Anda di halaman 1dari 44

1

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA NY.R DENGAN


DIAGNOSA MEDIS HIPERTENSI DI PANTI SOSIAL TRESNA
WERDHA SINTA RANGKANG TANGKILING

OLEH :
RICKY GUNAWAN
(2021-01-14901-056)

YAYASAN STIKES EKA HARAP PALANGKARAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PRODI SARJANA KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2020/2021
2

LEMBAR PERSETUJUAN

Laporan ini di susun oleh :

Nama : Ricky Gunawan


NIM : 2021-01-14901-056
Program Studi : Profesi Ners
Judul : Asuhan Keperawatan Gerontik Pada Ny.R Dengan Diagnosa
Medis Hipertensi Di Panti Sosial Tresna Werdha Sinta Rangkang Tangkiling
Telah Melakukan Asuhan Keperawatan Sebagai Persyaratan Untuk
Menyelesaikan Stase Keperawatan Gerontik Pada Program Studi Profesi Ners
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap Palangkaraya.

PEMBIMBING PRAKTIK

Pembimbing Akademik

Prinawatie, S.Kep., M.Kes


3

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penyusunan Laporan
pratikum yang berjudul “Asuhan Keperawatan Gerontik Pada Ny.R Dengan
Diagnosa Medis Hipertensi Di Panti Sosial Tresna Werdha Sinta Rangkang
Tangkiling” ini dapat diselesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Asuhan keperawatan ini masih
jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun, untuk perbaikan di masa yang akan mendatang. Akhir kata penulis
mengucapkan sekian dan terima kasih.

Palangka Raya, 18 Januari 2022

Penulis
4

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah2
1.3 Tujuan Penulis 2
1.3.1 Tujuan Umum 2
1.3.2 Tujuan Khusus 3
1.4 Manfaat Penulisan3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar Gerontik 4
2.1.1 Definisi Gerontik 4
2.1.2 Batasan Usia 4
2.1.3 Ciri-Ciri Lansia 4
2.1.4 Tipe-Tipe Lansia 6
2.2 Konsep Dasar Hipertensi 7
2.2.1 Definisi 7
2.2.2 Anatomi Fisiologi 7
2.2.3 Etiologi 8
2.2.4 Klasifikasi 9
2.2.5 Patofisiologi 10
2.2.6 Manifestasi Klinis 12
2.2.7 Komplikasi 12
2.2.8 Pemeriksaan Penunjang 13
2.2.9 Penatalaksanaan Medis 14
2.3 Manajemen Asuhan Keperawatan 16
2.3.1 Pengkajian Keperawatan 16
2.3.2 Diagnosa Keperawatan 17
2.3.3 Intervensi Keperawatan 18
2.3.4 Implementasi Keperawatan 21
2.3.5 Evaluasi Keperawatan 21
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian Keperawatan 22
3.2 Diagnosa Keperawatan dan Intervensi Keperawatan 36
3.3 Implementasi Keperawatan dan Evaluasi Keperawatan 38
3.4 Catatan Perkembangan 41
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hipertensi merupakan keadaan dimana tekanan sistemik diatas 140 mmHg dan
tekanan diastolik diatas 90 mmHg (Brunner & Suddarth (2005) dalam Wijaya &
putri (2013). Hipertensi juga salah satu penyakit degeneratif yang banyak terjadi
dan mempunyai tingkat mortalitas yang cukup tinggi serta mempengaruhi kualitas
hidup dan produktivitas seseorang. Hipertensi dapat diklasifikasikan sebagai
hipertensi primer atau hipertensi esensial yang merupakan 95 % dari seluruh
pasien hipertensi dan hipertensi sekunder (Yolanda 2017). Sugiharto (2007) dalam
Masriadi (2016), mengemukakan bahwa hipertensi sekunder merupakan
hipertensi yang penyebabnya dapat diketahui, sering berhubungan dengan
beberapa penyakit misalnya ginjal, jantung koroner dan diabetes, kelainan sistem
saraf pusat.
Penyakit tekanan darah tinggi atau hipertensi telah membunuh 9,4 juta warga
dunia setiap tahunnya. Badan Kesehatan Dunia (WHO) Angka memperkirakan,
jumlah penderita hipertensi akan terus meningkat seiring dengan jumlah
penduduk yang membesar. Pada 2025 mendatang, diproyeksikan sekitar 29 %
warga dunia terkena hipertensi. Presentase penderita hipertensi saat ini paling
banyak terdapat di negara berkembang. Data Global Status Report on
Noncommunicable Disesases 2010 dari WHO menyebutkan, 40% negara
ekonomi berkembang memiliki penderita hipertensi, sedangkan negara maju
hanya 35 %. Kawasan Afrika memegang posisi puncak penderita hipertensi
sebanyak 46 %. Sementara kawasan Amerika menempati posisi buncit dengan 35
%. Untuk kawasan Asia, penyakit ini telah membunuh 1,5 juta orang setiap
tahunnya. Hal ini menandakan satu dari tiga orang menderita tekanan darah tinggi
(Kompas.com, 2017 dalam Yolanda 2017).
Masyarakat juga perlu tahu risiko hipertensi agar dapat saling mendukung
untuk mencegah atau menanggulangi agar tidak menyebabkan peningkatan yang
signifikan sampai mencegah terjadinya komplikasi. (Bahrianwar,2009). Penyebab
hipertensi primer adalah gangguan emosi, obesitas, konsumsi alcohol yang
berlebihan, kopi, obat-obatan, faktor keturunan. Umumnya gejala baru terlihat

1
2

setelah terjadinya komplikasi. Komplikasi yang terjadi apabila tekanan darah


tinggi tidak diobati dan ditanggulangi, maka dalam jangka panjang akan
menyebabkan kerusakan arteri didalam tubuh sampai organ yang mendapat suplai
darah dari arteri tersebut. Komplikasi hipertensi dapat terjadi pada organ jantung,
otak, ginjal dan mata, sehingga dapat mengakibatkan gagal jantung, resiko stroke,
kerusakan pada ginjal dan kebutaan (Yolanda, 2017).
Untuk mengendalikan hipertensi di Indonesia telah dilakukan beberapa
langkah, yaitu mendistribusikan buku pedoman, Juklak dan Juknis pengendalian
hipertensi; melaksanakan advokasi dan sosialisasi; melaksanakan intensifikasi,
akselerasi, dan inovasi program sesuai dengan kemajuan teknologi dan kondisi
daerah setempat (local area specific); mengembangkan (investasi) sumber daya
manusia dalam pengendalian hipertensi; memperkuat jaringan kerja pengendalian
hipertensi, antara lain dengan dibentuknya Kelompok Kerja Pengendalian
Hipertensi; memperkuat logistik dan distribusi untuk deteksi dini faktor risiko
penyakit jantung dan pembuluh darah termasuk hipertensi; meningkatkan
surveilans epidemiologi dan sistem informasi pengendalian hipertensi;
melaksanakan monitoring dan evaluasi; dan mengembangkan sistem pembiayaan
pengendalian hipertensi.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang menjadi fokus
pembahasan dalam laporan pendahuluan ini yaitu tentang “Bagaimana Asuhan
Keperawatan Gerontik Pada Ny.R Dengan Diagnosa Medis Hipertensi Di Panti
Sosial Tresna Werdha Sinta Rangkang Tangkiling”?.

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Tujuan Umum
Adapun tujuan umum dalam penulisan ini adalah untuk mengetahui
bagaimana Asuhan Keperawatan Gerontik pada Ny.R Dengan Diagnosa Medis
Hipertensi Di Panti Sosial Tresna Werdha Sinta Rangking Tangkiling
3

1.3.2 Tujuan Khusus


1. Mampu melakukan pengkajian keperawatan Gerontik pada Ny.R Dengan
Diagnosa Medis Hipertensi Di Panti Sosial Tresna Werdha Sinta
Rangkang Tangkiling
2. Mampu menegakkan diagnosa keperawatan Gerontik pada Ny.R Dengan
Diagnosa Medis Hipertensi Di Panti Sosial Tresna Werdha Sinta
Rangkang Tangkiling
3. Mampu membuat rencana keperawatan Gerontik pada Ny.R Dengan
Diagnosa Medis Hipertensi Di Panti Sosial Tresna Werdha Sinta
Rangkang Tangkiling
4. Mampu melaksanakan rencana tindakan keperawatan Gerontik pada
Ny.R Dengan Diagnosa Medis Hipertensi Di Panti Sosial Tresna Werdha
Sinta Rangkang Tangkiling
5. Mampu melakukan evaluasi keperawatan Gerontik pada Ny.R Dengan
Diagnosa Medis Hipertensi Di Panti Sosial Tresna Werdha Sinta
Rangkang Tangkiling

1.4 Manfaat Penulisan


1.4.1 Manfaat Bagi Mahasiswa
Mahasiswa dapat mengetahui asuhan keperawatan Gerontik pada Ny.R
dengan Diagnosa Medis Hipertensi.
1.4.2 Manfaat Bagi Pasien dan Keluarga
Pasien dan keluarga mengetahui wawasan dan serta pencegahan untuk
masalah hipertensi.
1.4.3 Manfaat Bagi Institusi Pendidikan
Bagi pendidikan ilmu keperawatan sebagai bahan bacaan dan menambah
wawasan bagi mahasiswa kesehatan kususnya perawat dalam hal penambah
pengetahuan dan perkembangan tentang hipertensi.

BAB 2
4

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Lansia


2.1.1 Definisi Lansia
Lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Menua
bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan proses yang berangsur-angsur
mengakibatkan perubahan kumulatif, merupakan proses menurunnya daya tahan
tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam dan luar tubuh. Banyak diantara
lanjut usia yang masih produktif dan mampu berperan aktif dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Upaya peningkatan kesejahteraan sosial
lanjut usia pada hakikatnya merupakan pelestarian nilai-nilai keagamaan dan
budaya bangsa (Siti Nur Khalifah, 2016).
2.1.2 Batasan Usia
Menurut WHO (1999) menjelaskan batasan lansia adalah sebagai berikut :
1. Usia lanjut (elderly) antara usia 60-74 tahun.
2. Usia tua (old) :75-90 tahun.
3. Usia sangat tua (very old) adalah usia > 90 tahun.
Depkes RI (2005) menjelaskan bahwa batasan lansia dibagi menjadi tiga
katagori, yaitu:
1. Pralansia (prasenilis) yaitu antara usia 45-59 tahun
2. Usia lanjut yaitu usia 60 tahun ke atas
3. Usia lanjut beresiko yaitu usia 70 tahun ke atas atau usia 60 tahun ke atas
dengan masalah kesehatan
4. Lansia potensial yaitu lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan
dan/atau kegiatan yang dapat menghasilkan barang/jasa
5. Lansia tidak potensial yaitu lansia yang tidak berdaya mencari nafkah,
sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain

2.1.3 Ciri-Ciri Lansia


4
5

Ciri-ciri lansia yang dapat kita temukan yaitu sebagai berikut :


1. Lansia Merupakan Periode Kemunduran
Kemunduran pada lansia sebagian datang dari faktor fisik dan faktor
psikologis. Motivasi memiliki peran yang penting dalam kemunduran pada
lansia. Misalnya lansia yang memiliki motivasi yang rendah dalam
melakukan kegiatan, maka akan mempercepat proses kemunduran fisik, akan
tetapi ada juga lansia yang memiliki motivasi yang tinggi, maka kemunduran
fisik pada lansia akan lebih lama terjadi.
2. Lansia Memiliki Status Kelompok Minoritas
Kondisi ini sebagai akibat dari sikap sosial yang tidak menyenangkan
terhadap lansia dan diperkuat oleh pendapat yang kurang baik, misalnya
lansia yang lebih senang mempertahankan pendapatnya maka sikap sosial di
masyarakat menjadi negatif, tetapi ada juga lansia yang mempunyai tenggang
rasa kepada orang lain sehingga sikap sosial masyarakat menjadi positif.
3. Menua Membutuhkan Perubahan Peran
Perubahan peran tersebut dilakukan karena lansia mulai mengalami
kemunduran dalam segala hal. Perubahan peran pada lansia sebaiknya
dilakukan atas dasar keinginan sendiri bukan atas dasar tekanan dari
lingkungan. Misalnya lansia menduduki jabatan sosial di masyarakat sebagai
Ketua RW, sebaiknya masyarakat tidak memberhentikan lansia sebagai ketua
RW karena usianya.
4. Penyesuaian yang Buruk Pada Lansia
Perlakuan yang buruk terhadap lansia membuat mereka cenderung
mengembangkan konsep diri yang buruk sehingga dapat memperlihatkan
bentuk perilaku yang buruk. Akibat dari perlakuan yang buruk itu membuat
penyesuaian diri lansia menjadi buruk pula. Contoh : lansia yang tinggal
bersama keluarga sering tidak dilibatkan untuk pengambilan keputusan
karena dianggap pola pikirnya kuno, kondisi inilah yang menyebabkan lansia
menarik diri dari lingkungan, cepat tersinggung dan bahkan memiliki harga
diri yang rendah.

2.1.4 Tipe-Tipe Lansia


6

Beberapa tipe pada lansia bergantung pada karakter, pengalaman hidup,


lingkungan, kondisi fisik, mental, sosial, dan ekonominya. Tipe tersebut dapat
dibagi sebagai berikut:
1. Tipe Arif Bijaksana
Kaya dengan hikmah, pengalaman, menyesuaikan diri dengan perubahan
zaman, mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah hati, sederhana,
dermawan, memenuhi undangan, dan menjadi panutan.
2. Tipe Mandiri
Mengganti kegiatan yang hilang dengan yang baru, selektif dalam mencari
pekerjaan, bergaul dengan teman, dan memenuhi undangan.
3. Tipe Tidak Puas
Konflik lahir batin menentang proses penuaan sehingga menjadi pemarah,
tidak sabar, mudah tersinggung, sulit dilayani, pengkritik dan banyak
menuntut.
4. Tipe Pasrah
Menerima dan menunggu nasib baik, mengikuti kegiatan agama, dan
melakukan pekerjaan apa saja.
5. Tipe Bingung
Kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, minder, menyesal, pasif,
dan acuh tak acuh.
Tipe lain dari lansia adalah tipe optimis, tipe konstruktif, tipe dependen
(ketergantungan), tipe defensif (bertahan), tipe militant dan serius, tipe
pemarah/frustasi (kecewa akibat kegagalan dalam melakukan sesuatu), serta tipe
putus asa (benci pada diri sendiri). Sedangkan bila dilihat dari tingkat
kemandiriannya yang dinilai berdasarkan kemampuan untuk melakukan aktivitas
sehari-hari (indeks kemandirian Katz), para lansia dapat digolongkan menjadi
beberapa tipe yaitu lansia mandiri sepenuhnya, lansia mandiri dengan bantuan
langsung keluarganya, lansia mandiri dengan bantuan secara tidak langsung,
lansia dengan bantuan badan sosial, lansia di panti werda, lansia yang dirawat di
rumah sakit, dan lansia dengan gangguan mental.

2.2 Konsep Dasar Hipertensi


7

2.2.1 Definisi
Tekanan Darah Tinggi (hipertensi) adalah suatu peningkatan tekanan darah
di dalam arteri. Secara umum, hipertensi merupakan suatu keadaan tanpa gejala,
dimana tekanan yang abnormal tinggi di dalam arteri menyebabkan meningkatnya
resiko terhadap stroke, aneurisma, gagal jantung, serangan jantung dan kerusakan
ginjal.
Hipertensi dapat didefenisikan sebagai tekanan darah persisten dimana
tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan diastolik diatas 90 mmHg.
Hipertensi merupakan penyebab utama gagal jantung, gagal ginjal. Disebut
sebagai “pembunuh diam-diam“ karena orang dengan hipertensi sering ridak
menampakkan gejala (Brunner & Suddart, 2015).
Sedangkan menurut Sheps (2005) dalam Masriadi (2016), hipertensi adalah
penyakit dengan tanda adanya gangguan tekanan darah sistolik maupun diastolik
yang naik diatas tekana darah normal. Tekanan darah sistolik adalah tekana
puncak yang tercapai ketika jantung berkontraksi dan memompakan darah keluar
melalui arteri.Tekanan darah diastolik diambil tekanan jatuh ketitik terendah saat
jantung rileks dan mengisi darah kembali (Yolanda,2017).
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan
darah di atas normal yang ditunjukkan oleh angka systolic (bagian atas) dan angka
diastolic (bagian bawah) pada pemeriksaan tensi darah menggunakan alat
pengukur tekanan darah baik yang berupa cuff air raksa (Sphygomanometer)
ataupun alat digital lainnya ( Irwan,2016).
2.2.2 Etiologi
Hipertensi berdasarkan etiologinya dibagi menjadi dua yaitu hipertensi
primer (esensial) dan hipertensi sekunder.
1. Hipertensi Primer
Sekitar 95% pasien dengan hipertensi merupakan hipertensi esensial (primer).
Penyebab hipertensi esensial ini masih belum diketahui, tetapi factor genetik dan
lingkungan diyakini memegang peranan dalam menyebabkan hipertensi esensial
(Weber dkk., 2014). Faktor genetik dapat menyebabkan kenaikan aktivitas dari
sistem renin-angiotensin-aldosteron dan sistem saraf simpatik serta sensitivitas
garam terhadap tekanan darah. Selain faktor genetik, faktor lingkungan yang
8

mempengaruhi antara lain yaitu konsumsi garam, obesitas dan gaya hidup yang
tidak sehat serta konsumsi alkohol dan merokok (Weber dkk., 2014).
Penurunan ekskresi natrium pada keadaan tekanan arteri normal merupakan
peristiwa awal dalam hipertensi esensial. Penurunan ekskresi natrium dapat
menyebabkan meningkatnya volume cairan, curah jantung, dan vasokonstriksi
perifer sehingga tekanan darah meningkat. Faktor lingkungan dapat memodifikasi
ekspresi gen pada peningkatan tekanan. Stres, kegemukan, merokok, aktivitas
fisik yang kurang, dan konsumsi garam dalam jumlah besar dianggap sebagai
faktor eksogen dalam hipertensi.
2. Hipertensi Sekunder
Hipertensi sekunder diderita sekitar 5% pasien hipertensi (Weber dkk., 2014).
Hipertensi sekunder disebabkan oleh adanya penyakit komorbid atau penggunaan
obat-obat tertentu yang dapat meningkatkan tekanan darah. Obat-obat tertentu,
baik secara langsung ataupun tidak, dapat menyebabkan hipertensi atau
memperberat hipertensi. Penghentian penggunaan obat tersebut atau mengobati
kondisi komorbid yang menyertainya merupakan tahap pertama dalam
penanganan hipertensi sekunder. Beberapa penyebab hipertensi sekunder.
Hipertensi yang penyebabnya dapat diketahui, sering berhubungan
denganbeberapa penyakit misalnya ginjal, jantung koroner, diabetes dan
kelainansistem saraf pusat.
Beberapa penyebab lain hipertensi, antara lain :
1. Sebab hormonal, misalnya dari kelenjar anak ginjal.
2. Penggunaan obat-obatan.
3. Merokok karena di dalam tembakau terdapat nikotin.
4. Minuman beralkohol.
5. Kelainan pada ginjal.
6. Kelainan intrakranial yang mengakibatkan meningkatnya tekanan intrakranial
atau karena lokasinya dekat pada pusat persyarafan yang mempengaruhi
tekanan darah.
7. Kelainan pembuluh darah besar (aorta) yaitu koartasio aorta dimana arkus
aorta bersambungan dengan aorta decendens.
2.2.3 Klasifikasi
9

Klasifikasi hipertensi menurut WHO :


1. Tekanan darah normal yaitu bila sistolik kurang atau sama dengan 140 mmHg
dan diastolik kurang atau sama dengan 90 mmHg
2. Tekanan darah perbatasan (broder line) yaitu bila sistolik 141-149 mmHg dan
diastolik 91-94 mmHg
3. Tekanan darah tinggi (hipertensi) yaitu bila sistolik lebih besar atau sama
dengan 160 mmHg dan diastolik lebih besar atau sama dengan 95mmHg.
Klasifikasi menurut The Joint National Committee on the Detection and
Treatment of Hipertension :
1. Sistolik
a. < 140 mmHg : Tekanan darah normal
b. 140 – 159 : Hipertensi sistolik perbatasan terisolasi
c. > 160 : Hipertensi sistolik teriisolasi
2. Diastolik
a. < 85 mmHg : Tekanan darah normal
b. 85 – 99 : Tekanan darah normal tinggi
c. 90 -104 : Hipertensi ringan
d. 105 – 114 : Hipertensi sedang
e. >115 : Hipertensi berat

2.2.4 Patofisiologi
Hipertensi merupakan suatu kelainan yang ditandai dengan peningkatan
tekanan perifer. Hal ini menyebabkan penambahan beban jantung (after load)
sehingga terjadi hipertropi ventrikel kiri sebagai proses kompensasi/adaptasi,
hipertropi ventrikel kiri adalah suatu keadaan yang menggambarkan penebalan
dinding dan penambahan masa ventrikel kiri.
WOC HIPERTENSI 10

Hipertensi Primer : Hipertensi Sekunder


1) Faktor Keturunan 1) Penyakit lain
2) Ciri Perseorangan  Ginjal
3) Kebiasaan Hidup  Vascular
 Kelainan endokrin
 Saraf
2) Obat-obatan
Hipetensi
B1 B2 B3 B4 B5 B6
Ketidakseimbangan Penebalan pada Kenaikan tekanan Tekanan darah Resistensi Aliran darah
antara suplai O2 dan pembuluh darah serebra vaskuler meningkat pembuluh darah terhambat ke otot
kebutuhan
Sesaktubuh Tekanan perifer Nyeri kepala, otak Kelemahan otot
Pembuluh darah
meningkat pusing, sakit Intoleransi Aktivitas
Penurunan ginjal tersumbat
Pasokan darah
Pola Nafas Nyeri Akut
kepala
Curah Jantung ginjal Nafsu makan
Tidak Efektif
terganggu menurun
Kerja ginjal tidak
efektif Mual dan
Resiko Defisit
muntah
Nutrisi
Gangguan Eliminasi
Urine
11

2.2.5 Manifestasi Klinis


Tanda dan gejala hipertensi, antara lain :
1) Peningkatan tekanan darah > 140/90 mmHg
2) Sebagian besar tidak ada gejala
3) Sakit pada bagian belakang kepala
4) Pusing/migraine
5) Leher terasa kaku
6) Lemah, Kelelahan
7) Mual dan Muntah
8) Sesak napas
9) Gelisah
10) Sukar tidur
2.2.6 Komplikasi
Hipertensi bila tidak dikontrol dapat menimbulkan komplikasi serius, antara
lain :
1. Kerusakan Ginjal
Gagal ginjal merupakan suatu keadaan klinis kerusakan ginjal yang
progresif dan irreversible dari berbagai penyebab, salah satunya pada bagian
yang menuju ke kardiovaskular. Mekanisme terjadinya hipertensi padagagal
ginjal kronik oleh karena penimbunan garam dan air atau sistem
reninangiotensin aldosteron (RAA).
2. Kerusakan Otak
Ensefalopati (Kerusakan otak) dapat terjadi terutama pada hipertensi
maligna (hipertensi yang meningkat cepat). Tekanan yang sangat tinggi
pada kelainan ini menyebabkan peningkatan tekanan kapiler dan
mendorongke dalam ruang intersitium diseluruh susunan saraf pusat. Neuron-
neurondisekitarnya kolaps yang dapat menyebabkan ketulian, kebutaan dan
takjarang juga koma serta kematian mendadak. Keterikatan antara
kerusakanotak dengan hipertensi, bahwa hipertensi berisiko 4 kali terhadap
kerusakanotak dibandingkan dengan orang yang tidak menderita hipertensi.
12

3. Stroke
Stroke adalah gangguan fungsional otak fokal maupun global akut, lebih
dari 24 jam yang berasal dari gangguan aliran darah otak dan bukan
disebabkan oleh gangguan peredaran darah. Stroke dengan defisit neurologik
yang terjadi tiba-tiba dapat disebabkanoleh iskemia atau perdarahan otak.
Stroke iskemik disebabkan oleh oklusi fokal pembuluh darah yang
menyebabkan turunnya suplai oksigen danglukosa ke bagian otak yang
mengalami oklusi.
4. Infark Miokard
Infark miokarddapat terjadi apabila arteri koroner yang arterosklerotik tidak
dapat mensuplai cukup oksigen ke miokardium atau apabila terbentuk
trombus yang menyumbat aliran darah melalui pembuluh tersebut. Akibat
hipertensi kronik dan hipertensi ventrikel, maka kebutuhan oksigen
miokardium mungkin tidak dapat dipenuhi dan dapat terjadi iskemia jantung
yang menyebabkan infark. Demikian juga, hipertrofi dapat menimbulkan
perubahaan-perubahan waktu hantaran listrik melintasi ventrikel sehingga
terjadi distritmia, hipoksia jantung dan peningkatan risiko pembentukan
bekuan.
2.2.7 Pemeriksaan Diagnostik
1. Hemoglobin/Hematokrit
Untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan
(viskositas) dan dapat mengindikasikan factor-faktor resiko seperti
hiperkoagulabilitas, anemia.
2. BUN: memberikan informasi tentang perfusi ginjal
3. Glukosa
Hiperglikemi (diabetes mellitus adalah pencetus hipertensi) dapat
diakibatkan oleh peningkatan katekolamin (meningkatkan hipertensi).
4. Kalium Serum
Hipokalemia dapat megindikasikan adanya aldosteron utama
(penyebab) atau menjadi efek samping terapi diuretik.
5. Kalsium Serum
Peningkatan kadar kalsium serum dapat menyebabkan hipertensi.
13

6. Kolesterol dan Trigliserid Serum


Peningkatan kadar dapat mengindikasikan pencetus untuk/adanya
pembentukan plak ateromatosa (efek kardiovaskuler)
7. Pemeriksaan Tiroid
Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi dan hipertensi.
2.2.8 Penatalaksanaan Medis
Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas
akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan pencapaian dan
pemeliharaan tekanan darah dibawah 140/90 mmHg. Prinsip pengelolaan penyakit
hipertensi meliputi :
1. Terapi Tanpa Obat
Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi ringan dan
sebagai tindakan suportif pada hipertensi sedang dan berat. Terapi tanpa obat
ini meliputi :
a. Diet
Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah :
1) Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr
2) Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh
b. Penurunan berat badan
c. Penurunan asupan etanol
d. Menghentikan merokok
e. Latihan Fisik
Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang dianjurkan
untuk penderita hipertensi adalah olah raga yang mempunyai empat
prinsip yaitu: Macam olah raga yaitu isotonis dan dinamis seperti lari,
jogging, bersepeda, berenang dan lain-lain.
f. Edukasi Psikologis
Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi meliputi :
1) Teknik Biofeedback
Biofeedback adalah suatu teknik yang dipakai untuk menunjukkan
pada subyek tanda-tanda mengenai keadaan tubuh yang secara sadar
oleh subyek dianggap tidak normal. Penerapan biofeedback terutama
14

dipakai untuk mengatasi gangguan somatik seperti nyeri kepala dan


migrain, juga untuk gangguan psikologis seperti kecemasan dan
ketegangan.
2) Tehnik relaksasi
Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang bertujuan untuk
mengurangi ketegangan atau kecemasan, dengan cara melatih
penderita untuk dapat belajar membuat otot-otot dalam tubuh menjadi
rileks
g. Pendidikan Kesehatan ( Penyuluhan )
Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan pengetahuan
pasien tentang penyakit hipertensi dan pengelolaannya sehingga pasien
dapat mempertahankan hidupnya dan mencegah komplikasi lebih lanjut.
2. Terapi dengan Obat
Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah saja
tetapi juga mengurangi dan mencegah komplikasi akibat hipertensi agar
penderita dapat bertambah kuat. Pengobatannya meliputi :
a. Diuretika
Obat diuretik bekerja membuang kelebihan garam dan cairan di tubuh
melalui urine. Di antara jenis obat diuretik adalah hydrochlorothiazide.
b. Antagonis Kalsium
Antagonis kalsium menurunkan tekanan darah dengan melebarkan
pembuluh darah. Beberapa contoh obat ini adalah amlodipine dan
nifedipine.
c. Beta Blocker
Berfungsi menurunkan tekanan darah dengan melebarkan pembuluh dan
memperlambat detak jantung. Contoh obat golongan beta-blocker adalah
atenolol dan bisoprolol.
d. ACE Inhibitor
ACE inhibitor menurunkan tekanan darah dengan cara membuat dinding
pembuluh darah lebih rileks. Contoh obat golongan ini adalah captopril
dan ramipril.
15

e. Angiotensin-2 Receptor Blocker (ARB)


Fungsi obat ini hampir sama dengan ACE inhibitor yaitu membuat dinding
pembuluh darah menjadi rileks, sehingga kedua obat tersebut tidak boleh
diberikan secara bersamaan. Contoh obat ini adalah losartan dan valsartan.

2.3 Manajemen Asuhan Keperawatan


2.3.1 Pengkajian
Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang bertujuan
untuk mengumpulkan informasi atau data tentang pasien, agar dapat
mengidentifikasi, mengenali masalah-masalah, kebutuhan kesehatan dan
keperawatan pasien, baik fisik, mental, sosial dan lingkungan menurut
(Dermawan, 2012).
1. Biodata Klien
Biodata klien berisi tentang : Nama, Umur, Pendidikan, Pekerjaan, Suku,
Agama, Alamat, No. Medical Record, Nama Suami, Umur, Pendidikan,
Pekerjaan , Suku, Agama, Alamat, Tanggal Pengkajian.
2. Keluhan Utama
Hal-hal yang dikeluhkan saat ini
3. Aktivitas/Istirahat
1) Gejala: Kelemahan, letih, nafas pendek
2) Tanda: Frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung takipnea.
4. Sirkulasi
1) Gejala: riwayat hipertensi, arteroklerosis, penyakit jantung kroner, katup
dan penyakit serebrovaskuler epide talpasi.
2) Tanda: Kenaikan tekanan darah, Hipertensi postural.
5. Eliminasi
Gejala: Makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan tinggi garam,
lemak dan kolesterol, Mual, muntah,Perubahan berat badan,Obesitas,Adanya
edema.
6. Neurosensoris
Gejala: Keluhan pusing, gangguan penglihatan.
16

7. Nyeri/Ketidaknyamanan
Gejala: Angina, sakit kepala, nyeri abdomen.
2.3.2 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah langkah kedua dari proses keperawatan yang
menggambarkan penilaian klinis tentang respon individu, keluarga, kelompok
maupun masyarakat terhadap permasalahan kesehatan baik aktual maupun
potensial. Dimana perawat mempunyai lisensi dan kompetensi untuk mengtasinya
( Sumijatun, 2010).
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload (SDKI
D.0008 Hal. 28)
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan, ketidak seimbangan
suplai dan kebutuhan oksigen (SDKI D. 0005 Hal. 26)
3. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral
(SDKI D. 0077 Hal. 172)
4. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses
penyakit (SDKI D. 0111 Hal. 246)
17

2.3.3 Intervensi Keperawatan

RENCANA KEPERAWATAN

NO DIANGOSA
TUJUAN ( KRITERIA HASIL) INTERVENSI
DX KEPERAWATAN
1 Penurunan curah jantung Setelah dilakukan tindakan Perawatan Jantung SLKI. I.02075 Hal : 317
berhubungan dengan keperawatan selama 2x4 jam Observasi
diharapkan Penurunan curah jantung 1. Indentifikasi tanda / gejala primer penurunan curah jantung
peningkatan afterload
teratasi dapat diatasi. ( meliputi dispnea, kelelahan, edema ortopnea
(SDKI D.0 008 Hal. 28) Kriteria hasil: 2. Monitor tekanan darah
SLKI. L. 02008 Hal : 20 3. Monitor intake dan output cairan
1. Kekuatan Nadi Meningkat 5 4. Monitor saturasi oksigen
2. Lelah Menurun 5 5. Monitor keluhan nyeri dada
3. Tekanan Darah Membaik 5 Terapeutik
4. Cappilary refill time Membaik 5 1. Posisikan pasien semi fowler atau posisi nyaman
2. Berikan diet jantung yang sesusai
3. Berikan terapi relaksasi untuk mengurangi stress
4. Berikan oksigen untuki mempertahankan saturasi oksigen
Edukasi
1. Anjurkan beraktivitas fisik secara bertahap
2. Anjurkan berhenti merokok
3. Ajarkan pasien dan keluarga mengukur berat badan harian
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian antiaritmia
2 Intoleransi Setelah dilakukan tindakan Manajemen Energi SLKI. I. 05178 Hal : 176
18

aktivitas berhubungan keperawatan selama 2x4 jam Observasi


dengan kelemahan, diharapkan intoleransi aktivitas 1. Indentifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan
membaik. kelelahan
ketidak seimbangan 2. Monitor kelalahan fisik dan emosional
Kriteria hasil:
suplai dan kebutuhan SLKI. L. 05047 Hal : 149 3. Monitor dan jam tidur
Terapeutik
oksigen (SDKI D. 0005 1. Frekuensi nadi meningkat 5 1. Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus
2. Saturasi oksigen meningkat 5 2. Lakukan latihan rentang gerak p pasif dan aktif
Hal. 26)
3. Kemudahan dalam melakukan Edukasi
aktivitas sehari – hari meningkat 5 1. Anjurkan tirah baring
4. Kekuatan tubuh bagian atas 2. Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
meningkat 5 Kolaborasi
1. kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan
5. Keluhan lelah menurun 5
makanan
3 Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri SLKI. I.08238 Hal : 201
dengan peningkatan keperawatan selama 2x4 jam Observasi
diharapkan nyeri akut dapat teratasi 1. Identifikasi lokasi, karakteristik durasi, frekuensi,intensitas
tekanan vaskuler serebral nyeri
dengan baik.
2. Identifikasi nyeri
(SDKI D. 0077 Hal. 172) Kriteria hasil:
3. Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingat nyeri
SLKI. L. 08066 Hal : 145 Terapeutik
1. Keluhan nyeri menurun 5 1. berikan teknik farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
2. Meringis Menurun 5 2. kontrol lingkungan yang memperberat nyeri
3. Sikap Protektif menurun 5 3. Fasilitasi istirahat dan tidur
4. kesulitan tidur dengan 5 Edukasi
1. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
2. jelaskan strategi meredakan nyeri
3. Ajarkan teknik famakologis untuk mengurangi rasa nyeri
19

Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian analgetik
4 Defisit pengetahuan Setelah dilakukan tindakan Edukasi kesehatan SLKI. I.012383 Hal : 65
Observasi
berhubungan dengan keperawatan selama 2x4 jam
diharapkan defisit pengetahuan dapat 1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima infomasi
kurangnya informasi 2.Identifikasi faktor faktor yang dapat meningkatkan dan
teratasi dengan baik .
menurunkan motivasi perilaku hidup bersih dan sehat
tentang proses penyakit Kriteria hasil:
Terapeutik
(SDKI D. 0111 Hal. 246) SLKI. L. 121011 Hal : 146 1. Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan
1. Perilaku sesuai anjuran meningkat 5 2. Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
2.kemampuan menjelaskan meningkat 3. Berikan kesempatan untuk bertanya
5 Edukasi
3. Pengetahuan tentang sesuatu topik 1. Jelaskan faktor resiko yang dapat mempengaruhi kesehatan
2. Ajarkan perlaku hidup bersih dan sehat
meningkat 5
3. Ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan
hidup bersih dan sehat
20

2.3.4 Implementasi Keperawatan


Implementasi merupakan tindakan yang sesuai dengan yang telah
direncanakan, mencakup tindakan mandiri dan kolaborasi. Tindakan mandiri
adalah tindakan keperawatan berdasarakan analisis dan kesimpulan perawatan dan
bukan atas petunjuk tenaga kesehatan lain. Tindakan kolaborasi adalah tindakan
keperawatan yang berdasarkan oleh hasil keputusan bersama dengan dokter atau
petugas kesehatan lain (Mitayani, 2010). Implementasi juga dimaksudkan untuk
pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun pada
tahap perencanaan.
2.3.5 Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah stadium pada proses keperawatan dimana taraf keberhasilan
dalampencapaian tujuan keperawatan dinilai dan kebutuhan untuk memodifikasi
tujuan atau intervensi keperawatan ditetapkan. Sedangkan menurut (Asmadi,
2008), evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang merupakan
perbandingan yang sistematis danterencana antara hasil akhir yang teramati dan
tujuan atau kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan. Penetapan
keberhasilan suatu asuhan keperawatan didasarkan pada perubahan prilaku dari
kriteria hasil yang telah ditetapkan, yaitu terjadinya adaptasi pada individu.
21

BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK

3.1 Pengkajian
Berdasarkan pengkajian yang dilakukan pada Selasa, 18 Januari 2022, pukul
09.00 WIB di Panti Sosial Tresna Werdha Sinta Rangkang, dengan teknik
anamnesa (wawancara), observasi, pemeriksaan fisik dan data dari buku status
pasien didapatkan data-data sebagai berikut:
3.1.1 Data Biografi
Nama: Ny.R, jenis kelamin perempuan. Tempat&Tanggal lahir pasien:
Kuala Kurun, 15 Juni 1941. Umur: 74 Tahun, Gol.Darah -. Pendidikan Terakhir
Ny.R yaitu SD, Agama Kristen, Status Perkawinan yaitu Janda. TB/BB :150 cm/
48 kg. Penampilan terlihat rapi dan bersih, Ciri-ciri Tubuh badan sedikit
membungkuk. Alamat : Tumbang Kajuei. Orang Dekat yang dapat Dihubungi :
Tn.K , No Telepon : -, Hubungan dengan Lansia yaitu Anak, Alamat : Tumbang
Malahoi
3.1.2 Riwayat Keluarga
Susunan Anggota Keluarga
Jenis Hubungan
No Nama Pendidikan Pekerjaan Keterangan
Kelamin Keluarga
1 Tn. K L Anak SMA Swasta Hidup
22

3.1.3 Genogram
21

Keterangan :

: Laki-Laki
: Perempuan
: Meninggal
: Pasien

3.1.4 Riwayat Pekerjaan


Pekerjaan Ny.R saat ini yaitu swasta . Pekerjaan sebelumnya : Petani. Sumber
pendapatan & Kecukupan terhadap Kebutuhan didapatkan dari Anak.
3.1.5 Riwayat Lingkungan Hidup (Denah)
Tipe tempat tinggal: Permanen. Jumlah Kamar ada 6. Jumlah Tongkat dikamar: 1
tongkat. Kondisi tempat tinggal: terlihat bersih, asri dengan beberapa tanaman dan
pohon, pencahyaan sesuai serta terdapat ventilasi yang cukup, dan juga cukup lembab.
Jumlah orang yang tinggal total ada 6 orang : perempuan 5 orang dan laki-laki 1 orang.
Derajat Privasi: Ny.R dan 5 orang temannya lagi memiliki kamar masing-masing.
Tetangga terdekat : Teman Asrama yaitu Ny.Y dan Tn.A
3.1.6 Riwayat Rekreasi
Hobby/ Minat: Ny.R setiap hari selalu membersihkan kamarnya serta duduk
santai didepan asrama sambil menganyam, Ny.R tidak mengikuti keanggotaan
organisasi apapun. Liburan Perjalanan dilakukan satu bulan sekali pada hari
minggu Ny.R diajak petugas panti untuk beribadah digereja.

3.1.7 Sistem Pendukung


23

Terdapat klinik serta perawat dan dokter dipanti, jarak dari asrama ke klinik
sekitar ±15 m, rumah sakit ± 3,4 km. Makanan yang dihantarkan yaitu nasi, lauk
dan sayuran dimana Ny.R makan 3 kali sehari yaitu pagi, siang dan sore serta
perawatan sehari-hari yang dilakukan Ny.R melakukan personal hygien secara
mandiri.
3.1.8 Diskripsi Kekhususan
Ny.R secara rutin melakukan doa didalam kamarnya.
3.1.9 Status Kesehatan
Status kesehatan umum selama setahun yang lalu : Ny.R mengatakan tidak
pernah masuk Rumah sakit dalam setahun ini.
Status kesehatan umum selama 5 tahun yang lalu lalu : Ny.R mengatakan tidak pernah
masuk Rumah sakit dalam 5 tahun terakhir.
3.1.9.1 Keluhan Utama : Ny.R mengatakan sering terbangun saat tidur dimalam
hari
Masalah Kesehatan : Gangguan Pola Tidur
3.1.9.2 Obat-Obatan
No Nama Obat Dosis Keterangan
1. Amlodipine 1 x 5 mg Untuk menurunkan tekanan darah pada
kondisi hipertensi. Obat ini juga bisa
digunakan dalam pengobatan nyeri dada
akibat penyakit jantung koroner.
3.1.9.3 Status Imunisasi (Catat Tanggal Terbaru)
Tetanus, difteri: klien mengatakan “saya tidak pernah di imunisasi”,
Influenza: klien mengatakan “saya tidak pernah di imunisasi”, Pneumothoraks:
klien mengatakan “saya tidak pernah di imunisasi”
3.1.9.4 Alergi:(Catatan Agen dan Reaksi Spesifik)
Obat-obatan : Tidak ada, Makanan : pasien alergi terhadap makanan, Faktor
Lingkungan : Tidak ada.
3.1.9.5 Penyakit Yang Diderita
Pasien menderita penyakit Hipertensi.
3.1.10 Aktifitas Sehari-Hari
3.1.10.1 Indeks Katz
24

Oksigenasi : Pernafasan normal, RR 20x/menit, Cairan & Elektrolit :


Minum ±1,5 liter/hari, Nutrisi : makan 3x/hari, Eliminasi : BAB 2x/hari dan BAK
4-5x hari, Aktivitas : Aktivitas sehari-hari madiri, Istirahat&Tidur : istirahat
cukup 5-6 jam/hari, Personal Hygiene : Badan bersih, wangi, dan rapi, Seksual :
Normal, Rekreasi : tidak ada
3.1.11 Psikologis
Persepsi klien : Ny.R mengatakan kurang mengetahui tentang penyakitnya,
Konsep Diri : Ny.R merasa bersyukur dengan bentuk tubuhnya, Emosi : Stabil,
Adaptasi : Baik, Mekanisme Pertahanan Diri : meluapkan emosi cara duduk santai
sambil menganyam
Masalah Keperawatan : Defisit Pengetahuan
3.1.12 Keadaan Umum
Tingkat Kesadaran yaitu Compos menthis, Glasglow Coma Skale: 15,
Eye : 4, Verbal : 5, Psikomotor : 6. Tanda-Tanda Vital : Puls = 92x/menit, Temp
= 36,30C, RR = 20 x/menit, Tensi = 170/90 mmHg.
3.1.12.1 Sistem Kardiovaskuler
TD 170/90 mmHg, N=92x/menit (regular), bunyi jantung normal S1-Lup
S2-Dup, tidak ada iktus kordis, tidak ada pembesaran jantung, tidak ada nyeri
dada, tidak ada, merah, CRT : konjungtiva normal
3.1.12.2 Sistem Pernafasan
Bentuk dada simetris, tidak ada sekresi dan batuk, pola nafas regular
RR=20x/menit, bunyi nafas vesicular, dan tidak ada bunyi nafas tambahan.
3.1.12.3 Sistem Integumen
Kulit tampak keriput, warna kulit sawo matang, turgor kembali kurang
dari 2 detik, akral : hangat.
3.1.12.4 Sistem Perkemihan
Tidak ada masalah pada kandung kemih, produksi urine/BAK ±1000
ml/hari, frekuensi 4-5x/hari, warna kuning jernih.
3.1.12.5 Sistem Muskuloskeletal
Kemampuan bergerak bebas, kemampuan kekuatan otot baik, dan tulang
belakang normal.
3.1.12.6 Sistem Endokrin
25

Tidak terdapat masalah pada sistem endokrin Ny.R


3.1.12.7 Sistem Gastrointestinal
Tidak ada riwayat gastritis, tidak ada mual ataupun muntah, BAB 2x/hari
dengan tidak adanya masalah.
3.1.12.8 Sistem Reproduksi
Pasien menolak dilakukan pengkajian/pemeriksaan
3.1.12.9 Sistem Persarafan
Berdasarkan pemeriksaan dan pengkajian nilai GCS pasien, E (Eye) : 4
(Membuka mata dengan spontan), V (Verbal) : 5 (Dapat menjawab salam), M
(Motorik) : 6 (Dapat mengikuti perintah), Total Nilai GCS adalah 15 dengan
Kesadaran Ny.R yaitu Compos Menthis.
3.1.12.10 Sistem Penglihatan
Penglihatan masih normal, gerak bola mata normal, pupil reflek akan
cahaya, dan tidak buta warna.
3.1.12.11 Sistem Pendengaran
Sistem pendengaran pasien tidak ada masalah karena pasien masih bisa
mendengar dengan jelas.
3.1.12.12 Sistem Pengecapan
Sistem pengecapan pasien tidak ada masalah karena pasien mampu
merasakan rasa manis, asam, asin atapun pahit.
3.1.12.13 Sistem Penciuman
Sistem penciuman pasien tidak ada masalah karena pasien mampu
mencium/membedakan bau-bauan.
3.1.13 Status Kognitif/Afektif/Sosial
Short Porteble Mental Status Questionnaire (SPMSQ): 1 fungsi intelektual
utuh, Mini Mental State Exam (MMSE): 28, Inventaris Depresi Beck : 2 (Tidak
Ada Depresi/Minimal), APGAR Keluarga : 9
26

INDEKS KATZ

Indeks Kemandirian Pada Aktivitas kehidupan Sehari-hari


Nama klien : Ny.R Tanggal : 18 Januari 2022
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 74 Tahun TB/BB : 150cm/48kg
Agama : Kristen Gol darah: -
Pendidikan : SD
Alamat : Tumbang Kajuei
Skore Kriteria
A Kemandirian dalam hal makan, kontinen, berpindah, ke kamar kecil,
berpakaian dan mandi.
B Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali satu dari
fungsi tersebut
C Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali mandi, dan
satu fungsi tambahan
D Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali mandi,
berpakaian dan satu fungsi tambahan
E Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali mandi,
berpakaian, kekamar kecil dan satu fungsi tambahan
F Kemandirian dalam smeua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali mandi,
berpakaian, kekamar kecil, berpindah dan satu fungsi tambahan
G Ketergantungan pada ke enam fungsi tersebut
Lain- Tergantung pada sedikitnya dua fungsi, tetapi tidak dapat di klasifikasikan
sebagai C, D, E Atau F
lain
27

SHORT PORTABLE MENTAL STATUS QUESTIONNAIRE (SPMSQ)


Penilaian ini untuk mengetahui fungsi intelektual lansia
Nama klien : Ny.R Tanggal : 18 Januari 2022
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 74 Tahun TB/BB : 150cm/48kg
Agama : Kristen Gol darah: -
Pendidikan : SD
Alamat : Tumbang Kajuei
SKORE
NO PERTANYAAN JAWABAN
+ -
 1 Tanggal berapa hari ini? 18 Januari 2022
 2 Hari apa sekarang ini? Selasa
 3 Apa nama tempat ini? Panti jompo
 4 Berapa nomor telepon anda? Lupa
 5 Berapa umur anda? 74 tahun
 6 Kapan anda lahir? 15 Juni 1941
 7 Siapa presiden Indonesia sekarang? Joko Widodo
 8 Siapa presiden sebelumnya? SBY
 9 Siapa nama kecil ibu anda? Tidak Tahu
 10 Kurangi 3 dari 20 dan tetap pengurangan 3 17, 14, 11, 8, 5, 3, dan
dari setiap angka baru, semua secara 0
menurun?
Jumlah kesalahan total 2
Keterangan:
1. Kesalahan 0-2 fungsi intelektual utuh
2. Kesalahan 3-4 kerusakan intelektual ringan
3. Kesalahan 5-7 kerusakan intelektual sedang
4. Kesalahan 8-10 kerusakan intelektual berat
 Bisa dimaklumi bila lebih dari1(satu) kesalahan bila subyek hanya
berpendidikan SD
 Bisa dimaklumi bila kurang dari 1 (satu) kesalahan bila subyek mempunyai
pendidikan lebih dari SD
 Bisa dimaklumi bila lebih dari 1 (satu) kesalahan untuk subyek kulit hitam,
dengan menggunakan kriteria pendidikan yang lama.
28

MINI MENTAL STATE EXAMINATION (MMSE)


Menguji Aspek – Kognitif Dari Fungsi Mental

NILAI
KLIEN PERTANYAAN
Maks
ORIENTASI
5 5 (Tahun, musim, Tgl, Hari, Bulan, apa sekarang? Dimana kita :
5 5 (Negara, bagian, Wilayah, Kota).
REGISTRASI
3 3 Nama 3 objek (1 detik untuk mengatakan masing-masing) tanyakan
klien ke 3 obyek setelah anda telah mengatakan. Beri 1 point untuk
tiap jawaban yang benar, kemudian ulangi sampai ia mempelajari
ke 3 nya jumlahkan percobaan dan catat.
PERHATIAN & KALKULASI
5 5 Seri 7’s (1 point tiap benar, berhenti setelah 5 jawaban, berganti eja
kata belakang) (7 kata dipilih eja dari belakang).
MENGINGAT
3 3 Minta untuk mengulangi ke 3 obyek diatas, beri 1 point untuk
kebena ran.
BAHASA
9 9 Nama pensil & melihat (2 point)
Mengulang hal berikut tak ada jika (dan atau tetapi) 1 point.
30 Nilai total : 30

KETERANGAN:
Mengkaji tingkat kesadaran klien sepanjang kontinum:
Composmenthis Apatis Somnolens Suporus Coma

Nilai Maksimun 30 (Nilai 21/Kurang indikasi ada kerusakan kognitif Perlu


penyelidikan lanjut)
29

INVENTARIS DEPRESI BECK


(PENILAIAN TINGKAT DEPRESI LANSIA DARI BECK DAN DECLE, 1972)

Nama klien : Ny.R Tanggal : 18 Januari 2022


Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 74 Tahun TB/BB : 150cm/48kg
Agama : Kristen Gol darah: -
Pendidikan : SD
Alamat : Tumbang Kajuei
URAIAN
A KESEDIHAN
3 Saya sangat sedih/tidak bahagia, dimana saya tidak dapat menghadapinya
2 Saya galau/sedih sepanjang waktu dan tidak dapat keluar darinya
1 Saya merasa sedih/galau
0 Saya tidak merasa sedih

B PESIMISME
3 Merasa masa depan adalah sia-sia dan sesuatu tidak dapat membaik
2 Merasa tidak punya apa-apa dan memandang ke masa depan
1 Merasa kecil hati tentang masa depan
0 Tidak begitu pesimis/kecil hati tentang masa depan

C RASA KEGAGALAN
3 Merasa benar-benar gagal sebagai orang tua (suami/ istri)
2 Bila melihat kehidupan kebelakang, semua yang dapat saya lihat kegagalan
1 Merasa telah gagal melebihi orang pada umumnya
0 Tidak merasa gagal

D KETIDAKPUASAN
3 Tidak puas dengan segalanya
2 Tidak lagi mendapat kepuasan dari apapun
1 Tidak menyukai cara yang saya gunakan
0 Tidak merasa tidak puas

E RASA BERSALAH
3 Merasa seolah sangat buruk/tidak berharga
30

2 Merasa sangat bersalah


1 Merasa buruk/tidak berharga sebagai bagian dari waktu yang baik
0 Tidak merasa benar-benar bersalah

F TIDAK MENYUKAI DIRI SENDIRI


3 Saya benci diri saya sendiri
2 Saya muak dengan diri saya sendiri
1 Saya tidak suka dengan diri saya sendiri
0 Saya tidak merasa kecewa dengan diri sendiri

G MEMBAHAYAKAN DIRI SENDIRI


3 Saya akan bunuh diri jika saya punya kesempatan
2 Saya punya rencana pasti tentang tujuan bunuh diri
1 Saya merasa lebih baik mati
0 Saya tidak punya pikiran tentang membahayakan diri sendiri

H MENARIK DIRI DARI SOSIAL


3 Saya telah kehilangan semua minat saya pada orang lain dan tidak peduli
pada mereka semuanya
2 Saya telah kehilangan semua minat saya pada orang lain dan mempunyai
sedikit perasaan pada mereka
1 Saya kurang berminat pada orang lain dari pada sebelumnya
0 Saya tidak kehilangan minat pada orang lain

I KERAGU-RAGUAN
3 Saya tidak dapat membuat keputusan sama sekali
2 Saya mempunyai banyak kesulitan dalam membuat keputusan
1 Saya berusaha mengambil keputusan
0 Saya membuat keputusan yang baik

J PERUBAHAN GAMBARAN DIRI


3 Merasa bahwa saya jelek/tampak menjijikan
2 Merasa bahwa ada perubahan yang permanen dalam penampilan
1 Saya khawatir saya tampak tua/tidak menarik dan ini membuat saya tidak
menarik
0 Tidak merasa bahwa saya tampak lebih buruk daripada sebelumnya

K KESULITAN KERJA
3 Tidak melakukan pekerjaan sama sekali
2 Telah mendorong diri saya sendiri dengan keras untuk melakukan sesuatu
1 Memerlukan upaya tambahan untuk memulai melakukan sesuatu
31

0 Saya dapat bekerja sebaik-baiknya

L KELETIHAN
3 Saya sangat lelah untuk melakukan sesuatu
2 Saya merasa lelah untuk melakukan sesuatu
1 Saya merasa lelah dari yang biasanya
0 Saya tidak merasa lebih lelah biasanya

M ANOREKSIA
3 Saya tidak lagi punya nafsu makan sama sekali
2 Nafsu makan saya sangat buruk sekarang
1 Nafsu makan saya tidak sebaik sebelumnya
0 Nafsu makan saya tidak buruk dari biasanya

Keterangan:
0-4 : depresi tidak ada/ minimal
5-7 : depresi ringan
8-15 : depresi sedang
16+ : depresi berat
32

APGAR KELUARGA DENGAN LANSIA


Alat Skrining Singkat yang Dapat Digunakan
untuk Mengkaji Fungsi Sosial Lansia

Nama klien : Ny.R Tanggal : 18 Januari 2022


Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 74 Tahun TB/BB : 150cm/48kg
Agama : Kristen Gol darah: -
Pendidikan : SD
Alamat : Tumbang Kajuei
No Uraian Fungsi Skore
1 Saya puas bahwa saya dapat kembali pada ADAPTATION 2
keluarga (teman-teman) saya untuk
membantu pada waktu sesuatu
menyusahkan saya
2 Saya puas dengan cara keluarga (teman- PARTNERSHIP 2
teman) saya mebicarakan sesuatu dengan
saya dan mengungkapkan masalah
dengan saya
3 Saya puas dengan cara keluarga (teman- GROWTH 2
teman) saya menerima dan mendukung
keinginan saya untuk melakukan
aktivitas/ arah baru
4 Saya puas dengan cara keluarga (teman- AFFECTION 1
teman) saya mengekspresikan afek dan
berespons terhadap emosi-emosi saya
seperti marah, sedih/ mencintai.
5 Saya puas dengan cara teman-teman saya RESOLVE 2
dan saya menyediakan waktu bersama-
sama.
Penilaian: TOTAL 9
Pertanyaan-pertanyaan yang di jawab:
 Selalu: skore 2
 Kadang-kadang: skore 1
 Hampir tidak pernah: skore 0
33

3.2 Analisa Data


OBYEKTIF DAN DATASUBYEKTIF INTERPRESTASI MASALAH
No
(sign/symptom) (Etiologi) (Problem)
1. DS : Ny.R mengatakan sering Faktor lingkungan
terbangun saat tidur dimalam hari
DO : Gelisah
- Pasien tampak mengantuk
- Istirahat & tidur : 5-6 jam
- Pasien sering menguap saat diajak Gangguan Pola Tidur
berbicara Gangguan Pola
- Mata pasien tampak sembab Tidur
- TTV
TD : 170/90 mmHg
N : 92x/m,
S : 36,3 C
R : 20x/mnt

2. DS : Ny.R mengatakan tidak tau Kurang terpapar


mengenai penyakitnya informasi
DO :
- Pasien tampak bingung Bingung, banyak
- Pasien tampak menanyakan mengenai bertanya
penyakitnya Defisit Pengetahuan
- Pasien tampak tidak mengetahui apa Ketidaktahuan
itu hipertensi menemukan sumber
informasi

Defisit Pengetahuan
34

3.3 Prioritas Masalah

1. Gangguan Pola Tidur berhubungan dengan ditandai dengan Ny.R


mengatakan sering terbangun saat tidur dimalam hari, Pasien tampak
mengantuk, Istirahat & tidur : 5-6 jam, Pasien sering menguap saat diajak
berbicara, Mata pasien tampak sembab, TTV: TD : 170/90 mmHg, N : 92x/m,
S : 36,3 C, R : 20x/mnt
2. Defisit Pengetahuan berhubungan dengan kurangnya terpapar informasi
ditandai dengan Ny.R mengatakan tidak tau mengenai penyakitnya, pasien
tampak bingung, pasien tampak menanyakan mengenai penyakitnya dan
pasien tampak tidak mengetahui apa itu hipertensi
35

3.4 Diagnosa Keperawatan dan Intervensi Keperawatan


No Diagnosa Keperawatan Tujuan / Kriteria Hasil Intervensi Rasional
1. Gangguan Pola Tidur Setelah dilakukan tindakan 1. Observasi TTV 1. Mengetahui apakah TTV dalam batas
berhubungan dengan keperawatan selama 2x7 2. Identifikasi pola aktifitas dan normal
ditandai dengan Ny.R jam diharapkan pola tidur tidur 2. Untuk mengatur pola tidur
mengatakan sering pasien membaik dengan
3. Identifikasi faktor 3. Supaya pasien merasa nyaman saat
terbangun saat tidur kriteria hasil;
dimalam hari, Pasien 1. Keluhan sulit tidur 2 pengganggu tidur tidur
tampak mengantuk, 2. Keluhan sering terjaga 2 4. Identifikasi obat tidur yang 4. Supaya pasein merasa nyaman saat
Istirahat & tidur : 5-6 3. Keluhan tidak puas tidur dikonsumsi tidur
jam, Pasien sering 2 5. Batasi waktu tidur siang, jika 5. Agar tidur pasien tercukupi
menguap saat diajak 4. Keluhan istirahat tidak perlu 6. Supaya tidur pasien terpenuhi
berbicara, Mata pasien cukup 2 6. Tetapkan jadwal tidur rutin 7. Supaya pasien tidak lemas
tampak sembab, TTV:
7. Jelaskan pentingnya tidur 8. supaya pasien bisa tidur dengan
TD : 170/90 mmHg, N :
cukup selama sakit teratur
92x/m, S : 36,3 C, R :
20x/mnt 8. Anjurkan menepati kebiasaan
waktu tidur
2. Defisit Pengetahuan Setelah dilakukan asuhan 1. Identifikasi kesiapan dan 1. Supaya pasien mampu menerima
berhubungan dengan keperawatan selama 2 x 7 kemampuan menerima informasi kesehatan yang diberikan
kurangnya terpapar jam diharapkan masalah informasi 2. Pasien dapat lebih memahami
informasi ditandai teratasi dengan kriteria 2. Sediakan materi dan media penyampayaian materi
dengan Ny.R hasil : Pendidikan kesehatan 3. Supaya pasien dan keluarga tidak
mengatakan tidak tau 1. Pasien memahami 3. Berikan penkes mengenai keliru dalam memahami informasi
mengenai penyakitnya, Pendidikan kesehatan Hipertensi
pasien tampak bingung, yang diberikan 4. Jelaskan faktor risiko yang 4. Supaya pasien dan keluarga bisa
pasien tampak 2. Pertanyaan tentang dapat mempengaruhi
36

menanyakan mengenai masalah yang dihadapi kesehatan menerapkan hidup sehat


penyakitnya dan pasien menurun
tampak tidak mengetahui 3. Persepsi yang keliru
apa itu hipertensi terhadap masalah
menurun
37

3.5 Implementasi Keperawatan dan Evaluasi Keperawatan


No Dx Kep Implementasi Evaluasi (SOAP) TTD/Nama
1. Gangguan Pola 1. Mengobservasi TTV S : Pasien mengatakan sering
Tidur berhubungan 2. Mengidentifikasi pola aktifitas dan terbangun saat tidur dimalam hari
dengan ditandai tidur O :
dengan Ny.R - Pasien tidur 5-6 jam dimalam
3. Mengidentifikasi faktor
mengatakan sering hari
terbangun saat tidur pengganggu tidur - Pasien tampak menguap saat
dimalam hari, 4. Mengidentifikasi obat tidur yang diajak berbicara
Pasien tampak dikonsumsi - Mata pasien tampak sembab Ricky Gunawan
mengantuk, 5. Membatasi waktu tidur siang, jika - TTV:
Istirahat & tidur : 5- perlu - 170/90 mmHg
6 jam, Pasien sering 6. Menetapkan jadwal tidur rutin - N: 92x/mnt
menguap saat diajak - S: 36,3 C
7. Menjelaskan pentingnya tidur
berbicara, Mata - RR: 20x/mnt
pasien tampak cukup selama sakit A : Masalah belum teratasi
sembab, TTV: TD : 8. Menganjurkan menepati kebiasaan P : Lanjutkan Intervensi
170/90 mmHg, N : waktu tidur
92x/m, S : 36,3 C,
R : 20x/mnt
2. Defisit Pengetahuan 1. Mengidentifikasi kesiapan dan S : Pasien mengatakan mulai paham
berhubungan kemampuan menerima informasi mengenai penyakitnya
dengan kurangnya 2. Menyediakan materi dan media O:
terpapar informasi Pendidikan kesehatan - Pasien tampak kooperatif
ditandai dengan 3. Memberikan penkes mengenai - Pasien tampak mulai memahami
Ny.R mengatakan Hipertensi mengenai penyakitnya Ricky Gunawan
tidak tau mengenai 4. Menjelaskan faktor risiko yang - Pasien mampu menjawab
penyakitnya, pasien dapat mempengaruhi kesehatan pertanyaan perawat
38

tampak bingung, A : Masalah Teratasi


pasien tampak P : Intervensi di Hentikan
menanyakan
mengenai
penyakitnya dan
pasien tampak tidak
mengetahui apa itu
hipertensi
39

3.6 Catatan Perkembangan


Hari / Tanggal
No Dx Kep Implementasi Evaluasi (SOAP) TTD/Nama
/Jam
1. Rabu, 19 Januari Gangguan Pola Tidur 1. Mengobservasi TTV S : Pasien mengatakan tidur
2022 berhubungan dengan 2. Mengidentifikasi pola nyenyak
10.00 Wib ditandai dengan Ny.R aktifitas dan tidur O :
mengatakan sering - Pasien tidur 7-8 jam
3. Mengidentifikasi faktor
terbangun saat tidur dimalam hari
dimalam hari, Pasien pengganggu tidur - Pasien tidak tampak
tampak mengantuk, 4. Mengidentifikasi obat menguap saat diajak
Istirahat & tidur : 5-6 tidur yang dikonsumsi berbicara Ricky Gunawan
jam, Pasien sering 5. Membatasi waktu tidur - Mata pasien tidak tampak
menguap saat diajak siang, jika perlu sembab
berbicara, Mata pasien 6. Menetapkan jadwal tidur - TTV:
tampak sembab, TTV: - 160/90 mmHg
rutin
TD : 170/90 mmHg, N - N: 87x/mnt
: 92x/m, S : 36,3 C, 7. Menjelaskan pentingnya - S: 36,6 C
R : 20x/mnt tidur cukup selama sakit - RR: 20x/mnt
8. Menganjurkan menepati A : Masalah teratasi
kebiasaan waktu tidur P : Hentikan Intervensi
40

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, 2008. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta : EGC

Irwan, 2016. Epidemiologi penyakit tidak menular. Yogyakarta : Budi Utama

Munandar, D. 2011. Analisis Penentuan Segmen, Target, dan Posisi Pasar Home
Care di Rumah Sakit AL-ISLAM Bandung. Majalah Ilmiah UNIKOM.

Nurhikmah, 2016. Hubungan Lama Merokok Dengan Derajat Hipertensi Di Desa


Rannaloe Kecamatan Bungaya Kabupaten Gowa

Nursalam, 2015. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu


Keperawatan.Jakarta : Salemba Medika

Rosdiana, A. I., Raharjo, B. B., & Indarjo, S. 2017. Implementasi Program


Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis). HIGEIA (Journal of Public Health
Research and Development), 1(3), 140-150

Rostikarina, R. A. 2013. Pengaruh Home Pharmacy Care Terhadap Pengetahuan


Tentang Penggunaan Obat Antihipertensi Oral (Asuhan Kefarmasian pada
Penderita Hipertensi Rawat Jalan di Puskesmas Ardimulyo Singosari)
(Doctoral dissertation, University of Muhammadiyah Malang).

Sofia Rhosma, 2014. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Yogyakarta : Budi Utama

Sunaryo, 2015. Asuhan Keperawatn Gerontik. Yogyakarta : Andi

Yolanda, 2017. Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Hipertensi Pada Lansia


Tahap Awal di Wilayah Kerja Puskesmas Andalang Padang

Anda mungkin juga menyukai