R DENGAN
MASALAH HYPERTENSIVE HEART DISEASE (HHD) DI UPT
PUSKESMAS JEKAN RAYA KOTA PALANGKA RAYA
DISUSUN OLEH :
NATALIANA DOQ
NIM : 2019.C.11a.1020
i
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat dan anugerah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Laporan
Pendahuluan yang berjudul “Asuhan Keperawatan Keluarga pada Keluarga Tn. R
Dengan Masalah Hypertensive Heart Disease (HHD) di UPT Puskesmas Jekan
Raya Kota Palangka Raya”. Laporan pendahuluan ini disusun guna melengkapi
tugas (PPK IV).
Laporan Pendahuluan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh
karena itu, saya ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes selaku Ketua STIKES Eka Harap
Palangka Raya.
2. Ibu Meilitha Carolina, Ners., M.Kep selaku Ketua Program Studi Ners STIKES
Eka Harap Palangka Raya.
3. Ibu Ika Paskaria, S.Kep., Ners, selaku koordinator Praktik Pra Klinik
Keperawatan IV Program Studi Sarjana Keperawatan.
4. Christephani, S.Kep.,Ners selaku pembimbing akademik yang telah banyak
memberikan arahan, masukkan, dan bimbingan dalam penyelesaian asuhan
keperawatan ini.
5. Munita Widya Satanti, A.Md.Kep selaku pembimbing klinik yang telah
memberikan Izin tempat.
Saya menyadari bahwa laporan pendahuluan ini mungkin terdapat kesalahan
dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu penyusun mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari pembaca dan mudah-mudahan laporan pendahuluan
ini dapat mencapai sasaran yang diharapkan sehingga dapat bermanfaat bagi kita
semua.
Palangka Raya, 21 September 2022
Nataliana Doq
ii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN....................................................................................i
2.2.1 Definisi..................................................................................................14
2.2.3 Etiologi..................................................................................................16
2.2.8 Penatalaksanaan.....................................................................................25
i
2.3.4 Implementasi Keperawatan ....................................................................35
BAB 4 PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................56
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Program Indonesia Sehat merupakan rencana strategis Kementrian
Kesehatan tahun 2015-2019 yang dilakukan melalui pendekatan keluarga,
disingkat PIS-PK. Pada program PIS-PK, pendekatan keluarga menjadi salah satu
cara puskesmas meningkatkan jangkauan dan sasaran dengan meningkatkan akses
yankes di wilayahnya (mendatangi keluarga). Tujuan pendekatan keluarga salah
satunya adalah untuk meningkatkan akses keluarga pada pelayanan kesehatan
yang komprehensif dan bermutu. PIS-PK dilaksanakan dengan ciri sasaran utama
adalah keluarga,mengutamakan upaya promotif-preventif, disertai penguatan
upaya kesehatan berbasis masyarakat, kunjungan rumah dilakukan secara aktif
dan melalui pendekatan siklus kehidupan. Pelayanan kesehatan yang dilaksanakan
terkait penanganan penyakit menular dan tidak menular yang salah satunya adalah
penyakit hipertensi (Sarkomo, 2016).
Hipertensi merupakan suatu keadaan yang menyebabkan tekanan darah
tinggi secara terus-menerus dimana tekanan sistolik lebih dari 140 mmHg,
tekanan diastolik 90 mmHg atau lebih. Hipertensi atau penyakit darah tinggi
merupakan suatu keadaan peredaran darah meningkat secara kronis. Hal ini
terjadi karena jantung bekerja lebih cepat memompa darah untuk memenuhi
kebutuhan oksigen dan nutrisi di dalam tubuh (Koes Irianto, 2014).
Dewasa ini ada sekitar 422 juta orang penyandang hipertensi yang berusia
18 tahun di seluruh dunia atau 8,5% dari penduduk dunia. Namun 1 dari 2 orang
dengan penderita hipertensi tidak tahu bahwa dia penyandan g hipertensi. Oleh
karena itu sering ditemukan penderita hipertensi pada tahap lanjut dengan
komplikasi seperti serangan jantung, stroke.
Pada tahun 2015 menunjukkan sekitar 1,13 miliar orang di dunia
menderita Hipertensi, artinya 1 dari 3 orang di dunia terdiagnosis menderita
Hipertensi, hanya 36,8 yang minum obat. Jumlah penderita Hipertensi terus
meningkat setiap tahunnya, diperkirakan tahun 2025 akan ada 1,5 miliar orang
1
yang terkena Hipertensi. Setiap tahunnya di dunia diperkirakan 9,4 juta orang
meninggal akibat Hipertensi dan Komplikasinya (WHO, 2015).
Di Indonesia, data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) menunjukkan bahwa
terjadi peningkatan prevalensi hipertensi dari 5,7% tahun 2007 menjadi 6,9% atau
sekitar 9,1 juta pada tahun 2013. Data Sample Registration Survey tahun 2014
menunjukkan bahwa hipertensi merupakan penyebab kematian terbesar nomor 3
di Indonesia dengan prosentase sebesar 6,7% setelah stroke dan penyakit jantung.
Prevalensi hipertensi di Indonesia menurut Riskesdas tahun 2013 yang
didapat melalui pengukuran pada umur ≥ 18 tahun sebesar 25,8 %. Prevelensi
hipertensi di Indonesia yang didapat melalui kuesioner terdiagnosis tenaga
kesehatan sebesar 9,4 %, yang didiagnosis tenaga kesehatan atau sedang minum
obat sebesar 9.5 %, jadi ada 0,1 % yang minum obat sendiri. Penyakit terbanyak
pada usia lanjut berdasarkan Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 adalah hipertensi
dengan prevalensi 45,9% pada usia 55-64 tahun, 57,6% pada usia 65,74% dan
63,8% pada usia ≥ 75 tahun.
Oleh karena itu, pembangunan kesehatan menjadi salah satu upaya
pembangunan nasional yang diarahkan pada tercapainya kesadaran, kemauan, dan
kemampuan hidup sehat setiap penduduk sehingga memiliki derajat kesehatan
optimal. Salah satu cara untuk mencapainya adalah dengan memberikan asuhan
keperawatan pada individu, keluarga, atau masyarakat. Keluarga merupakan unit
pelayanan kesehatan terdepan dalam meningkatkan derajat kesehatan terutama di
lingkup komunitas. Kemampuan keluarga dalam memelihara kesehatan anggota
keluarganya akan dapat memelihara, mencegah, meningkatkan kesehatan mereka
pada tahap yang optimal sehingga mampu melaksanakan tugas- tugas mereka
secara produktif. (Ali, 2010).
Salah satu upaya dalam penyembuhan hipertensi terkhusus pada kesehatan
keluarga dengan mengenal masalah kesehatan dan melakukan perawatan pada
anggota keluarga merupakan tindakan yang tepat untuk menghadapi pasien
dengan hipertensi untuk mencegah komplikasi dan serangan berulang.
2
1.1 Rumusan Masalah
Bagaimana penerapan Asuhan Keperawatan Keluarga pada Keluarga Tn. R
Dengan Masalah Hypertensive Heart Disease (HHD) di UPT Puskesmas Jekan
Raya Kota Palangka Raya?
1.2 Tujuan Penulisan
1.2.1 Tujuan Umum
Tujuan penulisan ini adalah untuk mendapatkan gambaran dan
pengalaman langsung tentang bagaimana menerapkan Asuhan
Keperawatan Keluarga pada Keluarga Tn. R Dengan Masalah
Hypertensive Heart Disease (HHD) di UPT Puskesmas Jekan Raya Kota
Palangka Raya.
1.2.2 Tujuan Khusus.
1) Mampu melakukan pengkajian, menganalisa, menentukan diagnosa
keperawatan, membuat intervensi keperawatan, mampu melakukan
perawatan dan mengevaluasi tindakan keperawatan yang sudah
diberikan.
2) Mampu memberikan tindakan keperawatan yang diharapkan dapat
mengatasi masalah keperawatan pada kasus tersebut.
3) Mampu mengungkapkan faktor-faktor yang menghambat dan
mendukung serta permasalahan yang muncul dari asuhan
keperawatan yang diberikan.
4) Mampu mengetahui manajemen keperawatan untuk mengarahkan
seluruh kegiatan yang direncanakan dan mengatasai permasalahan.
3
Sebagai bahan atau sumber data bagi peneliti berikutnya dan bahan
pertimbangan bagi yang berkepentingan untuk melanjutkan penelitian
sejenis dan untuk publikasi ilmiah baik jurnal nasional maupun
internasional.
1.3.3 Untuk IPTEK
Memberikan informasi dalam pengembangan ilmu keperawatan terutama
dalam keperawatan komunitas yang menjadi masalah kesehatan pada
masyarakat.
4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep keluarga
2.1.1 Definisi keluarga
Keluarga merupakan perkumpulan dua atau lebih individu yang diikat
oleh hubungan darah, perkawinan atau adopsi, dan tiap-tiap anggota keluarga
selalu berinteraksi satu dengan yang lain (Mubarak, 2011).
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala
keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di
bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Setiadi, 2012).
Sedangkan menurut Friedman keluarga adalah unit dari masyarakat dan
merupakan lembaga yang mempengaruhi kehidupan masyarakat. Dalam
masyarakat, hubungan yang erat antara anggotanya dengan keluarga sangat
menonjol sehingga keluarga sebagai lembaga atau unit layanan perlu di
perhitungkan.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa keluarga yaitu sebuah
ikatan (perkawinan atau kesepakatan), hubungan (darah ataupun adopsi), tinggal
dalam satu atap yang selalu berinteraksi serta saling ketergantungan.
5
mengakui keberadaan dan hak setiap anggota keluarga serta selalu
mempertahankan iklim positif maka fungsi afektif akan tercapai.
3) Ikatan dan identifikasi ikatan keluarga di mulai sejak pasangan
sepakat memulai hidup baru.
2.1.2.2 Fungsi Sosialisasi
Sosialisasi di mulai sejak manusia lahir. Keluarga merupakan tempat
individu untuk belajar bersosialisasi, misalnya anak yang baru lahir dia
akan menatap ayah, ibu dan orang-orang yang ada disekitarnya. Dalam
hal ini keluarga dapat Membina hubungan sosial pada anak, Membentuk
norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat perkembangan anak,
dan Menaruh nilai-nilai budaya keluarga.
2.1.2.3 Fungsi Reproduksi
Fungsi reproduksi untuk meneruskan keturunan dan menambah sumber
daya manusia. Maka dengan ikatan suatu perkawinan yang sah, selain
untuk memenuhi kebutuhan biologis pada pasangan tujuan untuk
membentuk keluarga adalah meneruskan keturunan.
2.1.2.4 Fungsi Ekonomi
Merupakan fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan seluruh anggota
keluarga seperti memenuhi kebutuhan makan, pakaian, dan tempat
tinggal.
2.1.2.5 Fungsi Perawatan Kesehatan
Keluarga juga berperan untuk melaksanakan praktik asuhan
keperawatan, yaitu untuk mencegah gangguan kesehatan atau merawat
anggota keluarga yang sakit. Keluarga yang dapat melaksanakan tugas
kesehatan berarti sanggup menyelesaikan masalah kesehatan.
6
hubungan intim yang memuaskan, menetapkan tujuan bersama,
membina hubungan dengan keluarga lain, mendiskusikan rencana
memiliki anak atau KB, persiapan menjadi orangtua dan memahami
prenatal care (pengertian kehamilan, persalinan dan menjadi orangtua).
2.1.3.2 Keluarga dengan anak pertama < 30bln (child bearing)
Masa ini merupakan transisi menjadi orangtua yang akan menimbulkan
krisis keluarga. Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini antara lain
yaitu adaptasi perubahan anggota keluarga, mempertahankan hubungan
yang memuaskan dengan pasangan, membagi peran dan tanggung
jawab, bimbingan orangtua tentang pertumbuhan dan perkembangan
anak, serta konseling KB post partum 6 minggu.
2.1.3.3 Keluarga dengan anak pra sekolah
Tugas perkembangan dalam tahap ini adalah menyesuaikan kebutuhan
pada anak pra sekolah (sesuai dengan tumbuh kembang, proses belajar
dan kontak sosial) dan merencanakan kelahiran berikutnya.
2.1.3.4 Keluarga dengan anak sekolah (6-13 tahun)
Keluarga dengan anak sekolah mempunyai tugas perkembangan
keluarga seperti membantu sosialisasi anak terhadap lingkungan luar
rumah, mendorong anak untuk mencapai pengembangan daya
intelektual, dan menyediakan aktifitas anak.
2.1.3.5 Keluarga dengan anak remaja (13-20 tahun)
Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah pengembangan
terhadap remaja, memelihara komunikasi terbuka, mempersiapkan
perubahan sistem peran dan peraturan anggota keluarga untuk
memenuhi kebutuhan tumbuh kembang anggota keluarga.
2.1.3.6 Keluarga dengan anak dewasa
Tugas perkembangan keluarga mempersiapkan anak untuk hidup
mandiri dan menerima kepergian anaknya, menata kembali fasilitas dan
sumber yang ada dalam keluarganya.
2.1.3.7 Keluarga usia pertengahan (middle age family)
Tugas perkembangan keluarga pada saat ini yaitu mempunyai lebih
banyak waktu dan kebebasan dalam mengolah minat sosial, dan waktu
7
santai, memulihkan hubungan antara generasi muda-tua, serta persiapan
masa tua.
2.1.3.8 Keluarga lanjut usia
Dalam perkembangan ini keluarga memiliki tugas seperti penyesuaian
tahap masa pensiun dengan cara merubah cara hidup, menerima
kematian pasangan, dan mempersiapkan kematian, serta melakukan life
review masa lalu.
- Jumlahkan skor untuk semua kriteria (skor maksimum sama dengan jumlah
bobot, yaitu 5)
8
Skoring diagnosis keperawatan menurut Bailon dan Maglaya
(1978).
No Kriteria Skor Bobot
.
1. Sifat Masalah
Tidak/kurang sehat 3 1
Ancaman kesehatan 2
Tidak dapat 0
Rendah 1
4. Menonjolnya Masalah
Masalah berat, 2 1
harus segera 1
ditangani 0
Ada masalah, tetapi tidak
perlu segera ditangani
Masalah tidak dirasakan
9
terjadinya penyakit/masalah kesehatan
- Krisis : Merupakan masa yang membutuhkan banyak penyesuaian dari
individu/keluarga
2. Kemungkinan masalah dapat di ubah
Adalah kemungkinan berhasilnya mengurangi atau mencegah masalah
jika ada tindakan (intervensi). Faktor-faktor yang perlu diperhatikan
dalam menentukan skor kemungkinan masalah dapat dicegah :
- Pengetahuan dan tekhnologi serta tindakan yang dapat
dilakukan untuk menangani masalah
- Sumber-sumber yang ada pada keluarga baik dalam bentuk fisik,
keuangan atau tenaga
- Sumber-sumber dari keperawatan misalnya, dalam bentuk
pengetahuan, keterampilan dan waktu
- Sumber-sumber di masyarakat misalnya, dalam bentuk fasilitas
kesehatan, organisasi masyarakat, dukungan sosial masyarakat
3. Potensial masalah dapat di cegah
Adalah sifat dan beratnya masalah yang akan timbul yang dapat
dikurangi atau dicegah. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan adalah :
- Kepelikan dari masalah
Yaitu berkaitan dengan beratnya penyakit atau masalah, prognosa
penyakit atau kemungkinan merubah masalah
- Pada lamanya masalah
Hal ini berkaitan dengan jangka waktu terjadinya masalah
tersebut.Biasanya lamanya masalah mempunyai dukungan langsung
dengan potensi masalah bila dicegah.
- Adanya kelompok high risk atau kelompok yang peka atau rawan
- Adanya kelompok atau individu tersebut pada keluarga akan menambah
potensi masalah bila dicegah.
4. Menonjolnya masalah
Adalah merupakan cara keluarga melihat dan menilai masalah tentang
beratnya masalah serta mendesaknya masalah untuk diatasi. Hal yang perlu
diperhatikan dalam memberikan skor pada kriteria ini adalah perawat perlu
10
menilai persepsi atau bagaimana keluarga tersebut melihat masalah. Dalam
hal ini jika keluarga menyadari masalah dan merasa perlu untuk menangani
segera maka harus diberikan skor yang tinggi.
2.2. Konsep Penyakit Hipertensi
2.2.1 Definisi Hipertensi
Hipertensi merupakan suatu keadaan yang menyebabkan tekanan darah
tinggi secara terus-menerus dimana tekanan sistolik lebih dari 140 mmHg,
tekanan diastolik 90 mmHg atau lebih. Hipertensi atau penyakit darah tinggi
merupakan suatu keadaan peredaran darah meningkat secara kronis. Hal ini terjadi
karena jantung bekerja lebih cepat memompa darah untuk memenuhi kebutuhan
oksigen dan nutrisi di dalam tubuh (Koes Irianto, 2014).
Hipertensi merupakan elevasi persisten dari tekanan darah sistolik (TDS)
pada level 140 mmHg atau lebih dan tekanan darah diastolik (TDD) pada level 90
mmHg atau lebih (Black, 2014). Sedangkan menurut Murwarni (2011),hipertensi
adalah suatu keadaan dimana tekanan systole dan diastole mengalami kenaikan
yang melebihi batas normal (tekanan systole diatas 140 mmHg, diastole diatas 90
mmHg).
Hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140
mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran
selang waktu lima menit dalam keadaan cukup tenang/istirahat (Kemenkes RI,
2013). Hipertensi sering kali disebut silent killer karena termasuk yang
mematikan tanpa disertai dengan gejala-gejalanya terlebih dahulu sebagai
peringatan bagi korbannya. Gejala-gejala hipertensi yaitu adalah sakit kepala atau
rasa berat di tengkuk, vertigo, jantung berdebar, mudah lelah, penglihatan kabur,
telinga berdenging (tinnitus), dan mimisan (Kemenkes RI, 2013).
Jadi dapat disimpulkan bahwa Hipertensi adalah suatu keadaan dimana
tekanan darah berada diatas kisaran normal (sistolik lebih dari 140 mmHg,
tekanan diastolik 90 mmHg atau lebih) Hal ini terjadi karena jantung bekerja lebih
cepat memompa darah untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi di dalam
tubuh, hipertensi sering disebut sebagai silent killer karena termasuk yang
mematikan tanpa disertai dengan gejala-gejalanya terlebih dahulu sebagai
peringatan bagi korbannya Gejala-gejala hipertensi yaitu adalah sakit kepala atau
11
rasa berat di tengkuk, vertigo, jantung berdebar, mudah lelah, penglihatan kabur,
telinga berdenging (tinnitus), dan mimisan.
12
1. Arteri elastik adalah arteri terbesar, meliputi aorta dan cabang-
cabang terdekatnya. Mengandung banyak jaringan ikat.
2. Arteri muskular bercabang dari arteri elastik dan mendistribusi
kan darah ke berbagai bagian tubuh.
3. Arteriol adalah pembuluh darah yang sangat kecil. Sebagian
besar arteriol mempunyai tiga tunika pada dindingnya, dengan
jumlah otot polos yang memadai pada tunika medika.
b) Kapiler adalah pembuluh darah mikroskopik yang mempunyai
dinding sangat tipis. Hanya tunika intima yang terdapat pada
dinding ini. Sebagian dindingnya hanya mengandung satu lapisan
endotelium.
c) Vena mengangkut darah kembali ke jantung.
1. Venula pascapiler adalah vena terkecil, sangat berpori-pori,
tetapi mempunyai serat otot polos yang menyebar pada tunika
media.
2. Venula terbentuk ketika venula pascapiler bersatu. Dinding
venula yang lebih besar berlapis tiga.
3. Vena mempunyai dinding berlapis tiga, namun tunika intima
dan tunika medianya jauh lebih tipis daripada arteri yang
berukuran serupa.
2.2.3 Etiologi
Berdasarkan penyebabnya Hipertensi dibagi menjadi dua golongan,
menurut Ardiyansyah (2012), yaitu :
2.2.3.1 Hipertensi Primer
Hipertensi primer adalah Hipertensi Esensial atau Hipertensi yang 90%
tidak diketahui penyebabnya. Beberapa faktor yang diduga berkaitan
dengan berkembangnya Hipertensi Esensial diantaranya :
1) Genetik
Individu yang mempunyai riwayat keluarga dengan Hipertensi,
beresiko lebih tinggi untuk mendapatkan penyakit ini ketimbang
mereka yang tidak mempunyai riwayat keluarga.
13
2) Jenis Kelamin dan Usia
Laki–laki berusia 35–50 tahun dan wanita paska menopause beresiko
tinggi untuk mengalami Hipertensi.
3) Berat Badan/Obesitas
(25% lebih berat di atas berat badan ideal) juga sering dikaitkan
dengan berkembangnya Hipertensi.
2.2.3.2 Hipertensi Skunder
Hipertensi Sekunder adalah jenis Hipertensi yang penyebabnya diketahui.
Beberapa gejala atau penyakit yang penyebab Hipertensi jenis ini, antara
lain :
1) Coarctation Aorta
Yaitu penyempitan Aortacongenital yang (mungkin) terjadi beberapa
tingkat Aorta Torasik atau Aorta Abdominal. Penyempitan ini
menghambat aliran darah melalui lengkungan Aorta dan
mengakibatkan peningkatan tekanan darah di atas area konstriksi.
2) Penyempitan Parenkrim dan vascular Ginjal
Penyakit ini merupakan penyebab utama Hipertensi Sekunder.
Hipertensi Renovaskuler berhubungan dengan penyempitan satu atau
lebih Arteri besar, yang secara langsung membawa darah ke Ginjal.
Sekitar 90% lesi Arteri Renal pada klien dengan Hipertensi
disebabkan oleh Arterosklerosis atau Fibrous Dysplasia (pertumbuhan
abnormal jaringan Fibrous). Penyakit Parenkrim Ginjal terkait dengan
infeksi, inflamasi, serta perubahan struktur secara fungsi Ginjal.
3) Penggunaan Kontrasepsi Hormonal (Estrogen)
Oral kontrasepsi yang berisi estrogen dapat menyebabkan Hipertensi
melalu mekanisme Rennin–Aldosteron–mediate volume expansion.
Dengan penghentian oral kontrasepsi, tekanan darah kembali normal
setelah beberapa bulan.
4) Gangguan Endokrin
Disfungsi Medulla Adrenal dapat menyebabkan Hipertensi Sekunder
Adrenal–mediate Hypertension disebabkan kelebihan primer
Aldosteron, Kortisol dan katekolamin. Pada Aldosteron primer,
14
kelebihan Aldosteron menyebabkan Hipertensi dan hipokalemia.
Aldosteonisme primer biasanya timbul dari adenoma Korteks Adrenal
yang benigna (jinak). Pheochromocytomas pada Medulla Adrenal
yang paling umum dan meningkatkan sekresi katekolamin yang
berlebihan. Pada sindrom cushing, terjadi kelebihan glukokortikoid
yang diekskresi dari Korteks Adrenal. Sindrom cushing mungkin
disebabkan oleh hiperplasi adrenokortikal atau adenoma
adrenokortikal.
5) Kegemukan (obesitas) dan gaya hidup yang tidak aktif (malas
berolahrga)
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hipertensi
a. Faktor resiko yang tidak dapat dikontrol :
1) Jenis kelamin
Prevalensi terjadinya hipertensi pada pria dengan wanita. Wanita
diketahui mempunyai tekanan darah lebih rendah dibandingkan
pria ketika berusia 20-30 tahun. Tetapi akan mudah menyerang
pada wanita ketika berumur 55 tahun, sekitar 60% menderita
hipertensi berpengaruh pada wanita. Hal ini dikaitkan dengan
perubahan hormon pada wanita setelah menopause (Endang
Triyanto, 2014).
2) Umur
Perubahan tekanan darah pada seseorang secara stabil akan
berubah di usia 20-40 tahun. Setelah itu akan cenderung lebih
meningkat secara cepat. Sehingga, semakin bertambah usia
seseorang maka tekanan darah semakin meningkat. Jadi seorang
lansia cenderung mempunyai tekanan darah lebih tinggi
dibandingkan diusia muda (Endang Triyanto, 2014).
3) Keturunan (genetik)
Adanya faktor genetik tentu akan berpengaruh terhadap keluarga
yang telah menderita hipertensi sebelumnya. Hal ini terjadi adanya
peningkatan kadar sodium intraseluler dan rendahnya rasio antara
potasium terhadap sodium individu sehingga pada orang tua
15
cenderung beresiko lebih tinggi menderita hipertensi dua kali lebih
besar dibandingan dengan orang yang tidak mempunyai riwayat
keluarga dengan hipertensi (Buckman, 2010).
4) Pendidikan
Tingkat pendidikan secara tidak langsung mempengaruhi tekanan
darah. Tingginya resiko hipertensi pada pendidikan yang rendah,
kemungkinan kurangnya pengetahuan dalam
16
menerima informasi oleh petugas kesehatan sehingga berdampak
pada perilaku atau pola hidup sehat (Armilawaty, Amalia H,
Amirudin R., 2007).
b. Faktor resiko hipertensi yang dapat dikonrol
1) Obesitas
Pada usia pertengahan dan usia lanjut, cenderung kurangnya
melakukan aktivitas sehingga asupan kalori mengimbangi
kebutuhan energi, sehingga akan terjadi peningkatan berat badan
atau obesitas dan akan memperburuk kondisi (Anggara, F.H.D., &
N. Prayitno, 2013).
2) Kurang olahraga
Jika melakukan olahraga dengan teratur akan mudah untuk
mengurangi peningkatan tekanan darah tinggi yang akan
menurunkan tahanan perifer, sehigga melatih otot jantung untuk
terbiasa melakuakn pekerjaan yang lebih berat karena adanya
kondisi tertentu.
3) Kebiasaan merokok
Merokok dapat meningkatkan tekanan darah. Hal ini dikarenakan
di dalam kandungan nikotik yang dapat menyebabkan penyempitan
pembuluh darah.
4) Konsumsi garam berlebihan
WHO merekomendasikan konsumsi garam yang dapat mengurangi
peningkatan hipertensi. Kadar sodium yang direkomendasikan
adalah tidak lebih dari 100 mmol (sekitar 2,4 gram sodium atau 6
gram) (H. Hadi Martono Kris Pranaka, 2014-2015).
5) Minum alkohol
Ketika mengonsumsi alkohol secara berlebihan akan menyebabkan
peningkatan tekanan darah yang tergolong parah karena dapat
menyebabkan darah di otak tersumbat dan menyebabkan stroke.
6) Minum kopi
Satu cangkir kopi mengandung kafein 75-200 mg, dimana dalam
satu cangkir kopi dapat meningkatakan tekanan darah 5- 10 mmHg.
7) Kecemasan
Kecemasan akan menimbulkan stimulus simpatis yang akan
meningkatkan frekuensi jantung, curah jantung dan resistensi
vaskuler, efek samping ini akan meningkatkan tekanan darah.
Kecemasan atau stress meningkatkan tekanan darah sebesar 30
mmHg. Jika individu meras cemas pada masalah yang di hadapinya
maka hipertensi akan terjadi pada dirinya. Hal ini dikarenakan
kecemasan yang berulang-ulang akan mempengaruhi detak jantung
semakin cepat sehingga jantung memompa darah keseluruh tubuh
akan semakin cepat.
2.2.4 Klasifikasi
Hipertensi dapat didiagnosa sebagai penyakit yang berdiri sendiri tetapi
sering dijumpai dengan penyakit lain, misalnya arterioskeloris, obesitas,
dan diabetes militus. Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dapat
dikelompokkan menjadi dua golongan yaitu (WHO, 2014) :
2.2.4.1 Hipertensi esensial atau hipertensi primer
Sebanyak 90-95 persen kasus hipertensi yang terjadi tidak diketahui
dengan pasti apa penyebabnya. Para pakar menemukan hubungan antara
riwayat keluarga penderita hipertensi (genetik) dengan resiko menderita
penyakit ini. Selain itu juga para pakar menunjukan stres sebagai tertuduh
utama, dan faktor lain yang mempengaruhinya. Faktor-faktor lain yang
dapat dimasukkan dalam penyebab hipertensi jenis ini adalah lingkungan,
kelainan metabolisme, intra seluler, dan faktor-faktor ynag meningkatkan
resikonya seperti obesitas, merokok, konsumsi alkohol, dan kelainan
darah.
2.2.4.2 Hipertensi renal atau hipertensi sekunder
Pada 5-10 persen kasus sisanya, penyebab khususnya sudah diketahui,
yaitu gangguan hormonal, penyakit diabetes, jantung, ginjal, penyakit
pembuluh darah atau berhubungan dengan kehamilan. Kasus yang sering
terjadi adalah karena tumor kelenjar adrenal. Garam dapur akan
memperburuk resiko hipertensi tetapi bukan faktor penyebab.
Tabel 1. Klasifikasi Tekanan Darah Pada Orang Dewasa
Kategori Sistolik Diastolik
mmHg mmHg
Normal < 130 mmHg < 85 mmHg
2.2.5 Patofisiologi
Menurut Yusuf (2008), Tekanan darah dipengaruhi oleh curah jantung dan
tahanan perifer. Tubuh mempunyai sistem yang berfungsi mencegah perubahan
tekanan darah secara akut. Sistem tersebut ada yang bereaksi ketika terjadi
perubahan tekanan darah dan ada juga yang bereaksi ketika terjadi perubahan
tekanan darah secara akut. Sistem tersebut ada yang bereaksi ketika terjadi
perubahan tekanan darah dan ada yang bereaksi lebih lama. Sistem yang cepat
tersebut antara lain reflek kardiovaskular melalui baroreseptor, reflek
kemorereptor, respon iskemia susunan saraf pusat, dan reflek yang berasal dari
atrium, arteri pulmonalis, dan otot polos. Sistem lain yang kurang cepat merespon
perubahan tekanan darah melibatkan respon ginjal dengan perngaturan hormon
angiotensin dan vasopresor.
Kejadian hipertensi dimulai dengan adanya atherosklerosis yang
merupakan bentuk dari arterioklerosis (pengerasan arteri). Antherosklerosis
ditandai oleh penimbunan lemak yang progresif pada dinding arteri sehingga
mengurangi volume aliran darah ke jantung, karena sel-sel otot arteri tertimbun
lemak kemudian membentuk plak, maka terjadi penyempitan pada arteri dan
penurunan elastisitas arteri sehingga tidak dapat mengatur tekanan darah kemudian
mengakibatkan hipertensi. Kekakuan arteri dan kelambanan aliran darah
menyebabkan beban jantung bertambah berat yang dimanisfestasikan dalam
bentuk hipertrofo ventrikel kiri (HVK) dan gangguan fungsi diastolik karena
gangguan relaksasi ventrikel kiri sehingga mengakibatkan peningkatan tekanan
darah dalam sistem sirkulasi. (Hull, 1996; dalam Bustan 2007).
Berdasarkan uraian patofisiologi hipertensi diatas dapat disimpulkan
bahwa hipertensi dimulai adanya pengerasan arteri. Penimbunan lemak terdapat
pada dinding arteri yang mengakibatkan berkurangnya volume cairan darah ke
jantung. Penimbunan itu membentuk plak yang kemudian terjadi penyempitan dan
penurunan elastisitas arteri sehingga tekanan darah tidak dapat diatur yang artinya
beban jantung bertambah berat dan terjadi gangguan diastolik yang
mengakibatkan peningkatan tekanan darah.
WOC Hipertensi Hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih
dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran selang waktu lima menit dalam keadaan cukup tenang/istirahat
(Kemenkes RI, 2013).
Breath (B1) Blood ((B2) Brain (B3) Bladder (B4) Bowel (B5) Bone (B6)
2.2.7 Komplikasi
Hipertensi yang tidak ditanggulangi dalam jangka panjang akan
menyebabkan kerusakan arteri didalam tubuh sampai organ yang mendapat suplai
darah dari arteri tersebut. Komplikasi hipertensi dapat terjadi pada organ-organ
tubuh menurut Wijaya & Putri (2013), sebagai berikut :
1) Jantung
Hipertensi dapat menyebab terjadinya gagal jantung dan penyakit jantung
koroner. Pada penderita hipertensi, beban kerja jantung akan meningkat,
otot jantung akan mengendor dan berkurang elastisitasnya, yang disebut
dekompensasi. Akibatnya, jantung tidak lagi mampu memompa sehingga
banyaknya cairang yang tetahan diparu maupun jaringan tubuh lain yang
dapat menyebabkan sesak nafas atau oedema. Kondisi ini disebut gagal
jantung.
2) Otak
Komplikasi hipertensi pada otak, menimbulkan resiko stroke, apabila tidak
diobati resiko terkena stroke 7 kali lebih besar.
2.2.7.3 Ginjal
Hipertensi juga menyebabkan kerusakan ginjal, hipertensi dapat
menyebabkan kerusakan system penyaringan didalam ginjal akibat lambat
laun ginjal tidak mampu membuang zat-zat yang tidak dibutuhkan tubuh
yang masuk melalui aliran darah dan terjadi penumpukan di dalam tubuh.
2.2.7.4 Mata
Hipertensi dapat mengakibatkan terjadinya retinopati hipertensi dan dapat
22
menimbulkan kebutaan.
2.2.7.5 Arteriosklerosis
Hipertensi dapat menyebabkan pergeseran, penebalan, dan kekuatan pada
pembuluh darah arteri sehingga memungkinkan untuk rusak. Efek
laanjutan dari kerusakan dari pembuluh darah arteri ini adalah gangguan
sirkulasi darah yang mengarah pada serangan jantung.
2.2.7.6 Aneurisma (pembuluh darah yang bengkak)
Hipertensi yang tidak terkendali bisa menyebabkan pembuluh darah
menjadi tipis dan mengembang, dan mengakibatkan aneurisma. Hal ini
bisa berakibat fatal jika aneurisma pecah.
2.2.7.7 Gagal jantung
Fungsi dari jantung adalah memompa darah ke seluruh tubuh. Apabila
jantung memberikan tekanan yang terlalu tinggi untuk mengalirkan darah,
maka diperlukan kerja jantung yang besar. Kondisi seperti ini akan
menyebabkan otot jantung menjadi lebih tebal, tetapi jantung bekerja
terlalu keras dalam waktu ynag lama, maka lama-kelamaan otot jantung
akan mengalami kelelahan dan tidak mampu untuk bekerja memompa
darah secara optimal.
2.2.7.8 Stroke
Pecahnya aneurisma di otak bisa menyebabkan stroke. Hipertensi yang
tidak terkendali juga bisa menyebabkan pembekuan darah di arteri karotis
(arteri di leher). Bekuan darah tersebut bisa menyebabkan stroke
emboli bila memasuki otak.
2.2.7.9 Retinopati
Retinopati merupakan kerusakan pembuluh darah pada jaringan peka
cahaya di bagian belakang mata. Hipertensi yang tidak terkendali akan
memengaruhi arteriol (cabang arteri) di mata, sehingga menyebabkan
lesi.
2.2.7.10 Disfungsi ereksi
Disfungsi ereksi merupakan ketidakmampuan seseorang untuk
mempertahankan ereksi untuk melakukan penetrasi. Kondisi ini memang
banyak ditemukan pada penderita dengan tekanan darah tinggi, diabetes,
23
merokok, atau mengkonsumsi obat antidepresan. Dalam hal ini,
hipertensi dapat menyebabkan pengurangan perfusi atau suplai darah ke
genetalia pria.
2.2.7.11 Gangguan kognitif dan demensia gangguan daya pikir dan isi pikir
Tekanan darah yang tinggi bisa mempengaruhi kesehatan otak. Hasilnya
akan muncul dimensia atau pikun dan gangguan kognitif atau daya pikir.
Penyebabnya hampir sama dengan yang terjadi pada retina mata, yaitu
penyempitan arteri di beberapa bagian otak. Individu yang mengalami
gangguan ini akan mengalami masalah dalam ingatan, berhitung,
berpikir, memutuskan sesuatu, memilih, dan lain sebagainya.
24
hipertensi
2.2.8.4 Urin
1) Analisa urin : adanya protein urien, glukosa dalam urin
mengindikasikan adanya disfungsi renal atau diabetes
2) Urine VMA (Catecholamine Metabolite) : peningkatan kadar
mengindikasikan adanya pheochromacytoma.
3) Sterodi urin : peningkatan kadar mengindikasikan adanya
hiperadrenalisme, pheochromacytoma, atau disfungsi pituary,
sindrome chusing’s; kadar renin juga meningkat.
2.2.8.5 Radiologi
1) Intra Venous Pyelografi (IVP) : untuk mengidentifikasi penyebab
hipertensi seperti renal parenchhymal disease, urolithiasis, benigna
prostate hyperplasia (BPH).
2) Rontgen toraks : untuk menilai adanya kalsifikasi obstruktif katup
jantung, deposit kalsium pada aorta, dan pembesaran jantung
2.2.8.6 EKG
menilai adanya hipertrofi miokard, pola strain, gangguan konduksi
atau disritmia
25
5) Relaksasi intervensi wajib yang harus dilakukan pada setiap terapi
anti hipertensi.
Klien dengan hipertensi ringan yang berada pada risiko tinggi
(pria,perokok) atau bila tekanan diastoliknya menetap diatas 85 atau 95
mmHg dan sistoliknya diatas 130 atau 139 mmHg, perlu dimulai terapi
obat-obatan.
2.2.9.2 Terapi Farmakologi
Terapi farmakologi yang digunakan untuk terapi antihipertensi dapat di
klasifikasikan menjadi lima katagori :
1) Diuretik
Diuretik yang sering diresepkan untuk mengobati hipertensi ringan
adalah hidroklorotiazid. Diuretik bekerja dengan cara mengeluarkan
cairan berlebih dalam tubuh sehingga daya pompa jantung menjadi
lebih ringan.
2) Simpatolitik
Simpatolitk bertujuan sebagai penghambat (adrenergeik bekerja di
sentral simpatolitik), penghambat adrenergik alfa, beta, dan
penghambat neuron adrenergeik. Reserpine dan guanetidine dipakai
untuk mengendalikan hipertensi berat.
3) Vasodilator arteriol yang berkerja lansung
Vasodilator yang berkerja langsung adalah obat tahap ketiga yang
bekerja dengan merelaksasikan otot-otot polos pembuluh darah
sehingga menyebabkan vasodilatasi.
4) Antagonis angiotensin (ACE Inhibitor)
Obat dalam golongan ini bertujuan menghambat enzim angiotensin,
yang bertujuan menghambat pembentukan angiotensin II dan
aldesteron. Kaptopril, enalapril, lisinopril adalah ketiga antagonis
angiotensin. Fungsi utama adalah untuk menghambat pembentukan
zat angiotensin II dengan efek samping penderita hipertensi akan
mengalami batuk kering, pusing, sakit kepala dan lemas.
5) Penghambat angiotensin II (Valsartan)
26
Daya pompa jantung akan lebih ringan ketika jenis obat-obat
penghambat reseptor angiotensin II diberikan karena akan
menghalangi penempelan zat angiotensin II pada resptor.
6) Angiotensin kalsium (Diltiasem dan Verapamil) Kontraksi jantung
(kontraktilitas) akan terhambat.
27
6) Tipe keluarga
7) Suku bangsa
8) Agama
9) Status sosial ekonomi keluarga
10) Aktifitas rekreasi keluarga
b. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga meliputi :
1) Tahap perkembangan keluarga saat ini ditentukan dengan anak tertua dari
keluarga inti.
2) Tahap keluarga yang belum terpenuhi yaitu menjelaskan mengenai tugas
perkembangan yang belum terpenuhi oleh keluarga serta kendala mengapa
tugas perkembangan tersebut belum terpenuhi.
3) Riwayat keluarga inti yaitu menjelaskan mengenai riwayat kesehatan pada
keluarga inti yang meliputi riwayat penyakit keturunan, riwayat kesehatan
masing-masing anggota keluarga, perhatian terhadap pencegahan penyakit,
sumber pelayanan kesehatan yang biasa digunakan keluarga serta
pengalaman- pengalaman terhadap pelayanan kesehatan.
4) Riwayat keluarga sebelumnya yaitu dijelaskan mengenai riwayat
kesehatan pada keluarga dari pihak suami dan istri.
c. Pengkajian Lingkungan
1) Karakteristik rumah
2) Karakteristik tetangga dan komunitas RW
3) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
4) Sistem pendukung keluarga
d. Struktur keluarga
1) Pola komunikasi keluarga yaitu menjelaskan mengenai cara
berkomunikasi antar anggota keluarga.
2) Struktur kekuatan keluarga yaitu kemampuan anggota keluarga
mengendalikan dan mempengaruhi orang lain untuk merubah perilaku.
3) Struktur peran yaitu menjelaskan peran dari masing-masing anggota
keluarga baik secara formal maupun informal.
4) Nilai atau norma keluarga yaitu menjelaskan mengenai nilai dan norma
yang dianut oleh keluarga yang berhubungan dengaan kesehatan.
28
5) Fungsi keluarga :
a) Fungsi afèktif, yaitu perlu dikaji gambaran diri anggota keluarga,
perasaan memiliki dan dimiliki dalam keluarga, dukungan keluarga
terhadap anggota keluarga lain, bagaimana kehangatan tercipta pada
anggota keluarga dan bagaimana keluarga mengembangkan sikap
saling menghargai.
b) Fungsi sosialisai, yaitu perlu mengkaji bagaimana berinteraksi atau
hubungan dalam keluarga, sejauh mana anggota keluarga belajar
disiplin, norma, budaya dan perilaku.
c) Fungsi perawatan kesehatan, yaitu meenjelaskan sejauh mana keluarga
menyediakan makanan, pakaian, perlu dukungan serta merawat anggota
keluarga yang sakit. Sejauh mana pengetahuan keluarga mengenal sehat
sakit. Kesanggupan keluarga dalam melaksanakan perawatan kesehatan
dapat dilihat dari kemampuan keluarga dalam melaksanakan tugas
kesehatan keluarga, yaitu mampu mengenal masalah kesehatan,
mengambil keputusan untuk melakukan tindakan, melakukan perawatan
kesehatan pada anggota keluarga yang sakit, menciptakan lingkungan
yang dapat meningkatan kesehatan dan keluarga mampu memanfaatkan
fasilitas kesehatan yang terdapat di lingkungan setempat.
d) Pemenuhan tugas keluarga. Hal yang perlu dikaji adalah sejauh mana
kemampuan keluarga dalam mengenal, mengambil keputusan dalam
tindakan, merawat anggota keluarga yang sakit, menciptakan
lingkungan yang mendukung kesehatan dan memanfaatkan fasilitas
pelayanan kesehatan yang ada.
6) Stres dan koping keluarga
a) Stressor jaangka pendek dan panjang
(1) Stressor jangka pendek yaitu stressor yang dialami keluarga yang
memerlukan penyelesaian dalam waktu kurang dari 5 bulan.
(2) Stressor jangka panjang yaitu stressor yang dialami keluarga yang
memerlukan penyelesaian dalam waktu lebih dari 6 bulan.
b) Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi/ stressor
c) Strategi koping yang digunakan keluarga bila menghadapi
29
permasalahan.
d) Strategi adaptasi fungsional yang divunakan bila menghadapi
permasalah
e) Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan terhadap semua anggotaa keluarga.
Metode yang digunakan pada pemeriksaan fisik tidak berbeda dengan
pemeriksaan fisik di klinik. Harapan keluarga yang dilakukan pada
akhir pengkajian, menanyakan harapan keluarga terhadap petugas
kesehatan yang ada.
30
2.3.2.5 Ketidakmampuan keluarga menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan
guna perawatan dan pengobatan hipertensi
31
N Diagnosa Sasaran Tujuan Kriteria Standar Intervensi
o Keperawatan
1 Ketidakmampua Setelah Keluarga Keluarga dapat Keluarga dapat 1) Jelaskan arti penyakit
n keluarga tindakan mengenal menjelaskan menjelaskan hipertensi
mengenal keperawatan masalah secara lisan pengertian, 2) Diskusikan tanda-tanda
masalah keluarga dapat penyakit tentang penyebab, tanda dan penyebab penyakit
hipertensi yang mengenal dan hipertensi penyakit dan gejala hipertensi
terjadi pada mengerti setelah tiga kali hipertensi. penyakit hipertensi 3) Tanyakan kembali apa
keluarga. tentang kunjungan serta pencegahan yang telah didiskusikan.
penyakit rumah. dan pengobatan
hipertensi. penyakit hipertensi
secara lisan.
N Diagnosa Sasaran Tujuan Kriteria Standar Intervensi
o Keperawatan
2 Ketidakmampua Setelah Keluarga dapat Keluarga dapat Keluarga dapat 1) Diskusikan tentang akibat
n keluarga tindakan mengambil menjelaskan menjelaskan penyakit hipertensi
mengambil keperawatan keputusan untuk secara lisan dan dengan benar 2) Tanyakan bagaimana
keputusan yang keluarga dapat merawat dapat bagaimana akibat keputusan keluarga untuk
tepat untuk mengetahui anggota mengambil hipertensi dan merawat anggota keluarga
32
mengatasi akibat lebih keluarga dengan tindakan yang dapat mengambil yang menderita
penyakit lanjut dari hipertensi tepat dalam keputusan yang hipertensi.
hipertensi. penyakit setelah tiga kali merawat tepat.
hipertensi. kunjungan anggota
rumah. keluarga yang
sakit.
N Diagnosa Sasaran Tujuan Kriteria Standar Intervensi
o Keperawatan
3 Ketidakmampua Setelah Keluarga dapat Keluarga dapat Keluarga dapat 1) Jelaskan pada keluarga
n keluarga tindakan melakukan menjelaskan melakukan cara-cara pencegahan
merawat anggota keperawatan perawatan yang secara lisan perawatan penyakit hipertensi.
keluarga dengan keluarga tepat terhadap cara anggota keluarga 2) Jelaskan pada keluarga
hipertensi mampu anggota pencegahan yang menderita tentang manfaat istirahat,
merawat keluarga yang dan perawatan penyakit diet yang tepat dan olah
anggota menderita penyakit hipertensi secara raga khususnya untuk
keluarga yang hipertensi hipertensi tepat. anggota keluarga yang
menderita setelah tiga kali menderita hipertensi.
penyakit kunjungan
hipertensi. rumah.
33
N Diagnosa Sasaran Tujuan Kriteria Standar Intervensi
o Keperawatan
4 Ketidakmampua Setelah Keluarga dapat Keluarga dapat Keluarga dapat 1) Ajarkan cara
n keluarga dalam tindakan memodifikasi menjelaskan memodifikasi memodifikasi lingkungan
memelihara atau keperawatan lingkungan yang secara lisan lingkungan yang untuk mencegah dan
memodifikasi keluarga dapat tentang dapat mengatasi penyakit
lingkungan yang mengerti menunjang pengaruh mempengaruhi hipertensi misalnya :
dapat tentang penyembuhan lingkungan penyakit a) Jaga lingkungan rumah
mempengaruhi pengaruh dan pencegahan terhadap proses hipertensi. agar bebas dari resiko
penyakit lingkungan setelah tiga kali penyakit kecelakaan misalnya
hipertensi. terhadap kunjungan hipertensi benda yang tajam.
penyakit rumah. b) Gunakan alat
hipertensi. pelindung bila bekerja
Misalnya sarung
tangan.
c) Gunakan bahan yang
lembut untuk pakaian
untuk mengurangi
terjadinya iritasi.
2) Motivasi keluarga untuk
34
melakukan apa yang telah
dijelaskan.
35
2.3.4 Implementasi Keperawatan
Pelaksanaan merupakan salah satu tahap dari proses keperawatan keluarga dimana
perawat mendapatkan kesempatan untuk membangkitkan minat keluarga dalam mengadakan
perbaikan ke arah perilaku hidup sehat. Tindakan keperawatan keluarga mencakup hal-hal di
bawah ini (Harmoko, hal 98; 2012).
a. Menstimulasi kesehatan atau penerimaan keluarga mengenai kebutuhan kesehatan dengan
cara memberikan informasi kesehatan, mengidentifikasi kebutuhan, dan harapan tentang
kesehatan, serta mendorong sikap emosi yang sehat terhadap masalah.
b. Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat dengan cara
mengidentifikasi konsekuensi untuk tidak melakukn tindakan, mengidentifikasi sumber-
sumber yang dimiliki keluarga, dan mendiskusikan konsekuensi setiap tindakan.
c. Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga yang sakit dengan cara
mendemonstrasikan cara perawatan, menggunakan alat dan fasilitas yang ada di rumah,
dan mengawasi keluarga melakukan perawatan.
d. Membantu keluaga untuk menemukan cara membuat lingkungan menjadi sehat dengan
menemukan sumber-sumber yang dapat digunakan keluargadan melakukan perubahan
lingkungan keluarga seoptimal mungkin.
e. Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan dengan cara mengenalkan
fasilitas kesehatan yang ada dilingkungan keluarga cara menggunakan fasilitas tersebut.
36
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
Nama : Nataliana Doq
Nim : 2019.C.11a.1020
Tempat Praktek : Puskesmas Jekan Raya
Tanggal : 20 September 2022
I. Pengkajian Keperawatan
A. Identitas klien/ keluarga
a. Nama kepala keluarga : Tn. R
b. Umur : 44 Tahun
c. Jenis kelamin : Laki – Laki
d. Pekerjaan : Swasta
e. Agama : Islam
f. Suku/ Bangsa : Banjar
g. Pendidikan : SMP
h. Alamat : Jl. Mayar IV
Komposisi Keluraga
Pendidi
No Nama JK Umur Hub.KK Pekerjaan Kesehatan
kan Imunisasi
8 th. SD
3 An. S P Anak Pelajar Lengkap
■ Sehat
Tipe Keluarga :
37
family with school children tugas yang Terpenuhi :
a. Memberi perhatian tentang kegiatan social anak, pendidikan, dan semangat
belajar
b. Bersama - sama mendiskusikan tentang sekolah
c. Tetap mempertahankan hubungan yang harmonis dalam
perkawinan
d. Mendorong anak untuk mencapai pengembangan daya Intektual
e. Menyesuaikan pada aktivitas komunikasi dengan mengikutsertakan anak
Tugas Perkembangan Keluarga : Dapat dijalankan
*Genogram (3 generasi):
Keterangan :
Meninggal X
Laki – Laki
Perempuan
Pasien
C. Struktur Keluarga
Pola Komunikasi: Baik
Pola komunikasi keluarga Tn. R sudah cukup baik, terbukti jika ada
masalah keluarga saling musyawarah dan segera menyelesaikan masalah
tersebut.
D. Fungsi Keluarga
Fungsi afektif : Baik
Pencegahan Penyakit
penyakit dalam keluarga masih kurang perawatan penyakit baik pemanfaatan layanan
kesehatan baik
Perawatan Penyakit
Keluarga Tn.R belum mampu mengetahui cara mencegah penyakit yang di derita
Stressor yang dihadapi keluarga : Tn. R mampu menyelesaikan masalah yang terjadi
pada keluarganya
39
F. Spiritual
T.n R mengatakan bahwa dirinya dan keluarga rutin menjalankan Sholat kepercayaan
berlawanan dengan kesehatan tidak ada
Pola makan kurang keluarga makan hanya 3 x sehari dan sering mengkonsumsi makanan
Daging dagingan dan Asin. Keluarga minum 7-8 gelas per hari. Keluarga BAB 2 kali
sehari dan BAK ± 5-6 kali sehari kebersihan diri baik. Keluarga jarang melakukan
olahraga karena sibuk dalam pekerjaan dan mengurus anak. Keluarga Tn. R cukup
mandiri.
H. Psikososial
Keadaan emosi pada saat ini:
Keadaan emosi pada saat ini: Tidak ada. Keluarga terkadang berinteraksi dengan
orang lain, keluarga tidak menarik diri dari lingkungan, keluarga tidak memiliki
konflik dengan keluarga lainnya, keluarga tidak memiliki penurunan harga diri,
keluarga tidak memiliki gangguan gambaran diri.
40
J. Pemeriksaan Fisik
Status mental:
Keluarga tidak tampak sedang bingung, Keluarga tidak tampak sedang cemas, Keluarga tidak
tampak sedang disorientasi, Keluarga tidak tampak sedang depresi , Keluarga tidak menarik
diri
Sistem Kardiovaskuler :
Keluarga tidak ada yang mengalami aritmia, keluarga tidak ada yang mengalami nyeri dada,
keluarga tidak ada yang mengalami distensi vena jugularis, keluarga tidak ada yang jantung
berdebar
Nyeri spesifik :
Sistem pernafasan :
41
Keluarga tidak mengalami stridor, keluarga tidak mengalami wheezing, keluarga tidak
mengalami ronchi, keluarga tidak mengalami akumulasi sputum
Sistem Integumen :
Keluarga tidak ada yang mengalami sianosis, keluarga tidak ada yang mengalami akral
dingin, keluarga tidak ada yang mengalami diaporesis, keluarga tidak ada yang mengalami
juandice, keluarga tidak ada yang mengalami luka.
Mukosa Mulut
Sistem Muskuloskeletal :
Keluarga tidak ada masalah tonus otot, keluarga tidak ada masalah paralisis, keluarga tidak
ada masalah hemiparesis, keluarga tidak ada masalah ROM, keluarga tidak ada masalah
gangguan keseimbangan
Sistem Persarafan :
Ny. S terkadang merasa pusing, tidak terdapat nyeri dikepala tidak tremor reflek pupil normal
kiri dan kanan tidak mengalami paralisis tidak terdapat anestesi daerah perifer .
Sistem Perkemihan :
Riwayat Pengobatan :
42
J. Pengkajian Lingkungan:
dapur
kamar 2
Rg. tamu
Kamar
a. Luas Pekarangan : 12 x 8 m2
b. Type Rumah : Permanen
- Ny. S Jarang memeriksa tekanan
darahnya.
Do :
TD =
- TD : 150/100 mmHg
44
DS:
TD =
- TD : 150/100 mmHg
- N = 80 x/menit
45
III.Skoring prioritas Diagnosa Keperawatan Kelarga
1. Perilaku kesehatan cenderung beresiko b/d Kurangnya informasi yang yang di dapatkan keluarga
1 Sifat masalah: 3/3 x 1 1 Ketidak mampuan keluarga untuk merawat Ny. S dengan
(aktual) penyakit hipertensi merupakan ancaman terjadinya penyakit
masalah teratasi
P:
Lanjutkan Intervensi
masalah teratasi
P: lanjutkan intervensi
BAB 4
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana
tekanan sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya diatas 90 mmHg
(Somantri, 2018).\
Hipertensi dikategorikan ringan apabila tekanan diastoliknya antara 95-
104 mmHg, hipertensi sedang jika tekanan diastoliknya antara 105 dan 114
mmHg, dan hipertensi berat bila tekanan diastoliknya 115 mmHg atau lebih.
Pembagian ini berdasarkan peningkatan tekanan diastolik karena dianggap lebih
serius dari peningkatan sistolik (Paula, 2019).
Hipertensi adalah tekanan darah tinggi atau istilah kedokteran menjelaskan
hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadi gangguan pada mekanisme
pengaturan tekanan darah (Mansjoer, 2018).
Hipertensi Heart Disease (HHD) adalah istilah yang diterapkan untuk
menyebutkan penyakit jantung secara keseluruhan, mulai dari left ventricle
hyperthrophy (LVH), aritmia jantung, penyakit jantung koroner, dan penyakit
jantung kronis, yang disebabkan karena peningkatan tekanan darah, baik secara
langsung maupun tidak langsung (Morton, 2014).
1.2 Saran
Dalam melakukan perawatan perawat harus mampu mengetahui kondisi
klien secara keseluruhan sehingga intervensi yang diberikan bermanfaat untuk
kemampuan fungsional pasien, perawat harus mampu berkolaborasi dengan tim
kesehatan lain dan keluarga untuk mendukung adanya proses keperawatan serta
dalam pemberian asuhan keperawatan diperlukan .
DAFTAR PUSTAKA
Baughman, D.C & Hackley, J. C. 2014. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta :
EGC
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia, Definisi
dan Indikator Diagnostik (Edisi 1). 2016. Jakarta Selatan : Dewan Pengurus
Pusat
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia, Definisi
dan Tindakan Keperawatan (Edisi 1, cetakan II). 2018. Jakarta Selatan :
Dewan Pengurus Pusat
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. Standar Luaran Keperawatan Indonesia, Definisi dan
Kriteria Hasil Keperawatan (Edisi 1, cetakan II). 2018. Jakarta Selatan :
Dewan Pengu