Anda di halaman 1dari 44

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA TN.

M
DENGAN MEDIS HIPERTENSI DI PANTI SOSIAL
TRESNA WERDHA SINTA RANGKANG
TANGKILING

OLEH :
Kris Kelana
(2021.01.14901.036)

YAYASAN STIKES EKA HARAP PALANGKARAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PRODI SARJANA KEPERAWATAN
TAHUN 2021/2022
LEMBAR PENGESAHAN

Nama : Kris Kelana

Nim : 2021-01-14901-036

Program Profesi : Ners Angkatan IX

Judul : Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Pada


Tn.M Dengan Diagnosa Medis Hipertensi Di Panti Sosial
Tresna Werdha Sinta Rangkang Tangkiling

Telah melaksanakan Asuhan Keperawatan sebagai persyaratan untuk


menyelesaikan Stase Keperawatan Gerontik pada Program Studi Ners Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap Palangka Raya.
Pembimbing Praktik

Pembimbing Akademik

Meilitha Carolina, Ners, M.Kep

Mengetahui
KUP Prodi Sarjana Keperawatan Ners

Meilitha Carolina, Ners, M.Kep

i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penyusunan Laporan
pratikum yang berjudul “Asuhan Keperawatan Gerontik pada Tn. M dengan
Dengan Diagnosa Medis Hipertensi Di Panti Sosial Tresna Werdha Sinta
Rangkang Tangkiling” ini dapat diselesaikan dengan baik dan tepat pada
waktunya.
Untuk itu perkenankan penulis mengucapkan terima kasih kepada:
Laporan Pendahuluan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh
karena itu, saya ingin mengucapkan terimakasih kepada:
1. Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes., selaku Ketua STIKes Eka Harap
Palangka Raya.
2. Ibu Meilitha Carolina, Ners, M.Kep., selaku Ketua Program Studi Sarjana
Keperawatan STIKes Eka Harap Palangka Raya.
3. Ibu Meilitha Carolina, Ners, M.Kep., selaku Pembimbing Akademik yang
telah banyak memberikan arahan, masukkan, serta penuh kesabaran
membimbing penyusunan dalam menyelesaikan laporan kasus asuhan
keperawatan ini.
4. Semua pihak yang telah membantu hingga laporan kasus asuhan keperawatan
ini dapat terselesaikan, yang mana telah memberikan bimbingan dan bantuan
kepada penyusun.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Asuhan keperawatan ini masih
jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun, untuk perbaikan di masa yang akan mendatang. Akhir kata penulis
mengucapkan sekian dan terima kasih.
Palangka Raya, 17 Januari 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah2
1.3 Tujuan Penulis 2
1.3.1 Tujuan Umum 2
1.3.2 Tujuan Khusus 3
1.4 Manfaat Penulisan3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar Gerontik 4
2.1.1 Definisi Gerontik 4
2.1.2 Batasan Usia 4
2.1.3 Ciri-Ciri Lansia 4
2.1.4 Tipe-Tipe Lansia 6
2.2 Konsep Dasar Hipertensi 7
2.2.1 Definisi 7
2.2.2 Anatomi Fisiologi 7
2.2.3 Etiologi 8
2.2.4 Klasifikasi 9
2.2.5 Patofisiologi 10
2.2.6 Manifestasi Klinis 12
2.2.7 Komplikasi 12
2.2.8 Pemeriksaan Penunjang 13
2.2.9 Penatalaksanaan Medis 14
2.3 Manajemen Asuhan Keperawatan 16
2.3.1 Pengkajian Keperawatan 16
2.3.2 Diagnosa Keperawatan 17
2.3.3 Intervensi Keperawatan 18
2.3.4 Implementasi Keperawatan 21
2.3.5 Evaluasi Keperawatan 21
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian Keperawatan 22
3.2 Diagnosa Keperawatan dan Intervensi Keperawatan 37
3.3 Implementasi Keperawatan dan Evaluasi Keperawatan 38
3.4 Catatan Perkembangan 39
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hipertensi merupakan keadaan dimana tekanan sistemik diatas 140 mmHg dan
tekanan diastolik diatas 90 mmHg (Brunner & Suddarth (2005) dalam Wijaya &
putri (2013). Hipertensi juga salah satu penyakit degeneratif yang banyak terjadi
dan mempunyai tingkat mortalitas yang cukup tinggi serta mempengaruhi kualitas
hidup dan produktivitas seseorang. Hipertensi dapat diklasifikasikan sebagai
hipertensi primer atau hipertensi esensial yang merupakan 95 % dari seluruh
pasien hipertensi dan hipertensi sekunder (Yolanda 2017). Sugiharto (2007) dalam
Masriadi (2016), mengemukakan bahwa hipertensi sekunder merupakan
hipertensi yang penyebabnya dapat diketahui, sering berhubungan dengan
beberapa penyakit misalnya ginjal, jantung koroner dan diabetes, kelainan sistem
saraf pusat.Sedangkan menurut Brunner & Suddart, (2015).
Penyakit tekanan darah tinggi atau hipertensi telah membunuh 9,4 juta warga
dunia setiap tahunnya. Badan Kesehatan Dunia (WHO) Angka memperkirakan,
jumlah penderita hipertensi akan terus meningkat seiring dengan jumlah
penduduk yang membesar. Pada 2025 mendatang, diproyeksikan sekitar 29 %
warga dunia terkena hipertensi.Presentase penderita hipertensi saat ini paling
banyak terdapat di negara berkembang. Data Global Status Report on
Noncommunicable Disesases 2010 dari WHO menyebutkan, 40% negara
ekonomi berkembang memiliki penderita hipertensi, sedangkan negara maju
hanya 35 %. Kawasan Afrika memegang posisi puncak penderita hipertensi
sebanyak 46 %. Sementara kawasan Amerika menempati posisi buncit dengan 35
%.Untuk kawasan Asia, penyakit ini telah membunuh 1,5 juta orang setiap
tahunnya. Hal ini menandakan satu dari tiga orang menderita tekanan darah tinggi
(Kompas.com, 2017 dalam Yolanda 2017).
Masyarakat juga perlu tahu risiko hipertensi agar dapat saling mendukung
untuk mencegah atau menanggulangi agar tidak menyebabkan peningkatan yang
signifikan sampai mencegah terjadinya komplikasi. (Bahrianwar,2009). Penyebab
hipertensi primer adalah gangguan emosi, obesitas, konsumsi alcohol yang

1
2

berlebihan, kopi, obat-obatan, faktor keturunan.Umumnya gejala baru terlihat


setelah terjadinya komplikasi. Komplikasi yang terjadi apabila tekanan darah
tinggi tidak diobati dan ditanggulangi, maka dalam jangka panjang akan
menyebabkan kerusakan arteri didalam tubuh sampai organ yang mendapat suplai
darah dari arteri tersebut. Komplikasi hipertensi dapat terjadi pada organ jantung,
otak, ginjal dan mata, sehingga dapat mengakibatkan gagal jantung, resiko stroke,
kerusakan pada ginjal dan kebutaan (Yolanda, 2017).
Untuk mengendalikan hipertensi di Indonesia telah dilakukan beberapa
langkah, yaitu mendistribusikan buku pedoman, Juklak dan Juknis pengendalian
hipertensi; melaksanakan advokasi dan sosialisasi; melaksanakan intensifikasi,
akselerasi, dan inovasi program sesuai dengan kemajuan teknologi dan kondisi
daerah setempat (local area specific); mengembangkan (investasi) sumber daya
manusia dalam pengendalian hipertensi; memperkuat jaringan kerja pengendalian
hipertensi, antara lain dengan dibentuknya Kelompok Kerja Pengendalian
Hipertensi; memperkuat logistik dan distribusi untuk deteksi dini faktor risiko
penyakit jantung dan pembuluh darah termasuk hipertensi; meningkatkan
surveilans epidemiologi dan sistem informasi pengendalian hipertensi;
melaksanakan monitoring dan evaluasi; dan mengembangkan sistem pembiayaan
pengendalian hipertensi. (Depkes: 2007).

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang menjadi fokus
pembahasan dalam laporan pendahuluan ini yaitu tentang “Bagaimana Asuhan
Keperawatan Gerontik pada Tn. M dengan Diagnosa Medis Hipertensi Di Panti
Sosial Tresna Werdha Sinta Rangkang Tangkiling”?.

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Tujuan Umum
Adapun tujuan umum dalam penulisan ini adalah untuk mengetahui
bagaimana Asuhan Keperawatan Gerontik pada Tn. M dengan Diagnosa Medis
Hipertensi Di Panti Sosial Tresna Werdha Sinta Rangkang Tangkiling”
3

1.3.2 Tujuan Khusus


1. Mampu melakukan pengkajian Gerontik pada Tn. M dengan Tn. M
dengan Diagnosa Medis Hipertensi Di Panti Sosial Tresna Werdha Sinta
Rangkang Tangkiling.
2. Mampu menegakkan diagnosa keperawatan Gerontik pada Tn. M
dengan Tn. M dengan Diagnosa Medis Hipertensi Di Panti Sosial Tresna
Werdha Sinta Rangkang Tangkiling.
3. Mampu membuat rencana keperawatan keperawatan Gerontik pada Tn.
M dengan Tn. M dengan Diagnosa Medis Hipertensi Di Panti Sosial
Tresna Werdha Sinta Rangkang Tangkiling.
4. Mampu melaksanakan rencana tindakan keperawatan keperawatan
Gerontik pada Tn. M dengan Tn. M dengan Diagnosa Medis Hipertensi
Di Panti Sosial Tresna Werdha Sinta Rangkang Tangkiling.
5. Mampu melakukan evaluasi keperawatan keperawatan Gerontik pada Tn.
M dengan Tn. M dengan Diagnosa Medis Hipertensi Di Panti Sosial
Tresna Werdha Sinta Rangkang Tangkiling.

1.4 Manfaat Penulisan


1.4.1 Manfaat Bagi Mahasiswa
Mahasiswa dapat mengetahui asuhan keperawatan Gerontik pada Tn. M
dengan Diagnosa Medis Hipertensi.
1.4.2 Manfaat Bagi Pasien dan Keluarga
Pasien dan keluarga mengetahui wawasan dan serta pencegahan untuk
masalah hipertensi.
1.4.3 Manfaat Bagi Institusi Pendidikan
Bagi pendidikan ilmu keperawatan sebagai bahan bacaan dan menambah
wawasan bagi mahasiswa kesehatan kususnya perawat dalam hal penambah
pengetahuan dan perkembangan tentang hipertensi.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Gerontik (Lansia)


2.1.1 Definisi Gerontik
Gerontik adalah ilmu yang mempelajari tentang proses penuaan yang terjadi
pada manusia pada umur 60 tahun (Sofia, 2014). Lansia adalah seseorang yang
telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Menua bukanlah suatu penyakit, tetapi
merupakan proses yang berangsur-angsur mengakibatkan perubahan kumulatif,
merupakan proses menurunnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan
dari dalam dan luar tubuh. Banyak diantara lanjut usia yang masih produktif dan
mampu berperan aktif dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Upaya peningkatan kesejahteraan sosial lanjut usia pada hakikatnya merupakan
pelestarian nilai-nilai keagamaan dan budaya bangsa (Siti Nur Khalifah,2016).
2.1.2 Batasan Usia
Menurut WHO (1999) menjelaskan batasan lansia adalah sebagai berikut:
1. Usia lanjut (elderly) antara usia 60-74 tahun.
2. Usia tua (old) :75-90 tahun.
3. Usia sangat tua (very old) adalah usia > 90 tahun.
Depkes RI (2005) menjelaskan bahwa batasan lansia dibagi menjadi tiga
katagori, yaitu:
1. Pralansia (prasenilis) yaitu antara usia 45-59 tahun
2. Usia lanjut yaitu usia 60 tahun ke atas
3. Usia lanjut beresiko yaitu usia 70 tahun ke atas atau usia 60 tahun ke atas
dengan masalah kesehatan
4. Lansia potensial yaitu lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan
dan/atau kegiatan yang dapat menghasilkan barang/jasa
5. Lansia tidak potensial yaitu lansia yang tidak berdaya mencari nafkah,
sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain
2.1.3 Ciri-Ciri Lansia
Ciri-ciri lansia yang dapat kita temukan yaitu sebagai berikut:

4
5

1. Lansia Merupakan Periode Kemunduran


Kemunduran pada lansia sebagian datang dari faktor fisik dan faktor
psikologis. Motivasi memiliki peran yang penting dalam kemunduran pada
lansia. Misalnya lansia yang memiliki motivasi yang rendah dalam
melakukan kegiatan, maka akan mempercepat proses kemunduran fisik, akan
tetapi ada juga lansia yang memiliki motivasi yang tinggi, maka kemunduran
fisik pada lansia akan lebih lama terjadi.
2. Lansia Memiliki Status Kelompok Minoritas
Kondisi ini sebagai akibat dari sikap sosial yang tidak menyenangkan
terhadap lansia dan diperkuat oleh pendapat yang kurang baik, misalnya
lansia yang lebih senang mempertahankan pendapatnya maka sikap sosial di
masyarakat menjadi negatif, tetapi ada juga lansia yang mempunyai tenggang
rasa kepada orang lain sehingga sikap sosial masyarakat menjadi positif.
3. Menua Membutuhkan Perubahan Peran
Perubahan peran tersebut dilakukan karena lansia mulai mengalami
kemunduran dalam segala hal. Perubahan peran pada lansia sebaiknya
dilakukan atas dasar keinginan sendiri bukan atas dasar tekanan dari
lingkungan. Misalnya lansia menduduki jabatan sosial di masyarakat sebagai
Ketua RW, sebaiknya masyarakat tidak memberhentikan lansia sebagai ketua
RW karena usianya.
4. Penyesuaian yang Buruk Pada Lansia
Perlakuan yang buruk terhadap lansia membuat mereka cenderung
mengembangkan konsep diri yang buruk sehingga dapat memperlihatkan
bentuk perilaku yang buruk. Akibat dari perlakuan yang buruk itu membuat
penyesuaian diri lansia menjadi buruk pula. Contoh : lansia yang tinggal
bersama keluarga sering tidak dilibatkan untuk pengambilan keputusan
karena dianggap pola pikirnya kuno, kondisi inilah yang menyebabkan lansia
menarik diri dari lingkungan, cepat tersinggung dan bahkan memiliki harga
diri yang rendah.
6

2.1.4 Tipe-Tipe Lansia


Beberapa tipe pada lansia bergantung pada karakter, pengalaman hidup,
lingkungan, kondisi fisik, mental, sosial, dan ekonominya (Nugroho, 2000 dalam
buku R. Siti Maryam, dkk, 2008). Tipe tersebut dapat dibagi sebagai berikut:
1. Tipe Arif Bijaksana
Kaya dengan hikmah, pengalaman, menyesuaikan diri dengan perubahan
zaman, mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah hati, sederhana,
dermawan, memenuhi undangan, dan menjadi panutan.
2. Tipe Mandiri
Mengganti kegiatan yang hilang dengan yang baru, selektif dalam mencari
pekerjaan, bergaul dengan teman, dan memenuhi undangan.
3. Tipe Tidak Puas
Konflik lahir batin menentang proses penuaan sehingga menjadi pemarah,
tidak sabar, mudah tersinggung, sulit dilayani, pengkritik dan banyak
menuntut.
4. Tipe Pasrah
Menerima dan menunggu nasib baik, mengikuti kegiatan agama, dan melakukan
pekerjaan apa saja.
5. Tipe Bingung
Kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, minder, menyesal, pasif, dan
acuh tak acuh.
Tipe lain dari lansia adalah tipe optimis, tipe konstruktif, tipe dependen
(ketergantungan), tipe defensif (bertahan), tipe militant dan serius, tipe
pemarah/frustasi (kecewa akibat kegagalan dalam melakukan sesuatu), serta tipe
putus asa (benci pada diri sendiri). Sedangkan bila dilihat dari tingkat
kemandiriannya yang dinilai berdasarkan kemampuan untuk melakukan aktivitas
sehari-hari (indeks kemandirian Katz), para lansia dapat digolongkan menjadi
beberapa tipe yaitu lansia mandiri sepenuhnya, lansia mandiri dengan bantuan
langsung keluarganya, lansia mandiri dengan bantuan secara tidak langsung,
lansia dengan bantuan badan sosial, lansia di panti werda, lansia yang dirawat di
rumah sakit, dan lansia dengan gangguan mental.
7

2.2 Konsep Dasar Hipertensi


2.2.1 Definisi
Tekanan Darah Tinggi (hipertensi) adalah suatu peningkatan tekanan darah
di dalam arteri. Secara umum, hipertensi merupakan suatu keadaan tanpa gejala,
dimana tekanan yang abnormal tinggi di dalam arteri menyebabkan meningkatnya
resiko terhadap stroke, aneurisma, gagal jantung, serangan jantung dan kerusakan
ginjal.
Hipertensi dapat didefenisikan sebagai tekanan darah persisten dimana
tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan diastolik diatas 90 mmHg.
Hipertensi merupakan penyebab utama gagal jantung, gagal ginjal. Disebut
sebagai “pembunuh diam-diam“karena orang dengan hipertensi sering ridak
menampakkan gejala (Brunner & Suddart, 2015).
Sedangkan menurut Sheps (2005) dalam Masriadi (2016), hipertensi adalah
penyakit dengan tanda adanya gangguan tekanan darah sistolik maupun diastolik
yang naik diatas tekana darah normal.Tekanan darah sistolik adalah tekana puncak
yang tercapai ketika jantung berkontraksi dan memompakan darah keluar melalui
arteri.Tekanan darah diastolik diambil tekanan jatuh ketitik terendah saat jantung
rileks dan mengisi darah kembali (Yolanda,2017).
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan
darah di atas normal yang ditunjukkan oleh angka systolic (bagian atas) dan angka
diastolic (bagian bawah) pada pemeriksaan tensi darah menggunakan alat
pengukur tekanan darah baik yang berupa cuff air raksa (Sphygomanometer)
ataupun alat digital lainnya ( Irwan,2016).
2.2.2 Anatomi Fisiologi
8

2.2.3 Etiologi
Hipertensi berdasarkan etiologinya dibagi menjadi dua yaitu hipertensi
primer (esensial) dan hipertensi sekunder.
1. Hipertensi Primer
Sekitar 95% pasien dengan hipertensi merupakan hipertensi esensial (primer).
Penyebab hipertensi esensial ini masih belum diketahui, tetapi factor genetik
dan lingkungan diyakini memegang peranan dalam menyebabkan hipertensi
esensial (Weber dkk, 2014). Faktor genetik dapat menyebabkan kenaikan
aktivitas dari sistem renin-angiotensin-aldosteron dan sistem saraf simpatik
serta sensitivitas garam terhadap tekanan darah. Selain faktor genetik, faktor
lingkungan yang mempengaruhi antara lain yaitu konsumsi garam, obesitas
dan gaya hidup yang tidak sehat serta konsumsi alkohol dan merokok (Weber
dkk, 2014).
Penurunan ekskresi natrium pada keadaan tekanan arteri normal merupakan
peristiwa awal dalam hipertensi esensial. Penurunan ekskresi natrium dapat
menyebabkan meningkatnya volume cairan, curah jantung, dan
vasokonstriksi perifer sehingga tekanan darah meningkat. Faktor lingkungan
dapat memodifikasi ekspresi gen pada peningkatan tekanan. Stres,
kegemukan, merokok, aktivitas fisik yang kurang, dan konsumsi garam dalam
jumlah besar dianggap sebagai faktor eksogen dalam hipertensi.
2. Hipertensi Sekunder
Hipertensi sekunder diderita sekitar 5% pasien hipertensi (Weber dkk., 2014).
Hipertensi sekunder disebabkan oleh adanya penyakit komorbid atau
penggunaan obat-obat tertentu yang dapat meningkatkan tekanan darah. Obat-
obat tertentu, baik secara langsung ataupun tidak, dapat menyebabkan
hipertensi atau memperberat hipertensi. Penghentian penggunaan obat
tersebut atau mengobati kondisi komorbid yang menyertainya merupakan
tahap pertama dalam penanganan hipertensi sekunder. Beberapa penyebab
hipertensi sekunder.
Hipertensi yang penyebabnya dapat diketahui, sering berhubungan dengan
beberapa penyakit misalnya ginjal, jantung koroner, diabetes dan kelainan
sistem saraf pusat.
9

Beberapa penyebab lain hipertensi, antara lain :


1. Sebab hormonal, misalnya dari kelenjar anak ginjal.
2. Penggunaan obat-obatan.
3. Merokok karena di dalam tembakau terdapat nikotin.
4. Minuman beralkohol.
5. Kelainan pada ginjal.
6. Kelainan intrakranial yang mengakibatkan meningkatnya tekanan intrakranial
atau karena lokasinya dekat pada pusat persyarafan yang mempengaruhi
tekanan darah.
7. Kelainan pembuluh darah besar (aorta) yaitu koartasio aorta dimana arkus
aorta bersambungan dengan aorta decendens.
2.2.4 Klasifikasi
Klasifikasi hipertensi menurut WHO:
1. Tekanan darah normal yaitu bila sistolik kurang atau sama dengan 140 mmHg
dan diastolik kurang atau sama dengan 90 mmHg
2. Tekanan darah perbatasan (broder line) yaitu bila sistolik 141-149 mmHg dan
diastolik 91-94 mmHg
3. Tekanan darah tinggi (hipertensi) yaitu bila sistolik lebih besar atau sama
dengan 160 mmHg dan diastolik lebih besar atau sama dengan 95mmHg.
Klasifikasi menurut The Joint National Committee on the Detection and
Treatment of Hipertension:
1. Sistolik
a. < 140 mmHg : Tekanan darah normal
b. 140 – 159 : Hipertensi sistolik perbatasan terisolasi
c. > 160 : Hipertensi sistolik teriisolasi
2. Diastolik
a. < 85 mmHg : Tekanan darah normal
b. 85 – 99 : Tekanan darah normal tinggi
c. 90 -104 : Hipertensi ringan
d. 105 – 114 : Hipertensi sedang
e. >115 : Hipertensi berat
10

2.2.5 Patofisiologi
Hipertensi merupakan suatu kelainan yang ditandai dengan peningkatan
tekanan perifer. Hal ini menyebabkan penambahan beban jantung (after load)
sehingga terjadi hipertropi ventrikel kiri sebagai proses kompensasi/adaptasi,
hipertropi ventrikel kiri adalah suatu keadaan yang menggambarkan penebalan
dinding dan penambahan masa ventrikel kiri.
WOC HIPERTENSI 11

Hipertensi Primer : Hipertensi Sekunder


1) Faktor Keturunan 1) Penyakit lain
2) Ciri Perseorangan  Ginjal
3) Kebiasaan Hidup  Vascular
 Kelainan endokrin
 Saraf
2) Obat-obatan
Hipertensi

B1 B2 B3 B4 B5 B6
Ketidakseimbangan Penebalan pada Kenaikan tekanan Tekanan darah Resistensi Aliran darah
antara suplai O2 dan pembuluh darah serebra vaskuler meningkat pembuluh darah terhambat ke otot
kebutuhan tubuh
Pola Nafas Tekanan perifer Nyeri kepala, otak Kelemahan otot
Pembuluh darah
Tidak Efektif meningkat pusing, sakit Intoleransi Aktivitas
Penurunan ginjal tersumbat
Pasokan darah
Nyeri Akut
kepala
Curah Jantung ginjal Nafsu makan
terganggu menurun
Kerja ginjal tidak
efektif Mual dan
Resiko Defisit
muntah
Nutrisi
Gangguan Eliminasi
Urine
12

2.2.6 Manifestasi Klinis


Tanda dan gejala hipertensi, antara lain:
1) Peningkatan tekanan darah > 140/90 mmHg
2) Sebagian besar tidak ada gejala
3) Sakit pada bagian belakang kepala
4) Pusing/migraine
5) Leher terasa kaku
6) Lemah, Kelelahan
7) Mual dan Muntah
8) Sesak napas
9) Gelisah
10) Sukar tidur
2.2.7 Komplikasi
Hipertensi bila tidak dikontrol dapat menimbulkan komplikasi serius, antara
lain:
1. Kerusakan Ginjal
Gagal ginjal merupakan suatu keadaan klinis kerusakan ginjal yang
progresif dan irreversible dari berbagai penyebab, salah satunya pada bagian
yang menuju ke kardiovaskular. Mekanisme terjadinya hipertensi pada gagal
ginjal kronik oleh karena penimbunan garam dan air atau sistem renin
angiotensin aldosteron (RAA).
2. Kerusakan Otak
Ensefalopati (Kerusakan otak) dapat terjadi terutama pada hipertensi
maligna (hipertensi yang meningkat cepat). Tekanan yang sangat tinggi
pada kelainan ini menyebabkan peningkatan tekanan kapiler dan mendorong
ke dalam ruang intersitium diseluruh susunan saraf pusat. Neuron-neuron
disekitarnya kolaps yang dapat menyebabkan ketulian, kebutaan dan tak
jarang juga koma serta kematian mendadak. Keterikatan antara kerusakan
otak dengan hipertensi, bahwa hipertensi berisiko 4 kali terhadap kerusakan
otak dibandingkan dengan orang yang tidak menderita hipertensi.
13

3. Stroke
Stroke adalah gangguan fungsional otak fokal maupun global akut, lebih
dari 24 jam yang berasal dari gangguan aliran darah otak dan bukan
disebabkan oleh gangguan peredaran darah. Stroke dengan defisit neurologik
yang terjadi tiba-tiba dapat disebabkan oleh iskemia atau perdarahan otak.
Stroke iskemik disebabkan oleh oklusi fokal pembuluh darah yang
menyebabkan turunnya suplai oksigen dan glukosa ke bagian otak yang
mengalami oklusi.
4. Infark Miokard
Infark miokard dapat terjadi apabila arteri koroner yang arterosklerotik tidak
dapat mensuplai cukup oksigen ke miokardium atau apabila terbentuk
trombus yang menyumbat aliran darah melalui pembuluh tersebut. Akibat
hipertensi kronik dan hipertensi ventrikel, maka kebutuhan oksigen
miokardium mungkin tidak dapat dipenuhi dan dapat terjadi iskemia jantung
yang menyebabkan infark. Demikian juga, hipertrofi dapat menimbulkan
perubahaan-perubahan waktu hantaran listrik melintasi ventrikel sehingga
terjadi distritmia, hipoksia jantung dan peningkatan risiko pembentukan
bekuan.
2.2.8 Pemeriksaan Diagnostik
1. Hemoglobin/Hematokrit
Untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan
(viskositas) dan dapat mengindikasikan factor-faktor resiko seperti
hiperkoagulabilitas, anemia.
2. BUN: memberikan informasi tentang perfusi ginjal
3. Glukosa
Hiperglikemi (diabetes mellitus adalah pencetus hipertensi) dapat
diakibatkan oleh peningkatan katekolamin (meningkatkan hipertensi).
4. Kalium Serum
Hipokalemia dapat megindikasikan adanya aldosteron utama
(penyebab) atau menjadi efek samping terapi diuretik.
5. Kalsium Serum
Peningkatan kadar kalsium serum dapat menyebabkan hipertensi.
14

6. Kolesterol dan Trigliserid Serum


Peningkatan kadar dapat mengindikasikan pencetus untuk/adanya
pembentukan plak ateromatosa (efek kardiovaskuler)
7. Pemeriksaan Tiroid
Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi dan hipertensi.
2.2.9 Penatalaksanaan Medis
Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas
akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan pencapaian dan
pemeliharaan tekanan darah dibawah 140/90 mmHg. Prinsip pengelolaan penyakit
hipertensi meliputi:
1. Terapi Tanpa Obat
Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan u
ntuk hipertensi ringan dan sebagai tindakan suportif pada hipertensi sedang
dan berat. Terapi tanpa obat ini meliputi :
a. Diet
Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah :
1) Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr
2) Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh
b. Penurunan berat badan
c. Penurunan asupan etanol
d. Menghentikan merokok
e. Latihan Fisik
Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang dianjurkan
untuk penderita hipertensi adalah olah raga yang mempunyai empat
prinsip yaitu: Macam olah raga yaitu isotonis dan dinamis seperti lari,
jogging, bersepeda, berenang dan lain-lain.
f. Edukasi Psikologis
Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi meliputi :
1) Teknik Biofeedback
Biofeedback adalah suatu teknik yang dipakai untuk menunjukkan
pada subyek tanda-tanda mengenai keadaan tubuh yang secara sadar
oleh subyek dianggap tidak normal. Penerapan biofeedback terutama
15

dipakai untuk mengatasi gangguan somatik seperti nyeri kepala dan


migrain, juga untuk gangguan psikologis seperti kecemasan dan
ketegangan.
2) Tehnik relaksasi
Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang bertujuan untuk
mengurangi ketegangan atau kecemasan, dengan cara melatih
penderita untuk dapat belajar membuat otot-otot dalam tubuh menjadi
rileks
g. Pendidikan Kesehatan ( Penyuluhan )
Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan pengetahuan
pasien tentang penyakit hipertensi dan pengelolaannya sehingga pasien
dapat mempertahankan hidupnya dan mencegah komplikasi lebih lanjut.
2. Terapi dengan Obat
Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah saja
tetapi juga mengurangi dan mencegah komplikasi akibat hipertensi agar
penderita dapat bertambah kuat. Pengobatannya meliputi :
a. Diuretika
Obat diuretik bekerja membuang kelebihan garam dan cairan di tubuh
melalui urine. Di antara jenis obat diuretik adalah hydrochlorothiazide.
b. Antagonis Kalsium
Antagonis kalsium menurunkan tekanan darah dengan melebarkan
pembuluh darah. Beberapa contoh obat ini adalah amlodipine dan
nifedipine.
c. Beta Blocker
Berfungsi menurunkan tekanan darah dengan melebarkan pembuluh dan
memperlambat detak jantung. Contoh obat golongan beta-blocker adalah
atenolol dan bisoprolol.
d. ACE Inhibitor
ACE inhibitor menurunkan tekanan darah dengan cara membuat dinding
pembuluh darah lebih rileks. Contoh obat golongan ini adalah captopril
dan ramipril.
16

e. Angiotensin-2 Receptor Blocker (ARB)


Fungsi obat ini hampir sama dengan ACE inhibitor yaitu membuat dinding
pembuluh darah menjadi rileks, sehingga kedua obat tersebut tidak boleh
diberikan secara bersamaan. Contoh obat ini adalah losartan dan valsartan.

2.3 Manajemen Asuhan Keperawatan


2.3.1 Pengkajian
Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang bertujuan
untuk mengumpulkan informasi atau data tentang pasien, agar dapat
mengidentifikasi, mengenali masalah-masalah, kebutuhan kesehatan dan
keperawatan pasien, baik fisik, mental, sosial dan lingkungan menurut
(Dermawan, 2012).
1. Biodata Klien
Biodata klien berisi tentang : Nama, Umur, Pendidikan, Pekerjaan, Suku,
Agama, Alamat, No. Medical Record, Nama Suami, Umur, Pendidikan,
Pekerjaan , Suku, Agama, Alamat, Tanggal Pengkajian.
2. Keluhan Utama
Hal-hal yang dikeluhkan saat ini
3. Aktivitas/Istirahat
1) Gejala: Kelemahan, letih, nafas pendek
2) Tanda: Frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung takipnea.
4. Sirkulasi
1) Gejala: riwayat hipertensi, arteroklerosis, penyakit jantung kroner, katup
dan penyakit serebrovaskuler epide talpasi.
2) Tanda: Kenaikan tekanan darah, Hipertensi postural.
5. Eliminasi
Gejala: Makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan tinggi garam,
lemak dan kolesterol, Mual, muntah, Perubahan berat badan, Obesitas,
Adanya edema.
6. Neurosensoris
Gejala: Keluhan pusing, gangguan penglihatan.
17

7. Nyeri/Ketidaknyamanan
Gejala: Angina, sakit kepala, nyeri abdomen.
2.3.2 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah langkah kedua dari proses keperawatan yang
menggambarkan penilaian klinis tentang respon individu, keluarga, kelompok
maupun masyarakat terhadap permasalahan kesehatan baik aktual maupun
potensial. Dimana perawat mempunyai lisensi dan kompetensi untuk mengtasinya
(Sumijatun, 2010).
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload,
vasokonstriksi, hipertrofi/rigiditas ventrikuler, iskemia miokard ( D: 0008 Hal
: 34)
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan, ketidakseimbangan
suplai dan kebutuhan oksigen (D: 0056 Hal : 128)
3. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral ( D:
0077 Hal : 172)
4. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses
penyakit ( D: 0111 Hal: 246)
18

2.3.3 Intervensi Keperawatan

RENCANA KEPERAWATAN

NO DIANGOSA
TUJUAN ( KRITERIA HASIL) INTERVENSI
DX KEPERAWATAN
1 Penurunan curah Setelah dilakukan tindakanPerawatan Jantung SLKI. I.02075 Hal : 317
jantung berhubungan keperawatan selama 2x4 jamObservasi
dengan peningkatan diharapkan Penurunan curah jantung 1. Indentifikasi tanda / gejala primer penurunan curah jantung
afterload,
teratasi dapat diatasi. ( meliputi dispnea, kelelahan, edema ortopnea
vasokonstriksi,
hipertrofi/rigiditas Kriteria hasil: 2. Monitor tekanan darah
ventrikuler, iskemia SLKI. L. 02008 Hal : 20 3. Monitor intake dan output cairan
miokard SDKI : D.0008 1. Kekuatan Nadi Meningkat 5 4. Monitor saturasi oksigen
Hal : 34 2. Lelah Menurun 5 5. Monitor keluhan nyeri dada
3. Tekanan Darah Membaik 5 Terapeutik
4. Cappilary refill time Membaik 5
1. Posisikan pasien semi fowler atau posisi nyaman
2. Berikan diet jantung yang sesusai
3. Berikan terapi relaksasi untuk mengurangi stress
4. Berikan oksigen untuki mempertahankan saturasi oksigen
Edukasi
1. Anjurkan beraktivitas fisik secara bertahap
2. Anjurkan berhenti merokok
3. Ajarkan pasien dan keluarga mengukur berat badan harian
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian antiaritmia
2 Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan tindakan Manajemen Energi SLKI. I. 05178 Hal : 176
19

berhubungan dengan keperawatan selama 2x4 jam Observasi


kelemahan, diharapkan intoleransi aktivitas 1. Indentifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan
ketidakseimbangan membaik. kelelahan
suplai dan kebutuhan 2. Monitor kelalahan fisik dan emosional
Kriteria hasil:
oksigen. SDKI (D: 0056 3. Monitor dan jam tidur
Hal : 128) SLKI. L. 05047 Hal : 149
Terapeutik
1. Frekuensi nadi meningkat 5 1. Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus
2. Saturasi oksigen meningkat 5 2. Lakukan latihan rentang gerak p pasif dan aktif
3. Kemudahan dalam melakukan Edukasi
aktivitas sehari – hari meningkat 5 1. Anjurkan tirah baring
4. Kekuatan tubuh bagian atas 2. Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
meningkat 5 Kolaborasi
5 Kekuatan tubuh bagian bawah 1. kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan
meningkat 5 makanan
6. Keluhan lelah menurut 5
3 Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri SLKI. I.08238 Hal : 201
berhubungan dengan keperawatan selama 2x4 jam Observasi
peningkatan tekanan diharapkan nyeri akut dapat teratasi 1. Identifikasi lokasi, karakteristik durasi, frekuensi,intensitas
vaskuler serebral SDKI nyeri
dengan baik.
( D: 0077 Hal : 172) 2. Identifikasi nyeri
Kriteria hasil: 3. Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingat nyeri
SLKI. L. 08066 Hal : 145 Terapeutik
1. Keluhan nyeri menurun 5 1. berikan teknik farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
2. Meringis Menurun 5 2. kontrol lingkungan yang memperberat nyeri
3. Sikap Protektif menurun 5 3. Fasilitasi istirahat dan tidur
4. kesulitan tidur dengan 5 Edukasi
1. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
5. pola tidur membaik 5 2. jelaskan strategi meredakan nyeri
20

3. Ajarkan teknik famakologis untuk mengurangi rasa nyeri


Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian analgetik
4 Defisit pengetahuan Setelah dilakukan tindakan Edukasi kesehatan SLKI. I.012383 Hal : 65
berhubungan dengan keperawatan selama 2x4 jam Observasi
kurangnya informasi diharapkan defisit pengetahuan dapat 1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima infomasi
tentang proses penyakit 2.Identifikasi faktor faktor yang dapat meningkatkan dan
teratasi dengan baik .
SDKI ( D: 0111 Hal: menurunkan motivasi perilaku hidup bersih dan sehat
246) Kriteria hasil: Terapeutik
SLKI. L. 121011 Hal : 146 1. Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan
1. Perilaku sesuai anjuran meningkat 5 2. Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
2. kemampuan menjelaskan 3. Berikan kesempatan untuk bertanya
meningkat 5 Edukasi
3. Pengetahuan tentang sesuatu topik 1. Jelaskan faktor resiko yang dapat mempengaruhi kesehatan
2. Ajarkan perlaku hidup bersih dan sehat
meningkat 5
3. Ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan
hidup bersih dan sehat
21

2.3.4 Implementasi Keperawatan


Implementasi merupakan tindakan yang sesuai dengan yang telah
direncanakan, mencakup tindakan mandiri dan kolaborasi. Tindakan mandiri
adalah tindakan keperawatan berdasarakan analisis dan kesimpulan perawatan dan
bukan atas petunjuk tenaga kesehatan lain. Tindakan kolaborasi adalah tindakan
keperawatan yang berdasarkan oleh hasil keputusan bersama dengan dokter atau
petugas kesehatan lain (Mitayani, 2010). Implementasi juga dimaksudkan untuk
pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun pada
tahap perencanaan.
2.3.5 Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah stadium pada proses keperawatan dimana taraf keberhasilan
dalampencapaian tujuan keperawatan dinilai dan kebutuhan untuk memodifikasi
tujuan atau intervensi keperawatan ditetapkan. Sedangkan menurut (Asmadi,
2008), evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang merupakan
perbandingan yang sistematis danterencana antara hasil akhir yang teramati dan
tujuan atau kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan. Penetapan
keberhasilan suatu asuhan keperawatan didasarkan pada perubahan prilaku dari
kriteria hasil yang telah ditetapkan, yaitu terjadinya adaptasi pada individu.
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK

3.1 Pengkajian
Berdasarkan pengkajian yang dilakukan pada Senin, 17 Januari 2022, pukul
09.00 WIB di Panti Sosial Tresna Werdha Sinta Rangkang Tangkiling, dengan
teknik anamnesa (wawancara), observasi, pemeriksaan fisik dan data dari buku
status pasien didapatkan data-data sebagai berikut:
3.1.1 Data Biografi
Nama: Tn. M, jenis kelamin laki-laki. Tempat&Tanggal lahir pasien:
Surabaya, 14 April 1950. Usia : 72 Tahun Gol.Darah yaitu -. Pendidikan Terakhir
Tn. M yaitu SMP, Agama Islam, Status Perkawinan yaitu Belum Menikah.
TB/BB: 150 cm/ 50 kg. Penampilan terlihat rapi dan bersih, Ciri-ciri Tubuh badan
tegak. Alamat: Jl. Orang Dekat yang dapat Di hubungi: 081256870908 orang
Panti, Hubungan dengan Lansia yaitu anak keempat Tn. M, Alamat: Jl.Pariwisata
No.174 Kel.Banturung Kec. Bukit Batu Palangka Raya.
3.1.2 Riwayat Keluarga
Susunan Anggota Keluarga
Jenis Hubungan
No Nama Pendidikan Pekerjaan Keterangan
Kelamin Keluarga
1. Tn. K L Kakek SMP Pensiun Hidup

2. Ny. I P Nenek SMP Pensiun Meninggal


3. Tn. M L Anak S1 Swasta Hidup
Pertama
4. Ny. C P Menantu D3 Swasta Hidup
5. An. K L Cucu SMP Pelajar Hidup
6. An. J P Cucu SD Pelajar Hidup
7. An. N L Cucu TK Pelajar Hidup

22
23

3.1.3 Genogram
Genogram 3 generasi :

Keterangan:

: Laki-Laki
: Perempuan
: Meninggal
: Pasien

3.1.4 Riwayat Pekerjaan


Pekerjaan pasien saat ini yaitu pensiunan PNS. Pekerjaan sebelumnya:
Tentara. Sumber pendapatan & Kecukupan terhadap Kebutuhan didapatkan dari
hasil gajih pensiunan yang diberikan oleh anak Tn.M setiap bulan pada tanggl 12.
3.1.5 Riwayat Lingkungan Hidup (Denah)
Tipe tempat tinggal: Permanen. Jumlah Kamar ada 3. Jumlah Tongkat di
kamar: 1 tongkat. Kondisi tempat tinggal: terlihat bersih, asri dengan beberapa
tanaman dan pohon, pencahyaan sesuai serta terdapat ventilasi yang cukup, dan
juga cukup lembab. Jumlah orang yang tinggal total ada 3 orang: laki-laki 3
orang. Derajat Privasi : klien memiliki kamar sendiri. Tetangga terdekat: Lansia
Tn.A dan Tn. U dan lansia yang berada dipanti, Alamat / Telepon : Jl.Pariwisata
No.174 Kel.Banturung Kec. Bukit Batu Palangka Raya./085248761254.
3.1.6 Riwayat Rekreasi
Hobby / Minat: Menyapu halaman disekitar rumah panti, Tn. M tidak
mengikuti Keanggotaan Organisasi apapun. Liburan Perjalanan dilakukan saat
pihak panti membawa liburan.
3.1.7 Sistem Pendukung
Perawat/Bidan/Dokter/Fisioterapi : Terdapat Puskesmas Tangkiling ±1 km
Klinik±100 m serta dokter praktek, Jarak dari rumah sekitar ±34 km, Tidak ada
24

Pelayanan Kesehatan dirumah makanan yang dihantarkan yaitu nasi, lauk ,sayur
dimana Tn. M makan 3 kali sehari yaitu pagi, siang, sore dan perawatan sehari
hari yang dilakukan Tn.M melakukan personal hygine secara mandiri
3.1.8 Diskripsi Kekhususan
Kebiasaan Ritual: Tn. M Bila ada yang sakit biasanya minta air tawar dan
obat yang diberikan pihak klinik. Yang lainnya: Tidak ada.
3.1.9 Status Kesehatan
Status kesehatan umum selama setahun yang lalu: Tn. M mengatakan
tidak pernah masuk Rumah sakit dalam setahun ini.
Status kesehatan umum selama 5 tahun yang lalu lalu: Tn. M mengatakan tidak
pernah masuk Rumah sakit dalam 5 tahun terakhir.
3.1.9.1 Keluhan Utama : Tn. M mengatakan pusing
1. Pr ovokative/Pal iat ive : Saat beraktivitas
2. Qual ity/Quantity : Seperti ditusuk-tusuk
3. Region : Kepala bagian depan sampai belakang
4. Sever ity Scal e : Skala 4
5. Timming : Hilang timbul
Masalah Kesehatan : Nyeri Akut
3.1.9.2 Obat-Obatan
No Nama Obat Dosis Keterangan
1. Amlodipine 1x 5 mg untuk menangani hipertensi bekerja
(malam) dengan cara melemaskan dinding pembulu
darah efeknya akan mempelancar aliran
darah menuju jantung dan mengurangi
tekanan darah selain untuk mengatasi
hipertensi.

3.1.9.3 Status Imunisasi (Catat Tanggal Terbaru)


Tetanus, difteri: klien mengatakan “saya tidak pernah di imunisasi”,
Influenza: klien mengatakan “saya tidak pernah di imunisasi”, Pneumothoraks:
klien mengatakan “saya tidak pernah di imunisasi”
25

3.1.9.4 Al er gi : (Catatan Agen dan Reaksi Spesifik)


Obat-obatan: Tidak ada, Makanan : pasien tidak ada alergi, Faktor
Lingkungan : Tidak ada.
3.1.9.5 Pen yakit yan g Dider ita
Pasien menderita penyakit Hipertensi.
3.1.10 Aktifitas Sehari-Hari
3.1.10.1 Indeks Katz
Oksigenasi : Pernafasan normal, RR 21x/menit, Cairan & Elektrolit :
Minum ±1,5-2 liter/hari, Nutrisi : makan 3x/hari, Eliminasi : BAB 1x/hari dan
BAK 4-5x hari, Aktivitas : Aktivitas sehari-hari madiri, Istirahat & Tidur :
istirahat cukup 7-8 jam/hari, Personal Hygiene : Badan bersih, wangi, dan rapi,
Seksual : Normal, Rekreasi : tidak ada
3.1.11 Psikologis
Persepsi klien: Tn. M mengatakan kurang mengetahui tentang penakitnya,
Konsep Diri: Tn. M mengenal dirinya, Emosi: Stabil, Adaptasi: Baik, Mekanisme
Pertahanan Diri : meluapkan emosi dengan beraktivitas seperti seperti mencuci
pakaian, makan dan mandi, berjalan setiap pagi, dan mebaca buku.
Masalah Keperawatan:
3.1.12. Keadaan Umum
Tingkat Kesadaran yaitu Composmenthis, Glasglow Coma Skale: 15, Eye:
3, Verbal: 4, Psikomotor : 5. Tanda-Tanda Vital : Puls = 96x/menit, Temp =
36,80C, RR = 21 x/menit, Tensi = 160/100 mmHg.
3.1.11.1 Sistem Kardiovaskuler
TD 160/100 mmHg, N=96x/menit (regular), bunyi jantung normal S1-
Lup S2-Dup, tidak ada iktus kordis, tidak ada pembesaran jantung, tidak ada nyeri
dada, tidak ada, merah, CRT : konjungtiva normal
Masalah Keperawatan: -
3.1.11.2 Sistem Pernafasan
Bentuk dada simetris, tidak ada sekresi dan batuk, pola nafas regular
RR=21x/menit, bunyi nafas vesicular, dan tidak ada bunyi nafas tambahan.
3.1.11.3 Sistem Integumen
Kulit tampak keriput, warna kulit sawo matang, turgor kembali kurang
26

dari 2 detik, akral: hangat, warna kulit pucat.


3.1.11.4 Sistem Perkemihan
Tidak ada masalah pada kandung kemih, produksi urine/BAK ±1,5
ml/hari, frekuensi 4-5x/hari, warna kuning jernih dengan bau khas amoniak.
3.1.11.5 Sistem Muskuloskeletal
Kemampuan bergerak bebas, kemampuan kekuatan otot baik, dan tulang
belakang normal.
3.1.11.6 Sistem Endokrin
Tidak terdapat masalah pada sistem endokrin Tn. M.
3.1.11.7 Sistem Gastrointestinal
Tidak ada riwayat gastritis, tidak ada mual ataupun muntah, BAB 1x/hari
dengan tidak adanya masalah.
3.1.11.8 Sistem Reproduksi
Pasien menolak dilakukan pengkajian/pemeriksaan
3.1.11.9 Sistem Persarafan
Provokative/Paliative: Saat beraktivitas, Quallty/Quantity: Seperti
ditusuk-tusuk, Region: Kepala bagian depan sampai belakang, Sever ity Scal
e : Skala 4, Timming : Hilang timbul.
Berdasarkan pemeriksaan dan pengkajian nilai GCS pasien, E (Eye): 4
(Membuka mata dengan spontan), V (Verbal): 5 (Dapat menjawab salam), M
(Motorik) : 6 (Dapat mengikuti perintah), Total Nilai GCS adalah 15 dengan
Kesadaran Tn. M yaitu Compos Menthis.
Pemeriksaan Uji Syaraf Kranial: Nervus Kranial I (Olfaktorius) Pasien
dapat membedakan aroma teh dan kopi. Nervus Kranial II (Optikus) Pasien dapat
membaca, Nervus Kranial III (Okulomotorus) Pasien dapat menggerakan bola
mata ke atas dan ke bawah, Nervus Kranial IV (Troklearis) Pasien dapat
menggerakan bola mata ke kiri dan ke kanan, Nervus Kranial V (Trigeminus)
Pasien dapat mengunyah dengan baik, Nervus Kranial VI (Abdusen) Pasien dapat
membedakan rasa asam, manis, asin, pahit, Nervus Kranial VII : (Fasialis) Pasien
dapat tersenyum, Nervus Kranial VIII (Vestibuloakustikus) Pasien dapat
mendengar dengan baik, Nervus Kranial IX (Glosofaringus) Pasien dapat menelan
dengan baik, Nervus Kranial X (Vagus) Pasien dapat berbicara dengan baik,
27

Nervus Kranial XI (Aksesorius) Pasien dapat menggerakan kepala ke kiri dan ke


kanan, Nervus Kranial XII (Hipoglosus) Pasien dapat menjulurkan lidah.
Masalah Keperawatan: Nyeri Akut
3.1.11.10 Sistem Penglihatan
Penglihatan masih normal, gerak bola mata normal, pupil reflek akan
cahaya, dan tidak buta warna.
3.1.11.11 Sistem Pendengaran
Sistem pendengaran pasien tidak ada masalah karena pasien masih bisa
mendengar dengan jelas.
3.1.11.12 Sistem Pengecapan
Sistem pengecapan pasien tidak ada masalah karena pasien mampu merasakan
rasa manis, asam, asin atapun pahit.
3.1.11.13 Sistem Penciuman
Sistem penciuman pasien tidak ada masalah karena pasien mampu
mencium/membedakan bau-bauan.
3.1.12 Status Kognitif/Afektif/Sosial
Short Porteble mental Status Questionnaire (SPMSQ): 1 fungsi intelektual
utuh, Mini Mental State Exam (MMSE): 28, Inventaris Depresi Beck: 2 (Tidak
Ada Depresi/Minimal), APGAR Keluarga : 9

INDEKS KATZ
Indeks Kemandirian Pada Aktivitas kehidupan Sehari-hari
Nama klien : Tn. M Tanggal: 17 Januari 2022
Jenis kelamin : Laki-Laki
Umur : 72 Tahun TB/BB : 150 cm/50 kg
Agama : Islam Gol darah: -
Pendidikan : SMP
Alamat : Jl.Pariwisata No.174 Kel.Banturung Kec. Bukit Batu
Palangka Raya.
Skore Kriteria
A Kemandirian dalam hal makan, kontinen, berpindah, ke kamar kecil,
berpakaian dan mandi.
B Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali satu dari
fungsi tersebut
C Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali mandi, dan
28

satu fungsi tambahan


D Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali mandi,
berpakaian dan satu fungsi tambahan
E Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali mandi,
berpakaian, kekamar kecil dan satu fungsi tambahan
F Kemandirian dalam smeua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali mandi,
berpakaian, kekamar kecil, berpindah dan satu fungsi tambahan
G Ketergantungan pada ke enam fungsi tersebut
Lain- Tergantung pada sedikitnya dua fungsi, tetapi tidak dapat di klasifikasikan
sebagai C, D, E Atau F
lain

SHORT PORTABLE MENTAL STATUS QUESTIONNAIRE (SPMSQ)


Penilaian ini untuk mengetahui fungsi intelektual lansia
Nama klien : Tn. M Tanggal: 17 Januari 2022
Jenis kelamin : Laki-Laki
Umur : 72 Tahun TB/BB: 150 cm/50 kg
Agama : Islam Gol darah: -
Pendidikan : SMP
Alamat : Jl. Jl.Pariwisata No.174 Kel.Banturung Kec. Bukit Batu
Palangka Raya.
SKORE
NO PERTANYAAN JAWABAN
+ -
 1 Tanggal berapa hari ini? 17 Januari 2022
 2 Hari apa sekarang ini? Rabu
 3 Apa nama tempat ini? Panti Jompo
 4 Berapa nomor telepon anda? Lupa
 5 Berapa umur anda? 72 tahun
 6 Kapan anda lahir? 14
 7 Siapa presiden Indonesia sekarang? Joko Widodo
 8 Siapa presiden sebelumnya? SBY
 9 Siapa nama kecil ibu anda? Lupa
 10 Kurangi 3 dari 20 dan tetap pengurangan 3 17, 14, 11, 8, 5, 3, dan
dari setiap angka baru, semua secara 0
menurun?
Jumlah kesalahan total 0

Keterangan:
29

1. Kesalahan 0-2 fungsi intelektual utuh


2. Kesalahan 3-4 kerusakan intelektual ringan
3. Kesalahan 5-7 kerusakan intelektual sedang
4. Kesalahan 8-10 kerusakan intelektual berat
 Bisa dimaklumi bila lebih dari 1 (satu) kesalahan bila subyek hanya
berpendidikan SD
 Bisa dimaklumi bila kurang dari 1 (satu) kesalahan bila subyek
mempunyai pendidikan lebih dari SD
 Bisa dimaklumi bila lebih dari 1 (satu) kesalahan untuk subyek kulit
hitam, dengan menggunakan kriteria pendidikan yang lama.
MINI MENTAL STATE EXAMINATION (MMSE)
Menguji Aspek – Kognitif Dari Fungsi Mental

NILAI
KLIEN PERTANYAAN
Maks
ORIENTASI
5 5 (Tahun, musim, Tgl, Hari, Bulan, apa sekarang? Dimana kita :
5 5 (Negara, bagian, Wilayah, Kota).
REGISTRASI
3 3 Nama 3 objek (1 detik untuk mengatakan masing-masing) tanyakan
klien ke 3 obyek setelah anda telah mengatakan. Beri 1 point untuk
tiap jawaban yang benar, kemudian ulangi sampai ia mempelajari
ke 3 nya jumlahkan percobaan dan catat.
PERHATIAN & KALKULASI
5 5 Seri 7’s (1 point tiap benar, berhenti setelah 5 jawaban, berganti eja
kata belakang) (7 kata dipilih eja dari belakang).
MENGINGAT
3 3 Minta untuk mengulangi ke 3 obyek diatas, beri 1 point untuk
kebenaran.
BAHASA
9 7 Nama pensil & melihat (2 point)
Mengulang hal berikut tak ada jika (dan atau tetapi) 1 point.
30 Nilai total : 28

KETERANGAN:
30

Mengkaji tingkat kesadaran klien sepanjang kontinum:


Composmenthis Apatis Somnolens Suporus Coma

Nilai Maksimun 30 (Nilai 21/Kurang indikasi ada kerusakan kognitif Perlu


penyelidikan lanjut).

INVENTARIS DEPRESI BECK


(PENILAIAN TINGKAT DEPRESI LANSIA DARI BECK DAN DECLE, 1972)

Nama klien : Tn. M Tanggal: 17 Januari 2022


Jenis kelamin : Laki-Laki
Umur : 72 Tahun TB/BB : 150 cm/50 kg
Agama : Islam Gol darah: -
Pendidikan : SMP
Alamat : Jl. Jl.Pariwisata No.174 Kel.Banturung Kec. Bukit Batu
Palangka Raya.
URAIAN
A KESEDIHAN
3 Saya sangat sedih/tidak bahagia, dimana saya tidak dapat menghadapinya
2 Saya galau/sedih sepanjang waktu dan tidak dapat keluar darinya
1 Saya merasa sedih/galau
0 Saya tidak merasa sedih

B PESIMISME
3 Merasa masa depan adalah sia-sia dan sesuatu tidak dapat membaik
2 Merasa tidak punya apa-apa dan memandang ke masa depan
1 Merasa kecil hati tentang masa depan
0 Tidak begitu pesimis/kecil hati tentang masa depan

C RASA KEGAGALAN
3 Merasa benar-benar gagal sebagai orang tua (suami/ istri)
2 Bila melihat kehidupan kebelakang, semua yang dapat saya lihat kegagalan
1 Merasa telah gagal melebihi orang pada umumnya
0 Tidak merasa gagal
31

D KETIDAKPUASAN
3 Tidak puas dengan segalanya
2 Tidak lagi mendapat kepuasan dari apapun
1 Tidak menyukai cara yang saya gunakan
0 Tidak merasa tidak puas

E RASA BERSALAH
3 Merasa seolah sangat buruk/tidak berharga
2 Merasa sangat bersalah
1 Merasa buruk/tidak berharga sebagai bagian dari waktu yang baik
0 Tidak merasa benar-benar bersalah

F TIDAK MENYUKAI DIRI SENDIRI


3 Saya benci diri saya sendiri
2 Saya muak dengan diri saya sendiri
1 Saya tidak suka dengan diri saya sendiri
0 Saya tidak merasa kecewa dengan diri sendiri

G MEMBAHAYAKAN DIRI SENDIRI


3 Saya akan bunuh diri jika saya punya kesempatan
2 Saya punya rencana pasti tentang tujuan bunuh diri
1 Saya merasa lebih baik mati
0 Saya tidak punya pikiran tentang membahayakan diri sendiri

H MENARIK DIRI DARI SOSIAL


3 Saya telah kehilangan semua minat saya pada orang lain dan tidak peduli
pada mereka semuanya
2 Saya telah kehilangan semua minat saya pada orang lain dan mempunyai
sedikit perasaan pada mereka
1 Saya kurang berminat pada orang lain dari pada sebelumnya
0 Saya tidak kehilangan minat pada orang lain

I KERAGU-RAGUAN
3 Saya tidak dapat membuat keputusan sama sekali
2 Saya mempunyai banyak kesulitan dalam membuat keputusan
1 Saya berusaha mengambil keputusan
0 Saya membuat keputusan yang baik

J PERUBAHAN GAMBARAN DIRI


3 Merasa bahwa saya jelek/tampak menjijikan
32

2 Merasa bahwa ada perubahan yang permanen dalam penampilan


1 Saya khawatir saya tampak tua/tidak menarik dan ini membuat saya tidak
menarik
0 Tidak merasa bahwa saya tampak lebih buruk daripada sebelumnya

K KESULITAN KERJA
3 Tidak melakukan pekerjaan sama sekali
2 Telah mendorong diri saya sendiri dengan keras untuk melakukan sesuatu
1 Memerlukan upaya tambahan untuk memulai melakukan sesuatu
0 Saya dapat bekerja sebaik-baiknya

L KELETIHAN
3 Saya sangat lelah untuk melakukan sesuatu
2 Saya merasa lelah untuk melakukan sesuatu
1 Saya merasa lelah dari yang biasanya
0 Saya tidak merasa lebih lelah biasanya

M ANOREKSIA
3 Saya tidak lagi punya nafsu makan sama sekali
2 Nafsu makan saya sangat buruk sekarang
1 Nafsu makan saya tidak sebaik sebelumnya
0 Nafsu makan saya tidak buruk dari biasanya

Keterangan:
0-4 : depresi tidak ada/ minimal
5-7 : depresi ringan
8-15 : depresi sedang
16+ : depresi berat
33

APGAR KELUARGA DENGAN LANSIA


Alat Skrining Singkat yang Dapat Digunakan untuk Mengkaji Fungsi Sosial
Lansia
Nama klien : Tn. M Tanggal: 17 Januari 2022
Jenis kelamin : Laki-Laki
Umur : 72 Tahun TB/BB : 150 cm/50 kg
Agama : Islam Gol darah: -
Pendidikan : SMP
Alamat : Jl. Jl.Pariwisata No.174 Kel.Banturung Kec. Bukit Batu
Palangka Raya.
No Uraian Fungsi Skore
1 Saya puas bahwa saya dapat kembali pada ADAPTATION 2
keluarga (teman-teman) saya untuk
membantu pada waktu sesuatu
menyusahkan saya
2 Saya puas dengan cara keluarga (teman- PARTNERSHIP 2
teman) saya mebicarakan sesuatu dengan
saya dan mengungkapkan masalah
dengan saya
3 Saya puas dengan cara keluarga (teman- GROWTH 2
teman) saya menerima dan mendukung
keinginan saya untuk melakukan
aktivitas/ arah baru
4 Saya puas dengan cara keluarga (teman- AFFECTION 1
teman) saya mengekspresikan afek dan
berespons terhadap emosi-emosi saya
seperti marah, sedih/ mencintai.
5 Saya puas dengan cara teman-teman saya RESOLVE 2
dan saya menyediakan waktu bersama-
sama.
Penilaian: TOTAL 9
Pertanyaan-pertanyaan yang di jawab:
 Selalu: skore 2
 Kadang-kadang: skore 1
 Hampir tidak pernah: skore 0
34

3.2 Analisa Data


OBYEKTIF DAN DATA SUBYEKTIF INTERPRESTASI MASALAH
No
(sign/symptom) (Etiologi) (Problem)
1. DS : Tn. M mengatakan pusing Kenaikan tekanan
 Pr ovokative/Pal iat ive:Saat serebra vaskuler
beraktivitas
 Qual lty/Quantity:Seperti ditusuk-
tusuk Nyeri kepala, pusing,
 Region : Kepala bagian depan sampai sakit kepala
belakang
 Sever ity Scal e : Skala 4
 Timming : Hilang timbul Nyeri Akut Nyeri Akut

DO :
- Pasien tampak memegang bagian
kepala
- Pasien tampak meringis
- TTV : TD=160/100 mmHg; Puls =
96x/menit; Temp = 36,80C; RR = 21
x/menit
35

3.3 Prioritas Masalah


1. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral yang
ditandai dengan Tn. M mengatakan pusing, Provokative/Paliative:Saat
beraktivitas, Quality/ Quantity: Seperti ditusuk-tusuk, Region : Kepala
bagian depan sampai belakang, Sever ity Scal e : Skala 4, Timming :
Hilang timbul, Pasien tampak memegang bagian kepala, Pasien tampak
meringis, TTV : TD=160/100 mmHg; Puls = 96x/menit; Temp = 36,8 0C; RR =
21 x/menit.
36

3.4 Diagnosa Keperawatan dan Intervensi Keperawatan


No Dx Kep Tujuan / Kriteria Hasil Intervensi Rasional
1. Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri SLKI. 1. Mengetahui lokasi, karakteristik,
dengan peningkatan keperawatan 3x kunjungan I.08238 Hal : 201 durasi, frekuensi, kualitas,
tekanan vaskuler serebral diharapkan nyeri Observasi intesitas nyeri
SDKI ( D: 0077 Hal : berkurang dengan 1. Identifikasi lokasi, 2. Untuk mengurangi rasa nyeri
172) SLKI. L. 08066 Hal : 145 karakteristik durasi, 3. Agar pasien secara mandiri dapat
1. Keluhan nyeri frekuensi,intensitas nyeri mengatasi rasa nyeri
menurun 5 Terapeutik 4. Agar pasien dapat mengatasi rasa
2. Meringis Menurun 5 1. berikan teknik farmakologis nyeri secara mandiri bila tiba-tiba
3. Sikap Protektif untuk mengurangi rasa nyeri muncul
menurun 5 Edukasi 5. Membantu mengurangi rasa nyeri
4. kesulitan tidur dengan 1. Jelaskan penyebab, periode,
5 dan pemicu nyeri
5. pola tidur membaik 5 2. jelaskan strategi meredakan
nyeri
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
analgetik
37

3.5 Implementasi Keperawatan dan Evaluasi Keperawatan


No Dx Kep Implementasi Evaluasi (SOAP) TTD/Nama
1 2 3 4 5
1. DX-1 1. Mengidentifikasi lokasi, S : Pasien mengatakan pusing
Senin, 17 karakteristik durasi, O:
Januari 2022 frekuensi,intensitas nyeri - Pasien tampak memegang bagian
Jam 08.00 WIB 2. Memberikan teknik farmakologis kepala depan
Nyeri akut untuk mengurangi rasa nyeri - Skala nyeri 4
berhubungan 3. Menjelaskan penyebab, periode, - Pasien tampak meringis
dengan dan pemicu nyeri - Pasien tampak mengikuti teknik
peningkatan 4. Menjelaskan strategi meredakan relaksasi nafas dalam Kris Kelana
tekanan nyeri - TTV : TD= 160/100 mmHg
vaskuler 5. Berkolaborasi pemberian obat N= 96x/menit
serebral SDKI menurut advice dokter RR= 21x/menit
( D: 0077 Hal : (Amlodipine 1x5 mg ) S = 36,8oC
172) A : Masalah Belum Teratasi
P : Intervensi di Lanjutkan 1-5
1. Mengidentifikasi lokasi, karakteristik
durasi, frekuensi,intensitas nyeri
2. Memberikan teknik farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
3. Menjelaskan penyebab, periode, dan
pemicu nyeri
4. Menjelaskan strategi meredakan nyeri
5. Berkolaborasi pemberian obat menurut
advice dokter (Amlodipine 1x5 mg )
38

3.6 Catatan Perkembangan 1.


Hari / Tanggal
No Dx Kep Implementasi Evaluasi (SOAP) TTD/Nama
/Jam
1 2 3 4 5 6
1. DX-1 Nyeri akut 1. Mengidentifikasi lokasi, S : Pasien mengatakan masih pusing
Senin, 17 Januari berhubungan dengan O:
karakteristik durasi,
 Pasien tampak memegang leher
2022 peningkatan tekanan frekuensi,intensitas nyeri bagian belakang
Jam 09.20 WIB vaskuler serebral  Skala nyeri 4
2. Memberikan teknik
SDKI ( D: 0077 Hal :  Pasien tampak meringis
172) farmakologis untuk
 Pasien tampak melakukan teknik
mengurangi rasa nyeri relaksasi nafas dalam
3. Menjelaskan penyebab,  TTV :
TD= 160/100 mmHg
periode, dan pemicu
N= 90x/menit
nyeri RR= 19x/menit
4. Menjelaskan strategi S = 36,2oC
meredakan nyeri A : Masalah Belum Teratasi Kris Kelana
P : Intervensi di Lanjutkan 1-5
5. Berkolaborasi pemberian 1. Mengidentifikasi lokasi,
obat menurut advice karakteristik durasi,
dokter (Amlodipine 1x5 frekuensi,intensitas nyeri
mg ) 2. Memberikan teknik
farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
3. Menjelaskan penyebab,
periode, dan pemicu nyeri
4. Menjelaskan strategi
meredakan nyeri
5. Berkolaborasi pemberian obat
menurut advice dokter
39

(Amlodipine 1x5 mg )

Hari / Tanggal
No Dx Kep Implementasi Evaluasi (SOAP) TTD/Nama
/Jam
1 2 3 4 5 6
1. Senin, 17 Januari Nyeri akut 1. Mengidentifikasi lokasi, S : Pasien mengatakan masih pusing
2021 berhubungan dengan O:
karakteristik durasi,
 Skala nyeri 3
Jam 09.20 WIB peningkatan tekanan frekuensi,intensitas nyeri  Pasien tampak melakukan teknik
vaskuler serebral relaksasi nafas dalam
2. Memberikan teknik
SDKI ( D: 0077 Hal :  TTV :
172) farmakologis untuk
TD= 130/90 mmHg
mengurangi rasa nyeri N= 86x/menit
3. Menjelaskan penyebab, RR= 19x/menit Kris Kelana
periode, dan pemicu nyeri S = 36,2oC
4. Menjelaskan strategi A : Masalah Teratasi Sebagian
P : Intervensi di Lanjutkan 1-5
meredakan nyeri 1. Mengidentifikasi lokasi,
5. Berkolaborasi pemberian karakteristik durasi,
obat menurut advice frekuensi,intensitas nyeri
dokter (Amlodipine 1x5 2. Memberikan teknik
mg ) farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
3. Menjelaskan penyebab,
periode, dan pemicu nyeri
4. Menjelaskan strategi
meredakan nyeri
5. Berkolaborasi pemberian obat
menurut advice dokter
(Amlodipine 1x5 mg )
DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, 2008. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta : EGC


Irwan, 2016. Epidemiologi penyakit tidak menular. Yogyakarta : Budi Utama
Munandar, D. 2011. Analisis Penentuan Segmen, Target, dan Posisi Pasar Home
Care di Rumah Sakit AL-ISLAM Bandung. Majalah Ilmiah UNIKOM.
Nurhikmah, 2016. Hubungan Lama Merokok Dengan Derajat Hipertensi Di Desa
Rannaloe Kecamatan Bungaya Kabupaten Gowa
Nursalam, 2015. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan.Jakarta : Salemba Medika
Rosdiana, A. I., Raharjo, B. B., & Indarjo, S. 2017. Implementasi Program
Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis). HIGEIA (Journal of Public Health
Research and Development), 1(3), 140-150
Rostikarina, R. A. 2013. Pengaruh Home Pharmacy Care Terhadap Pengetahuan
Tentang Penggunaan Obat Antihipertensi Oral (Asuhan Kefarmasian pada
Penderita Hipertensi Rawat Jalan di Puskesmas Ardimulyo Singosari)
(Doctoral dissertation, University of Muhammadiyah Malang).
Sofia Rhosma, 2014. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Yogyakarta : Budi Utama
Sunaryo, 2015. Asuhan Keperawatn Gerontik. Yogyakarta : Andi
Suprajitno, 2014. Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta : EGC
Vitahealth, 2014. Hipertensi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama
Yolanda, 2017. Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Hipertensi Pada Lansia
Tahap Awal di Wilayah Kerja Puskesmas Andalang Padang

Anda mungkin juga menyukai