DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK 2
Di Susun Oleh :
Kelompok 2
Puji syukur penyusun panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa Karena atas
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan pendahuluan yang
berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Tn, S Dengan Diagnosa Stroke Non
Hemoragik di ruang Bougenvil RSUD Dr. Doris Sylvanus Palangka Raya”
Penyusun menyadari tanpa bantuan dari semua pihak maka laporan
pendahuluan ini tidak akan selesai sesuai dengan waktu yang diharapkan. Oleh
karena itu, pada kesempatan ini pula penyusun mengucapkan banyak terima kasih
terutama kepada :
1. Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd.,M.Kes. selaku Ketua STIKES Eka Harap
Palangka Raya.
2. Ibu Meilitha Carolina, Ners., M.Kep. selaku ketua program studi Sarjana
Keperawatan.
3. Ibu Isna Wiranti S.Kep.,Ners. Selaku Koordinator PPK.
4. Bapak Takesi Arisandy, Ners.,M.Kep. selaku pembimbing akademik yang
telah memberikan bantuan dalam proses praktik lapangan dan penyelesaian
laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan ini.
5. Ibu Dorma Simbolon, S.Kep.,Ners. selaku pembimbing lahan yang telah
memberikan bantuan dalam proses praktik lapangan dan penyelesaian laporan
pendahuluan dan asuhan keperawatan ini.
6. Orang tua kami, keluarga kami, dan orang terdekat yang telah memberikan
bimbingan, motivasi dan bantuan kepada saya dalam hal material.
7. Kepada keluarga Tn. S yang telah bersedia mengizinkan pasien sebagai
kelolaan dalam asuhan keperawatan.
8. Kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan studi kasus
ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan dalam
penulisan studi kasus ini. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan
saran dari semua pihak yang bersifat membangun untuk menyempurnaan
penulisan studi kasus ini. Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih dan
semoga laporan studi kasus ini bermanfaat bagi kita semua.
DAFTAR ISI
1
pasien stroke non hemoragik, serta diharapkan tidak hanya fokus terhadap
keadaan fisiknya saja tetapi juga psikologis penderita.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana Asuhan Keperawatan pada Tn. S dengan diagnosa medis Stroke
Non Hemoragik di ruang Bougenvile RSUD Dr. Doris Sylvanus Palangka
Raya ?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk Mengatahui Asuhan Keperwatan Pasa Tn. S dengan diagnosa medis
Stroke Non Hemoragik.
2. Tujuan Khusus
Mengetahui tingkat pengetahuan keluarga pasien tentang Stroke Non
Hemoragik .
1.4 Manfaat Penulisan
1. Bagi penderita
Dengan penelitian ini penderita dapat menambah pengetahuannya
tentang Stroke Non Hemoragik dalam kehidupan sehari- hari dan dapat
meningkatkan motivasi untuk memeriksakan diri dalam berobat.
2. Bagi keluarga
Memberikan informasi dan saran bagi keluarga mengenai pentingnya
pengetahuan pada Stroke Non Hemoragik dan motivasi untuk
memeriksakan diri berobat
3. Bagi Masyarakat
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi masyarakat
bahwa pengetahuan tentang Stroke Non Hemoragik sangat dibutuhkan .
4. Bagi peneliti
Memberi pengalaman bagi peneliti dalam melaksanakan penelitian
serta mengaplikasikan berbagai teori dan konsep yang didapat di bangku
kuliah ke dalam bentuk penelitian ilmiah.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Hipoksia
Infark jaringan Trombus, emboli Penurunan darah ke Supali darah ke otak Infark jaringan serebral
Kematian sel-sel otak
serebral serebral otak berkurang
Perubahan perfusi
Cerebrum (otak besar)
Infark batang otak Sumbatan aliran darah Hipoksia serebri Iskemik jaringan
& O2 serebral
1 Dx 1 Setelah dilakukan tindakan keperawatan SIKI Latihan batuk efektif I.01006 halaman 142
selama 3 x 7 jam Jalan nafas tetap efektif.
Bersihan jalan napas tidak Observasi
efektik berhubungan dengan Kriteria hasil :
- Identifikasi kemampuan batuk
obstruksi jalan napas . (SDKI SLKI L.01001 - Monitor adanya retensi sputum
D.0001 Hal 18) - Monitor tanda dan gejala infeksi saluran nafas
1. Batuk efektif meningkat 1 - Monitor input dan ouput cairan
2. Produksi sputum menurun 1
3. Gelisah menurun 5 Terapeutik
4. Frekuensi napas membaik 5
5. Pola napas membaik 5 - Atur posisi semi-Fowler
- Buang secret pada tempat sputum
Edukasi
Kolaborasi
2 Dx 2 Setelah diberikan asuhan keperawatan SIKI Manajemen peningkatan tekanan intrakarnial I.06194
Penurunan kapasitas adaptif selama 3 x 7 jam, diharapkan Penurunan hal.205
intrakranial berhubungan kapasitas adaptif intrakarnial stabil.
Observasi
dengan 02 keotak berkurang.
Kriteria Hasil :
(SDKI D.0066 Hal 149) - Identifikasi penyebab peningkatan TIK (mis.lesi,gangguan
SLKI L.0649 metabolisme,edema serebral)
- Monitor tanda/gejala peningkatan TIK (mis. Tekanan darah
1. Fungsi kognitif meningkat 5 miningkat, tekanan nadi melabar,bradikardia,pola napas
2. Gelisah menurun 5 ireguler,kesadaran menurun)
3. Tekanan nadi membaik 5 - Monitor MAP (mean Arterial Pressure)
4. Pola napas membaik 5 - Monitor CVP ( Sentral Venous Pressure), jika perlu
5. Respon pupil membaik 5 - Monitor PAWP, jika perlu
6. Tekanan intrakranial : (5)
- Monitor PAP, jika perlu
- Monitor ICP (Intra Carnial Pressure), jika tersedia
- Monitor CPP (Cerebral Perfusion Pressure)
- Monitor gelombang ICP
- Monitor status pernapasan
- Monitor intake dan output cairan
- Monitor cairan serebro-spinalis (mis.warna,konsistensi)
Terapeutik
Kolaborasi
3 Dx 3 Setelah dilakukan tindakan keperawatan SIKI Manajemen peningkatan tekanan intracranial I.06294
selama 3x7 risiko penfusi serebral tidak halaman 205
Perfusi jaringan serebral tidak efektif meningkat dengan kriteria hasil :
efektif berhubungan dengan Obsevasi
infark jaringan serebral. SLKI L.02014 - Identifikasi penyebab TIK
(SDKI D.0017 Hal 51) 1. Tingkat kesadaran meningkat 5 - Monitor tanda dan gejala peningkatan TIK
2. Sakit kepala menurun 5 - Monitor MAP
3. Gelisah menurun 5 - Monitor CVP
4. Nilai rata-rata tekanan darah menurun 5 - Monitor PAP
5. Kesadaran meningkat 5 - Monitor ICP (cerebral perfusion pressure)
- Monitor status pernapasan
- Monitor intake ouput
Terapeutik
Kolaborasi
4 Dx 4 Setelah dilakukan tindakan keperawatan SIKI Dukungan perawatan diri BAB/BAK I.11349 halaman 37
selama 3 x7 jam gangguam eliminasi urin
Gangguan eliminasi urine membaik dengan kriteria hasil : Obsevasi
berhubungan dengan
- Identifikasi kebiasaan BAK/BAB sesuai usia
kelemaham otot spicter. SLKI L.04034 - Monitor integritas kulit pasien
(SDKI D.0040 Hal 96) 1. Sensasi berkemih :menurun 5
2. Desakan berkemih meningkat 1 Terapeutik
3. Frekuensi BAK membaik 5 - Buka pakaian yang diperlukan untuk memudahkan eliminasi
4. Karakteritis urine membaik 5 - Ganti pakaian pasien setelah eliminasi
- Latih BAL/BAB
- Sediakan alat bantu
Edukasi
Edukasi
Edukasi
7 Dx 7 Setelah dilakukan tindakan keperawatan SIKI Promosi komunikasi defisit bicara I. 13491
selama 3 x 7 jam gangguan komunikasi
Gangguan komunikasi verbal verbal membaik dengan kriteria hasil : Observasi
berhubungan dengan 02
keotak berkurang. (SDKI SLKI. 13118 - Monitor kecepatan, tekanan, kuantitas, volume dan
D.0119 Hal 264) diksi bicara
1. Kemampuan berbicara meningkat 5 - Monitor proses kognitif, yang berkaitan dengan bicara
2. Kemampuan mendengan meningkat - Monitor frustasi, marah, depresi, atau hal lain yang
5
3. Kesesuaian eksperesi wajah/tubuh menganggu bicara
meningkat 5 - Identifikasi perilaku emosional dan fisik sebagai
4. Kontak mata meningkat 5 bentuk komunikasi
5. Pemahaman komunikasi meningkat
5 Terapeutik
6. Afasia menurun 5 - Gunakan komunikasi altenatif misalnya menulis, mata
berkedip, papan komunikasi dengan gambar dan huruf,
dan isyarat tangan
- Sesuaikan gaya komunikasi dengan kebutuhan
misalnya berdiri didepan pasien
- Modifikasi lingkungan untuk meminimal bantuan
- Gunakan juru bicara
Edukasi
Kolaborasi
8 Dx 8 Setelah dilakukan tindakan keperawatan SIKI manajemen gangguan makanan I.03111 halaman 177
selama 2x7 jam resiko defisit nutrisi
Risiko defisit nutrisi membaik dengan kriteria hasil : Obsevasi
berhubungan dengan menelan
- Monitor asupan makanan dan keluarnya makanan dan caran
terganggu atau tidak simetris. SLKI L.03030
(SDKI D.0032 Hal 81) 1. Porsi makanan yang dihabiskan serta kebutuhan kalori
meningkat 5
2. Berat Badan membaik 5 Terapeutik
3. Indeks massa tubuh IMT membaik 5 - Timbang berat badan secara rutin
4. Frekuensi makan membaik 5 - Diskusi perilakukan makan dan jumlah aktifitas fisik
5. Nafsu Makan membaik 5 - Lakukan kontrak prilaku misalnya target berat badan
- Damping perilaku ke kamar mandi untuk pengamatan
memuntahkan kembali makanan
Edukasi
Kolaborasi
Edukasi
Kolaborasi
Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan pada tanggal 16 Oktober 2021 Jam
09.00 Wib Pagi didapatkan hasil :
1.1 Pengkajian
1.1.1 Identitas Pasien
Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal pada 16 Oktober 2021 Jam 09.00
Wib Pagi nama Tn. S umur 61 Tahun, jenis kelamin laki-laki, suku/bangsa
dayak/indonesia agama kristen protestan, pekerjaan PNS, pendidikan lulus sarjana,
status perkawinan menikah, alamat jln. Kapuas Sebrang, Kapuas Tanggal masuk 13
Oktober 2021, dengan diagnosa medis Stroke Non Hemoragik (SNH)+Hemiparase
Dextra.
1.1.2 Riwayat Kesehatan
1.1.2.1 Keluhan Utama
Klien mengalami penurunan kesadaran
1.1.2.2 Riwayat Penyakit Sekarang
Pada tanggal 13 Oktober 2021 pada pukul 17.04 Wib malam, pasien berinisial
Tn. S, umur 61 tahun, suku dayak, pendidikan terakhir Sarjana, status
perkawinan sudah menikah, alamat Jln. Kapuas Sebrang, Kapuas dengan
diagnosa medis Stroke Non Hemoragik (SNH)+Hemiparase. Datang ke IGD
RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya diantar oleh keluarga untuk
mendapatkan pertolongan, pada saat dilakukan pengkajian oleh perawat
keluarga klien mengatakan klien tidak sadar dengan kelemahan tubuh sebelah
kanan, dan dilakukan pemasangan oksigen nasal kanul 3 lpm, terpasang infus
Nacl 0,9 % 1000 ml/24 jam, terpasang NGT, dan diberikan injeksi Citicoline
2x500 mg, Injeksi mecobalamin 3x500 mg dan pemberian obat amlodifin 5
mg serta obat neuroaid II 2x1. Pada tanggal 14 Oktober 2021 jam 09.00 Wib
pagi klien di bawa ke ruang Bougenvile untuk mendapatkan penanggan yang
lebih lanjut.
1.1.2.3 Riwayat Penyakit Sebelumnya (riwayat penyakit dan riwayat operasi)
Keluarga klien mengatakan bahwa klien ada riwayat stroke tahun 1998.
1.1.2.4 Riwayat Penyakit Keluarga
Keluarga klien mengatakan dari keluarga tidak ada yang mengalami penyakit
stroke.
GENOGRAM KELUARGA :
Jumlah minuman/cc/24 jam Sonde, 200 cc/24 jam 200 cc/24 jam
Kebiasaan makan Pagi, siang, sore dan malam Pagi, siang, sore dan
malam
Keluhan/masalah Tidak ada keluhan Tidak ada keluhan
No Nama Indikasi
Dosis Rute
Obat
1 Inf. NacL 0,9 30 tpm IV Untuk mengembalikan keseimbangan
% elektrolit dan dehidrasi.
Kelompok 2
ANALISIS DATA
DATA SUBYEKTIF DAN KEMUNGKINAN
MASALAH
DATA OBYEKTIF PENYEBAB
Ds : Penurunan darah ke Penurunan
Keluarga mengatakan pasien otak Kapasitas Adaftif
belum sadar Intra Kranial
Do :
1. Kesadaran somnolen Hipoksia serebri
2. GCS E:3 V:1 M:4= 8
3. Fungsi kognitif terganggu
4. Klien tanpak mengantuk Infark jaringan otak
5. Klien tampak lemah
6. Tekanan darah 155/100 mmHg
7. Nadi : 115x/mnt dan teraba O2 ke otak berkurang
kuat
8. Suhu 36,7oC
9. 12 Saraf Kranial sulit untuk Tingkat kesadaran
dinilai karena klien somnolen menurun
10. MAN (Mean Arterial
Pressure) 155+(2x100)= 355
355:3=118 mmHg
1 3
1 4
PRIORITAS MASALAH
1. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan inspirasi, ekspirasi tidak adekuat di
tandai dengan klien tampak sesak napas, terpasang alat bantu napas oksigen nasal
kanul 3 lpm, klien tampak gelisah, tipe pernapasan dada/perut , irama napas tidak
teratur, pernapasan mengunakan otot bantu (otot intercostal internal) dan TTV :
TD= 155/100 mmHg, RR : 22x/menit, S : 36,70C, Nadi : 115x/menit dan
SPO2 96 % hasil pemeriksaan x-ray foto thorax ap tanggal 14 oktober 2021 :
kardiomegali (lv) pneumonia kanan
2. Penurunan kapasitas adaftif intrakranial berhubungan dengan tingkat kesadaran
menurun ditandai dengan Kesadaran somnolen, GCS E:3 V:1 M:4= 8, fungsi
kognitif terganggu, klien tanpak mengantuk, klien tampak lemah, kekanan darah
155/100 mmHg, nadi : 115x/mnt dan teraba kuat, suhu 36,7oC, 12 saraf Kranial
sulit untuk dinilai karena klien somnolen, MAN (Mean Arterial Pressure)
155+(2x100)= 355 355:3=118 mmHg, hasil pemeriksaan CT-scan kepala tanggal
14 Oktober 2021, tampak gambaran hipodensitas luas pada hemiserebri kiri,
kesan : Infark luas pada hemiserebri kiri yang mulai mengalami degenerasi litik.
3. Defisit perawatan diri berhubungan dengan tirah baring lama ditandai dengan ,
pasien tidak pernah di oral hygene, pasien tidak mampu mandi, mulut pasien
menggeluarkan bau yang tidak sedap, terdapat karang gigi, lidah pasien tampak
kotor, kesadaran pasien somnolen TTV TD : 155/100 mmHg, S : 36,7 ºC, RR :
22 x/menit, dan N : 115 x/menit.
4. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan fisik ditandai dengan
tingkat kesadaran pasien samnolent, aktivitas di bantu, skala aktfitas 4 sangat
bergantung dan tidak dapat melakukan atau berpartisipasi dalam perawatan, uji,
kestabilan tubuh negatif, terpasang kateter urine, kemampuan pergerakan sendi
terbatas, hemiparase dextra, dan kekuatan otot.
3 1
4 1
RENCANA KEPERAWATAN
Nama Pasien : Tn. S
Ruang Rawat : Bougenvile
Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria hasil) Intervensi Rasional
Dx1 Setelah dilakukan tindakan 1. Observasi tanda-tanda vital 1. Untuk mengetahui keadaan umum
Pola napas tidak efektif keperawatan selama 1x7 2. Monitor pola napas (frekuensi, pasien
berhubungan dengan jam pola napas kembali kedalaman, usaha napas) 2. Untuk memastikan jalan napas
inspirasi, ekspirasi tidak efektif dengan kriteria 3. Monitor bunyi napas tambahan 3. Untuk mengetahui suara napas
adekuat di tandai dengan hasil : (gurling, mengi, wheezing, ronkhi tambahan
Klien tampak sesak napas, SLKI L.01004 kering) 4. Agar tidak terjadiya penyempitan
terpasang alat bantu napas 1. Ventilasi semenit 4. Pertahankan kepatenan jalan napas jalan napas
oksigen nasal kanul 3 lpm, meningkat 5 5. Posisikan semi-fowler 5. Membantu mengurangi sesak napas
klien tampak gelisah, tipe 2. Kapasitas vitasl 6. Lakukan penghisapan lender kurang 6. Mengeluarkan dayak atau sputum
pernapasan dada/perut , meningkat 5 dari 15 detik mengurangi sesak napas
irama napas tidak teratur, 3. Tekanan eksperasi 7. Ajarkan teknik batuk efektif 7. Supaya lebih mudah mengeluarakan
pernapasan mengunakan otot meningkat 5 8. Kolaborasi pemberian bronkodilator, sputum dengan batuk efektif
bantu (otot intercostal internal) 4. Tekanan inspirasi ekspektoran, mukoilik 8. Untuk membantu memulihkan
dan TTV : TD= 155/100 meingkat 5 kondisi tubuh
mmHg, RR : 22x/menit, S 5. Penggunaan napas
: 36,70C, Nadi : 115x/menit otott bantu menurun 5
dan SPO2 96 %. 6. Pemanjang fase
ekspirasi menurun 5
7. Frekuensi napas
membaik 5
8. Kedalamaman napas
membaik 5
Dx2 Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi penyebab peningkatan 1. Membantu proses penyembuhan
Penurunan kapasitas adaftif keperawatan selama 1x 7 TIK (mis. Lesi, gangguan 2. Mengukur keefektifan nutrisi dan
Intra kranial berhubungan jam, diharapkan metabolisme, edema serebral). cairan
dengan tingkat kesadaran penurunan kapasitas 2. Monitor input dan output cairan 3. Mengetahui setiap perubahan yang
menurun ditandai dengan adaptif intrakarnial stabil 3. Monitor tanda/gejala peningkatan terjadi pada klien secara dini dan
kesadaran somnolen, GCS meningkat dengan kriteria TIK (mis. Tekanan darah meningkat, untuk penetapan tindakan yang tepat
E:3 V:1 M:4= 8, Fungsi hasil : tekanan nadi melebar, bradikardia, 4. Mengetahui tekanan yang terbentuk
kognitif terganggu, klien SLKI L.0649 pola napas ireguler, kesadaran dalam pembuluh darah arteri besar
tanpak mengantuk, klien 1. Fungsi kognitif menurun) sepanjang waktu
tampak lemah, tekanan darah meningkat 5 4. Monitor MAP (Mean Arterial 5. Mengetahui perubahan napas secara
155/100 mmHg, nadi : 2. Gelisah menurun 5 Pressure) dini
115x/mnt dan teraba kuat, 3. Tekanan nadi membaik 5. Monitor status pernapasan 6. Istirahat total dan ketenangan
suhu 36,7oC, 12 Saraf 5 6. Minimalkan stimulus dengan mingkin diperlukan untuk
Kranial sulit untuk dinilai 4. Pola napas membaik 5 menyediakan lingkungan yang pencegahan terhadap perdarahan
karena klien somnolen dan 5. Respon pupil membaik tenang dalam kasus stroke hemoragik /
MAN (Mean Arterial 5 7. Berikan posisi semi fowler perdarahan lainnya
Pressure) 155+(2x100)= 355, 6. Tekanan intrakranial : 8. Petahankan suhu tubuh normal 7. Memberikan posisi yang nyaman
355:3=118 mmHg (5) 9. Kolaborasi pemberian pelunak tinja, untuk dan membantu pengembangan
jika perlu paru dan mengurangi tekanan dari
abdomen pada diafragma.
8. Suhu tubuh dapat dipengaruhi oleh
tingkat aktivitas, suhu lingkungan,
9. Pelunak feses meningkatkan
efisiensi pembasahan air usus, yang
melunakan massa feses dan
membantu eliminasi
Dx3 Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi kebiasaan aktivitas 1. Mengetahui tingkat kemampuan
Defisit perawatan diri keperawatan selama 1x7 perawatan diri sesuai usia melakukkan aktivitas mandiri
berhubungan dengan tirah jam kebutuhan perawatan 2. Monitor tingkat kemandirian pasien
baring lama ditandai dengan , diri klien terpenuhi dengan 3. Identifikasi kebutuhan alat bantu 2. Memotivasi pasien dalam
pasien tidak pernah di oral kriteria hasil : kebersihan diri, berpakaian, berhias, melakukkan aktivitas mandiri
hygene, pasien tidak mampu SLKI L.11103 dan makan 3. Mengurangi risiko terlalu banyak
mandi, mulut pasien 1. Kemampuan mandi 4. Sediakan lingkungan yang terapeutik melakukan aktivitas
menggeluarkan bau yang meningkat 5 (mis. Suasana hangat, rileks, privasi) 4. Membuat pasien lebih tenang saat
tidak sedap, terdapat karang 2. Kemampuan 5. Siapkan keperluan pribadi (mis. melakukkan aktivitas
gigi, lidah pasien tampak mengenakan pakaian Parfum, sikat gigi, dan sabun mandi) 5. Mengurangi aktivitas pasien
kotor, kesadaran pasien meningkat 5 6. Dampingi dalam melakkukan 6. Menghindari terjadinya risiko jatuh
somnolen TTV TD : 155/100 3. Kemampuan makan perawatan diri sampai mandiri 7. Agar pasien tidak merasa malu
mmHg, S : 36,7 ºC, RR : 22 meningkat 5 7. Fasilitasi untuk menerima keadaan dengan keadaan
x/menit, dan N : 115 x/menit. 4. Melakukan perawatan ketergantungan 8. Agar pasien terbiasa melakukkan
diri meningkat 5 8. Jadwalkan rutinitas perawatan diri aktivitas sedikit demi sedikit
5. Minat melakukan 9. Anjurkan melakukkan perawatan 9. Agar otot-otot dan sendi-sendi
perawatan diri diri secara konsisten sesuai pasien tidak kaku
meningkat 5 kemampuan
Dx4 Setelah dilakukan tindakan 1. Observasi TTV 1. Mengetahui setiap perubahan yang
Gangguan mobilitas fisik keperawatan selama 1x7 2. Identifikasi keluhan fisik lainnya terjadi pada klen secara dini dan
berhubungan dengan diharapkan mobilisasi 3. Ajarkan klien untuk melakukan untuk penetapan tindakan yang
kelemahan fisik ditandai klien mengalami latihan gerak aktif pada ekstremitas tepat.
dengan tingkat kesadaran peningkatan dengan yang sakit/ ROM 2. Menghindari terjadinya kelelahan
pasien samnolent, aktivitas di kriteria hasil: 4. Fasilitasi aktivitas ambulasi dengan dan mengetahui keadaan pasien
bantu, skala aktfitas 4 sangat SLKI L.05042 alat bantu misalnya tongkat 3. Gerakkan aktif memberikan massa,
bergantung dan tidak dapat 1. Pergerakan ekstermitas 5. Jelaskan tujuan dan prosedur tonus dan kekuatan ototserta
melakukan atau berpartisipasi meningkat 5 ambulasi memperbaiki fungsi jangtung dan
dalam perawatan, uji, 2. Kekuatan otot 6. Kalaborasi dengan ahli fisioterapi pernapasan
kestabilan tubuh negatif, meningkat 5 untuk latihan fisik 4. Psoses penyembuhan yang lamabat
terpasang kateter urine, 3. Rentang gerak ROM seringkali menyertai trauma kepala
kemampuan pergerakan sendi meningkat 5 dan pemulihaan secara fisik
terbatas, hemiparase dextra, 4. Kecemasan menurun 5 merupakan bagian yang amat
dan kekuatan otot. 5. Kaku sendi menurun 5 penting dari suatu pemulihan
6. Gerakan terbatas tersebut.
menurun 5 5. Keluargajadi mengetahui untuk apa
7. Kelemahan fisik ambulasi dilakkukan pada pasien
menurun 5) stroke
6. Menurunkan risiko terjadinya
jaringan akibat sirkulasi darah yang
jelek pada saat daerah yang tertekan
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN
Hari/Tanggal TTD
Implementasi Evaluasi (SOAP)
Jam
Selasa, 19 Oktober Diagnosa 1 S:-
2021 Jam 09.00 1. Mengobservasi tanda-tanda vital
Wib Pagi 2. Memonitor pola napas (frekuensi, O :
kedalaman, usaha napas) - Keadaan umum masih lemah
3. Memonitor bunyi napas tambahan (gurling, - Kesadaran klien somnolen
mengi, wheezing, ronkhi kering) - Klien masih sesak napas Kelompok
4. Mempertahankan kepatenan jalan napas - Masih terpasang alat bantu napas oksigen 2
5. Memposisikan semi-fowler nasal kanul 3 lpm
6. Melakukan penghisapan lender kurang dari - Klien tampak masih gelisah
15 detik - Tipe pernapasan masih dada/perut
7. Mengajarkan teknik batuk efektif - Irama napas masih tidak teratur
8. Berkolaborasi pemberian bronkodilator, - Pernapasan masih mengunakan otot bantu
ekspektoran, mukoilik - TTV : TD= 155/100 mmHg , RR :
0
22x/menit, S : 36,7 C , Nadi : 115x/menit
dan SPO2 96 %.
- MAN (Mean Arterial Pressure)
155+(2x100)= 355, 355:3=118 mmHg.
A : Masalah pola napas tidak efektif belum teratasi
P : Lanjukan intervensi 1, 2, 3, 4, 5, 6,8, dan 9
Selasa, 19 Oktober Diagnosa 2 S:-
2021 Jam 09.00 1. Mengidentifikasi penyebab peningkatan
Wib Pagi TIK (mis. Lesi, gangguan metabolisme, O:
edema serebral). - Kesadaran klien masih somnolen
2. Memonitor input dan output cairan - GCS masih E:3 V:1 M:4 Kelompok
3. Memonitor tanda/gejala peningkatan TIK - Tekanan Darah: 155/100 mmHg, 2
(mis. Tekanan darah meningkat, tekanan - Nadi : 115x/mnt dan teraba lemah
nadi melebar, bradikardia, pola napas - Suhu 36,7oC
ireguler, kesadaran menurun) - 12 Saraf Kranial masih sulit untuk dinilai
4. Memonitor MAP (Mean Arterial Pressure) karena klien tidak sadar
5. Memonitor status pernapasan - Masih terpasang oksigen nasal kanul 3 lpm
6. Meminimalkan stimulus dengan - Masih terpasang NGT
menyediakan lingkungan yang tenang A: Masalah penurunan kesadaran adaftif intra
7. Memberikan posisi semi fowler kranial belum teratasi
8. Mempertahankan suhu tubuh normal P : Lanjukan intervensi 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9 dan
9. Kolaborasi pemberian obat (Neuroaid II 2x1 Neuroaid II 2x1 PO
PO)
Selasa, 19 Oktober Diagnosa 3 S :-
2021 Jam 09.00 1. Mengidentifikasi kebiasaan aktivitas O:
Wib Pagi perawatan diri sesuai usia -
Kesadaran klien somnolen
2. Memonitor tingkat kemandirian -
Kemampuan pergerakan masih terbatas
3. Mengidentifikasi kebutuhan alat bantu -
Kekuatan otot ektermitas atas masih 1 dan Kelompok
kebersihan diri, berpakaian, berhias, dan ektermitas bawah masih 1 2
makan - Perawatan diri masih dibantu oleh perawat
4. Menyediakan lingkungan yang terapeutik - Bibir masih pucat dan kotor gigi tidak
(mis. Suasana hangat, rileks, privasi) lengkap ada masih ada karies
5. Menyiapkan keperluan pribadi (mis. - Lidah masih terdapat kotoran
Parfum, sikat gigi, dan sabun mandi) A : Masalah defisit perawatan diri teratasi sebagian
6. Mendampingi dalam melakkukan perawatan P : Lanjutkan intervensi 1,2,3,4,5,6,7,8, dan 9
diri sampai mandiri
7. Memfasilitasi untuk menerima keadaan
ketergantungan
8. Menjadwalkan rutinitas perawatan diri
9. Menganjurkan melakukkan perawatan diri
secara konsisten sesuai kemampuan
Selasa, 19 Oktober Diagnosa 4 S:-
2021 Jam 09.00 1. Mengobservasi TTV O:
Wib Pagi 2. Mengidentifikasi keluhan fisik lainnya 1. Keadaan umum masih lemah
3. Mengajarkan klien untuk melakukan latihan 2. GCS 8 Somnolen E:3 V:1 M:4 Kelompok
gerak aktif pada ekstremitas yang sakit/ 3. Pasien tampak gelisah 2
ROM 4. Posisi pasien supinasi
4. Mefasilitasi aktivitas ambulasi dengan alat 5. Kemampuan pergerakan Terbatas
bantu misalnya tongkat 6. Kekuatan Otot
5. Menjelaskan tujuan dan prosedur ambulasi
6. Berkolaborasi dengan ahli fisioterapi untuk
latihan fisik klien 1 3
1 4
Menurut teori, yang sering muncul dalam pengkajian, bersihan jalan napas
tidak efektif, penurunan kapasitas adaftif intrakranial, perpusu jaringan serebral
tidak efektif, gangguan eliminasi urine, defisit perawatan diri, gangguan mobilitas
fisik, gangguan lomunikasi verbal, risiko deficit nutrisi, dan risiko luka tekan.
Faktor pendukung yang dirasakan penulis dalam hal pengkajian adanya kerjasama
pasien dan keluarga dalam pemberian waktu.
4.2 Diagnosa Keperawatan
Dari hasil pengkajian pada Tn. S, penulis mengangkat lima diagnosa
keperawatan berdasarkan dari analisa data yang diperoleh penulis yaitu pola napas
tidak efektif berhubungan dengan inspirasi, ekspirasi tidak adekuat, penurunan
kapasitas adaptif Intrakranial berhubungan dengan tingkat kesadaran menurun,
defisit perawatan diri berhubungan dengan tirah baring lama, dan gangguan
mobilitas fisik behubungan dengan kelemahan fisik. Diagnosa keperawatan yang
mungkin muncul (SDKI Defenisi dan Indikator Diagnostik Edisi 1)
Sedangkan pada teori (Muttaqin, 2012 SNH) ada Sembilan diagnosa
keperawatan yaitu : bersihan jalan napas tidak efektik berhubungan dengan
obstruksi jalan napas, penurunan kapasitas intra adaptif kranial berhubungan
dengan 02 keotak berkurang, perfusi jaringan serebral tidak efektif berhubungan
dengan infark jaringan serebral, gangguan eliminasi urine berhubungan dengan
kelemaham otot spicter, defisit perawatan diri berhubungan dengan tirah baring
lama, gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan tirah baring lama, gangguan
komunikasi verbal berhubungan dengan 02 keotak berkurang, risiko defisit nutrisi
berhubungan dengan menelan terganggu atau tidak simetris, dan risiko luka tekan
berhubungan dengan tirah baring lama.
Dari hasil pengkajian pada Tn. S dengan teori menurut (Muttaqin, 2012) ada
beberapa kesamaan yang ditemukan penulis diantaranya, penurun kapasitas adatif
intrakranial berhubungan dengan tingkat kesadaran menurun, defisit perawatan
diri berhubungan dengan tirah baring lama, dan ganggu mobilitas fisik
berhubungan dengan kelemahan fisik.
Adapun faktor pendukung dalam perumusan diagnosa keperawatan adalah
terkumpulnya data-data masalah keperawatan dari respon klien dan tersedianya
catatan keperawatan untuk mengumpulkan data yang berhubungan dengan klien.
Sedangkan faktor penghambatnya bagi penulis adalah kurangnya ketelitian dan
keterbatasan pengetahuan dari penulis dalam merumuskan diagnosa keperawatan
sesuai dengan klien.
4.3 Perencanaan/Intervensi
Perencanaan adalah suatu perilaku spesifik yang diharapkan dari klien atas
tindakan yang harus dilakukan oleh perawat. Yang perlu dipersiapkan atau
langkah-langkah untuk membuat suatu perencanaan adalah yang pertama
pengumpulan data, mengidentifikasi masalah yang dijadikan diagnosa,
menetapkan tujuan-tujuan yang dilakukan, mengidentifikasi hasil dan yang
terakhir penulis (Perawat) memilih perencanaan/intervensi keperawatan untuk
mencapai hasil dan tujuan yang diinginkan. Perencanaan dibuat berdasarkan
prioritas masalah, pada kasus Tn. S yang menjadi prioritas keperawatan adalah
pola napas tidak efektif berhubungan dengan inspirasi, ekspirasi tidak adekuat,
penurunan kapasitas adaftif intrakranial berhubungan dengan tingkat kesadaran
menurun, defisit perawatan diri berhubungan dengan tirah baring lama dan
gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan fisik. Dalam membuat
perencanaan penulis menyesuaikan dengan sumber-sumber referensi yang
berhubungan dengan Stroke Non Hemoragik tetapi tidak semua perencanaan yang
ada diteori diangkat oleh penulis. Ada beberapa perencanaan pada kasus Tn. S
dengan teori yaitu tidak terdapat kriteria waktu sedangkan pada kasus kriteria
waktu selama 1x24 jam, dari masing-masing diagnosa.
Adapun faktor penghambat bagi penulis dalam menentukan intervensi
keperawatan pada Tn. S adalah masih sulitnya penulis menentukan prioritas dan
diagnosa keperawatan yang telah diatur dalam teori dalam urutan umum yang
dapat diubah sesuai dengan keadaan individual klien, dimana perawat dapat
memilih atau menambahkannya, sehingga agak sulit menentukan situasi klien
untuk menarik intervensi. Sedangkan faktor pendukung bagi penulis dalam
menentukan intervensi keperawatan adalah adanya kerjasama yang baik dengan
klien sehingga penulis bisa menentukan intervensi keperawatan menurut prioritas
keperawatan.
4.4 Pelaksanaan/Implementasi
Pelaksanaan/implementasi keperawatan adalah tahap pada tindakan nyata
yang dilakukan perawat kepada klien mengacu pada perencanaan/intervensi, yang
perlu disiapkan sebelum melakukan pelaksanaan/implementasi adalah melihat
teori tentang proses keperawatan pada klien dengan Stroke Non Hemoragik
perawat harus menyelidiki dan mempelajari untuk menyusun rencana asuhan
keperawatan untuk klien, yang kemudian disajikan dalam bentuk rencana untuk
pedoman melakukan tindakan. Pelaksanaan tindakan keperawatan penulis sesuai
dengan rencana tindakan berdasarkan prioritas masalah yang dilakukan 1x7 jam.
Diagnosa keperawatan yang pertama : mengobservasi tanda-tanda vital,
memonitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha napas), memonitor bunyi
napas tambahan (gurling, mengi, wheezing, ronkhi kering), mempertahankan
kepatenan jalan napas, memposisikan semi-fowler, melakukan penghisapan lendir
kurang dari 15 detik, mengajarkan teknik batuk efektif, dan berkolaborasi
pemberian bronkodilator, ekspektoran, mukoilik.
Diagnosa keperawatan yang kedua : mengidentifikasi penyebab peningkatan
TIK (mis. Lesi, gangguan metabolisme, edema serebral), memonitor input dan
output cairan, memonitor tanda/gejala peningkatan TIK (mis. Tekanan darah
meningkat, tekanan nadi melebar, bradikardia, pola napas ireguler, kesadaran
menurun), memonitor MAP (Mean Arterial Pressure), memonitor status
pernapasan, meminimalkan stimulus dengan menyediakan lingkungan yang
tenang, memberikan posisi semi fowler, mempertahankan suhu tubuh normal, dan
berkolaborasi pemberian pelunak tinja, jika perlu.
Diagnosa keperawatan yang ketiga : mengidentifikasi kebiasaan aktivitas
perawatan diri sesuai usia, memonitor tingkat kemandirian, engidentifikasi
kebutuhan alat bantu kebersihan diri, berpakaian, berhias, dan makan,
menyediakan lingkungan yang terapeutik (mis. Suasana hangat, rileks, privasi),
menyiapkan keperluan pribadi (mis. Parfum, sikat gigi, dan sabun mandi),
mendampingi dalam melakkukan perawatan diri sampai mandiri, memfasilitasi
untuk menerima keadaan ketergantungan, menjadwalkan rutinitas perawatan diri,
dan menganjurkan melakukkan perawatan diri secara konsisten sesuai
kemampuan.
Diagnosa keperawatan yang keempat : mengobservasi TTV,
mengidentifikasi keluhan fisik lainnya, mengajarkan klien untuk melakukan
latihan gerak aktif pada ekstremitas yang sakit/ ROM, efasilitasi aktivitas
ambulasi dengan alat bantu misalnya tongkat, menjelaskan tujuan, dan prosedur
ambulasi dan berkolaborasi dengan ahli fisioterapi untuk latihan fisik klien.
Dalam teori diagnosa yang diutamakan adalah pola napas tidak efektif
berhubungan dengan inspirasi, ekspirasi tidak adekuat, tidak memiliki kesamaan
dimana penulis lebih mengutamakan pelaksanaan tentang pola napas tidak
efektif. Faktor pendukung dalam pelaksanaan/implementasi adalah klien dan
keluarga kooperatif dalam setiap tindakan keperawatan yang diberikan.
Sedangkan yang menjadi faktor penghambat adalah keterbatasan penulis dalam
melakukan tindakan keperawatan dan peralatan yang bisa menunjang tindakan
keperawatan
4.5 Evaluasi
Evaluasi adalah hal yang memuat keberhasilan proses dan keberhasilan
tindakan keperawatan.
Evaluasi keperawatan yang pertama penulis mendapatkan hasil data
subjektif dan objektif, keadaan umum masih lemah, kesadaran klien somnolen,
klien masih sesak napas, masih terpasang alat bantu napas oksigen nasal kanul 2
lpm, klien tampak masih gelisah, tipe pernapasan masih dada/perut , irama napas
masih tidak teratur, pernapasan masih mengunakan otot bantu, TTV : TD=
155/100 mmHg , RR : 22x/menit, S : 36,70C , Nadi : 115x/menit dan SPO2 96
%, MAN (Mean Arterial Pressure) 155+(2x100)= 355, 355:3=118 mmHg,
masalah pola napas tidak efektif belum teratasi, lanjukan intervensi 1, 2, 3, 4, 5,
6,8, dan 9.
Evaluasi keperawatan yang kedua penulis mendapatkan hasil data subjektif
dan objektif, kesadaran klien masih somnolen, GCS masih E:3 V:1 M:4, ekanan
Darah: 155/100 mmHg, nadi : 115x/mnt dan teraba lemah, suhu 36,7oC, 12 Saraf
Kranial masih sulit untuk dinilai karena klien tidak sadar, masih terpasang oksigen
nasal kanul 2 lpm, masih terpasang NGT, masalah penurunan kesadaran adaftif
intra kranial belum teratasi, lanjukan intervensi 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9 dan
Neuroaid II 2x1 PO.
Evaluasi keperawatan yang ketiga penulis mendapatkan hasil data subjektif
dan objektif, kesadaran klien somnolen, kemampuan pergerakan masih terbatas,
kekuatan otot ektermitas atas masih 1 dan ektermitas bawah masih 1, perawatan
diri masih dibantu oleh perawat, bibir masih pucat dan kotor gigi tidak lengkap
ada masih ada karies , lidah masih terdapat kotoran, masalah defisit perawatan diri
teratasi sebagian, lanjutkan intervensi 1,2,3,4,5,6,7,8, dan 9.
Evaluasi keperawatan yang keempat penulis mendapatkan hasil data
subjektif dan objektif, keadaan umum masih lemah, GCS 8 Somnolen E:3 V:1
M:4, pasien tampak gelisah, posisi pasien supinasi, kemampuan pergerakan
terbatas, kekuatan otot ekstrimitas bagian kanan ata 1 bawah 1 bagian tubuh kiri
atas 3 bawah 4, masalah Gangguan mobilitas fisik belum teratasi, lanjutkan
intervensi 1,2,3,4,5,6,7,8, dan 9.
Sedangkan menurut pada teori (Muttaqin, 2012 ) evaluasi adalah tindakan
intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang menandakan seberapa jauh
diagnosa keperawatan, rencana tindakan, dan pelaksanaannya yang sudah berhasil
dicapai. Evaluasi memuat keberhasilan proses dan keberhasilan tindakan
keperawatan. Keberhasilan proses dapat dilihat dengan membandingkan antara
proses dengan pedoman atau rencana proses tersebut.
Faktor pendukung adalah perawat ruangan dapat bekerja sama sehingga
mudah dalam melaksanakan rencana tindakan. Sedangkan faktor penghambat
adalah keluarga klien kurang kooperatif dan keterbatasan penulis dalam
menganalisa kondisi, dan melakukan tindakan keperawatan pada klien lebih
dalam lagi.
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dalam uraian ini terdapat beberapa kesimpulan oleh penulis mengenai
konsep dasar teori dengan membandingkan kasus pada Tn. S dengan penyakit
Stroke Non Hemoragik di Ruang Bougenvile RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka
Raya yang dimulai dari hari senin, tanggal 16 Oktober 2021, beberapa
kesimpulan tersebut adalah sebagai berikut:
5.1.1 Pengkajian
Dalam pengkajian asuhan keperawatan pada Tn. S yang dilakukan dari hari
selasa, tanggal 16 Oktober 2021dengan diagnosa medis Stroke Non Hemoragik,
data didapat secara langsung melalui wawancara, pengkajian, pemeriksaan fisik
serta di dokumentasikan pada klien dan keluarga, didapatkan data – data klien
keluarga pasien mengatakan “klien mengalami penurunan kesadaran”
5.1.2 Diagnosa
Dari hasil pengkajian pada Tn. S penulis mengangkat 5 diagnosa
keperawatan pola napas tidak efektif berhubungan dengan inspirasi, ekspirasi
tidak adekuat, penurunan kapasitas adaftif intrakranial berhubungan dengan
tingkat kesadaran menurun, defisit perawatan diri berhubungan dengan tirah
baring lama, dan gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan fisik.
Ada beberapa kesamaan yang ditemukan oleh penulis dengan diagnose dari teori
(Muttaqin, 2012) ada sembilan diagnosa keperawatan yaitu : bersihan jalan napas
tidak efektik, penurunan kapasitas intra adaptif kranial, perfusi jaringan serebral
tidak efektif, gangguan eliminasi urine, defisit perawatan diri, gangguan mobilitas
fisik, gangguan komunikasi verbal, risiko defisit nutrisi, dan risiko luka tekan.
5.1.3 Intervensi
Perencanaan adalah suatu perilaku spesifik yang diharapkan dari klien atas
tindakan yang harus dilakukan oleh perawat, yang perlu dipersiapkan atau
langkah-langkah untuk membuat suatu perencanaan adalah yang pertama
mengumpulkan data, mengidentifikasi masalah yang dijadikan diagnosa,
menetapkan tujuan-tujuan yang dilakukan, mengidentifikasi hasil yang terakhir
penulis (perawat) memilih perencanaan / intervensi keperawatan untuk mencapai
hasil yang diinginkan. Perencanaan dibuat berdasarkan prioritas masalah. Pada
kasus Tn. S yang menjadi prioritas keperawatan adalah pola napas tidak efektif
berhubungan dengan inspirasi, ekspirasi tidak adekuat , penurunan kapasitas
adaftif intrakranial berhubungan dengan tingkat kesadaran menurun, defisit
perawatan diri berhubungan dengan tirah baring lama, dan gangguan mobilitas
fisik berhubungan dengan kelemahan fisik.
Dalam membuat perencanaan penulis menyesuaikan dengan sumber-sumber
referensi yang berhubungan dengan penyakit Stroke Non Hemoragik, tetapi tidak
semua perencanaan yang ada diteori diangkat oleh penulis. Ada beberapa
perencanaan pada kasus Tn. S dengan teori yaitu tidak terdapat kriteria waktu
sedangkan pada kasus kriteria waktu selama 1 x 7 jam dan 1 x 24 jam dari
masing-masing diagnosa.
5.1.4 Implementasi
Pelaksanaan asuhan keperawatan dilakukan berdasarkan intervensi yang
telah dibuat, dalam melakukan intervensi penulis di bantu oleh keluarga klien
serta bekerja sama dengan perawat lainnya. Dalam teori penulis memiliki
kesamaan dimana lebih mengutamakan pelaksanaan tentang pola napas tidak
efektif. Faktor pendukung dalam pelaksanaan / implementasi adalah klien dan
keluarga kooperatif dalam setiap tindakan keperawatan yang diberikan.
5.1.5 Evaluasi
Evaluasi adalah hal yang memuat keberhasilan proses dan keberhasilan
tindakan keperawatan. Evaluasi keperawatan yang pertama penulis mendapatkan
hasil masalah belum teratasi lanjutkan intervensi. Evaluasi keperawatan yang
kedua penulis mendapat kan hasil masalah belum teratasi intervensi masih
dilanjutkan. Evaluasi keperawatan yang ketiga penulis mendapatkan hasil masalah
belum teratasi intervensi masih dilanjutkan. Evaluasi keperawatan yang keempat
penulis mendapatkan hasil masalah teratasi sebagian intervensi masih dilanjutkan.
Dan evaluasi keperawatan yang kelima penulis mendapatkan hasil masalah belum
teratasi intervensi masih dilanjutkan.
5.2 Saran
Sesuai dengan penulisan diatas, maka dapat dikemukakan saran-saran
sebagai berikut:
5.2.1 ManfaatTeoritis
Meningkatkan pengetahuan bagi pembaca agar dapat melakukan
pencegahan untuk diri sendiridan orang sekitarnya agar tidak terkena Stroke Non
Hemoragik, dimana Stroke Non Hemoragik adalah akibat obstruksi atau bekuan
disatu atau lebih arteri, atau lebih arteri besar pada sirkulasi serebrum. Penulisan
karya tulis ini juga berfungsi untuk mengetahui antara teori dan kasus nyata yang
terjadi dilapangan sinkron atau tidak kerena dalam teori yang sudah ada tidak
selalu sama dengan kasus yang terjadi sehingga disusunlah asuhan keperawatan
dan laporan keperawatan pada Tn. S
5.2.2 Manfaat Praktis
1) Bagi Rumah Sakit
Manfaat penulisan laporan asuhan keperawatan ini bagi Rumah Sakit yaitu
dapat digunakan sebagai acuan dalam melakukan tindakan asuhan
keperawatan bagi pasien khususnya dengan Penyakit Stroke Non
Hemoragik, dan melakukan pencegahan dengan memberikan penyuluhan
kesehatan kepada pasien dan keluarga yang beresiko mengidap penyakit
Stroke Non Hemoragik.
2) Bagi Instansi Akademik
Manfaat praktis bagi akademik yaitu dapat digunakan sebagai referensi bagi
institusi pendidikan untuk mengembangkan ilmu tentang asuhan
keperawatan pada pasien dengan penyakit Stroke Non Hemoragik.
3) BagiMahasiswa
Sebagai mahasiswa keperawatan diharapkan mampu membuat asuhan
keperawatan dengan baik terhadap penderita penyakit persyarapan terutama
penyakit Stroke Non Hemoragik. Oleh karena itu, mahasiwa keperawatan
juga harus mampu berperan sebagai pendidik dalam hal ini melakukan
penyuluhan ataupun memberikan edukasi kepada pasien maupun keluarga
pasien terutama mengenai tanda-tanda, penanganan dan pencegahannya.
DAFTAR PUSTAKA
Tim Pokja SDKI DPP PPNI Cetakan I 2016 Cetakan II 2017, Standar Diagnosis
Keperawatan Indonesia.Jakarta Selatan.Dewan Pengurus Pusat Persatuan
Perawat Nasional Indonesia.
Tim Pokja SLLKI DPP PPNI Cetakan II 2019. Standar Luaran Keperawatan
Indonesia.Jakarta Selatan Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat
Nasional Indonesia.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI Cetakan II 2019.Standar Intervensi Keperawatan
Indonesia.Jakarta Selatan Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat
Nasional Indonesia.
Ackley BJ, Ladwig GB. Nursing Diagnosis Handbook. An Evidance-Based
Guide to Planning Care. Ninth Edition. United States of Amerika:
Elsevier, 2011.
Israr YA. Stroke. Riau: Faculty of Medicine, 2008. http://case-s-t-r-o-k-e.pdf
Diakses pada 1 Juni 2013.
Kneafsey R: A systematic review of nursing contributions to mobility
rehabilitation: examining the quality and content of the evidence, J Clin
Nurs 16(11c):325-340, 2007.
Kristofer D. Gambaran Profil Lipid Pada Penderita Stroke Di Rumah Sakit Umum
Pusat Haji Adam Malik Medan Tahun 2009. Medan: FK USU, 2010.
http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/21421 Diakses pada 1 Juni
2013.
Mansjoer A, Suprohaita, Wardhani WI, Setiowulan. Kapita Selekta Kedokteran
edisi ketiga jilid 2. Jakarta: Media Aesculapius, 2014.
Nurarif AH, Hardhi K. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosis
Medis dan Nanda Nic Noc. Jilid 2. Yogyakarta: Mediaction, 2013.
Price, Sylvia A, Lorraine MW. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-proses
Penyakit. Jakarta: EGC, 2012.
Ibrahim, H. (2014). No TitleKonsep Stroke Non Hemoragik.
hhtp://eprints.umpo.ac.id
Priadi, S. (2018). Program studi d iii keperawatan sekolah tinggi ilmu kesehatan
perintis padang tahun 2018.