SELULITIS
Oleh :
Maria M. W
NIM : 111222024
2. Etiologi
Berikut penyebab dari selulitis, adalah sebagai berikut :
1) Infeksi dan jamur
a) Disebabkan oleh Streptococcus grup A da Staphylococcus aureus
b) Pada bayi yang terkena penyakit ini disebabkan oleh Streptococcus group
B
c) Infeksi dari jamur, tapi infeksi diakibatkan oleh jamur termasuk
jarang
d) S. Pneumonia
2) Penyebab lainnya
a) Gigitan binatang atau bahkan gigitan manusia
b) Kulit kering
c) Eksim
d) Kulit tang terbakar atau melepuh
e) Diabetes militus
f) Obesitas atau kegemukan
g) Pembengkakan yang kronis pada kaki
h) Penyalahgunaan obat-obat terlarang
i) Menurunnya sistem daya tahan tubuh
j) Malnutrisi dan agal ginjal
3. Tanda dan Gejala
Selulitis menyebabkan kemerahan atau peradangan yang terlikalisasi. Kulit
tampak bengkak, merah, licin dosertai nyeri pada saat ditekan dan teraba acral
hangat. Ruam kulit muncul tiba-tiba dan memiliki batas yang tegas. Adapun
gejala lainnya adalah sebagai berikut :
a. Demam
b. Menggigil
c. Sakit kepala
d. Nyeri otot
e. Tidak enak badan
4. Klasifikasi
Menurut Berini, (1999) selulitis dapat digolongkan menjadi :
1) Selulitis Sirkumskripta Serous Akut
Selulitis ini terbatas pada daerah tertentu yaitu satu atau dua spasiafasial
yang tidak jelas batasnya. Infeksi bakteri mengandung seous, konsistensinya
sangat lunak dan spongius.
2) Selulitis Sirkumskripta Supuratif Akut
Prosesnya hampir sama dengan selulitis Sirkumskripta Serous Akut, hanya
infeksi bakteri tersebut mengandung suppurasi yang purulen. Jika terbentuk
eksudat yang purulen mengindikasikan tubuh bertedensi
membatasi penyebaran infeksi dan mekanisme resistensi lokal tubuh dalam
mengntrol infeksi.
3) Selulitis Difus Akut
Dibagi menjadi beberapa kelas, yaitu sebgai beriku :
a. Ludwig’s Angina
b. Selulitis yang berasal dari inframylohyoid
c. Selulitis senator’s difus peripharingeal
d. Selulitis fasialis difus
e. Selulitis Necrotizing
f. Selulitis kronis
Selulitis kronis adalah suatu proses infeksi yang berjalan lambat karena
terbatasnya virulensi bakteri yang berasal dari fokus gigi. Biasanya
terjadi pada pasien selulitis sirkumskripta yang tidak mendapatkan
perawatan yang adekuat atau tanpa dreinase.
g. Selulitis difus yang sering dijumpai
Selulitis difus yang paling sering dijumpai adalah
phlegmone/anginaludwig’s. Angina lugwig’s merupakan suatu selulitis
difus yang mengenai spasia sublingual, submental dan submandibular
bilateral kadang sampai mengenai spasia pharingeal (Berini, Bresco &
Gray, 1999).
5. Patofisiologi dan Pathway
Bakteri patogen yang menembus lapisan luar menimbulkan infeksi pada
permukaan kulit atau menimbulkan peradangan. Penyakit infeksi sering
berjangkit pada orang gemuk, rendah gizi, orang tua dan orang dengan diabetes
militus yang pengobatannya tidak adekuat. Gambaran klinis eritema lokal pada
kulit dan sistem vena serta limfatik pada dua ektrimitas atas dan bawah. Pada
pemeriksaan ditemukan kemerahan yang berkarakteristik hangat, nyeri saat
ditekan, demam dan bakterimia.
Selulitis yang tidak berkomplikasi paling sering disebabkan oleh
streptokokus group A, streptokokus lain atau staphilokokus aereus kecuali,
jika luka yang terkait berkembang bakterimia, etiologi mikrobial pasti sulit
ditentukan, untuk abses likalisa yang mempunai gejala sebagai lesi kultus pus
atau bahan yang diaspirasi diperlukan. Meskipun etiologi abses ini biasanya
adalah stapilokosus, abses ini kadang disebabkan oleh campuran bakteri aerob
dan non aerob yang lebih kompleks. Bau busuk dan pewarnaan gram pus
menunjukan adanya organisasi campuran.
Ulkus kulit yang tidak nyeri sering terjadi. Lesi ini dangkal dan berindurasi
dan dapat mengalami infeksi. Penyebabnya tidak jelas, tetapi memungkinkan
hasil perubahan peradangan benda asing, nekrosis dan infeksi derajat rendah.
Pathway
Luka, gigitan Rusaknya barier Invasi bakteri strepococus Menyerang kulit dan
serangga epidermal pyogenesis, staphylococus jaringan subkutan
SELULITIS
Perubahan Vasodilatasi
status kesehatan pembuluh darah Reaksi inflamasi Menurunnya vesikel
Respon antigen
Gelisah dan Pengeluaran hasil
Peningkatan antibodi
cemas metabolisme bakteri
permeabilitas kapilaer
Pelepasan
Ansietas mediator kimia Berupa pus yang
Perpindahan cairan
berbau
interstitil
7. Komplikasi
Berikut komplikasi dari selulitis adalah :
1) Gangguan sistemik, septikemia
2) Osteomielitis
3) Artritis septik
4) Hilangnya ketajaman penglihatan (selulitis orbital)
8. Penatalaksanaan
1) Penatalaksanaan selulitis secara farmakologi :
a. Pemberian antibiotik
Terdapat beberapa antibiotik yang bisa digunakan untuk mengobati
selulitis. Berikut golongan antibiotik untuk mengobati selulitis misalnya ;
diklosasilin, sefaleksin, trimetoprim, sulfametoksazol, klindamisin dan
dodsisiklin. Sangat penting untuk meminum obat antibiotik selulitis
dengan arahan dokter untuk memastikan bakteri tidak akan menginfeksi
kembali.
b. Ibu profen atau parasetamol untuk meredakan nyeri dan menurunkan
demam
c. Krim aseptik untuk membersihkan luka
2) Penalaksanaan selulitis secara non farmakologi :
a. Mengkonsumsi air putih
b. Menggerakan sendi secara teratur didekat area yang terkena , seperti
pergelangan kaki untuk mecegah kekakuan atau pembengkakan
c. Menghindari penekanan pada area terinfeksi
d. Mengkonsumsi makanan atau suplemen vitamin yang mengandung vit c,
e dan probiotik
9. Cara pencegahan
Berikut cara pencegahan dari selulitis :
1) Menjaga kebersihan dengan rutin mencuci tangan dengan sabun dan air
2) Menjaga kelembapan kulit dengan menggunakan losion
3) Membersihkan luka dengan menggunakan air mengalir dan sabun
4) Menggunakan alas kaki saat berada diluar rumah
5) Memotong kuku dengan berhati-hati untuk menghindari luka
ini semua data dan informasi tentang klien yang dibutuhkan, dikumpulkan dan
dianalisa untuk menentukan diagnosa keperawatan. Adapun langkah-
langkah dalam pengkajian adalah sebagai berikut :
a. Identitas Klien meliputi nama, umur, berat badan, jenis kelamin, tanggal
lahir, alamat, suku bangsa, agama, nama orangtua, pekerjaan dan no.telepon.
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama
keluhan yang dirasakan sebelum MrS dan setelah MRS. Biasanya
mengeluh nyeri pada bagian kaki.
2) Riwayat Kesehatan Sekarang, Meliputi lamanya keluhan
Sejak kapan keluhan timbul, lokasi, kualitas dan faktor yang
mempengaruhi dan memperberat keluhan sehingga harus dibawa
kerumah sakit.
3) Riwayat Kesehatan Dahulu
Apakah klien mempunyai riwayat penyakit tertentu seperti, inflamasi
peritonium,appendisititis dan pankreasitis.
4) Riwayat penyakit keluarga
Apakah klien mempunyai riwayat kesehatan yang menular atau
penyakit yang serius.
c. Pola kesehatan
1) Pola persepsi
Perubahan penatalaksanaan dan pemeliharaan kesehatan sehingga
dapat menimbulkan perawatan diri.
2) Pola nutrisi dan metabolisme
Terjadi gangguan nutrisi karena merasakan nyeri sehingga tidak
mengganggu aktivitasnya.
3) Pola eliminasi
Terjadi gangguan karena tidak toleran terhadap makanan sehingga
tidak terjadi konstipasi.
4) Pola aktivitas
Akan terjadi kelemahan dan keletihan
5) Pola reproduksi dan seksual
Tidak terjadi dalam gangguan reproduksi dan seksual.
6) Pola nilai kepercayaan
Tidak terjadi gangguan pada pola nilai kepercayaan.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan keputusan klinik dari respon individu,
keluarga dan masyarakat terhadap kesehatannya baik secara aktual atau
potensial, yang dapat dilihat dari pendidikan dan pengalamannya perawat secara
akuntabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara tepat
untuk mencegah, menjaga, menurunkan, membatasi serta merubah status
kesehatan klien. Berdasarkan analisis data yang didapat untuk dijadikan
diagnosa
keperawatan menggunakan klasifikasi Standar Diagnosa Keperawatan
Indonesia (SDKI) PPNI Indonesia 2017nedisi 1 cetakan III (Revisi), maka
dari itu akan teridentifikasi diagnosa keperawatan yang muncul.
Diagnosa yang mungkin muncul pada klien dengan colik abdomen antara lain
sebagai berikut :
3. Intervensi Keperawatan
Perencanan merupakan petunjuk tertulis yang mencermikan secara tepat
mengenai tindakan yang akan diberikan terhadap klien sesuai dengan
kebutuhannya berdasarkan diagnosa keperawatan. Perencanaan dapat
memberikan kesempatan kepada perawat, klien, keluarga dan orang terdekat
untuk merumuskan rencana tindakan keperawatan yang tepat untuk menangani
masalah kesehatan yang dihadapi klien. Intervensi yang diberikan diambil dalam
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(L.08066)
vv e r ba l
I Id e n t if ikasi faktor
yang memperberat dan
memperingan nyeri
Terapeutik:
Berikan teknik nonfarmakologi
untuk mengurangi rasa nyeri
Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
Fasilitasi istirahat dan tidur.
Edukasi :
Jelaskan penyebab, periode, dan
pemicu nyeri
Jelaskan strategi meredakan
nyeri
Ajarkan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri.
Kolaborasi :
Kolaborasi pemberian analgetik,
jika perlu
GGL aknutki ali ne pne snedtidaipn ghanri .eksternal
Batasi oksigen, jika perlu
Edukasi:
Anjurkan tirah baring
Kolaborasi:
Kolaborasi cairan dan elektrolit
intravena, jika perlu
Setelah dilakukan tindakan
3. Gangguan integritas Perawatan integritas kulit
jaringan/kulit berhubungan keperawatan selama 3x24 jam (I.11353)
dengan diharapkaniintegritas kulit Observasi :
kerusakan kulit atau menurun dengan kriteria hasil: Identifikasi penyebab integritas
jaringan (D.0129) • Suhu kulit membaik kulit
• Hidrasi menurun.
• Tekstrur membaik. Terapetik :
(L.14125)
Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah
baring.
Hindari produk berbahan dasar
alkohol pada kulit kering.
Edukasi :
4. Perfusi jaringan tidak efektif Perfusi perifer (L.02011) Setelah Perawatan Sirkulasi (I.02079)
berhubungan dengan kurang dilakukan tindakan Observasi:
informasi tentang keperawatan 3x24 jam Periksa sirkulasi perifer
Lakukan hidrasi
Edukasi :
Anjurkan berhenti merokok
Terapeutik :
fasilitasi aktivitas mobilisasi
dengan alat bantu
fasilitasi melakukan
pergerakan, jika ada
libatkan keluarga untuk
membantu pasien dalam
meningkatkan pergerakan
Edukasi :
Jelaskan tujuan dan prosedur
mobilisasi
Anjurkan melakukan mobilisasi
dini
Ajarkan mobilisasi
sederhana yang harus
dilakukan (mis, duduk di
tempat tidur, duduk di sisi
tid u r ,
Setelah dilakukan tindakan tempat tid ur k e
6. Ansietas berhubungan dengan
keperawatan selama 3x24 jam kpuinrsdia) h dari Reduksi aksietas
ancaman terhadao konsep diri
(D.0080) diharapkan tingkat ansietas menurun (I.09314) Observasi :
dengan kriteria hasil : Identifikasi saat tingkat
• Keluhan pusing ansietas berubah.
menurun. Identifikasi kemampuan
• Frekuensi nadi menurun. mengambilkeputusan.
• Kontak mata membaik. Monitor tanda-tanda ansietas.
(L.09093) Terapetik :
Edukasi :
n tu
at ih fungsi tubuh yang dimiliki
Latih peningkatan penampilan
diri
Latih pengungkapan
kemampuan diri kepada orang
lain maupun kelompok
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan komponen keempat dari proses keperawatan setelah
merumuskan rencana asuhan keperawatan. Implementasi merupakan suatu
bentuk dari prilaku keperawatan yang sangat diperlukan untuk mencapai tujuan
yang ingin dicapai dan hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan
diberikan. Dalam teori, implementasi dari rencana asuhan keperawatan
mengikuti komponen perencanaan dari proses keperawatan.
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan merupakan bentuk perbandingan yang terencana dan
sistematis antara hasil akhir yang diamati dengan tujuan atau kriteria hasil yang
sudah dibuat pada perencanaan. Evaluasi dilakukan secara berkesinambungan
yang melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya (Asmadi, 2008). Perumusan
evaluasi keperawatan meliputi empat komponen yang dikenal dengan istilah
SOAP, yakni subjektif (data berupa keluhan klien), objektif (data hasil
pemeriksaan), analisis data (pembandingan data dengan teori), dan perencanaan.
DAFTAR PUSTAKA
Cecily, Lynn Betz. 2009. Buku Saku Keperawatan Pediatri. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC
Meidania, N., & Pratiwi, J. N. (2020). Potensi Daun Serai sebagai Terapi
Komplementer pada Selulitis. Jurnal Penelitian Perawat Profesional , 2 (2),
163–170. https://doi.org/10.37287/jppp.v2i2.90
Padila. 2012. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jogjakarta : Penerbit Buku
Nuhamedika
Susanto, Made. 2013. Penyakit Kulit dan Kelamin. Jogjakarta : Penerbit Buku
Nuhamedika