Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.K DENGAN MASALAH KASUS


SELULITIS DIRUANG ANGGREK RSUD KOTA BANJAR

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Praktik Belajar Klinik


Program Studi D3 Keperawatan STIKes Muhammadiyah Ciamis

Dosen Pembimbing : H. Dedi Supriadi S.Sos.,S.Kep.,Ners.,M.Kes

Disusun oleh :
SITI NUR AMANAH
2101277028

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH CIAMIS
Jl. Ahmad Dahlan No. 20 Tlp. 0265-77
3052 Fax. 0265-771931 Ciamis 46216
Website : stikesmucis.ac.id
2023
LAPORAN PENDAHULUAN

A. KONSEP DASAR SELULITIS


1. Pengertian
Selulitis berasal dari kata “cellule” yaitu susunan tingkat sel dan kata
”itis” yaitu peradangan yang berarti adanya peradangan yang ternyata
pada suatu peningkatan sel. Pengertian lain selulitis adalah peradangan
akut terutama menyerang jaringan subkutis, biasanya didahului luka atau
trauma dengan dengan penyebab terseringstreptokokus betahemolitikus
dan stafilokokus aureus. Selulitis adalah peradangan pada jaringan kulit
yang mana cenderung meluas merah ke arah samping dan kedalam
(Herry, 1996)
Selulitis merupakan inflamasi jaringan subkutan dimana, proses
inflamasi yang umumnya dianggap sebagai penyebab yaitu dengan
bakteri S. Aureus dan Streptococus. Selulits ini biasanya menyerang kaki,
tapi biasanya terjadi pada wajah, lengan dan area lainnya. Infeksi dapat
terjadi ketika luka dikulit memungkinkan bakteri masuk ke dalamnya.
Infeksi dapat menyebar ke kelenjar getah bening dan aliran darah dengan
cepat dan dapat mengancam jiwa (Arif Muttaqin, 2011).
Selulitis adalah infeksi pada lapisan kulit yang lebih dalam dengan
karakteristik sebagai berikut :
1) Peradangan supuratif sampai dijaringan subkutis
2) Mengenai pembuluh limfe permukaan
3) Plak eritematus, batas tidak jelas dan cepat meluas

2. Etiologi
Berikut penyebab dari selulitis, adalah sebagai berikut :
1) Infeksi dan jamur
a) Disebabkan oleh Streptococcus grup A da Staphylococcus aureus
b) Pada bayi yang terkena penyakit ini disebabkan oleh Streptococcus
group B
c) Infeksi dari jamur, tapi infeksi diakibatkan oleh jamur termasuk
jarang
d) S. Pneumonia
2) Penyebab lainnya
a) Gigitan binatang atau bahkan gigitan manusia
b) Kulit kering
c) Eksim
d) Kulit tang terbakar atau melepuh
e) Diabetes militus
f) Obesitas atau kegemukan
g) Pembengkakan yang kronis pada kaki
h) Penyalahgunaan obat-obat terlarang
i) Menurunnya sistem daya tahan tubuh
j) Malnutrisi dan agal ginjal
3. Tanda dan Gejala
Selulitis menyebabkan kemerahan atau peradangan yang terlikalisasi.
Kulit tampak bengkak, merah, licin dosertai nyeri pada saat ditekan dan
teraba acral hangat. Ruam kulit muncul tiba-tiba dan memiliki batas yang
tegas. Adapun gejala lainnya adalah sebagai berikut :
a. Demam
b. Menggigil
c. Sakit kepala
d. Nyeri otot
e. Tidak enak badan

4. Klasifikasi
Menurut Berini, (1999) selulitis dapat digolongkan menjadi :
1) Selulitis Sirkumskripta Serous Akut
Selulitis ini terbatas pada daerah tertentu yaitu satu atau dua
spasiafasial yang tidak jelas batasnya. Infeksi bakteri mengandung
seous, konsistensinya sangat lunak dan spongius.
2) Selulitis Sirkumskripta Supuratif Akut
Prosesnya hampir sama dengan selulitis Sirkumskripta Serous Akut,
hanya infeksi bakteri tersebut mengandung suppurasi yang purulen.
Jika terbentuk eksudat yang purulen mengindikasikan tubuh bertedensi
membatasi penyebaran infeksi dan mekanisme resistensi lokal tubuh
dalam mengntrol infeksi.
3) Selulitis Difus Akut
Dibagi menjadi beberapa kelas, yaitu sebgai beriku :
a. Ludwig’s Angina
b. Selulitis yang berasal dari inframylohyoid
c. Selulitis senator’s difus peripharingeal
d. Selulitis fasialis difus
e. Selulitis Necrotizing
f. Selulitis kronis
Selulitis kronis adalah suatu proses infeksi yang berjalan lambat
karena terbatasnya virulensi bakteri yang berasal dari fokus gigi.
Biasanya terjadi pada pasien selulitis sirkumskripta yang tidak
mendapatkan perawatan yang adekuat atau tanpa dreinase.
g. Selulitis difus yang sering dijumpai
Selulitis difus yang paling sering dijumpai adalah
phlegmone/anginaludwig’s. Angina lugwig’s merupakan suatu
selulitis difus yang mengenai spasia sublingual, submental dan
submandibular bilateral kadang sampai mengenai spasia
pharingeal (Berini, Bresco & Gray, 1999).
5. Patofisiologi dan Pathway
Bakteri patogen yang menembus lapisan luar menimbulkan infeksi
pada permukaan kulit atau menimbulkan peradangan. Penyakit infeksi
sering berjangkit pada orang gemuk, rendah gizi, orang tua dan orang
dengan diabetes militus yang pengobatannya tidak adekuat. Gambaran
klinis eritema lokal pada kulit dan sistem vena serta limfatik pada dua
ektrimitas atas dan bawah. Pada pemeriksaan ditemukan kemerahan
yang berkarakteristik hangat, nyeri saat ditekan, demam dan bakterimia.
Selulitis yang tidak berkomplikasi paling sering disebabkan oleh
streptokokus group A, streptokokus lain atau staphilokokus aereus kecuali,
jika luka yang terkait berkembang bakterimia, etiologi mikrobial pasti sulit
ditentukan, untuk abses likalisa yang mempunai gejala sebagai lesi kultus
pus atau bahan yang diaspirasi diperlukan. Meskipun etiologi abses ini
biasanya adalah stapilokosus, abses ini kadang disebabkan oleh
campuran bakteri aerob dan non aerob yang lebih kompleks. Bau busuk
dan pewarnaan gram pus menunjukan adanya organisasi campuran.
Ulkus kulit yang tidak nyeri sering terjadi. Lesi ini dangkal dan
berindurasi dan dapat mengalami infeksi. Penyebabnya tidak jelas, tetapi
memungkinkan hasil perubahan peradangan benda asing, nekrosis dan
infeksi derajat rendah.
Pathway

Luka, gigitan Rusaknya barier Invasi bakteri strepococus Menyerang kulit dan
serangga epidermal pyogenesis, staphylococus jaringan subkutan

SELULITIS

Perubahan Vasodilatasi Reaksi inflamasi Menurunnya vesikel


status kesehatan pembuluh darah

Respon antigen
Gelisah dan Pengeluaran hasil
Peningkatan antibodi
cemas metabolisme bakteri
permeabilitas kapilaer
Pelepasan
Ansietas mediator kimia Berupa pus yang
Perpindahan cairan
berbau
interstitil

Edema Mengiritasi Mengangkitfkan neutrofil Verbalisasi perasaan


ujung saraf dan makrofag yang mencerminkan
bebas perubahan pandangan
Penekanan tentang tubuh
pembuluh darah Nyeri saat Pelepasan
ditekan pirogen

Perfusi jaringan Secara sengaja


Penekanan suplai Nyeri akut
terganggu Merangsang menyembunyikan
darah ke jaringan
sel-sel endotel bagian tubuh
hipotalamus
Proses Penurunan suplai Memicu pelepasan
penyembuhan oksigen dan nutrisi prostaglandin Gangguan citra
terganggu tubuh

Nekrosis Penurunan Perfusi jaringan Memicu kerja


jaringan kekuatan otot tidak efektif termostat hipotalamus

Gangguan integritas Kelemahan pada Peningkatan


jaringan otot suhu tubuh

Mobilitas fisik
Hipertermi
6. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan laboratorium
a. CBC (Complete Blood Count) menunjukan kenaikan jumlah leukosit
dan rata-rata sedimentasi eritrosit. Sehingga mengindikasikannya
adanya infeksi bakteri
b. BUN level dan kreatinin level
c. Kultur darah, dilakukan apabila infeksi tergeneralisasi telah diduga
d. Mengkultur dan membuat asupan garam, dilakukan secara terbatas
pada daerah penampakan luka namun sangat membantu pada
area abses atau terdapat bula.
e. Pemeriksaan laboratorium tidak dilakukan, apabila penderita belum
memenuhi beberapa kriteria seperti : area kulit yang terkena kecil,
tidak terasa sakit, tidak ada tanda sistemik dan tidak ada faktor
resiko.
2) Pemeriksaan penunjang
a. Plan-film Radiography, tidak diperlukan pada kasus yang tidak
lengkap
b. CT (Computed tomography) maupun CT keduanya dapat
digunakan saat tata klinis menyarankan subjucent osteomyelitis
c. MRI (Magnetic Resonance Imaging) sangat membantu pada
diagnosis infeksi selulitis akut yang parah, mengidentifikasi
pyomyositis, necrotizing fascitis dan infeksi selulitiss dengan atau
tanpa pembentukan abses pada subkutaneus.

7. Komplikasi
Berikut komplikasi dari selulitis adalah :
1) Gangguan sistemik, septikemia
2) Osteomielitis
3) Artritis septik
4) Hilangnya ketajaman penglihatan (selulitis orbital)
5) Potensial abses otak (selulitis orbital periorbital)
(Cecily, Lynn Betz

8. Penatalaksanaan
1) Penatalaksanaan selulitis secara farmakologi :
a. Pemberian antibiotik
Terdapat beberapa antibiotik yang bisa digunakan untuk mengobati
selulitis. Berikut golongan antibiotik untuk mengobati selulitis
misalnya ; diklosasilin, sefaleksin, trimetoprim, sulfametoksazol,
klindamisin dan dodsisiklin. Sangat penting untuk meminum obat
antibiotik selulitis dengan arahan dokter untuk memastikan bakteri
tidak akan menginfeksi kembali.
b. Ibu profen atau parasetamol untuk meredakan nyeri dan
menurunkan demam
c. Krim aseptik untuk membersihkan luka
2) Penalaksanaan selulitis secara non farmakologi :
a. Mengkonsumsi air putih
b. Menggerakan sendi secara teratur didekat area yang terkena ,
seperti pergelangan kaki untuk mecegah kekakuan atau
pembengkakan
c. Menghindari penekanan pada area terinfeksi
d. Mengkonsumsi makanan atau suplemen vitamin yang mengandung
vit c, e dan probiotik

9. Cara pencegahan
Berikut cara pencegahan dari selulitis :
1) Menjaga kebersihan dengan rutin mencuci tangan dengan sabun dan
air
2) Menjaga kelembapan kulit dengan menggunakan losion
3) Membersihkan luka dengan menggunakan air mengalir dan sabun
4) Menggunakan alas kaki saat berada diluar rumah
5) Memotong kuku dengan berhati-hati untuk menghindari luka
6) Menjaga berat badan ideal dan rutin berolahraga untuk mengurangi
risiko terjadinya limfedema dan obesitas
7) Melakukan pemeriksaan rutin ke dokter jika penderita penyakit yang
bisa melemahkan sistem imun, seperti diabetes militus, leukimia atau
HIV/AIDS

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
Pengkajian merupakan dasar utama atau langkah awal dari proses
keperawatan secara keseluruhan dan merupakan suatu proses yang
sistemis dan pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk
mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan pasien. Pada tahap
ini semua data dan informasi tentang klien yang dibutuhkan, dikumpulkan
dan dianalisa untuk menentukan diagnosa keperawatan. Adapun langkah-
langkah dalam pengkajian adalah sebagai berikut :
a. Identitas Klien meliputi nama, umur, berat badan, jenis kelamin, tanggal
lahir, alamat, suku bangsa, agama, nama orangtua, pekerjaan dan
no.telepon.
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama
keluhan yang dirasakan sebelum MrS dan setelah MRS. Biasanya
mengeluh nyeri pada bagian kaki.
2) Riwayat Kesehatan Sekarang, Meliputi lamanya keluhan
Sejak kapan keluhan timbul, lokasi, kualitas dan faktor yang
mempengaruhi dan memperberat keluhan sehingga harus dibawa
kerumah sakit.
3) Riwayat Kesehatan Dahulu
Apakah klien mempunyai riwayat penyakit tertentu seperti, inflamasi
peritonium,appendisititis dan pankreasitis.
4) Riwayat penyakit keluarga
Apakah klien mempunyai riwayat kesehatan yang menular atau
penyakit yang serius.
c. Pola kesehatan
1) Pola persepsi
Perubahan penatalaksanaan dan pemeliharaan kesehatan
sehingga dapat menimbulkan perawatan diri.
2) Pola nutrisi dan metabolisme
Terjadi gangguan nutrisi karena merasakan nyeri sehingga tidak
mengganggu aktivitasnya.
3) Pola eliminasi
Terjadi gangguan karena tidak toleran terhadap makanan
sehingga tidak terjadi konstipasi.
4) Pola aktivitas
Akan terjadi kelemahan dan keletihan
5) Pola reproduksi dan seksual
Tidak terjadi dalam gangguan reproduksi dan seksual.
6) Pola nilai kepercayaan
Tidak terjadi gangguan pada pola nilai kepercayaan.

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan keputusan klinik dari respon
individu, keluarga dan masyarakat terhadap kesehatannya baik secara
aktual atau potensial, yang dapat dilihat dari pendidikan dan
pengalamannya perawat secara akuntabilitas dapat mengidentifikasi dan
memberikan intervensi secara tepat untuk mencegah, menjaga,
menurunkan, membatasi serta merubah status kesehatan klien.
Berdasarkan analisis data yang didapat untuk dijadikan diagnosa
keperawatan menggunakan klasifikasi Standar Diagnosa Keperawatan
Indonesia (SDKI) PPNI Indonesia 2017nedisi 1 cetakan III (Revisi), maka
dari itu akan teridentifikasi diagnosa keperawatan yang muncul.
Diagnosa yang mungkin muncul pada klien dengan colik abdomen
antara lain sebagai berikut :

Tabel 1. Diagnosa Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan SDKI


1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera (D.0077)
fisik
2. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit (D.0130)
3. Gangguan integritas jaringan/kulit berhubungan (D.0129)
dengan kerusakan kulit atau jaringan
4. Perfusi jaringan tidak efektif berhubungan dengan (D.0009)
kurang informasi tentang proses penyakit
5. Mobilitas fisik berhubungan dengan keterbatasan (D.0054)
dalam gerakan fisik
6. Ansietas berhubungan dengan ancaman terhadap (D.0080)
konsep diri
7. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan (D.0083)
perubahan fungsi tubuh
Sumber : Buku Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI) PPNI Indonesia
2017 edisi 1 cetakan III (revisi).

3. Intervensi Keperawatan
Perencanan merupakan petunjuk tertulis yang mencermikan secara
tepat mengenai tindakan yang akan diberikan terhadap klien sesuai
dengan kebutuhannya berdasarkan diagnosa keperawatan. Perencanaan
dapat memberikan kesempatan kepada perawat, klien, keluarga dan
orang terdekat untuk merumuskan rencana tindakan keperawatan yang
tepat untuk menangani masalah kesehatan yang dihadapi klien. Intervensi
yang diberikan diambil dalam Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(SIKI) PPNI edisi I cetakan II tahun 2018.

Tabel 2. Diagnosa, Luaran dan Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan Standar Luaran Keperawatan Intervensi Keperawatan


(SDKI) (SLKI) (SIKI)
1. Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri
dengan agen pencedera keperawatan 3x24 jam (I.08238)
fisik (D.0077) diharapkan tingkat nyeri Observasi:
menurun, dengan kriteria hasil:  Identifikasi lokasi, karakteristik,
 Keluhan nyeri menurun durasi, frekuensi, kualitas,
 Meringis menurun intensitas nyeri
 Gelisah menurun  Identifikasi skala nyeri
 Kesulitan tidur menurun  Identifikasi respons nyeri non
(L.08066) verbal
 Identifikasi faktor yang
memperberat dan memperingan
nyeri

Terapeutik:
 Berikan teknik nonfarmakologi
untuk mengurangi rasa nyeri
 Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
 Fasilitasi istirahat dan tidur.

Edukasi :
 Jelaskan penyebab, periode,
dan pemicu nyeri
 Jelaskan strategi meredakan
nyeri
 Ajarkan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri.

Kolaborasi :
 Kolaborasi pemberian analgetik,
jika perlu

2. Hipertermi berhubungan Setelah dilakukan tindakan Manajemen hipertermia (I.15506)


dengan proses penyakit keperawatan selama 3x24 jam Observasi :
(D.0130) diharapkan suhu dalam rentang  Identifikasi penyebab nyeri
normal, dengan kriteri hasil:  Monitor suhu tubuh
 Termoregulasi membaik  Monitor kadar elektrolit
 Kulit merah menurun  .Monitor haluaran urine
 suhu kulit menurun Terapeutik:
 Suhu tubuh membaik  Sediakan ingkungan yang
(L.14134) dingin
 Longgarkan atau lepaskan
pakaian
 Basahi dan kipasi permukaan
tubuh
 Berikan cairan oral
 Ganti linen setiap hari.
 Lakukan pendidingan eksternal
 Batasi oksigen, jika perlu
Edukasi:
 Anjurkan tirah baring
Kolaborasi:
 Kolaborasi cairan dan elektrolit
intravena, jika perlu
3. Gangguan integritas Setelah dilakukan tindakan Perawatan integritas kulit
jaringan/kulit keperawatan selama 3x24 jam (I.11353)
berhubungan dengan diharapkaniintegritas kulit Observasi :
kerusakan kulit atau menurun dengan kriteria hasil:  Identifikasi penyebab integritas
jaringan (D.0129)  Suhu kulit membaik kulit
 Hidrasi menurun.
Terapetik :
 Tekstrur membaik.
 Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah
(L.14125) baring.
 Hindari produk berbahan dasar
alkohol pada kulit kering.
Edukasi :
 Anjurkan minum air yang cukup.
 Anjurkan menggunakan
pelembab.
 Anjurkan menghindari terpapar
suhu ekstrem.

4. Perfusi jaringan tidak Perfusi perifer (L.02011) Perawatan Sirkulasi (I.02079)


efektif berhubungan Setelah dilakukan tindakan Observasi:
dengan kurang keperawatan 3x24 jam  Periksa sirkulasi perifer
informasi tentang diharapkan perfusi perifer  Identifikasi faktor risiko
proses penyakit (D.0009) meningkat, dengan kriteria hasil: gangguan sirkulasi
 Warna kulit pucat menurun  Monitor panas, kemerahan,
 Edema perifer menurun nyeri, atau bengkak pada
 Kelemahan otot menurun ekstremitas
 Pengisian kapiler membaik Terapeutik :
 Akral membaik  Hindari pemasangan infus
 Turgor kulit membaik atau pengambilan darah di
(L.02011) area keterbatasan perfusi
 Hindari pengukuran tekanan
darah pada ekstremitas
dengan keterbatasan perfusi
 Hindari penekanan dan
pemasangan torniquet pada
area yang cedera
 Lakukan pencegahan infeksi
 Lakukan hidrasi
Edukasi :
 Anjurkan berhenti merokok
 Anjurkan berolahraga rutin
 Anjurkan menggunakan obat
penurun tekanan darah,
antikoagulan, dan penurun
kolestrol, jika perlu
 Anjurkan untuk melakukan
perawatan kulit yang tepat
 Anjurkan program diet untuk
memperbaiki sirkulasi
 Informasikan tanda dan gejala
darurat yang harus dilaporkan

5. Mobilitas fisik Setelah dilakukan intervensi Dukungan mobilisasi (I.05173)


berhubungan dengan keperawatan selama 3x24 jam Tindakan :
keterbatasan dalam diharaopakn mobilitas fisik Observasi :
gerakan fisik (D.0054) meningkat dengan kriteria  Identifikasi adanya nyeri atau
Hasil: keluhan fisik lainnya
 Pergerakan ekstremitas  Identifikasi toleransi fisik saat
meningkat (skala 5) melakukan pergerakan
 Kekuatan otot meningkat  monitor frekuensi jantung dan
(skala 5) tekanan darah sebelum
 Rentang gerak (ROM) melakukan atau memulai
meningkat (skala 5) mobilisasi
(L.05042)  monitor kondisi umum selama
melakukan mobilisasi

Terapeutik :
 fasilitasi aktivitas mobilisasi
dengan alat bantu
 fasilitasi melakukan
pergerakan, jika ada
 libatkan keluarga untuk
membantu pasien dalam
meningkatkan pergerakan

Edukasi :
 Jelaskan tujuan dan prosedur
mobilisasi
 Anjurkan melakukan mobilisasi
dini
 Ajarkan mobilisasi
sederhana yang harus
dilakukan (mis, duduk di
tempat tidur, duduk di sisi
tempat tidur, pindah dari
tempat tidur ke kursi)
6. Ansietas berhubungan Setelah dilakukan tindakan Reduksi aksietas (I.09314)
dengan ancaman keperawatan selama 3x24 jam Observasi :
terhadao konsep diri diharapkan tingkat ansietas  Identifikasi saat tingkat
(D.0080) menurun dengan kriteria hasil : ansietas berubah.
 Keluhan pusing  Identifikasi kemampuan
menurun. mengambilkeputusan.
 Frekuensi nadi menurun.  Monitor tanda-tanda ansietas.
 Kontak mata membaik.
Terapetik :
(L.09093)  Ciptakan suasana terapetik
untuk menumbuhkan
kepercayaan.
 Pahami situasi yang membuat
ansietas.
 Motivasi mengidentifikasi
situasi yang memicu
kecemasan.
Edukasi :
 Jelaskan prosedur, termasuk
sensasi yang mungkin dialami.
 Latih teknik relaksasi
 Anjurkan mengungkapkan
perasaan dan persepsi.
Kolaborasi :
 Kolaborasi pemberian obat
antiansietas, jika perlu
7. Gangguan citra tubuh Setelah dilakukan tindakan Promosi citra tubuh (I.09305)
berhubungan dengan keperawatan selama 3x24 jam Observasi :
perubahan fungsi tubuh diharapkan masalah teratasi  Identifikasi perubahan citra
(D.0083) dengan kriteria hasil : tubuh yang mengakibatkan
 Hubungan sosial isolasi sosial
membaik  Identifikasi harapan citra tubuh
 Respon nonverbal berdasarkan tahap
membaik perkembangan
 Verbalisasi perasaan  Monitor frekuensi pernyataan
negatif tentang kritik terhadap diri sendiri
perubahan tubuh Terapeutik :
menurun  Diskusikan perybahan tubuh
(L.09067) dan fungsinya
 Diskusikan perbedaan
penampilan fisik terhadap
harga diri
 Diskusikan persepsi keluarga
dan pasien tentang perubahan
citra tubuh
Edukasi :
 Jelaskan kepada keluarga
tentang perawatan perubahan
citra tubuh
 Anjurkan menggunakan alat
bantu
 Latih fungsi tubuh yang dimiliki
 Latih peningkatan penampilan
diri
 Latih pengungkapan
kemampuan diri kepada orang
lain maupun kelompok

4. Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan komponen keempat dari proses keperawatan
setelah merumuskan rencana asuhan keperawatan. Implementasi
merupakan suatu bentuk dari prilaku keperawatan yang sangat diperlukan
untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai dan hasil yang diperkirakan dari
asuhan keperawatan diberikan. Dalam teori, implementasi dari rencana
asuhan keperawatan mengikuti komponen perencanaan dari proses
keperawatan.
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan merupakan bentuk perbandingan yang
terencana dan sistematis antara hasil akhir yang diamati dengan tujuan
atau kriteria hasil yang sudah dibuat pada perencanaan. Evaluasi
dilakukan secara berkesinambungan yang melibatkan klien dan tenaga
kesehatan lainnya (Asmadi, 2008). Perumusan evaluasi keperawatan
meliputi empat komponen yang dikenal dengan istilah SOAP, yakni
subjektif (data berupa keluhan klien), objektif (data hasil pemeriksaan),
analisis data (pembandingan data dengan teori), dan perencanaan.
DAFTAR PUSTAKA

Axton, Sharon.2013. Rencana Asuhan Keperawatan Pediatrik. Jakarta :


Penerbit Buku Kedokteran EGC

Cecily, Lynn Betz. 2009. Buku Saku Keperawatan Pediatri. Jakarta : Penerbit
Buku Kedokteran EGC

Meidania, N., & Pratiwi, J. N. (2020). Potensi Daun Serai sebagai Terapi
Komplementer pada Selulitis. Jurnal Penelitian Perawat Profesional,
2(2), 163–170. https://doi.org/10.37287/jppp.v2i2.90

Padila. 2012. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jogjakarta : Penerbit


Buku Nuhamedika

Pearce, Evelyn C. 2015. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta:


PT Gramedia Pustaka Utama

Susanto, Made. 2013. Penyakit Kulit dan Kelamin. Jogjakarta : Penerbit Buku
Nuhamedika

Smeltzer, Suzanne C. 2015. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.


Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC
PPNI. (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator
Diagnostik, Edisi 1 Cetakan III (Revisi), Jakarta: PPNI.
PPNI. (2017). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria
Hasil Keperawatan, Edisi 1 Cetakan II. Jakarta: PPNI.
PPNI. (2017). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan
Tindakan Keperawatan, Edisi 1 Cetakan I. Jakarta: PPNI.

Anda mungkin juga menyukai