Di susun oleh :
Nuning Pratiwie
( 2021-01-14901-048 )
PEMBIMBING PRAKTIK
LEMBAR PENGESAHAN
PEMBIMBING PRAKTIK
Mengetahui,
Ketua Program Studi Serjana Keperawatan
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa Karena atas
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan pendahuluan
yangberjudul “Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Pada Ny. N
Dengan Diagnosa Medis Stroke Hemoragik Diruang Bougenvile RSUD dr. Doris
Sylvanus Palangka Raya”
Penyusun menyadari tanpa bantuan dari semua pihak maka laporan studi
kasus ini tidak akan selesai sesuai dengan waktu yang diharapkan. Oleh karena
itu, pada kesempatan ini pula penyusun mengucapkan banyak terima kasih
terutama kepada:
1. Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes selaku Ketua STIKES Eka Harap
Palangka Raya.
2. Ibu Meilitha Carolina, Ners., M.Kep selaku ketua program studi Sarjana
Keperawatan.
3. Ibu Isna Wiranti S.Kep.,Ners Selaku Koordinator Program Profesi Ners
Angkatan IX
4. Ibu Dorma Simbolon S.Kep.,Ners selaku pembimbing lahan yang telah
memberikan bantuan dalam proses penyelesaian asuhan keperawatan dan
laporan pendahuluan ini.
5. Bapak Takesi Arisandi, Ners., M. Kep selaku pembimbing akademik yang
telah memberikan bantuan dalam proses penyelesaian asuhan keperawatan
dan laporan pendahuluan ini.
6. Orang tua kami, keluarga kami, dan orang terdekat yang telah memberikan
bimbingan, motivasi dan bantuan kepada saya dalam hal material.
7. Kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan studi
kasus ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan dalam
penulisan studi kasus ini. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan
saran dari semua pihak yang bersifat membangun untuk menyempurnaan
penulisan studi kasus ini. Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih dan
semoga laporan studi kasus ini bermanfaat bagi kita semua.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
LEMBAR PERSETUJUAN i
LEMBAR PENGESAHAN ii
DAFTAR ISI iii
KASUS KEPERAWATAN GAWAT DARURATiv
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 2
1.3 Tujuan Penulisan 2
1.4 Manfaat Penulisan2
BAB 2 PENDAHULUAN
2.1 Konsep Penyakit 3
2.1.1 Definisi 3
2.1.2 Anatomi dan Fisiologi 3
2.1.3Etiologi 6
2.1.4 Klasifikasi 6
2.1.5 Patofisiologi 7
2.1.6 Manifestasi Klinis 10
2.1.7 Komplikasi 10
2.1.8 Pemeriksaan Penunjang 10
2.1.9 Manifestasi Klinis 11
2.2 Manajemen Asuhan Keperawatan 13
2.2.1 Pengkajian 13
2.2.2 Diagnosa Keperawatan 14
2.2.3 Intervensi 16
2.2.4 Implementasi 18
2.2.5 Evaluasi 18
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian 19
3.2 Analisa Data 24
3.3 Prioritas Masalah 26
3.4 Rencana Keperawatan 27
3.5 Implentasi dan Evaluasi 29
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
8) Nervus auditoris
Sifatnya sensori, mensarafi alat pendengar, membawa rangsangan dari
pendengaran dan dari telinga ke otak. Fungsinya sebagai saraf
pendengar.
9) Nervus glosofaringeus
Sifatnya majemuk (sensori dan motoris) mensarafi faring, tonsil dan
lidah, saraf ini dapat membawa rangsangan cita rasa ke otak.
10) Nervus vagus
Sifatnya majemuk (sensoris dan motoris) mengandung saraf-saraf
motorik, sensorik dan parasimpatis faring, laring, paru-paru, esofagus,
gaster intestinum minor, kelenjar-kelenjar pencernaan dalam
abdomen. Fungsinya sebagai saraf perasa.
11) Nervus asesorius
araf ini mensarafi muskulus sternokleidomastoid dan muskulus
trapezium, fungsinya sebagai saraf tambahan.
12) Nervus hipoglosus
Saraf ini mensarafi otot-otot lidah, fungsinya sebagai saraf lidah.
Saraf ini terdapat di dalam sumsum penyambung.
2.2.2.3 Sirkulasi darah otak
2.1.4 Klasifikasi
1. Berdasarkan patologi anatomi dan penyebabnya :
a) Stroke Iskemik.
a. Trancient Ischemic Attack (TIA)
b. Trombosis serebri
c. Emboli serebri
b) Stroke Hemoragik
a. Perdarahan intra serebral
b. Perdarahan subarahnoid
2. Berdasarkan stadium atau pertimbangan waktu :
a. Transcient Ischemic Attack (TIA)
b. Reversible Ischemic Neurologic Deficit (RIND)
c. Stroke in evolution atau progressing stroke
d. Completed stroke
3. Berdasarkan sistem pembuluh darah :
a. Sistem karotis
b. Sistem vertebro-basilar
4. Berdasarkan sindroma klinis yang berhubungan dengan lokasi lesi otak,
Bamford dkk mengemukakan klasifikasi stroke menjadi 4 subtipe :
a. Total Anterior Circulation Infarct (TACI)
b. Partial Anterior Circulation Infarct (PACI)
c. Posterior Circulation Infarct (POCI)
d. Lacunar Infarct (LACI)
Stroke dapat terjadi pada semua golongan usia, tetapi sebagian besar ditemukan
pada usia diatas 55 tahun. Insiden stroke pada usia 80-90 tahun adalah 300 per 10.000
penduduk, dimana mengalami peningkatan 100 kali lipat dibandingkan dengan insiden
stroke pada usia 30-40 tahun sebesar 3 per 10.000 penduduk.11 Data Riskesdas pada
tahun 2013 menunjukkan prevalensi penyakit stroke pada kelompok usia yang
didiagnosis oleh tenaga kesehatan atau dengan gejala meningkat seiring usia yaitu
tertinggi pada usia ≥75 tahun (67,0%). (Kemenkes RI, 2013).
2.1.5 Patofisiologi
Stroke hemoragik terjadi perdarahan yang berasal dari pecahnya arteri
penetrans yang merupakan cabang dari pembuluh darah superfisial dan berjalan
tegak lurus menuju parenkim otak yang di bagian distalnya berupa anyaman
kapiler. Aterosklerosis dapat terjadi dengan bertambahnya umur dan adanya
hipertensi kronik, sehingga sepanjang arteri penetrans terjadi aneurisma kecil-
kecil dengan diameter 1 mm. Peningkatan tekanan darah yang terus menerus akan
mengakibatkan pecahnya aneurisme ini, sehingga dapat terjadi perdarahan dalam
parenkim otak yang bisa mendorong struktur otak dan merembas kesekitarnya
bahkan dapat masuk kedalam ventrikel atau ke ruang intrakranial.
Perdarahan intracranial biasanya disebabkan oleh karena ruptur arteri
serebri. Ekstravasasi darah terjadi di daerah otak dan atau subaraknoid, sehingga
jaringan yang ada disekitarnya akan tergeser dan tertekan. Darah ini sangat
mengiritasi jaringan otak, sehingga dapat mengakibatkan vasospasme pada arteri
di sekitar perdarahan. Spasme ini dapat menyebar ke seluruh hemisfer otak dan
sirkulus willis. Bekuan darah yang semula lunak akhirnya akan larut dan
mengecil. Daerah otak disekitar bekuan darah dapat membengkak dan mengalami
nekrosis, karena kerja enzim-enzim maka bekuan darah akan mencair, sehingga
terbentuk suatu rongga. Sesudah beberapa bulan semua jaringan nekrotik akan
diganti oleh astrosit dan kapiler-kapiler baru sehingga terbentuk jalinan desekitar
rongga tadi. Akhirnya rongga-rongga tersebut terisi oleh astroglia yang
mengalami proliferasi.
Perdarahan subaraknoid sering dikaitkan dengan pecahnya aneurisma.
Kebanyakan aneurisma mengenai sirkulus wilisi. Hipertensi atau gangguan
perdarahan mempermudah kemungkinan terjadinya ruptur, dan sering terdapat
lebih dari satu aneurisma. Gangguan neurologis tergantung letak dan beratnya
perdarahan. Pembuluh yang mengalami gangguan biasanya arteri yang
menembus otak seperti cabang lentikulostriata dari arteri serebri media yang
memperdarahi sebagian dari 3 ganglia basalis dan sebagian besar kapsula interna.
Timbulnya penyakit ini mendadak dan evolusinya dapat cepat dan konstan,
berlangsung beberapa menit, beberapa jam, bahkan beberapa hari.
Gambaran klinis yang sering terjadi antara lain; sakit kepala berat, leher
bagian belakang kaku, muntah, penurunan kesadaran, dan kejang. 90%
menunjukkan adanya darah dalam cairan serebrospinal (bila perdarahan besar dan
atau letak dekat ventrikel), dari semua pasien ini 70-75% akan meninggal dalam
waktu 1-30 hari, biasanya diakibatkan karena meluasnya perdarahan sampai ke
system ventrikel, herniasi lobus temporalis, dan penekanan mesensefalon, atau
mungkin disebabkan karena perembasan darah ke pusat-pusat yang vital.
Penimbunan darah yang cukup banyak (100 ml) di bagian hemisfer serebri
masih dapat ditoleransi tanpa memperlihatkan gejala-gejala klinis yang nyata.
Sedangkan adanya bekuan darah dalam batang otak sebanyak 5 ml saja sudah
dapat mengakibatkan kematian. Bila perdarahan serebri akibat aneurisma yang
pecah biasanya pasien masih muda, dan 20 % mempunyai lebih dari satu
aneurisma.
Gangguan pasokan aliran darah otak dapat terjadi dimana saja di dalam
arteri-arteri yang membentuk sirkulus Willisi : arteria karotis interna dan sistem
vertebrobasilar atau semua cabang-cabangnya. Apabila aliran darah ke jaringan
otak terputus selama 15-20 menit maka akan terjadi infark atau kematian
jaringan. Akan tetapi dalam hal ini tidak semua oklusi di suatu arteri
menyebabkan infark di daerah otak yang diperdarahi oleh arteri tersebut.
Mungkin terdapat sirkulasi kolateral yang memadai di daerah tersebut. Dapat juga
karena keadaan penyakit pada pembuluh darah itu sendiri seperti aterosklerosis
dan trombosis atau robeknya dinding pembuluh darah dan terjadi peradangan,
berkurangnya perfusi akibat gangguan status aliran darah misalnya syok atau
hiperviskositas darah, gangguan aliran darah akibat bekuan atau infeksi pembuluh
ektrakranium dan ruptur vaskular dalam jaringan otak
WOC Stroke Hemoragik (SH)
2.1.6 Manifestasi Klinis
Gejala stroke hemoragik bervariasi tergantung pada lokasi pendarahan dan
jumlah jaringan otak yang terkena. Gejala biasanya muncul tiba-tiba, tanpa
peringatan, dan sering selama aktivitas. Gejala mungkin sering muncul dan
menghilang, atau perlahan-lahan menjadi lebih buruk dari waktu ke waktu.
2.1.7 Komplikasi
Stroke hemoragik dapat menyebabkan :
1) Infark Serebri
2) Gangguan otak yang berat.
3) Kematian bila tidak dapat mengontrol respons pernafasan atau
kardiovaskular.
4) Peningkatan TIK
3.1 Pengkajian
3.1.1 Identitas Klien
Nama : Ny. N
Umur : 42 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku Bangsa : Dayak /Indonesia
Agama : Kristen
Pekerjaan : Swasta
Pendidikan : SMA
Status Perkawinan : Sudah menikah
Alamat : Jl. Tampung Penyang I
Tgl MRS : 11 Oktober 2021
Diagnosa Medis : Stroke Hemoragik
3.1.2 Riwayat Kesehatan/Perawatan
3.1.2.1 Keluhan Utama :
Keluarga mengatakan pasien sakit kepala
3.1.2.2 Riwayat Penyakit Sekarang
Keluarga mengatakan 3 hari sebelum masuk rumah sakit pasien sering
mengeluh sakit kepala saat sedang beristirahat dirumah karena sakit kepala
makin bertambah serta pasien mengalami kelemahan anggota tubuh sebelah
kiri dan mengalami gangguan bicara, lalu oleh keluarga pasien diantar ke
RSUD Doris Sylvanus Palangka Raya pada tanggal 11 Oktober 2021 jam
19.33 wib. Sesampai di IGD pasien dilakukan pemeriksaan TTV dengan TD :
190/110 mmHg, N : 110 x/menit, RR : 23 x/menit, S : 36,7 c dan kesadaran
pasien compos mentis (E4, V5,M6) lalu pasien diberikan terapi pemasangan
oksigen nasal 2 lpm, infus RL 20 tpm ditangan sebalah kanan, Inj Nicardipin
(1 x 10 mg), Inj Citicoline (1 x 125 mg) dan Inj Ondansentron (1 x 4 mg) serta
pasien di lakukan pemeriksan laboratorium. Pasien dirawat di IGD sekitar 3
jam lalu di pindahkan ke ruangan bougenvile untuk dilakukan perawatan lebih
lanjut.
3.1.2.3 Riwayat Penyakit Sebelumnya
Keluarga mengatakan pasien memiliki riwayat penyakit hipertensi, pasien
tidak pernah masuk rumah sakit sebelumnya dan tidak memiliki riwayat operasi.
3.1.2.4 Riwayat Penyakit Keluarga
Keluarga pasien mengatakan tidak ada keluarga yang memiliki riwayat
penyakit stroke hemoragik ataupun hipertensi.
Genogram keluarga
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Meninggal
: Meninggal
: Klien
... : Tinggal Serumah
: Hubungan Keluarga
3.1.3 Pemeriksaan Fisik
3.1.4.1 Keadaan Umum
Keadaan umum pasien tampak lemah, pasien tampak berbaring semi
fowler, bergerak terbatas, tingkat kesadaran pasien compos menthis
(E4,V5,M6), penampilan pasien tampak kurang rapi dan bersih, terpasang
oksigen nasal 2 lpm, terpasang selang NGT, terpasang infus asering 16 tpm
ditangan sebelah kanan,dan terpasang selang kateter.
3.1.3.2 Status Mental
Tingkat kesadaran compos menthis, ekspresi wajah meringis, bentuk badan
sedang, suasana hati sedih, berbicara kurang jelas , fungsi kognitif orientasi waktu
pasien dapat membedakan antara pagi, siang, malam, orientasi orang pasien dapat
mengenali keluarga maupun petugas kesehatan, orientasi tempat pasien mengetahui
bahwa sedang berada di rumah sakit. Insight baik, mekanisme pertahanan diri adaptif.
3.1.3.3 Tanda-tanda Vital
Pada saat pengkajian tanda–tanda vital, tekanan darah 180/90 mmHg, Nadi 95
x/menit, pernapasan 22 x/menit dan suhu 36,5 0C .
3.1.3.4 Pernapasan (Breathing)
Bentuk dada simetris, tidak ada sesak, type pernafasan dada dan perut,
irama pernafasan vesikuler.
3.1.3.5 Cardiovasculer (Bleeding)
Pasien merasakan sakit kepala, CRT <2 detik, ictus cordis terlihat, vena
jugularis tidak meningkat, suara jantung normal S1 lup S2 dup.
Masalah keperawatan: Risiko Perfusi Serebral Tidak Efektif
3.1.3.6 Persyarapan (Brain)
Nilai GCS Eye: 4 (membuka mata spontan), verbal: 5 (orientasi baik dapat
berbicara dengan lancar), motorik: 6 (mematuhi perintas). Total nilai GCS: 15
(Compos Mentis), reflex cahaya kanan dan kiri positif, pasien mengalami
gangguan bicara (Pelo).
Uji Syaraf Kranial : Nervus Kranial I (Olfactorius) Klien mampu mencium bau-
bauan, Nervus Kranial II (Opticus) Klien dapat melihat dengan baik, Nervus Kranial
III (Okulomotoris) Pergerakan pupil baik ketika di beri rangsangan, Nervus Kranial
IV (Troklearis) Pergerakan bola mata ke kiri/kanan baik, Nervus Kranial V
(Trigeminus) Penurunan kemampuan koordinasi mengunyah, Nervus Kranial VI
(Abdusen) Pergerakan bola mata ke arah lateral baik, Nervus Kranial VII (Fasialis)
Wajah asimetris dan otot wajah tertarik ke sisi yang sehat, Nervus Kranial VIII
(Vestibuloakustikus) Klien dapat mendengar bisikan, Nervus Kranial IX
(Glosofaringus) Klien dapat membedakan rasa pahit Nervus Kranial X (vagus)
Kemampuan menelan kurang baik, Nervus Kranial XI (asesouris) Klien dapat
menggerakan bahu, Nervus Kranial XII (hipoglosus) Klien hanya dapat menjulurkan
lidah ke sisi yang sehat. Ekstermitas atas jari ke jari positif, jari ke hidung positif.
Ekstermitas bawah tumit ke jempul kaki positif. Uji kestabilan tubuh negatif.
Keluhan lainnya: keluarga pasien mengatakan anggota badan sebelah kiri pasien
tidak bisa di gerakan dan pasien tidak dapat berbicara dengan jelas.
Masalah keperawatan : - Gangguan Mobilitas Fisik
- Gangguan komunikasi verbal
3.1.3.7 Eliminasi Uri (Bladder)
Produksi urine 850 ml perhari warna kuning bau amonia tidak ada
masalah/lancer.
3.1.3.8 Eliminasi Alvi (Bowel)
Mulut pasien terlihat normal, bibir kering, gigi tampak kotor, gusi
tidak ada peradangan, lidah tampak kotor, tonsil tidak ada peradangan, buang
air besar 2 kali/hari dengan warna kecoklatan dan konsistensi lembek, tidak
ada nyeri, dan tidak ada benjolan.
Masalah keperawatan: Defisit perawatan diri
3.1.3.9 Tulang-Otot-Integumen (Bone)
Kemampuan pergerakan sendi pasien bergerak terbatas, hemiparese sinistra,
ukuran otot simetris uji kekuatan otot kiri 1/1, kanan 5/5 dan tidak ada deformitas
tulang.
Masalah keperawatan: Gangguan Mobilitas fisik
( Nuning Pratiwie )
3.2 Analisa Data
DATA SUBYEKTIF DAN KEMUNGKINAN
MASALAH
DATA OBYEKTIF PENYEBAB
1. DS : Keluarga mengatakan Peningkatan Tekanan Risiko Perfusi
pasien sakit kepala Darah Serebral Tidak
DO : Efektif
- Pasien tampak lemas Pecahnya Pembuluh
- Pasien tampak berbaring Darah Diotak
dengan posisi kepala 30o
Tekanan Pada
- Pasien tampak lemah diatas
Jaringan Otak
tempat tidur
- Kesadaran pasien Compos Peningkatan Tekanan
Mentis (E4V5M6) nilai GCS Intrakranial
Eye: 4 (membuka mata
spontan), verbal: 5 (orientasi Gangguan Aliran
baik dapat berbicaradengan Darah Dan Oksigen
lancar), motorik: 6 (mematuhi Keotak
perintah).
- Pasien memiliki riwayat Risiko Perfusi
hipertensi Serebral Tidak
- TTV : Efektif
TD = 180/90 mmHg
N = 95x/menit
RR = 22x/menit
S = 36,5oC
- Parese Nervus Kranial XII
(hipoglosus)
2. Gangguan mobilitas fisik Setelah diberikan asuhan 1. Identifikasi toleransi fisik 1. Untuk mengetahui
berhubungan dengan keperawatan 1 x 7 jam melakukan ambulasi kemampuan tubuh pasien
kerusakan neuromuscular diharapkan mobilisasi klien dalam melakukan
mengalami peningkatan. ambulasi
Kriteria hasil: 2. Monitor kondisi umum 2. Untuk mengetahui
SLKI L.05042 selama melakukkan seberapa kuat dan
1. Pergerakan ekstermitas : ambulasi mampu pasien
(5) melakukan ambulasi
2. Kekuatan otot : (5) 3. Fasilitasi melakukkan 3. Membantu pasien agar
mobilisasi fisik
3. Rentang gerak ROM : (5) lebih mudah melakukan
4. Gerakan terbatas : (5) mobilisasi fisik
5. Kelemahan fisik : (5) 4. Libatkan keluarga untuk 4. Membantu memberikan
membantu pasien dalam dukungan kepada pasien
meningkatkan Jelaskan
tujuan dan prosedur
ambulasi 5. Agar memulihkan
5. Anjurkan melakukkan kekuatan otot otot tubuh
ambulasi dini pasien yang mengalami
kelemahan
3. Gangguan komunikasi Setelah diberikan asuhan 1. Monitor proses kognitif, 1. Melatih pasien dalam
verbal berhubungan keperawatan selama 1x 7 jam anatomis, dan fisiologis proses berbicara
dengan kehilangan diharapkan kerusakan yang berkaitan dengan
komunikasi verbal klien dapat bicara.
kontrol otot facial atau
teratasi. 2. Modifikasi lingkungan 2. Bertujuan memberikan
oral Kriteria hasil : untuk meminimalkan stimulus komunikasi
SLKI L.13118 bantuan
1. Kemampuan berbicara : (5). 3. Ulangi apa yang 3. Memperjelas apa yang
2. Kemampuan mendengar : disampaikan pasien disampaikan pasien
(5) 4. Berikan dukungan 4. Membantu pasien untuk
3. Kontak mata : (5) psikilogis lebih semangat
4. Pemahaman komunikasi : 5. Anjurkan berbicara 5. Melatih pasien berbicara
(5) perlahan dimulai dengan kata-kata
6. Ajarkan pasien dan yang mudah
keluarga proses kognitif, 6. Melatih pasien dalam
anatomis, dan fisiologis proses berbicara
yang berhubungan dengan
kempuan berbicara
4. Risiko defisit nutrisi Setelah dilakukan asuhan 1. Identifikasi perlunya 1. Penggunaan selang
berhubungan dengan keperawatan 1x7 jam penggunaan selang nasogratik dapat
ketidak mampuan diharapkan risiko defisit nasogastrik membantu terpenuhinya
menelan makanan nutrisi klien
nutrisi pasien membaik
2. Monitor asupan 2. Agar asupan makanan
dengan kriteria hasil: makanan yang dibutuhkan klien
1. Kekuatan otot menelan terpenuhi
meningkat (5) 3. Membantu menambah
2. Indeks masa tubuh 3. Berikan suplemen nafsu makan pada pasien
membaik (5) makanan
3. Frekuensi makan membaik 4. Makanan tinggi serat
4. Berikan makanan tinggi sangat dibutuhkan agar
(5) serat untuk mencegah terhindar dari konstipasi
4. Nafsu makan membaik (5) konstipasi
5. Agar dengan adanya ahli
5. Kolaborasi dengan ahli gizi gizi jumlah kalori dan
untuk menentukan jumlah nutrien yang dibutuhkan
kalori dan jenis nutrien klien terpenuhi
yang dibutuhkan
5. Defisit perawatan diri Setelah dilakukan asuhan 1. Identifikasi kebutuhan 1. Agar dengan adanya
berhubungan dengan keperawatan 1x7 jam alat bantu kebersihan kebutuhan alat bantu
diri, berpakaian, berhias, kebersihan klien dapat
kelemahan otot diharapakan defisit perawatan dan makan terjaga dan dapat
diri pasien membaik dengan melakukan perawatan diri
kritera hasil : 2. Monitor tingkat 2. Agar mengetahui tingkat
1. Minat melakukan perawatan kemandirian kemandirian klien
diri meningkat (5) 3. Sediakan lingkungan 3. Agar dengan adanya
yang terapeutik (mis. lingkungan yang nyaman
2. Mempertahankan
suasana hangat, rileks, klien dapat menjaga
kebersihan diri meningkat
privasi) kebersihan diri dengan
(5)
baik
3. Mempertahankan 4. Jadwalkan rutinitas 4. Dengan adanya jadwal
kebersihan mulut perawatan diri perawatan diri dapat
meningkat (5) 5. Dampingi dalam dilakukan dengan baik
melakukan perawatan 5. Agar dengan didampingi
diri sampai mandiri keluarga maupun
perawat, klien dapat
melalukan perawatan diri
secara mandiri
6. Fasilitasi kemandirian, 6. Agar klien memfasilitasi
bantu jika tidak mampu kemandirian dalam
melakukan perawatan perawatan diri
diri
3.5 Implementasi Dan Evaluasi Keperawata
Hari/Tanggal, Jam Implementasi Keperawatan Evalusi (SOAP) Nama Perawat
Senin, 18 Oktober 2021 Diagnosa 1 : S: Keluarga mengatakan pasien
Jam 12.30 wib 1. Mengidentifikasi penyebab TIK sakit kepala
2. Memonitor status pernapasan O:
3. Meminimalkan stimulus dengan Pasien tampak lemas
menyediakan lingkungan yang Pasien tampak berbaring
tenang dengan posisi kepala 30o
4. Memberikan posisi semi fowler Pasien tampak lemah diatas
5. Berkolaborasi pemberian obat tempat tidur
diuretic Kesadaran pasien Compos
Mentis (E4V5M6) nilai GCS Eye: Nuning Pratiwie
4 (membuka mata spontan),
verbal: 5 (orientasi baik dapat
berbicaradengan lancar),
motorik: 6 (mematuhi perintah).
TTV :
TD = 180/90 mmHg
N = 95x/menit
RR = 22x/menit
S = 36,5oC
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi 1-5
Senin, 18 Oktober 2021 Diagnosa 2 : S : Keluarga mengatakan anggota
Jam 12.35 wib 1. Mengidentifikasi toleransi fisik tubuh sebelah kiri pasien tidak
melakukan ambulasi bisa digerakan
2. Memonitor kondisi umum selama O :
melakukkan ambulasi Pasien tampak berbaring
3. Memfasilitasi melakukkan lemah diatas tempat tidur
mobilisasi fisik Kemampuan pergerakan
4. Libatkan keluarga untuk sendi terbatas
membantu pasien dalam Pasien tampak tidak dapat
meningkatkan Jelaskan tujuan
menggerakan anggota tubuh
dan prosedur ambulasi
sebagian
5. Menganjurkan melakukkan
ambulasi dini Hemiparese sinistra
Uji kekuatan otot ekstremitas
Nuning Pratiwie
kiri 1/1, kanan 5/5
Skala aktivitas 4
(memerlukan bantuan dan
pengawasan orang lain )
TTV :
TD = 180/90 mmHg
N = 95x/menit
RR = 22x/menit
S = 36,5oC
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi 1-5
Senin, 18 Oktober 2021 Diagnos 3 : S : Keluarga mengatakan pasien
Jam 12.40 wib 1. Memonitor proses kognitif, tidak dapat berbicara dengan jelas
anatomis, dan fisiologis yang O :
berkaitan dengan bicara. Pasien tampak lemas
2. Memodifikasi lingkungan untuk Pasien tampak berbaring
meminimalkan bantuan dengan posisi kepala 30o
3. Mengulangi apa yang Pasien tampak lemah diatas
disampaikan pasien tempat tidur
4. Memberikan dukungan Kesadaran pasien Compos
psikilogis Mentis (E4V5M6) nilai GCS Eye:
5. Menganjurkan berbicara perlahan 4 (membuka mata spontan),
6. Mengajarkan pasien dan keluarga verbal: 5 (orientasi baik dapat
proses kognitif, anatomis, dan
berbicara dengan lancar),
fisiologis yang berhubungan
motorik: 6 (mematuhi perintah).
dengan kempuan berbicara
Nervus Kranial XII
(hipoglosus) Klien hanya
dapat menjulurkan lidah ke
Nuning Pratiwie
sisi yang sehat
TTV :
TD = 180/90 mmHg
N = 95x/menit
RR = 22x/menit
SS = 36,5oC
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi 1-6
Senin, 18 Oktober 2021 Diagnosa 4 : S:-
Jam 12.45 wib 1. Mengidentifikasi perlunya O:
penggunaan selang nasogastrik - Pasien tampak lemas
2. Memonitor asupan makanan - Kesadaran pasien Compos
3. Memberikan suplemen Mentis (E4V5M6)
makanan - Pasien tampak
4. Memberikan makanan tinggi sulit menelan
- Tampak terpasang NGT
serat untuk mencegah
konstipasi - Pasien diet cair (susu sonde
5. Berkolaborasi dengan ahli gizi rendah lemak) Nuning Pratiwie
untuk menentukan jumlah kalori - IMT: TB = 155 cm (1,5 m) BB
dan jenis nutrien yang = 55 kg IMT = 22,22 (berat
dibutuhkan badan ideal).
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi 2-5
Tim Pokja SDKI DPP PPNI Cetakan I 2016 Cetakan II 2017, Standar Diagnosis
Keperawatan Indonesia.Jakarta Selatan.Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat
Nasional Indonesia.
Tim Pokja SLLKI DPP PPNI Cetakan II 2019. Standar Luaran Keperawatan
Indonesia.Jakarta Selatan Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia.
Sudoyo, A. W dkk. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III. Edisi IV.
FK-UI. Jakarta. Pusat penerbitan departemen ilmu penyakit dalam FK-UI