Disusun oleh :
SITI NUR AMANAH
2101277028
2. Etiologi
Berikut penyebab dari selulitis, adalah sebagai berikut :
1) Infeksi dan jamur
a) Disebabkan oleh Streptococcus grup A da Staphylococcus aureus
b) Pada bayi yang terkena penyakit ini disebabkan oleh Streptococcus
group B
c) Infeksi dari jamur, tapi infeksi diakibatkan oleh jamur termasuk
jarang
d) S. Pneumonia
2) Penyebab lainnya
a) Gigitan binatang atau bahkan gigitan manusia
b) Kulit kering
c) Eksim
d) Kulit tang terbakar atau melepuh
e) Diabetes militus
f) Obesitas atau kegemukan
g) Pembengkakan yang kronis pada kaki
h) Penyalahgunaan obat-obat terlarang
i) Menurunnya sistem daya tahan tubuh
j) Malnutrisi dan agal ginjal
3. Tanda dan Gejala
Selulitis menyebabkan kemerahan atau peradangan yang terlikalisasi.
Kulit tampak bengkak, merah, licin dosertai nyeri pada saat ditekan dan
teraba acral hangat. Ruam kulit muncul tiba-tiba dan memiliki batas yang
tegas. Adapun gejala lainnya adalah sebagai berikut :
a. Demam
b. Menggigil
c. Sakit kepala
d. Nyeri otot
e. Tidak enak badan
4. Klasifikasi
Menurut Berini, (1999) selulitis dapat digolongkan menjadi :
1) Selulitis Sirkumskripta Serous Akut
Selulitis ini terbatas pada daerah tertentu yaitu satu atau dua
spasiafasial yang tidak jelas batasnya. Infeksi bakteri mengandung
seous, konsistensinya sangat lunak dan spongius.
2) Selulitis Sirkumskripta Supuratif Akut
Prosesnya hampir sama dengan selulitis Sirkumskripta Serous Akut,
hanya infeksi bakteri tersebut mengandung suppurasi yang purulen.
Jika terbentuk eksudat yang purulen mengindikasikan tubuh bertedensi
membatasi penyebaran infeksi dan mekanisme resistensi lokal tubuh
dalam mengntrol infeksi.
3) Selulitis Difus Akut
Dibagi menjadi beberapa kelas, yaitu sebgai beriku :
a. Ludwig’s Angina
b. Selulitis yang berasal dari inframylohyoid
c. Selulitis senator’s difus peripharingeal
d. Selulitis fasialis difus
e. Selulitis Necrotizing
f. Selulitis kronis
Selulitis kronis adalah suatu proses infeksi yang berjalan lambat
karena terbatasnya virulensi bakteri yang berasal dari fokus gigi.
Biasanya terjadi pada pasien selulitis sirkumskripta yang tidak
mendapatkan perawatan yang adekuat atau tanpa dreinase.
g. Selulitis difus yang sering dijumpai
Selulitis difus yang paling sering dijumpai adalah
phlegmone/anginaludwig’s. Angina lugwig’s merupakan suatu
selulitis difus yang mengenai spasia sublingual, submental dan
submandibular bilateral kadang sampai mengenai spasia
pharingeal (Berini, Bresco & Gray, 1999).
5. Patofisiologi dan Pathway
Bakteri patogen yang menembus lapisan luar menimbulkan infeksi
pada permukaan kulit atau menimbulkan peradangan. Penyakit infeksi
sering berjangkit pada orang gemuk, rendah gizi, orang tua dan orang
dengan diabetes militus yang pengobatannya tidak adekuat. Gambaran
klinis eritema lokal pada kulit dan sistem vena serta limfatik pada dua
ektrimitas atas dan bawah. Pada pemeriksaan ditemukan kemerahan
yang berkarakteristik hangat, nyeri saat ditekan, demam dan bakterimia.
Selulitis yang tidak berkomplikasi paling sering disebabkan oleh
streptokokus group A, streptokokus lain atau staphilokokus aereus kecuali,
jika luka yang terkait berkembang bakterimia, etiologi mikrobial pasti sulit
ditentukan, untuk abses likalisa yang mempunai gejala sebagai lesi kultus
pus atau bahan yang diaspirasi diperlukan. Meskipun etiologi abses ini
biasanya adalah stapilokosus, abses ini kadang disebabkan oleh
campuran bakteri aerob dan non aerob yang lebih kompleks. Bau busuk
dan pewarnaan gram pus menunjukan adanya organisasi campuran.
Ulkus kulit yang tidak nyeri sering terjadi. Lesi ini dangkal dan
berindurasi dan dapat mengalami infeksi. Penyebabnya tidak jelas, tetapi
memungkinkan hasil perubahan peradangan benda asing, nekrosis dan
infeksi derajat rendah.
Pathway
Luka, gigitan Rusaknya barier Invasi bakteri strepococus Menyerang kulit dan
serangga epidermal pyogenesis, staphylococus jaringan subkutan
SELULITIS
Respon antigen
Gelisah dan Pengeluaran hasil
Peningkatan antibodi
cemas metabolisme bakteri
permeabilitas kapilaer
Pelepasan
Ansietas mediator kimia Berupa pus yang
Perpindahan cairan
berbau
interstitil
Mobilitas fisik
Hipertermi
6. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan laboratorium
a. CBC (Complete Blood Count) menunjukan kenaikan jumlah leukosit
dan rata-rata sedimentasi eritrosit. Sehingga mengindikasikannya
adanya infeksi bakteri
b. BUN level dan kreatinin level
c. Kultur darah, dilakukan apabila infeksi tergeneralisasi telah diduga
d. Mengkultur dan membuat asupan garam, dilakukan secara terbatas
pada daerah penampakan luka namun sangat membantu pada
area abses atau terdapat bula.
e. Pemeriksaan laboratorium tidak dilakukan, apabila penderita belum
memenuhi beberapa kriteria seperti : area kulit yang terkena kecil,
tidak terasa sakit, tidak ada tanda sistemik dan tidak ada faktor
resiko.
2) Pemeriksaan penunjang
a. Plan-film Radiography, tidak diperlukan pada kasus yang tidak
lengkap
b. CT (Computed tomography) maupun CT keduanya dapat
digunakan saat tata klinis menyarankan subjucent osteomyelitis
c. MRI (Magnetic Resonance Imaging) sangat membantu pada
diagnosis infeksi selulitis akut yang parah, mengidentifikasi
pyomyositis, necrotizing fascitis dan infeksi selulitiss dengan atau
tanpa pembentukan abses pada subkutaneus.
7. Komplikasi
Berikut komplikasi dari selulitis adalah :
1) Gangguan sistemik, septikemia
2) Osteomielitis
3) Artritis septik
4) Hilangnya ketajaman penglihatan (selulitis orbital)
5) Potensial abses otak (selulitis orbital periorbital)
(Cecily, Lynn Betz
8. Penatalaksanaan
1) Penatalaksanaan selulitis secara farmakologi :
a. Pemberian antibiotik
Terdapat beberapa antibiotik yang bisa digunakan untuk mengobati
selulitis. Berikut golongan antibiotik untuk mengobati selulitis
misalnya ; diklosasilin, sefaleksin, trimetoprim, sulfametoksazol,
klindamisin dan dodsisiklin. Sangat penting untuk meminum obat
antibiotik selulitis dengan arahan dokter untuk memastikan bakteri
tidak akan menginfeksi kembali.
b. Ibu profen atau parasetamol untuk meredakan nyeri dan
menurunkan demam
c. Krim aseptik untuk membersihkan luka
2) Penalaksanaan selulitis secara non farmakologi :
a. Mengkonsumsi air putih
b. Menggerakan sendi secara teratur didekat area yang terkena ,
seperti pergelangan kaki untuk mecegah kekakuan atau
pembengkakan
c. Menghindari penekanan pada area terinfeksi
d. Mengkonsumsi makanan atau suplemen vitamin yang mengandung
vit c, e dan probiotik
9. Cara pencegahan
Berikut cara pencegahan dari selulitis :
1) Menjaga kebersihan dengan rutin mencuci tangan dengan sabun dan
air
2) Menjaga kelembapan kulit dengan menggunakan losion
3) Membersihkan luka dengan menggunakan air mengalir dan sabun
4) Menggunakan alas kaki saat berada diluar rumah
5) Memotong kuku dengan berhati-hati untuk menghindari luka
6) Menjaga berat badan ideal dan rutin berolahraga untuk mengurangi
risiko terjadinya limfedema dan obesitas
7) Melakukan pemeriksaan rutin ke dokter jika penderita penyakit yang
bisa melemahkan sistem imun, seperti diabetes militus, leukimia atau
HIV/AIDS
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan keputusan klinik dari respon
individu, keluarga dan masyarakat terhadap kesehatannya baik secara
aktual atau potensial, yang dapat dilihat dari pendidikan dan
pengalamannya perawat secara akuntabilitas dapat mengidentifikasi dan
memberikan intervensi secara tepat untuk mencegah, menjaga,
menurunkan, membatasi serta merubah status kesehatan klien.
Berdasarkan analisis data yang didapat untuk dijadikan diagnosa
keperawatan menggunakan klasifikasi Standar Diagnosa Keperawatan
Indonesia (SDKI) PPNI Indonesia 2017nedisi 1 cetakan III (Revisi), maka
dari itu akan teridentifikasi diagnosa keperawatan yang muncul.
Diagnosa yang mungkin muncul pada klien dengan colik abdomen
antara lain sebagai berikut :
3. Intervensi Keperawatan
Perencanan merupakan petunjuk tertulis yang mencermikan secara
tepat mengenai tindakan yang akan diberikan terhadap klien sesuai
dengan kebutuhannya berdasarkan diagnosa keperawatan. Perencanaan
dapat memberikan kesempatan kepada perawat, klien, keluarga dan
orang terdekat untuk merumuskan rencana tindakan keperawatan yang
tepat untuk menangani masalah kesehatan yang dihadapi klien. Intervensi
yang diberikan diambil dalam Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(SIKI) PPNI edisi I cetakan II tahun 2018.
Terapeutik:
Berikan teknik nonfarmakologi
untuk mengurangi rasa nyeri
Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
Fasilitasi istirahat dan tidur.
Edukasi :
Jelaskan penyebab, periode,
dan pemicu nyeri
Jelaskan strategi meredakan
nyeri
Ajarkan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri.
Kolaborasi :
Kolaborasi pemberian analgetik,
jika perlu
Terapeutik :
fasilitasi aktivitas mobilisasi
dengan alat bantu
fasilitasi melakukan
pergerakan, jika ada
libatkan keluarga untuk
membantu pasien dalam
meningkatkan pergerakan
Edukasi :
Jelaskan tujuan dan prosedur
mobilisasi
Anjurkan melakukan mobilisasi
dini
Ajarkan mobilisasi
sederhana yang harus
dilakukan (mis, duduk di
tempat tidur, duduk di sisi
tempat tidur, pindah dari
tempat tidur ke kursi)
6. Ansietas berhubungan Setelah dilakukan tindakan Reduksi aksietas (I.09314)
dengan ancaman keperawatan selama 3x24 jam Observasi :
terhadao konsep diri diharapkan tingkat ansietas Identifikasi saat tingkat
(D.0080) menurun dengan kriteria hasil : ansietas berubah.
Keluhan pusing Identifikasi kemampuan
menurun. mengambilkeputusan.
Frekuensi nadi menurun. Monitor tanda-tanda ansietas.
Kontak mata membaik.
Terapetik :
(L.09093) Ciptakan suasana terapetik
untuk menumbuhkan
kepercayaan.
Pahami situasi yang membuat
ansietas.
Motivasi mengidentifikasi
situasi yang memicu
kecemasan.
Edukasi :
Jelaskan prosedur, termasuk
sensasi yang mungkin dialami.
Latih teknik relaksasi
Anjurkan mengungkapkan
perasaan dan persepsi.
Kolaborasi :
Kolaborasi pemberian obat
antiansietas, jika perlu
7. Gangguan citra tubuh Setelah dilakukan tindakan Promosi citra tubuh (I.09305)
berhubungan dengan keperawatan selama 3x24 jam Observasi :
perubahan fungsi tubuh diharapkan masalah teratasi Identifikasi perubahan citra
(D.0083) dengan kriteria hasil : tubuh yang mengakibatkan
Hubungan sosial isolasi sosial
membaik Identifikasi harapan citra tubuh
Respon nonverbal berdasarkan tahap
membaik perkembangan
Verbalisasi perasaan Monitor frekuensi pernyataan
negatif tentang kritik terhadap diri sendiri
perubahan tubuh Terapeutik :
menurun Diskusikan perybahan tubuh
(L.09067) dan fungsinya
Diskusikan perbedaan
penampilan fisik terhadap
harga diri
Diskusikan persepsi keluarga
dan pasien tentang perubahan
citra tubuh
Edukasi :
Jelaskan kepada keluarga
tentang perawatan perubahan
citra tubuh
Anjurkan menggunakan alat
bantu
Latih fungsi tubuh yang dimiliki
Latih peningkatan penampilan
diri
Latih pengungkapan
kemampuan diri kepada orang
lain maupun kelompok
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan komponen keempat dari proses keperawatan
setelah merumuskan rencana asuhan keperawatan. Implementasi
merupakan suatu bentuk dari prilaku keperawatan yang sangat diperlukan
untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai dan hasil yang diperkirakan dari
asuhan keperawatan diberikan. Dalam teori, implementasi dari rencana
asuhan keperawatan mengikuti komponen perencanaan dari proses
keperawatan.
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan merupakan bentuk perbandingan yang
terencana dan sistematis antara hasil akhir yang diamati dengan tujuan
atau kriteria hasil yang sudah dibuat pada perencanaan. Evaluasi
dilakukan secara berkesinambungan yang melibatkan klien dan tenaga
kesehatan lainnya (Asmadi, 2008). Perumusan evaluasi keperawatan
meliputi empat komponen yang dikenal dengan istilah SOAP, yakni
subjektif (data berupa keluhan klien), objektif (data hasil pemeriksaan),
analisis data (pembandingan data dengan teori), dan perencanaan.
DAFTAR PUSTAKA
Cecily, Lynn Betz. 2009. Buku Saku Keperawatan Pediatri. Jakarta : Penerbit
Buku Kedokteran EGC
Meidania, N., & Pratiwi, J. N. (2020). Potensi Daun Serai sebagai Terapi
Komplementer pada Selulitis. Jurnal Penelitian Perawat Profesional,
2(2), 163–170. https://doi.org/10.37287/jppp.v2i2.90
Susanto, Made. 2013. Penyakit Kulit dan Kelamin. Jogjakarta : Penerbit Buku
Nuhamedika