidang kesehatan

lingkungan yang kurang, dan kebiasaan buruk dalam

pembuangan tinja yang diturunkan dari generasi ke

generasi.

a) Pengelolaan Pembuangan Tinja Manusia

Untuk mencegah sekurang-kurangnya mengurangi

kontaminasi tinja terhadap lingkungan, maka

pembuangan kotoran manusia harus dikelola dengan

baik, pembuangan kotoran harus di suatu tempat

tertentu atau jamban yang sehat.

Menurut Notoatmodjo (2007), suatu jamban

disebut sehat apabila memenuhi persyaratan-

persyaratan antara lain tidak mengotori permukaan

tanah di sekeliling jamban tersebut, tidak mengotori air

permukaan di sekitarnya, tidak mengotori air tanah di

sekitarnya, tidak dapat terjangkau oleh serangga

terutama lalat, kecoa dan binatang-binatang lainnya,

tidak menimbulkan bau, mudah digunakan dan

dipelihara, sederhana desainnya, murah, dapat diterima

oleh pemakainya.

STIKES Suaka Insan


30

Menurut Soeparman (2002), jamban sehat juga

harus mempertimbangkan pada pemenuhan berbagai

keiinginan agar Sedapat mungkin pembuangan tinja

dilakukan orang dengan tenang tanpa gangguan,

sedapat mungkin pembuangan tinja dilakukan dengan

nyaman (comfort) dalam posisi dan suasana yang

disukainya, terganggu privasinya, sedapat mungkin

pembuangan tinja dapat dilakukan oleh orang yang

sedang menderita penyakit saluran pencernaan dengan

tidak menimbulkan risiko bahaya penularan bagi orang

lain, sedapat mungkin pembuangan tinja dapat

dilakukan orang dengan semaksimal mungkin

memperoleh manfaat dari tinja yang dibuang, dapat

diproses menjadi kompos atau biogas, sedapat mungkin

pembuangan tinja dapat dilakukan orang di berbagai

daerah dengan teknik yang sesuai dengan kondisi

setempat.

b) Tinja dan Cara Penularan Penyakit Diare

Menurut Depkes RI (2004), jalur penularan

penyakit dari tinja atau kotoran manusia sebagai sumber

penyakit melalui mulut sehingga menjadi sakit dapat

digambarkan antara lain tinja atau kotoran manusia

mengandung agent penyakit sebagai sumber penularan

bila pembuangannya tidak aman maka dapat mencemari

STIKES Suaka Insan


31

tangan, air, tanah, atau dapat menempel pada lalat dan

serangga lainnya yang menghinggapinya.

Air yang tercemar tinja dapat mencemari makanan

yang selanjutnya makanan tersebut dimakan oleh

manusia atau air yang tercemar diminum oleh manusia;

Tinja dapat mencemari tangan atau jari-jari manusia

selanjutnya dapat mencemari makanan pada waktu

memasak atau menyiapkan makanan, demikian juga

yang telah tercemar dapat langsung kontak dengan

mulut. Tinja secara langsung dapat mencemari makanan

yang kemudian makanan tersebut dimakan oleh

manusia, melalui lalat/serangga kuman penyakit dapat

mencemari makanan yang kemudian dimakan oleh

manusia. Melalui lalat atau serangga lainnya kuman

penyakit dapat mencemari makanan sewaktu hinggap

dimakanan yang kemudian dimakan oleh manusia.

Tinja juga dapat mencemari tanah sebagai akibat tidak

baiknya sarana pembuangan tinja atau membuang tinja

disembarang tempat di mana tanah tersebut selanjutnya

dapat mencemari makanan atau kontak langsung

dengan mulut manusia.

c) Menggunakan Jamban Sehat

Penyakit diare dapat ditularkan melalui kotoran

manusia, semua orang dalam keluarga harus

STIKES Suaka Insan


32

menggunakan jamban dan jamban harus dalam keadaan

bersih agar terhindar dari serangga yang dapat

menularkan atau memindahkan penyakit pada makanan.

Penggunaan jamban yang sehat dan menjaga kebersihan

jamban dapat menurunkan resiko penyakit diare.

Menurut Depkes RI (2009), jamban yang

memenuhi syarat adalah Kotoran tidak mencemari

permukaan tanah, air tanah dan air permukaan cukup

terang dan tidak menjadi sarang serangga (nyamuk,

lalat, lipan dan kecoa), selalu dibersihkan agar tidak

menimbulkan bau yang tidak sedap, cukup lobang

angin, tidak menimbulkan kecelakaan.

Menurut Depkes RI (2009), dalam menjaga

jamban jamban tetap sehat dan bersih kegiatan keluarga

yang dapat dilakukan adalah bersihkan dinding dan

lantai serta pintu ruang jamban secara teratur, bersihkan

jamban secara rutin, cuci dan bersihkan tempat duduk

(jika ada) dengan menggunakan sabun dan air bersih,

perbaiki setiap celah atau retak pada dinding dan lantai

serta pintu, jangan membuang sampah di lantai, selalu

sediakan sabun untuk mencuci tangan, yakinkan bahwa

ruangan jamban ada ventilasinya, tutup lubang ventilasi

jamban dengan kasa anti lalat, beritahukan pada anak-

anak cara menggunakan jamban yang benar, cucilah

STIKES Suaka Insan


33

tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir

setelah menggunakan jamban.

3) Cuci Tangan

Tangan yang bersentuhan langsung dengan kotoran

manusia dan hewan ataupun cairan tubuh lain seperti ingus

dan air ludah dapat terkontaminasi oleh kuman-kuman

penyakit seperti bakteri, virus dan parasit yang dapat

menempel pada permukaaan kulit. Oleh karena itu tangan

sangat berperan dalam penularan penyakit, khususnya

penyakit yang ditularkan melalui mulut, misalnya diare.

Menurut Depkes RI (2009) tangan akan bebas dari kuman

penyakit apabila cuci tangan dengan baik dan benar.

a) Pengertian Cuci Tangan Pakai Sabun dan Air Mengalir

Menurut Depkes RI (2009) cuci tangan pakai

sabun adalah salah satu tindakan sanitasi dengan

membersihkan tangan dan jari jemari menggunakan air

dan sabun oleh manusia untuk menjadi bersih dan

memutuskan mata rantai kuman. Mencuci tangan

dengan sabun dikenal juga sebagai salah satu upaya

pencegahan penyakit. Mencuci tangan dengan air saja

tidak cukup. Penggunaan sabun selain membantu

singkatnya waktu cuci tangan, dengan menggosok

jemari dengan sabun menghilangkan kuman yang tidak

tampak minyak/lemak/kotoran di permukaan kulit, serta

STIKES Suaka Insan


34

meninggalkan bau wangi. Perpaduan kebersihan, bau

wangi dan perasaan segar merupakan hal positif yang

diperoleh setelah menggunakan sabun.

b) Waktu Yang Tepat Cuci Tangan

Menurut Depkes RI (2009) waktu yang tepat untuk cuci

tangan pakai sabun adalah: Sebelum makan; Sesudah

membersihkan anak BAB, Sebelum menyiapkan

makanan, Sebelum memegang bayi, Sesudah buang air

besar.

c) Cara cuci tangan yang benar

Mencuci tangan yang benar harus menggunakan sabun

dan di bawah air yang mengalir. Sedangkan menurut

Depkes RI (2009) langkah-langkah teknik mencuci

tangan yang benar adalah basahi tangan dengan air di

bawah kran atau air mengalir, ambil sabun cair

secukupnya untuk seluruh tangan, gosokkan kedua

telapak tangan dan gosokkan sampai ke ujung jari,

telapak tangan kanan menggosok punggung tangan kiri

atau sebaliknya dengan jari-jari saling mengunci

berselang-seling antara tangan kanan dan kiri, gosok

sela-sela jari tersebut dan lakukan sebaliknya, letakkan

punggung jari satu dengan punggung jari lainnya dan

saling mengunci, usapkan ibu jari tangan kanan dengan

telapak kiri dengan gerakan berputar. Lakukan hal yang

STIKES Suaka Insan


35

sama dengan ibu jari tangan kiri, gosok telapak tangan

dengan punggung jari tangan satunya dengan gerakan

ke depan dan ke belakang serta berputar. Lakukan

sebaliknya, pegang pergelangan tangan kanan dengan

tangan kiri dan lakukan gerakan memutar. Lakukan

pula untuk tangan kiri, bersihkan sabun dari kedua

tangan dengan air mengalir, keringkan tangan dengan

menggunakan tissue, bila menggunakan kran tutup kran

dengan menggunakan tissue.

d) Hubungan cuci tangan dengan kesehatan

Menurut Depkes RI (2009) penyakit-penyakit yang

dapat dicegah dengan mencuci tangan dengan sabun

adalah:

(1) Diare

Penyakit diare menjadi penyebab kematian kedua

yang paling umum untuk anak-anak balita. Sebuah

ulasan yang membahas sekitar 30 penelitian terkait

menemukan bahwa cuci tangan dengan sabun dapat

memangkas angka penderita diare hingga separuh.

Penyakit diare seringkali diasosiasikan dengan

keadaan air, namun secara akurat sebenarnya harus

diperhatikan juga penanganan kotoran manusia

seperti tinja dan air kencing, karena kuman-kuman

penyakit penyebab diare berasal dari kotoran-

STIKES Suaka Insan


36

kotoran ini. Kuman-kuman penyakit ini membuat

manusia sakit ketika mereka masuk mulut melalui

tangan yang telah menyentuh tinja, air minum yang

terkontaminasi, makanan mentah, dan peralatan

makan yang tidak dicuci terlebih dahulu atau

terkontaminasi akan tempat makannya yang kotor.

(2) Infeksi saluran pernapasan

Penyakit ini adalah penyebab kematian utama untuk

anak-anak balita. Mencuci tangan dengan sabun

mengurangi angka infeksi saluran pernapasan ini

dengan dua langkah dengan melepaskan pathogen-

patogen pernapasan yang terdapat pada tangan dan

permukaan telapak tangan dan dengan

menghilangkan patogen (kuman penyakit) lainnya

(terutama virus entrentic) yang menjadi penyebab

tidak hanya diare namun juga gejala penyakit

pernapasan lainnya. Bukti-bukti telah ditemukan

bahwa praktik-praktik menjaga kesehatan dan

kebersihan seperti mencuci tangan sebelum dan

sesudah makan atau buang air besar/kecil dapat

mengurangi tingkat infeksi.

(3) Infeksi cacing, infeksi mata dan penyakit kulit

Penelitian juga telah membuktikan bahwa selain

diare dan infeksi saluran pernapasan penggunaan

STIKES Suaka Insan


37

sabun dalam mencuci tangan mengurangi kejadian

penyakit kulit; infeksi mata seperti trakoma, dan

cacingan khususnya untuk ascariasis dan

trichuriasis.

4) Makan Sayur dan Buah

Menurut Depkes RI (2009), setiap anggota keluarga

mengkonsumsi minimal 3 porsi buah dan 2 porsi sayuran

atau sebaliknya setiap hari.

a) Makan sayur dan buah setiap hari sangat penting

karena:

(1) Mengandung vitamin dan mineral, yang mengatur

pertumbuhan dan pemeliharaan tubuh

(2) Mengandung serat yang tinggi

b) Manfaat vitamin yang ada di dalam sayur dan buah :

(1) Vitamin A untuk pemeliharaan kesehatan mata

(2) Vitamin D untuk kesehatan tulang

(3) Vitamin E untuk kesuburan dan awet muda

(4) Vitamin K untuk pembekuan darah

(5) Vitamin C meningkatkan daya tahan tubuh terhadap

infeksi

(6) Vitamin B mencegah penyakit beri-beri

(7) Vitamin B12 meningkatkan nafsu makan

c) Manfaat serat yang ada didalam sayur dan buah

STIKES Suaka Insan


38

Serat adalah makanan yang berasal dari tumbuh-

tumbuhan yang sangat berfungsi untuk memelihara

usus. Serat tidak dapat dicerna oleh pencernaan

sehingga serat tidak menghasilkan tenaga dan dibuang

melalui tinja. Serat tidak untuk mengenyangkan tetati

dapat menunda pengosongan lambung sehingga orang

menjadi tidak cepat lapar.

d) Manfaat makanan berserat

(1) Mencegah diabetes

(2) Melancarkan buang air besar

(3) Menurunkan berat badan

(4) Membantu proses pembersihan racun (detoksifikasi)

(5) Membuat awet muda

(6) Mencegah kanker

(7) Memperindah kulit, rambut dan kuku

(8) Membantu mengatasi anemia (kurang darah)

(9) Membantu perkembangan bakteri yang baik dalam

usus

e) Sayur dan buah yang baik dikonsumsi

(1) Semua sayur bagus untuk dimakan, terutama

sayuran yang berwarna (hijau tua, kuning dan

oranye) seperti bayam, kangkung, daun katuk,

wortel, kacang panjang, selada hijau dan daun

singkong.

STIKES Suaka Insan


39

(2) Semua buah bagus untuk dimakan, terutama yang

berwarna (merah, kuning) seperti mangga, papaya,

jeruk, jambu biji, apel lebih banyak kandungan

vitamin dan mineral serta seratnya.

(3) Pilihlah buah dan sayur yang bebas pestisida dan zat

berbahaya lainnya. Biasanya ciri-ciri sayur dan buah

yang baik ada sedikit lubang bekas dimakan ulat

dan tetap segar.

f) Cara mengolah sayur dan buah

Konsumsi sayur dan buah yang tidak merusak

kandungan gizinya adalah dengan memakannya dalam

keadaan mentah atau dikukus. Direbus dengan air akan

melarutkan beberapa vitamin dan mineral yang

terkandung dalam sayur dan buah tersebut. Pemanasan

tinggi akan menguraikan beberapa vitamin seperti

vitamin C sehingga memudahkan terinfeksi virus atau

bakteri sehingga dapat menyebabkan gangguan pada

usus seperti diare.

g) Peran keluarga untuk menanamkan kebiasaan makan

sayur dan buah

(1) Memanfaatkan pekarangan dengan menanam sayur

dan buah.

(2) Menyediakan sayur dan buah setiap hari di rumah

dengan harga terjangkau.

STIKES Suaka Insan


40

(3) Perkenalkan sejak dini kepada anak kebiasaan

makan sayur dan buah pagi, siang dan malam.

(4) Memanfaatkan setiap kesempatan di rumah untuk

mengingatkan tentang pentingnya makan sayur dan

buah.

C. Diare

1. Definisi Diare

Diare adalah perubahan frekuensi dan konsistensi tinja.

WHO pada tahun 1984 mendefinisikan diare sebagai berak cair

tiga kali atau lebih dalam sehari semalam (24 jam). Para ibu

mungkin mempunyai istilah tersendiri seperti BAB lembek, cair,

berdarah, berlendir atau dengan muntah (muntaber) (Widoyono,

2008). Sedangkan menurut Widjaja (2002), diare diartikan sebagai

buang air encer lebih dari empat kali sehari, baik disertai lendir dan

darah maupun tidak (Wulandari, 2009).

2. Klasifikasi Diare

a. Diare Akut

Secara operasional, diare akut adalah buang air besar lembek

atau cair bahkan dapat berupa air saja yang frekuensinya lebih

sering dari biasanya (biasanya 3 kali atau lebih dalam sehari)

dan berlangsung kurang dari 14 hari.

b. Diare Bermasalah, yaitu :

1) Disentri Berat

STIKES Suaka Insan


41

Sindrom disentri terdiri dari kumpulan gejala, diare dengan

darah dan lendir dalam feses dan adanya tenesmus.

2) Diare Persisten

Diare persisten adalah diare akut yang berlanjut sampai 14

hari atau lebih.

3) Diare Pada Kurang Energi Protein (KEP) Berat

Diare yang terjadi dapat berupa diare akut maupun diare

persisten, yang dapat muncul sebagai disentri. Kurang

Energi Protein (KEP) yang dimaksud adalah KEP berat

(marasmus atau kwashorkor), yang secara nyata

mempengaruhi perjalanan penyakit dan tatalaksana diare

yang muncul.

4) Diare Dengan Penyakit Penyerta

anak yang menderita diare (diare akut dan persisten)

mungkin juga disertai penyakit lain seperti infeksi saluran

nafas, saluran susunan saraf pusat, infeksi saluran kemih,

infeksi sistemis lain (sepsis, campak), kurang gizi (Depkes

RI, 2003).

3. Etiologi

Menurut Widjaja (2002), diare disebabkan oleh faktor infeksi,

malabsorpsi (gangguan penyerapan zat gizi), makanan dan faktor

psikologis.

a. Faktor infeksi

STIKES Suaka Insan


42

Infeksi pada saluran pencernaan merupakan penyebab utama

diare pada anak. Jenis-jenis infeksi yang umumnya menyerang

antara lain:

1) Infeksi oleh bakteri : Escherichia coli, Salmonella thyposa,

Vibrio cholerae (kolera), dan serangan bakteri lain yang

jumlahnya berlebihan dan patogenik seperti pseudomonas.

2) Infeksi basil (disentri),

3) Infeksi virus rotavirus,

4) Infeksi parasit oleh cacing (Ascaris lumbricoides),

5) Infeksi jamur (Candida albicans),

6) Infeksi akibat organ lain, seperti radang tonsil, bronchitis,

dan radang tenggorokan, dan

7) Keracunan makanan.

b. Faktor malabsorpsi

Faktor malabsorpsi dibagi menjadi dua yaitu

malabsorpsi karbohidrat dan lemak. Malabsorpsi karbohidrat,

pada bayi kepekaan terhadap lactoglobulis dalam susu formula

dapat menyebabkan diare. Gejalanya berupa diare berat, tinja

berbau sangat asam, dan sakit di daerah perut. Sedangkan

malabsorpsi lemak, terjadi bila dalam makanan terdapat lemak

yang disebut triglyserida. Triglyserida, dengan bantuan kelenjar

lipase, mengubah lemak menjadi micelles yang siap diabsorpsi

usus. Jika tidak ada lipase dan terjadi kerusakan mukosa usus,

diare dapat muncul karena lemak tidak terserap dengan baik.

STIKES Suaka Insan


43

c. Faktor makanan

Makanan yang mengakibatkan diare adalah makanan yang

tercemar, basi, beracun, terlalu banyak lemak, mentah

(sayuran) dan kurang matang. Makanan yang terkontaminasi

jauh lebih mudah mengakibatkan diare pada anak-anak balita.

d. Faktor Lingkungan

Diare dapat terjadi pada lingkungan yang tidak saniter seperti :

Pasokan air tidak memadai, air terkontaminasi tinja, jamban

tidak memenuhi syarat kesehatan. Sumber air minum utama

merupakan salah satu sarana sanitasi yang tidak kalah

pentingnya berkaitan dengan kejadian diare. Sebagian kuman

infeksius penyebab diare ditularkan melalui jalur fekal oral.

Mereka dapat ditularkan dengan memasukkan ke dalam mulut,

cairan atau benda yang tercemar dengan tinja, misalnya air

minum, jari-jari tangan, dan makanan yang disiapkan dalam

panci yang dicuci dengan air tercemar (Depkes RI, 2004).

e. Faktor Perilaku

Menurut Depkes RI (2005), faktor perilaku yang dapat

menyebabkan penyebaran bakteri pathogen dan meningkatkan

risiko terjadinya diare adalah sebagai berikut :

1) Tidak memberikan ASI secara penuh 4-6 bulan pada

pertama kehidupan.

2) Menggunakan botol susu yang memudahkan pencemaran

bakteri pathogen, karena botol susu susah dibersihkan.

STIKES Suaka Insan


44

3) Menyimpan makanan pada suhu kamar, yang jika

didiamkan beberapa jam bakteri pathogen akan

berkembang biak.

4) Menggunakan air minum yang tercemar.

5) Tidak mencuci tangan setelah buang air besar atau sesudah

makan dan menyuapi anak.

6) Tidak membuang tinja (termasuk tinja bayi) dengan benar.

f. Faktor psikologis

Rasa takut, cemas, dan tegang, jika terjadi pada anak dapat

menyebabkan diare kronis. Tetapi jarang terjadi pada anak

balita, umumnya terjadi pada anak yang lebih besar

(Wulandari, 2009).

4. Penularan penyakit diare

Penyakit diare sebagian besar (75%) disebabkan oleh kuman

seperti virus dan bakteri. Penularan penyakit diare melalui orofekal

terjadi dengan mekanisme berikut ini :

a. Melalui air yang merupakan media penularan utama. Diare

dapat terjadi bila seseorang menggunakan air minum yang

sudah tercemar, baik tercemar dari sumbernya, tercemar selama

perjalanan sampai ke rumah-rumah, atau tercemar pada saat

disimpan di rumah. Pencemaran di rumah terjadi apabila

tempat penyimpanan tidak tertutup atau apabila tangan yang

tercemar menyentuh air pada saat mengambil air dari tempat

penyimpanan (Widoyono, 2008). Menurut Depkes RI (2005)

STIKES Suaka Insan


45

menggunakan air minum yang tercemar dapat menjadi salah

satu faktor risiko terjadinya diare pada balita. Air mungkin

sudah tercemar dari sumbernya atau pada saat penyimpanan di

rumah, seperti ditampung pada tempat penampungan air

(Wulandari, 2009).

b. Melalui tinja terinfeksi. Tinja yang sudah terinfeksi

mengandung virus atau bakteri dalam jumlah besar. Bila tinja

tersebut dihinggapi oleh binatang dan kemudian binatang

tersebut hinggap di makanan, maka makanan itu dapat

menularkan diare ke orang yang memakannya.

c. Faktor-faktor yang meningkatkan risiko diare adalah :

1) Pada usia 4 bulan bayi sudah tidak diberi ASI eksklusif

lagi. (ASI eksklusif adalah pemberian ASI saja sewaktu

bayi berusia 0-4 bulan). Hal ini akan meningkatkan risiko

kesakitan dan kematian karena diare, karena ASI banyak

mengandung zat-zat kekebalan terhadap infeksi.

2) Memberikan susu formula dalam botol kepada bayi.

Pemakaian botol akan meningkatkan risiko pencemaran

kuman, dan susu akan terkontaminasi oleh kuman dari

botol. Kuman akan cepat berkembang bila susu tidak segera

diminum.

3) Menyimpan makanan pada suhu kamar. Kondisi tersebut

akan menyebabkan permukaan makanan mengalami kontak

STIKES Suaka Insan


46

dengan peralatan makanan yang merupakan media yang

sangat baik bagi perkembangan mikroba.

4) Tidak mencuci tangan pada saat memasak, makan, atau

sesudah buang air besar (BAB) akan memungkinkan

kontaminasi langsung (Widoyono, 2008).

5. Tanda dan Gejala

a. Beberapa tanda dan gejala diare antara lain :

1) Gejala umum

a) Berak cair atau lembek dan sering adalah gejala khas

diare.

b) Muntah, biasanya menyertai diare pada gastroenteritis

akut.

c) Demam, dapat mendahului atau tidak mendahului

gejala diare.

d) Gejala dehidrasi yaitu mata cekung, ketegangan kulit

menurun, apatis, bahkan gelisah.

2) Gejala spesifik

a) Vibrio cholera : diare hebat, warna tinja seperti cucian

beras dan berbau amis.

b) Disenteriform : tinja berlendir dan berdarah.

b. Diare yang berkepanjangan dapat menyebabkan :

1) Dehidrasi (kekurangan cairan)

Tergantung dari persentase cairan tubuh yang hilang,

dehidrasi dapat terjadi ringan, sedang atau berat.

STIKES Suaka Insan


47

2) Gangguan sirkulasi

Pada diare akut, kehilangan cairan dapat terjadi dalam

waktu yang singkat. Bila kehilangan cairan ini lebih dari

10% berat badan, pasien dapat mengalami syok atau

presyok yang disebabkan oleh berkurangnya volume darah

(hipovolemia).

3) Gangguan asam-basa (asidosis)

Hal ini terjadi akibat kehilangan cairan elektrolit

(bikarbonat) dari dalam tubuh. Sebagai kompensasinya

tubuh akan bernapas cepat untuk membantu meningkatkan

pH arteri.

4) Hipoglikemia (kadar gula darah rendah)

Hipoglikemia sering terjadi pada anak yang sebelumnya

mengalami malnutrisi (kurang gizi). Hipoglikemia dapat

menyebabkan koma. Penyebab yang pasti belum diketahui,

kemungkinan karena cairan ekstraseluler menjadi hipotonik

dan air masuk kedalam cairan intraseluler sehingga terjadi

edema otak yang mengakibatkan koma.

5) Gangguan gizi

Gangguan ini terjadi karena asupan makan yang kurang dan

output yang berlebihan. Hal ini akan bertambah berat bila

STIKES Suaka Insan


48

pemberian makanan dihentikan, serta sebelumnya penderita

sudah mengalami kekurangan gizi (malnutrisi).

c. Derajat dehidrasi akibat diare dibedakan menjadi tiga, yaitu :

1) Tanpa dehidrasi, biasanya anak merasa normal, tidak rewel,

masih bisa bermain seperti biasanya. Umumnya karena

diarenya tidak berat, anak masih mau makan dan minum

seperti biasa.

2) Dehidrasi ringan atau sedang, menyebabkan anak rewel

atau gelisah, mata sedikit cekung, tugor kulit masih kembali

dengan cepat jika dicubit.

3) Dehidrasi berat, anak apatis (kesadaran berkabut), mata

cekung, bila dicubit tugor kulit kembali lambat, napas

cepat, anak terlihat lemah (Widoyono, 2008).

6. Pengobatan Diare

Menurut Widoyono (2008), pengobatan diare berdasarkan derajat

dehidrasinya, yaitu:

a. Tanpa dehidrasi, dengan terapi A

Pada keadaaan ini, buang air besar terjadi 3-4 kali sehari

atau disebut mulai mencret. Penderita yang mengalami kondisi

ini masih lincah dan masih mau makan dan minum seperti

biasa. Pengobatan yang dilakukan dapat dilakukan dengan

memberikan makanan dan minuman yang ada di rumah seperti

air kelapa, larutan gula garam (LGG), air tajin, air teh, maupun

STIKES Suaka Insan


49

oralit. Istilah pengobatan ini adalah dengan menggunakan

terapi A.

Ada 3 cara pemberian cairan yang dapat dilakukan di rumah

yaitu:

a. Memberikan penderita lebih banyak cairan

b. Memberikan makanan terus menerus

c. Membawa ke petugas kesehatan bila anak tidak membaik

dalam tiga hari.

b. Dehidrasi sedang atau ringan, dengan terapi B

Diare dengan dehidrasi ringan ditandai dengan hilangnya

cairan sampai 5% dari berat badan, sedangkan pada diare

sedang terjadi kehilangan cairan 6-10% dari berat badan. Untuk

mengobati penyakit diare pada derajat dehidrasi ringan atau

sedang digunakan terapi B, yaitu sebagai berikut:

Pada tiga jam pertama jumlah oralit yang digunakan :

a. Umur < 1 tahun : 300 ml oralit

b. Umur 1-4 tahun : 600 ml oralit

c. Umur > 5 tahun : 1200 ml oralit

d. Dehidrasi berat, dengan terapi C

Diare dengan dehidrasi berat ditandai dengan mencret

terus menerus, biasanya lebih dari 10 kali disertai dengan

muntah, kehilangan cairan lebih dari 10% berat badan. Diare

ini diatasi dengan terapi C, yaitu perawatan di puskesmas atau

rumah sakit untuk diinfus RL (Ringer laktat).

STIKES Suaka Insan


50

c. Teruskan pemberian makanan. Pemberian makanan seperti

semula diberikan sedini mungkin dan disesuaikan dengan

kebutuhan. Makanan tambahan diperlukan pada masa

penyembuhan. Untuk bayi, ASI tetap diberikan bila

sebelumnya mendapatkan ASI, namun bila sebelumnya tidak

mendapatkan ASI dapat diteruskan dengan memberikan susu

formula.

d. Antibiotik bila perlu. Sebagian besar penyebab diare adalah

Rotavirus yang tidak memerlukan antibiotik dalam

penatalaksanaan kasus diare karena tidak bermanfaat dan efek

sampingnya bahkan merugikan penderita.

7. Pencegahan Diare

Tujuan pencegahan diare adalah untuk tercapainya penurunan

angka kesakitan. Menurut Depkes RI (2003), upaya kegiatan

pencegahan diare yang benar dan efektif yang dapat dilakukan

adalah :

a. Memberikan ASI

ASI mempunyai khasiat preventif secara imunologik

dengan adanya antibodi dan zat-zat lain yang dikandungnya.

ASI turut memberikan perlindungan terhadap diare. Pada bayi

yang baru lahir, pemberian ASI secara penuh mempunyai daya

lindung empat kali lebih besar terhadap diare dari pada

pemberian ASI yang disertai dengan susu botol. Flora normal

STIKES Suaka Insan


51

usus bayi-bayi yang disusui mencegah tumbuhnya bakteri

penyebab diare. Pada bayi yang tidak diberi ASI secara penuh,

pada 6 bulan pertama kehidupan, resiko mendapat diare adalah

30x lebih besar. Pemberian susu formula merupakan cara lain

dari menyusui. Penggunaan botol untuk susu formula, biasanya

menyebabkan resiko tinggi terkena diare sehingga

mengakibatkan terjadinya gizi buruk.

b. Makanan Pendamping ASI

Pemberian makanan pendamping ASI adalah saat bayi

secara bertahap mulai dibiasakan dengan makanan orang

dewasa. Pada masa tersebut merupakan masa yang berbahaya

bagi bayi sebab perilaku pemberian makanan pendamping ASI

dapat menyebabkan meningkatkan resiko terjadinya diare

ataupun penyakit lain yang menyebabkan kematian. Perilaku

pemberian makanan pendamping ASI yang baik meliputi

perhatian terhadap kapan, apa dan bagaimana makanan

pendamping ASI diberikan. Dan yang terpenting adalah cuci

tangan sebelum menyiapkan makanan dan menyuapi anak,

suapi anak dengan sendok yang bersih, masak atau rebus

makanan dengan benar, simpan sisanya pada tempat yang

dingin dan panaskan dengan benar sebelum diberikan pada

anak.

c. Menggunakan air bersih yang cukup

STIKES Suaka Insan


52

Sebagian besar bakteri penyebab diare ditularkan

melalui jalur fecal oral. Mereka dapat ditularkan dengan

memasukkan ke dalam mulut, cairan atau benda yang tercemar

dengan tinja, misalnya air minum, jari-jari tangan, makanan

yang disiapkan dalam panci yang dicuci dengan air yang

tercemar. Masyarakat yang terjangkau oleh penyediaan air

yang benar-benar bersih mempunyai resiko menderita diare

lebih kecil dibandingkan masyarakat yang tidak mendapatkan

air bersih. Masyarakat dapat mengurangi resiko terhadap diare

yaitu dengan menggunakan air yang bersih dan melindungi air

tersebut dari kontaminan mulai dari sumbernya sampai

penyimpanan di rumah.

d. Mencuci tangan

Kebiasaan yang berhubungan dengan kebersihan

perorangan yang penting dalam penularan kuman diare adalah

mencuci tangan. Mencuci tangan dengan sabun, terutama

sesudah buang air besar, sesudah membuang tinja anak,

sebelum menyiapkan makanan, sebelum menyuapi makan anak

dan sebelum makan, mempunyai dampak dalam penurunan

kejadian diare.

e. Menggunakan jamban

Pengalaman di berbagai negara membuktikan bahwa

upaya penggunaan jamban mempunyai dampak yang besar

dalam penurunan resiko terhadap penyakit diare.

STIKES Suaka Insan


53

f. Membuang tinja bayi yang benar

Banyak orang yang beranggapan bahwa tinja bayi itu

tidak berbahaya. Hal ini tidak benar karena tinja bayi dapat

pula menularkan penyakit pada anak-anak dan orang tuanya.

Tinja bayi harus dibuang secara benar.

Yang harus diperhatikan keluarga adalah :

1) Kumpulkan segera tinja bayi atau anak kecil dan buang ke

jamban

2) Bantu anak-anak buang air besar di tempat yang bersih dan

mudah dijangkau olehnya

3) Bila tidak ada jamban, pilih tempat untuk membuang tinja

anak seperti di dalam lubang atau di kebun kemudian

ditimbun

4) Bersihkan dengan benar setelah buang air besar dan cuci

tangan dengan sabun.

g. Pemberian imunisasi campak

Anak yang sakit campak sering disertai diare, sehingga

pemberian imunisasi campak juga dapat mencegah diare. Oleh

karena itu beri anak imunisasi campak segera setelah berumur

9 bulan.

h. Pendidikan

STIKES Suaka Insan


54

Menurut Sander (2005), pendidikan merupakan hal

yang penting dalam mempengaruhi pikiran seseorang.

Pendidikan masyarakat yang rendah menjadikan mereka sulit

diberi tahu mengenai pentingnya kebersihan perorangan dan

sanitasi lingkungan untuk mencegah terjangkitnya penyakit

menular, salah satunya diare (Wulandari, 2009).

Upaya agar masyarakat berperilaku atau mengadopsi

perilaku kesehatan dengan cara persuasi, bujukan, imbauan,

ajakan, memberikan informasi, memberikan kesadaran dan

promosi kesehatan. Dampak yang timbul dari cara ini terhadap

perubahan perilaku masyarakat akan memakan waktu lama

dibandingkan dengan cara koersi, bila perilaku tersebut berhasil

diadopsi masyarakat maka akan langgeng, bahkan selama

hidup dilakukan. Pendidikan adalah suatu bentuk intervensi

atau upaya yang ditunjukkan kepada perilaku agar perilaku

individu, kelompok atau msyarakat mempunyai pengaruh

positif terhadap pemeliharaan dan peningkatan kesehatan

(Notoatmodjo, 2007).

D. Landasan Teoritis

1. Perilaku Kesehatan

Perilaku kesehatan adalah suatu respons seseorang (organisme)

terhadap stimulus atau objek yang berhubungan dengan sakit dan

penyakit, system pelayanan kesehatan, makanan dan minuman

serta lingkungan (Maulana, 2009).

STIKES Suaka Insan


55

2. Perilaku Hidup Bersih

Perilaku hidup bersih adalah sekumpulan perilaku yang

dipraktikkan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran yang

menjadikan seseorang atau keluarga dapat menolong diri sendiri di

bidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan

masyarakatnya (Depkes RI, 2009).

3. Indikator perilaku hidup bersih dan sehat :

a. Persalinan oleh tenaga kesehatan

b. Memberi bayi Asi Ekslusif

c. Menimbang balita setiap bulan

d. Menggunakan air bersih

e. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun

f. Menggunakan jamban sehat

g. Memberantas jentik di rumah sekali seminggu

h. Makan sayur dan buah setiap hari

i. Melakukan aktivitas fisik setiap hari

j. Tidak merokok di dalam rumah

4. Diare

Diare adalah perubahan frekuensi dan konsistensi tinja.

WHO pada tahun 1984 mendefinisikan diare sebagai berak cair

tiga kali atau lebih dalam sehari semalam (24 jam). Para ibu

mungkin mempunyai istilah tersendiri seperti lembek,cair,

berdarah,berlendir atau dengan muntah (muntaber) (Widoyono,

2008). Sedangkan menurut Widjaja (2002), diare diartikan sebagai

STIKES Suaka Insan


56

buang air encer lebih dari empat kali sehari, baik disertai lendir dan

darah maupun tidak (Wulandari, 2009).

Penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang

berbasis lingkungan. Dua faktor yang dominan, yaitu sarana air

bersih dan pembuangan tinja. Kedua faktor ini akan berinteraksi

dengan perilaku manusia. Apabila faktor lingkungan tidak sehat

karena tercemar kuman diare serta berakumulasi dengan perilaku

yang tidak sehat pula, yaitu melalui makanan dan minuman, maka

dapat menimbulkan kejadian diare (Wulandari, 2009).

4. Etiologi

a. Faktor infeksi

Infeksi pada saluran pencernaan merupakan penyebab utama

diare pada anak.

b. Faktor malabsorpsi

Faktor malabsorpsi dibagi menjadi dua yaitu malabsorpsi

karbohidrat dan lemak.

c. Faktor makanan

Makanan yang mengakibatkan diare adalah makanan yang

tercemar, basi, beracun, terlalu banyak lemak, mentah

(sayuran) dan kurang matang.

d. Faktor psikologis

Rasa takut, cemas, dan tegang, jika terjadi pada anak dapat

menyebabkan diare kronis (Wulandari, 2009).

STIKES Suaka Insan


57

5. Diare yang berkepanjangan dapat menyebabkan :

a. Dehidrasi (kekurangan cairan)

Tergantung dari persentase cairan tubuh yang hilang, dehidrasi

dapat terjadi ringan, sedang atau berat.

b. Gangguan sirkulasi

Pada diare akut, kehilangan cairan dapat terjadi dalam waktu

yang singkat.

c. Gangguan asam-basa (asidosis)

Hal ini terjadi akibat kehilangan cairan elektrolit (bikarbonat)

dari dalam tubuh.

d. Hipoglikemia (kadar gula darah rendah)

Hipoglikemia sering terjadi pada anak yang sebelumnya

mengalami malnutrisi (kurang gizi).

e. Gangguan gizi

Gangguan ini terjadi karena asupan makan yang kurang dan

output yang berlebihan (Widoyono, 2008).

6. Ada 3 cara pemberian cairan yang dapat dilakukan di rumah yaitu:

a. Memberikan penderita lebih banyak cairan

b. Memberikan makanan terus menerus

c. Membawa ke petugas kesehatan bila anak tidak membaik

dalam tiga hari (Widoyono, 2008).

STIKES Suaka Insan


58

7. Faktor-faktor yang meningkatkan risiko diare adalah :

a. Pada usia 4 bulan bayi sudah tidak diberi ASI eksklusif lagi.

(ASI eksklusif adalah pemberian ASI saja sewaktu bayi berusia

0-4 bulan).

b. Memberikan susu formula dalam botol kepada bayi.

c. Menyimpan makanan pada suhu kamar.

d. Tidak mencuci tangan pada saat memasak, makan, atau

sesudah buang air besar (BAB) akan memungkinkan

kontaminasi langsung (Widoyono, 2008).

STIKES Suaka Insan


59

E. Kerangka Teoritis Penelitian

PHBS :
1. Persalinan oleh tenaga kesehatan
2. Memberi bayi Asi Ekslusif
3. Menimbang balita setiap bulan
4. Menggunakan air bersih
5. Mencuci tangan dengan air bersih dan
sabun
6. Menggunakan jamban sehat
7. Memberantas jentik di rumah sekali
seminggu
8. Makan sayur dan buah setiap hari
9. Melakukan aktivitas fisik setiap hari
10. Tidak merokok di dalam rumah

Kejadian Diare
Pada Balita

- Infeksi
- Malabsorpsi
- Makanan
- Psikologi

- Dehidrasi
- Gangguan sirkulasi
- Gangguan asidosis
- Hipoglikemia
- Gangguan gizi

Gambar 2.2 Kerangka Teoritis Penelitian

STIKES Suaka Insan


60

F. Kerangka Konsep Penelitian

Perilaku Hidup Bersih :

1. Menggunakan air bersih


2. Mencuci tangan dengan air bersih
dan sabun
3. Menggunakan jamban sehat
4. Makan sayur dan buah setiap hari
Dikategorikan :
- Baik
- Cukup
- Kurang
- Sangat Kurang

Kejadian diare
pada balita
- Tidak
- Ya
- Infeksi
- Malabsorpsi
- Makanan
- Psikologi - Dehidrasi
- Gangguan sirkulasi
- Gangguan asidosis
- Hipoglikemia
- Gangguan gizi

Keterangan :

= Variabel yang diteliti

= Variabel yang tidak diteliti

Gambar 2.3 Kerangka Konsep Penelitian

G. Hipotesis Penelitian

STIKES Suaka Insan


61

Ha : Ada hubungan antara perilaku hidup bersih ibu dengan kejadian

diare pada balita di Puskesmas Kuin Raya Banjarmasin, dengan

taraf signifikansi (α ) = 0,05.

STIKES Suaka Insan

Anda mungkin juga menyukai