Disusun Oleh :
Yevin Adytia Pratama
(2021.01.14901.073)
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
atas rahmat dan karunia Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan
pendahuluan dan asuhan keperawatan yang berjudul “Laporan Pendahuluan Dan
Asuhan Keperawatan Pada Ny. R Dengan Diagnosa Medis Arthritis Rheumatoid
Di Panti Werdha Sinta Rangkang Kota Palangka Raya”. Laporan pendahuluan ini
merupakan salah satu syarat untuk lulus stase keperawatan gerontik di STIKes
Eka Harap Palangka Raya. Penulis meyadari bahwa tanpa bimbingan dan arahan
dari berbagai pihak kiranya laporan pendahuluan ini tidak akan dapat diselesaikan
dengan baik.
Dalam kesempatan ini, perkenankanlah penulis mengucapkan rasa terima
kasih dan penghargaan terkhususnya kepada:
1. Ibu Maria Adelheid Ensia, S. Pd., M. Kes selaku ketua Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Eka Harap Palangka Raya yang telah memberikan kesempatan dan
fasilitas kepada penulis untuk mengikuti Stase Keperawatan Gerontik.
2. Ibu Meilitha Carolina, Ners., M. Kep selaku Ketua Program Studi Ners yang
memberikan dukungan dalam menyelesaikan laporan ini.
3. Prinawatie, S.Kep.,M.Kes selaku pembimbing akademik di sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan Eka Harap Palangka Raya yang memberikan dukungan
dalam penyelesaian laporan ini.
Akhir kata, kiranya Tuhan Yang Mahsa Esa menyertai dan membalas
kebaikan mereka terhadap penulis, semoga asuhan keperawatan yang telah dibuat
ini dapat dimanfaatkan sebagaimana mestinya. Atas perhatiannya penulis ucapkan
terima kasih.
a) Tipe optimis
b) Tipe konstruktif
c) Tipe dependen
d) Tipe defenvise (bertahan)
e) Tipe militan dan serius
f) Tipe marah/frustasi (kecewa akibat kegagalan dalam melakukan sesuatu)
g) Tipe putus asa (benci pada diri sendiri)
Menurut tingkat kemandiriannya dimana dinilai ari kemampuannya untuk
melaksanakan aktifitas sehari-hari (indeks kemandirian katz), para usia lanjut
dapat digolongkan menjadi tipe :
a) Usia lanjut mandiri sepenuhnya
b) Usia lanjut mandiri dengan bantuan langsung keluarganya
c) Usia lanjut mandiri dengan bantuan secara tidak langsung
d) Usia lanjut dengan bantuan badan sosial
e) Usia las diakui njut di panti Werdha
f) Usia lanjut yang dirawat di rumah sakit
g) Usia lanjut dengan gangguan mental (Maryam dkk 2014)
Keterangan:
B PESIMISME
3 Merasa masa depan adalah sia-sia dan sesuatu tidak dapat membaik
2 Merasa tidak punya apa-apa dan memandang ke masa depan
1 Merasa kecil hati tentang masa depan
0 Tidak begitu pesimis/kecil hati tentang masa depan
C RASA KEGAGALAN
3 Merasa benar-benar gagal sebagai orang tua (suami/ istri)
2 Bila melihat kehidupan kebelakang, semua yang dapat saya lihat
kegagalan
1 Merasa telah gagal melebihi orang pada umumnya
0 Tidak merasa gagal
D KETIDAKPUASAN
3 Tidak puas dengan segalanya
2 Tidak lagi mendapat kepuasan dari apapun
1 Tidak menyukai cara yang saya gunakan
0 Tidak merasa tidak puas
E RASA BERSALAH
3 Merasa seolah sangat buruk/tidak berharga
2 Merasa sangat bersalah
1 Merasa buruk/tidak berharga sebagai bagian dari waktu yang baik
0 Tidak merasa benar-benar bersalah
I KERAGU-RAGUAN
3 Saya tidak dapat membuat keputusan sama sekali
2 Saya mempunyai banyak kesulitan dalam membuat keputusan
1 Saya berusaha mengambil keputusan
0 Saya membuat keputusan yang baik
K KESULITAN KERJA
3 Tidak melakukan pekerjaan sama sekali
2 Telah mendorong diri saya sendiri dengan keras untuk melakukan
sesuatu
1 Memerlukan upaya tambahan untuk memulai melakukan sesuatu
0 Saya dapat bekerja sebaik-baiknya
L KELETIHAN
3 Saya sangat lelah untuk melakukan sesuatu
2 Saya merasa lelah untuk melakukan sesuatu
1 Saya merasa lelah dari yang biasanya
0 Saya tidak merasa lebih lelah biasanya
M ANOREKSIA
3 Saya tidak lagi punya nafsu makan sama sekali
2 Nafsu makan saya sangat buruk sekarang
1 Nafsu makan saya tidak sebaik sebelumnya
0 Nafsu makan saya tidak buruk dari biasanya
Keterangan:
0-4 : depresi tidak ada/ minimal
5-7 : depresi ringan
8-15 : depresi sedang
16+ : depresi berat
3) Diartrosis adalah sendi yang dapat bergerak bebas, disebut juga sendi
sinovial. Sendi ini memiliki rongga sendi yang berisi cairan sinovial, suatu
kapsul sendi (artikular) yang menyambung kedua tulang, dan ujung tulang
pada sendi sinovial dilapisi kartilago artikular.
2.2.2.3 Klasifikasi Persendian Sinovial
1) Sendi sferoidal terdiri dari sebuah tulang dengan kepala berbentuk bulat
yang masuk dengan pas ke dalam rongga berbentuk cangkir pada tulang
lain. Memungkinkan rentang gerak yang lebih besar, menuju ke tiga arah.
Contoh sendi sferoidal adalah sendi panggul serta sendi bahu.
2) Sendi engsel. Sendi ini memungkinkan gerakan kesatu arah saja dan dikenal
sebagai sendi uniaksial. Contohnya adalah persendian pada lutut dan siku.
3) Sendi kisar (pivot joint). Sendi ini merupakan sendi uniaksial yang
memungkinkan terjadinya rotasi disekitar aksial sentral, misalnya
persendian tempat tulang atlas berotasi di sekitar prosesus odontoid aksis.
4) Persendian kondiloid. Sendi ini merupakan sendi biaksial, yang
memungkinkan gerakan kedua arah disudut kanan setiap tulang. Contohnya
adalah sendi antara tulang radius dan tulang karpal.
5) Sendi pelana. Persendian ini adalah sendi kondiloid yang termodifikasi
sehingga memungkinkan gerakan yang sama. Contohnya adalah persendian
antara tulang karpal dan metakarpal pada ibu jari.
6) Sendi peluru. Sedikit gerakan ke segala arah mungkin terjadi dalam batas
prosesus atau ligamen yang membungkus persendian. Persendian semacam
ini disebut sendi nonaksial; misalnya persendian invertebrata dan persendian
antar tulang-tulang karpal dan tulang-tulang tarsal. (Kowalak, 2011).
2.2.3 Etiologi
Penyebab utama penyakit artritis reumatoid masih belum diketahui secara
pasti. Ada beberapa teori yang dikemukakan sebagai penyebab artritis reumatoid,
yaitu :
1) Infeksi Streptokkus hemolitikus dan Streptococcus non-hemolitikus.
2) Endokrin
Kecenderungan wanita untuk menderita artritis reumatoid dan sering
dijumpainya remisi pada wanita yang sedang hamil menimbulkan dugaan
terdapatnya faktor keseimbangan hormonal sebagai salah satu faktor yang
berpengaruh pada penyakit ini. Walaupun demikian karena pemberian
hormon estrogen eksternal tidak pernah menghasilkan perbaikan
sebagaimana yang diharapkan, sehingga kini belum berhasil dipastikan
bahwa faktor hormonal memang merupakan penyebab penyakit ini.
3) Autoimmun
Pada saat ini artritis reumatoid diduga disebabkan oleh faktor autoimun dan
infeksi. Autoimun ini bereaksi terhadap kolagen tipe II, faktor infeksi
mungkin disebabkan oleh karena virus dan organisme mikroplasma atau
grup difterioid yang menghasilkan antigen tipe II kolagen dari tulang rawan
sendi penderita.
4) Metabolik
5) Faktor genetik serta pemicu lingkungan
Faktor genetik dan beberapa faktor lingkungan telah lama diduga berperan
dalam timbulnya penyakit ini. Hal ini terbukti dari terdapatnya hubungan
antara produk kompleks histokompatibilitas utama kelas II, khususnya
HLA-DR4 dengan artritis reumatoid seropositif. Pengemban HLA-DR4
memiliki resiko relatif 4:1 untuk menderita penyakit ini.
2.2.4 Klasifikasi
1) Osteoartritis.
Penyakit merupakan penyakit kerusakan tulang rawan sendi yang
berkembang lambat dan berhubungan dengan usia lanjut. Secara klinis
ditandai dengan nyeri, deformitas, pembesaran sendi, dan hambatan gerak
pada sendi – sendi tangan dan sendi besar yang menanggung beban ini.
2) Artritis Rematoid.
Artritis rematoid adalah suatu penyakit inflamasi sistemik kronik dengan
manifestasi utama poliartritis progresif dan melibatkan seluruh organ tubuh.
Terlibatnya sendi pada pasien artritis rematoid terjadi setelah penyakit ini
berkembang lebih lanjut sesuai dengan sifat progresifitasnya. Pasien dapat
juga menunjukkan gejala berupa kelemahan umum cepat lelah.
3) Polimialgia Reumatik.
Penyakit ini merupakan suatu sindrom yang terdiri dari rasa nyeri dan
kekakuan yang terutama mengenai otot ekstremitas proksimal, leher, bahu
dan panggul. Terutama mengenai usia pertengahan atau usia lanjut sekitar
50 tahun ke atas.
4) Artritis Gout (Pirai).
Artritis gout adalah suatu sindrom klinik yang mempunyai gambaran
khusus, yaitu artritis akut. Artritis gout lebih banyak terdapat pada pria dari
pada wanita. Pada pria sering mengenai usia pertengahan, sedangkan pada
wanita biasanya mendekati masa menopause.
2.2.5 Patofisologi
Dari penelitian mutakhir diketahui bahwa patogenesis artritis reumatoid
terjadi akibat rantai peristiwa imunologis sebagai berikut : Suatu antigen
penyebab artritis reumatoid yang berada pada membran sinovial, akan diproses
oleh antigen presenting cells (APC) yang terdiri dari berbagai jenis sel seperti sel
sinoviosit A, sel dendritik atau makrofag yang semuanya mengekspresi
determinan HLA-DR pada membran selnya. Antigen yang telah diproses akan
dikenali dan diikat oleh sel CD4+ bersama dengan determinan HLA-DR yang
terdapat pada permukaan membran APC tersebut membentuk suatu kompleks
trimolekular. Kompleks trimolekular ini dengan bantuan interleukin-1 (IL-1) yang
dibebaskan oleh monosit atau makrofag selanjutnya akan menyebabkan terjadinya
aktivasi sel CD4+.
Pada tahap selanjutnya kompleks antigen trimolekular tersebut akan
mengekspresi reseptor interleukin-2 (IL-2) Pada permukaan CD4+. IL-2 yang
diekskresi oleh sel CD4+ akan mengikatkan diri pada reseptor spesifik pada
permukaannya sendiri dan akan menyebabkan terjadinya mitosis dan proliferasi
sel tersebut. Proliferasi sel CD4+ ini akan berlangsung terus selama antigen tetap
berada dalam lingkunan tersebut. Selain IL-2, CD4+ yang telah teraktivasi juga
mensekresi berbagai limfokin lain seperti gamma-interferon, tumor necrosis factor
b (TNF-b), interleukin-3 (IL-3), interleukin-4 (IL-4), granulocyte-macrophage
colony stimulating factor (GM-CSF) serta beberapa mediator lain yang bekerja
merangsang makrofag untuk meningkatkan aktivitas fagositosisnya dan
merangsang proliferasi dan aktivasi sel B untuk memproduksi antibodi. Produksi
antibodi oleh sel B ini dibantu oleh IL-1, IL-2, dan IL-4.
Setelah berikatan dengan antigen yang sesuai, antibodi yang dihasilkan akan
membentuk kompleks imun yang akan berdifusi secara bebas ke dalam ruang
sendi. Pengendapan kompleks imun akan mengaktivasi sistem komplemen yang
akan membebaskan komponen-komplemen C5a. Komponen-komplemen C5a
merupakan faktor kemotaktik yang selain meningkatkan permeabilitas vaskular
juga dapat menarik lebih banyak sel polimorfonuklear (PMN) dan monosit ke
arah lokasi tersebut. Pemeriksaan histopatologis membran sinovial menunjukkan
bahwa lesi yang paling dini dijumpai pada artritis reumatoid adalah peningkatan
permeabilitas mikrovaskular membran sinovial, infiltrasi sel PMN dan
pengendapan fibrin pada membran sinovial.
Fagositosis kompleks imun oleh sel radang akan disertai oleh pembentukan
dan pembebasan radikal oksigen bebas, leukotrien, prostaglandin dan protease
neutral (collagenase dan stromelysin) yang akan menyebabkan erosi rawan sendi
dan tulang. Radikal oksigen bebas dapat menyebabkan terjadinya depolimerisasi
hialuronat sehingga mengakibatkan terjadinya penurunan viskositas cairan sendi.
Selain itu radikal oksigen bebas juga merusak kolagen dan proteoglikan rawan
sendi. Prostaglandin E2 (PGE2) memiliki efek vasodilator yang kuat dan dapat
merangsang terjadinya resorpsi tulang osteoklastik dengan bantuan IL-1 dan TNF-
b. Rantai peristiwa imunologis ini sebenarnya akan terhenti bila antigen penyebab
dapat dihilangkan dari lingkungan tersebut. Akan tetapi pada artritis reumatoid,
antigen atau komponen antigen umumnya akan menetap pada struktur persendian,
sehingga proses destruksi sendi akan berlangsung terus. Tidak terhentinya
destruksi persendian pada artritis reumatoid kemungkinan juga disebabkan oleh
terdapatnya faktor reumatoid. Faktor reumatoid adalah suatu autoantibodi
terhadap epitop fraksi Fc IgG yang dijumpai pada 70-90 % pasien artritis
reumatoid. Faktor reumatoid akan berikatan dengan komplemen atau mengalami
agregasi sendiri, sehingga proses peradangan akan berlanjut terus. Pengendapan
kompleks imun juga menyebabkan terjadinya degranulasi mast cell yang
menyebabkan terjadinya pembebasan histamin dan berbagai enzim proteolitik
serta aktivasi jalur asam arakidonat. Masuknya sel radang ke dalam membran
sinovial akibat pengendapan kompleks imun menyebabkan terbentuknya pannus
yang merupakan elemen yang paling destruktif dalam patogenesis artritis
reumatoid. Pannus merupakan jaringan granulasi yang terdiri dari sel fibroblas
yang berproliferasi, mikrovaskular dan berbagai jenis sel radang. Secara
histopatologis pada daerah perbatasan rawan sendi dan pannus terdapatnya sel
mononukleus, umumnya banyak dijumpai kerusakan jaringan kolagen dan
proteoglikan.
2.2.6 WOC ARTRITIS REUMATOID
Inflamasi non bacterial disebabkan oleh infesi
endokrin,autoimun,metabolic dan faktor
genetik,serta faktor lingkungan
ARTRITIS REUMATOID
B1 B2 B3 B4 B5 B6
Inflamasi akut Inflamasi akut Penekanan pada saraf Parastesia Iritasi mukosa
nervus lambung Sinovial Kelainan pada
tulang
Pada saluran respiratory Aktivitas
Perubahan suhu tubuh Neuropati terganggu Erosi mukosa
Hiperemia dan
pembengkakan Erosi tulang dan
Respiratory terganggu kerusakan pada
Demam Kelemahan Cairan masuk Gangguan tulang rawan
otot adekuat lambung Nekrosis dan
kerusakan sel
MK.Pola Napas Tidak MK.Hipertemi dalam
Efektif Instabilitas dan
Parastesia MK.Resiko MK.Risiko Defisit deformitas sendi
ketidakseimbangan Nurisi
Cairan MK.Nyeri Akut
MK.Gangguan
Pola Tidur Perubahan bentuk
tubuh pada tulang
dan sendi
MK.Gangguan
Identitas Diri &
Gangguan Citra
Tubuh
2.2.7 Manifestasi Klinis
Jika pasien artritis reumatoid pada lansia tidak diistirahatkan, maka penyakit
ini akan berkembang menjadi empat tahap : (Kowalak, 2011).
2) Secara radiologis, kerusakan tulang pipih atau tulang rawan dapat dilihat.
Pasien mungkin mengalami keterbatasan gerak tetapi tidak ada deformitas
sendi.
2.2.8 Komplikasi
Kelainan sistem pencernaan yang sering dijumpai adalah gastritis dan ulkus
peptik yang merupakan komplikasi utama penggunaan obat antiinflamasi
nonsteroid (OAINS) atau obat pengubah perjalanan penyakit (disease modifying
antirheumatoid drugs, DMARD) yang menjadi faktor penyebab morbiditas dan
mortalitas utama pada artritis reumatoid.
Obat Anti Inflamasi Non Steroid (OAINS) umum nya diberikan pada
penderita AR sejak masa dini penyakit yang dimaksudkan untuk mengatasi
nyeri sendi akibat inflamasi yang seringkali dijumpai walaupun belum
terjadi proliferasi sinovial yang bermakna. Selain dapat mengatasi inflamasi,
OAINS juga memberikan efek analgesik yang sangat baik. OAINS terutama
bekerja dengan menghambat enzim siklooxygenase sehingga menekan
sintesis prostaglandin. Masih belum jelas apakah hambatan enzim
lipooxygenase juga berperanan dalam hal ini, akan tetapi jelas bahwa
OAINS berkerja dengan cara:
2) Penggunaan DMARD
Trolovol 300 mg) digunakan dalam dosis 1 x 250 sampai 300 mg/hari
sampai 300 mg/hari untuk mencapai dosis total 4 x 250 sampai 300
mg/hari.
3) Operasi
Jika berbagai cara pengobatan telah dilakukan dan tidak berhasil serta
terdapat alasan yang cukup kuat, dapat dilakukan pengobatan pembedahan.
Jenis pengobatan ini pada pasien AR umumnya bersifat ortopedik, misalnya
sinovektoni, artrodesis, total hip replacement, memperbaiki deviasi ulnar,
dan sebagainya.
2.3 Manajemen Asuhan Keperawatan
2.3.7 Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah awal dalam proses keperawatan yang harus
dilakukan secara sistematis agar dapat memberikan asuhan keperawatan
yang tepat untuk klien. Adapun beberapa hal yang perlu dikaji adalah
sebagai berikut:
1. Identitas Umum
Yang perlu diketahui disini meliputi; nama,alamat, umur, jenis
kelamin, agama/suku, warga Negara, bahasa yang digunakan,
penanggung jawab/orang yang bisa dihubungi (nama, alamat,
hubungan dengan klien), cara masuk, alasan masuk, tanggal masuk,
diagnosa medic, dan lain sebagainya.
2. Pengkajian Fungsional Gordon
a. Persepsi dan Penanganan Kesehatan
1) Apakah pernah mengalami sakit pada sendi-sendi
2) Riwayat penyakit yang pernah diderita sebelumnya
3) Riwayat keluarga dengan RA
4) Riwayat keluarga dengan penyakit autoimun
5) Riwayat infeksi virus, bakteri, parasit dll
b. Nutrisi – Metabolic
1) Jenis, frekuensi, jumlah makanan yang dikonsumsi (makanan
yang banyak mengandung pospor(zat kapur), vitamin dan
protein)
2) Riwayat gangguan metabolic
c. Eliminasi
1) Adakah gangguan pada saat BAB dan BAK?
d. Aktivitas dan Latihan
1) Kebiasaan aktivitas sehari-hari sebelum dan sesudah sakit
2) Jenis aktivitas yang dilakukan
3) Rasa sakit/nyeri pada saat melakukan aktivitas
4) Tidak mampu melakukan aktifitas berat
e. Tidur – Istirahat
1) Apakah ada gangguan tidur?
2) Kebiasaan tidur sehari
3) Terjadi kekakuan selama 1/2-1 jam setelah bangun tidur
4) Adakah rasa nyeri pada saat istirahat dan tidur?
f. Kognitif-persepsi
1) Adakah nyeri sendi saat digerakan atau istirahat?
g. Persepsi diri – Konsep diri
1) Adakah perubahan pada bentuk tubuh (deformitas/kaku sendi)?
2) Apakah pasien merasa malu dan minder dengan penyakitnya
h. Peran – Hubungan
1) Bagaimana hubungan dengan keluarga?
2) Apakah ada perubahan peran pada klien?
i. Seksualitas dan Reproduksi
1) Adakah gangguan seksualitas?
j. Koping - Toleransi Stress
1) Adakah perasaan takut, cemas akan penyakit yang diderita?
k. Nilai Kepercayaan
1) Agama yang dianut?
2) Adakah gangguan beribadah?
3) Apakah klien menyerahkan sepenuhnya penyakitnya kepada
Tuhan
1. Pola napas tidakefektif Luaran Utama : Status Sirkulasi (SLKI: L.02016 hal. Intervensi Utama : Latihan Pernapasan
berhubungan dengan 127) (SIKI: I.01007 hal. 146)
Observasi:
Inflamasi akut pada Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 1x4 jam 1. Monitor frekuensi, irama dan kedalaman
respiratory. Hal diharapkan klien mampu bernapas dengan efektif. napas, dan meningkatkan relaksasi dan
rasa nyaman
26.D.0005 Kriteria hasil yang diharapkan : Teraupetik:
1. Saturasi oksigen (score 5:meningkat) 2. Posisikan klien nyaman dan rileks
3. Sediakan tempat yang tenang
2. Bunyi napas tambahan (score 5: menurun) 4. Tempatkan satu tangan di dada dan satu
3. Pucat (score 5:menurun) tangan diperut
Edukasi:
Jelaskan manfaat dan konsekuensi perilaku
yang diharapkan
2. Hipertermi Luaran Utama : Kapasitas Adaptif Intrakranial Intervensi Utama : Manajemen Hipertemia
berhubungan dengan (SLKI: L.01004 hal.95) (SIKI: I.15506 hal. 181)
inflamasi akut Hal Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 1x4 jam Observasi:
26.D.0005 diharapkan klien tekanan darah kembali normal. 1. Monitor suhu tubuh
Kriteria hasil yang diharapkan : Terapeutik:
1. Tekanan darah (score 5: membaik) 2. Sediakan lingkumgan yang dingin
2. Pola napas (score 5: membaik) 3. Longgarkan atau lepaskan pakaian
3. Tekanan nadi (score 5: membaik) 4. Berikan cairan oral
Edukasi:
5. Anjurkan tirah baring
Kolaborasi:
6. Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit
intravena, jiika perlu
3. Gangguan pola tidur Luaran Utama : Pola Tidur (SLKI: L.05045 hal. 96) Intervensi Utama : Perawatan Sirkulasi
berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x4 jam (SIKI: I.05174 hal. 48)
parastesia. Hal diharapkan pola tidur normal dengan kriteria hasil: Observasi:
126.D.0055 1. Identifikasi pola aktivitas dan tidur
1. Keluhan sulit tidur (Score 1: Menurun)
Terapeutik:
2. Keluhan pola tidur berubah (Score 1: Menurun)
2. Batasi waktu tidur siang, jika perlu
3. Keluhan tidak puas tidur (Score 1: Menurun)
3. Tetapkan jadwal tidur rutin
4. Fasilitasi menghilangkan stress sebelum
tidur
Edukasi:
5. Jelaskan pentingnya tidur cukup selama
sakit
6. Anjurkan menepati kebiasaan waktu tidur
4. Resiko Luaran Utama : Keseimbangan Cairan (SLKI: Intervensi Utama : Manajemen Cairan
ketidakseimbangan L.03020 hal. 41) (SIKI: I.03098 hal. 159)
cairan berhubungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x4 jam Observasi:
dengan cairan masuk diharapkan cairan terpenuhi dengan kriteria hasil: 1. Monitor status dehidrasi
adekuat. Hal 87.D.0036 1. Asupan cairan (score 5: meningkat ) 2. Monitor berat badan harian
2. Dehidrasi (score 5:menurun ) Terapeautik:
3. Kelembapan membrane mukosa (score 5:meningkat ) 3. Catat intake dan output dan hitung balans
cairan 24 jam
4. Berikan asupan cairan, sesuai kebutuhan
Kolaborasi:
5. Kolaborasi pemberian diuretic, jika perlu
Genogram
Ket :
: Pasien
: Perempuan
: Laki-laki
3. Methylprednisolone 8 mg oral
NILAI
KLIEN PERTANYAAN
Maks
ORIENTASI
5 4 (Tahun, musim, Tgl, Hari, Bulan, apa sekarang?
5 5 Dimana kita : (Negara, bagian, Wilayah, Kota).
REGISTRASI
3 3 Nama 3 objek (1 detik untuk mengatakan masing-masing)
tanyakan klien ke 3 obyek setelah anda telah mengatakan. Beri 1
point untuk tiap jawaban yang benar, kemudian ulangi sampai ia
mempelajari ke 3 nya jumlahkan percobaan dan catat.
PERHATIAN & KALKULASI
5 5 Seri 7’s (1 point tiap benar, berhenti setelah 5 jawaban, berganti
eja kata belakang) (7 kata dipilih eja dari belakang).
MENGINGAT
3 3 Minta untuk mengulangi ke 3 obyek diatas, beri 1 point untuk
kebenaran.
BAHASA
9 9 Nama pensil & melihat (2 point)
Mengulang hal berikut tak ada jika (dan atau tetapi) 1 point.
30 Nilai total : 29
KETERANGAN :
Mengkaji tingkat kesadaran klien sepanjang kontinum dengan hasil :
Composmenthis
URAIAN
A KESEDIHAN
3 Saya sangat sedih/tidak bahagia, dimana saya tidak dapat
menghadapinya
2 Saya galau/sedih sepanjang waktu dan tidak dapat keluar
darinya
1 Saya merasa sedih/galau
0 Saya tidak merasa sedih
B PESIMISME
3 Merasa masa depan adalah sia-sia dan sesuatu tidak
dapat membaik
2 Merasa tidak punya apa-apa dan memandang ke masa
depan
1 Merasa kecil hati tentang masa depan
0 Tidak begitu pesimis/kecil hati tentang masa depan
C RASA KEGAGALAN
3 Merasa benar-benar gagal sebagai orang tua (suami/
istri)
2 Bila melihat kehidupan kebelakang, semua yang dapat
saya lihat kegagalan
1 Merasa telah gagal melebihi orang pada umumnya
0 Tidak merasa gagal
D KETIDAKPUASAN
3 Tidak puas dengan segalanya
2 Tidak lagi mendapat kepuasan dari apapun
1 Tidak menyukai cara yang saya gunakan
0 Tidak merasa tidak puas
E RASA BERSALAH
3 Merasa seolah sangat buruk/tidak berharga
2 Merasa sangat bersalah
1 Merasa buruk/tidak berharga sebagai bagian dari waktu
yang baik
0 Tidak merasa benar-benar bersalah
I KERAGU-RAGUAN
3 Saya tidak dapat membuat keputusan sama sekali
2 Saya mempunyai banyak kesulitan dalam membuat
keputusan
1 Saya berusaha mengambil keputusan
0 Saya membuat keputusan yang baik
K KESULITAN KERJA
3 Tidak melakukan pekerjaan sama sekali
2 Telah mendorong diri saya sendiri dengan keras untuk
melakukan sesuatu
1 Memerlukan upaya tambahan untuk memulai melakukan
sesuatu
0 Saya dapat bekerja sebaik-baiknya
L KELETIHAN
3 Saya sangat lelah untuk melakukan sesuatu
2 Saya merasa lelah untuk melakukan sesuatu
1 Saya merasa lelah dari yang biasanya
0 Saya tidak merasa lebih lelah biasanya
M ANOREKSIA
3 Saya tidak lagi punya nafsu makan sama sekali
2 Nafsu makan saya sangat buruk sekarang
1 Nafsu makan saya tidak sebaik sebelumnya
0 Nafsu makan saya tidak buruk dari biasanya
Keterangan:
0-4 : depresi tidak ada/ minimal
5-7 : depresi ringan
8-15 : depresi sedang
16+ : depresi berat
APGAR KELUARGA DENGAN LANSIA
Alat Skrining Singkat Yang Dapat Digunakan Untuk Mengkaji
Fungsi Social Lansia
1. Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x4 jam Intervensi Utama : Manajemen Nyeri
dengan agen pencedera di harapkan nyeri dapat teratasi dengan kriteria hasil : (SIKI: I.08243 hal. 201)
fisiologis (mis.inflamasi, Luaran Utama : Tingkat nyeri (SLKI:L.08066 O:
1. Identifikasi lokasi karakteristik, durasi, frek
iskemia, neoplasma) Hal hal.145)
uensi, kualitas, intensitas nyeri
172.D.0077 1. Keluhan nyeri cukup menurun dengan skor 4 2. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan
2. Meringis cukup menurun dengan skor 4 tentang nyeri
3. Gelisah cukup menurun dengan skor 4 Observasi karakteristik nyeri, skala nyeri,
Luaran Tambahan : Kontrol Nyeri (SLKI:L.08066 sifat nyeri, lokasi nyeri, penyebarannya.
hal.58 T:
1. Keluhan nyeri berkurang dengan skor 4 3. Berikan Teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri.
2. Klien mampu memahami penyebab, periode dan
E:
pemicu dari nyeri tersebut dengan skor 4 4. Jelaskan penyebab, periode dan pemicu
3. Klien mampu melakukan Teknin non farmalogis yang nyeri
telah dilakukan dengan skor 4 K:
5. Kolaborasi pemberian analgetik
Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria hasil) Intervensi
fisiologis (mis.inflamasi, 2. Mengidentifikasi pengetahuan dan rasa nyeri hilang saat klien beraktifitas, rasa nyeri
iskemia, neoplasma) Hal keyakinan tentang nyeri seperti kaku pada daerah persendian dengan skala
nyeri (4) sedang dan dirasa hilang timbul tidak
172.D.0077 3. Mengobservasi karakteristik nyeri, skala
pasti.
nyeri, sifat nyeri, lokasi nyeri, penyebarannya.
4. Memberikan Teknik nonfarmakologis untuk O : Yevin Adytia Pratama
mengurangi rasa nyeri.
- Lutut kanan pasien masih bengka
5. Menjelaskan penyebab, periode dan pemicu
- Pasien tampak masih meringis
nyeri
A : Masalah nyeri akut belum teratasi
6. Berkolaborasi pemberian analgetik
Recolfar 0,5 mg, meloxicam 7,5 mg, P : Lanjutkan intervensi 1,2,3,4,5,6
methylprednisolone 8 mg
2. Defisit pengetahuan 1. Mengidentifikasi kesiapan dan kemampuan S : Klien mengatakan sudah paham tentang
berhubungan dengan menerima informasi penyakit yang dideritanya
kurang terpapar 2. Menyediakan materi dan media Pendidikan
O:
informasi. Hal 246. Kesehatan
D.0111 3. Menjadwalkan pendidikan Kesehatan sesuai - Diberikannya pendidikan kesehatan
Kesepakatan tentang penyakit rematik kepada klien
4. Berikan kesempatan untuk bertanya - Klien tampak tidak bingung lagi
5. Mengajarkan perilku hidup bersih dan sehat - Klien sudah bisa menjawab ketika ditanya
tentang penyakitnya
P : Intervensi dihentikan
BAB 4
PEMBAHASAN
4.1 Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap pertama yang dilakukan dalam proses
keperawatan yang meliputi pemeriksaan fisik dengan metode head to toe dan
pengumpulan informasi yang diperoleh dari wawancara dengan pasien, keluarga
pasien, melakukan observasi, catatan keperawatan dan pemeriksaan fisik.
Penyakit reumatik adalah penyakit inflamasi non- bakterial yang bersifat
sistemik, progesif, cenderung kronik dan mengenai sendi serta jaringan ikat sendi
secara simetris (Rasjad Chairuddin, Pengantar Ilmu Bedah Orthopedi, hal. 165)
5.1 Kesimpulan
Lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Menua
atau menjadi tua adalah suatu keadaaan yang terjadi di dalam kehidupan
manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai
dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Menjadi tua
merupakan proses alamiah yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap
kehidupan, yaitu anak, dewasa dan tua (Siti Kholifah, 2016).
Penyakit reumatik adalah penyakit inflamasi non- bakterial yang bersifat
sistemik, progesif, cenderung kronik dan mengenai sendi serta jaringan ikat sendi
secara simetris (Rasjad Chairuddin, Pengantar Ilmu Bedah Orthopedi, hal. 165).
Artritis reumatoid merupakan penyakit inflamasi sistemik kronis yang tidak
diketahui penyebabnya, diakrekteristikkan oleh kerusakan dan proliferasi
membran sinovial yang menyebabkan kerusakan pada tulang sendi, ankilosis, dan
deformitas. (Kusharyadi, 2010).
5.2 Saran
Berdasarkan hasil asuhan keperawatan lansia yang dilakukan dilapangan,
perawat diharapkan dalam melakukan asuhan keperawatan hendaknya
berdasarkan teori dan juga evidence base practice, agar dapat menentukan
tindakan yang tepat dengan kebutuhan pasien demi tercapainya tujuan asuhan
keperawatan lansia yang sesuai dengan kriteria hasil yang diharapkan, dan hal ini
juga diharapakan dapat meningkatkan kualitas pelayanan klinik keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA
Azizah,Lilik Ma’rifatul. Keperawatan Lanjut Usia. Edisi 1. Garaha Ilmu.
Yogyakarta. 2011
Stanley, Mickey. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Alih Bahasa; Nety Juniarti,
Sari Kurnianingsih. Editor; Eny Meiliya, Monica Ester. Edisi 2. EGC.
Jakarta. 2014