Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

SELULITIS

Oleh :
Maria M. W
NIM : 111222024

PROGRAM PROFESI KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PERTAMEDIKA
TAHUN 2024
LAPORAN PENDAHULUAN

A. KONSEP DASAR SELULITIS


1. Pengertian
Selulitis berasal dari kata “cellule” yaitu susunan tingkat sel dan kata ”itis”
yaitu peradangan yang berarti adanya peradangan yang ternyatapada suatu
peningkatan sel. Pengertian lain selulitis adalah peradangan akut
terutama menyerang jaringan subkutis, biasanya didahului luka atau
trauma dengan dengan penyebab terseringstreptokokus betahemolitikus dan
stafilokokus aureus. Selulitis adalah peradangan pada jaringan kulit yang mana
cenderung meluas merah ke arah samping dan kedalam (Herry, 1996)
Selulitis merupakan inflamasi jaringan subkutan dimana, proses inflamasi
yang umumnya dianggap sebagai penyebab yaitu dengan bakteri S. Aureus dan
Streptococus. Selulits ini biasanya menyerang kaki, tapi biasanya terjadi pada
wajah, lengan dan area lainnya. Infeksi dapat terjadi ketika luka dikulit
memungkinkan bakteri masuk ke dalamnya. Infeksi dapat menyebar ke kelenjar
getah bening dan aliran darah dengan cepat dan dapat mengancam jiwa (Arif
Muttaqin, 2011).
Selulitis adalah infeksi pada lapisan kulit yang lebih dalam dengan
karakteristik sebagai berikut :
1) Peradangan supuratif sampai dijaringan subkutis
2) Mengenai pembuluh limfe permukaan
3) Plak eritematus, batas tidak jelas dan cepat meluas

2. Etiologi
Berikut penyebab dari selulitis, adalah sebagai berikut :
1) Infeksi dan jamur
a) Disebabkan oleh Streptococcus grup A da Staphylococcus aureus
b) Pada bayi yang terkena penyakit ini disebabkan oleh Streptococcus group
B
c) Infeksi dari jamur, tapi infeksi diakibatkan oleh jamur termasuk
jarang
d) S. Pneumonia
2) Penyebab lainnya
a) Gigitan binatang atau bahkan gigitan manusia
b) Kulit kering
c) Eksim
d) Kulit tang terbakar atau melepuh
e) Diabetes militus
f) Obesitas atau kegemukan
g) Pembengkakan yang kronis pada kaki
h) Penyalahgunaan obat-obat terlarang
i) Menurunnya sistem daya tahan tubuh
j) Malnutrisi dan agal ginjal
3. Tanda dan Gejala
Selulitis menyebabkan kemerahan atau peradangan yang terlikalisasi. Kulit
tampak bengkak, merah, licin dosertai nyeri pada saat ditekan dan teraba acral
hangat. Ruam kulit muncul tiba-tiba dan memiliki batas yang tegas. Adapun
gejala lainnya adalah sebagai berikut :
a. Demam
b. Menggigil
c. Sakit kepala
d. Nyeri otot
e. Tidak enak badan

4. Klasifikasi
Menurut Berini, (1999) selulitis dapat digolongkan menjadi :
1) Selulitis Sirkumskripta Serous Akut
Selulitis ini terbatas pada daerah tertentu yaitu satu atau dua spasiafasial
yang tidak jelas batasnya. Infeksi bakteri mengandung seous, konsistensinya
sangat lunak dan spongius.
2) Selulitis Sirkumskripta Supuratif Akut
Prosesnya hampir sama dengan selulitis Sirkumskripta Serous Akut, hanya
infeksi bakteri tersebut mengandung suppurasi yang purulen. Jika terbentuk
eksudat yang purulen mengindikasikan tubuh bertedensi
membatasi penyebaran infeksi dan mekanisme resistensi lokal tubuh dalam
mengntrol infeksi.
3) Selulitis Difus Akut
Dibagi menjadi beberapa kelas, yaitu sebgai beriku :
a. Ludwig’s Angina
b. Selulitis yang berasal dari inframylohyoid
c. Selulitis senator’s difus peripharingeal
d. Selulitis fasialis difus
e. Selulitis Necrotizing
f. Selulitis kronis
Selulitis kronis adalah suatu proses infeksi yang berjalan lambat karena
terbatasnya virulensi bakteri yang berasal dari fokus gigi. Biasanya
terjadi pada pasien selulitis sirkumskripta yang tidak mendapatkan
perawatan yang adekuat atau tanpa dreinase.
g. Selulitis difus yang sering dijumpai
Selulitis difus yang paling sering dijumpai adalah
phlegmone/anginaludwig’s. Angina lugwig’s merupakan suatu selulitis
difus yang mengenai spasia sublingual, submental dan submandibular
bilateral kadang sampai mengenai spasia pharingeal (Berini, Bresco &
Gray, 1999).
5. Patofisiologi dan Pathway
Bakteri patogen yang menembus lapisan luar menimbulkan infeksi pada
permukaan kulit atau menimbulkan peradangan. Penyakit infeksi sering
berjangkit pada orang gemuk, rendah gizi, orang tua dan orang dengan diabetes
militus yang pengobatannya tidak adekuat. Gambaran klinis eritema lokal pada
kulit dan sistem vena serta limfatik pada dua ektrimitas atas dan bawah. Pada
pemeriksaan ditemukan kemerahan yang berkarakteristik hangat, nyeri saat
ditekan, demam dan bakterimia.
Selulitis yang tidak berkomplikasi paling sering disebabkan oleh
streptokokus group A, streptokokus lain atau staphilokokus aereus kecuali,
jika luka yang terkait berkembang bakterimia, etiologi mikrobial pasti sulit
ditentukan, untuk abses likalisa yang mempunai gejala sebagai lesi kultus pus
atau bahan yang diaspirasi diperlukan. Meskipun etiologi abses ini biasanya
adalah stapilokosus, abses ini kadang disebabkan oleh campuran bakteri aerob
dan non aerob yang lebih kompleks. Bau busuk dan pewarnaan gram pus
menunjukan adanya organisasi campuran.
Ulkus kulit yang tidak nyeri sering terjadi. Lesi ini dangkal dan berindurasi
dan dapat mengalami infeksi. Penyebabnya tidak jelas, tetapi memungkinkan
hasil perubahan peradangan benda asing, nekrosis dan infeksi derajat rendah.
Pathway

Luka, gigitan Rusaknya barier Invasi bakteri strepococus Menyerang kulit dan
serangga epidermal pyogenesis, staphylococus jaringan subkutan

SELULITIS

Perubahan Vasodilatasi
status kesehatan pembuluh darah Reaksi inflamasi Menurunnya vesikel

Respon antigen
Gelisah dan Pengeluaran hasil
Peningkatan antibodi
cemas metabolisme bakteri
permeabilitas kapilaer
Pelepasan
Ansietas mediator kimia Berupa pus yang
Perpindahan cairan
berbau
interstitil

Mengiritasi Mengangkitfkan neutrofil Verbalisasi perasaan


Edema
ujung sara dan makroag yang mencerminkan
perubahan pandangan tentang tubuh
Penekanan
pembuluh darah Nyeri saat Pelepasan
pirogen

Perusi jaringan terganggu Penekanan suplai Nyeri akut Secara sengaja


Merangsang menyembunyikan
darah ke jaringan
sel-sel endotel bagian tubuh

Penurunan suplai Memicu pelepasan


Proses
oksigen dan nutrisi prostaglandin
penyembuhan Gangguan citra tubuh

Nekrosis Penurunan Perfusi jaringan Memicu kerja


tidak efektif termostat hipotalamus
kekuatan otot
jaringan

Kelemahan pada Peningkatan


Gangguan integritas suhu tubuh
otot
jaringan

Mobilitas fisik Hipertermi


6. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan laboratorium
a. CBC (Complete Blood Count) menunjukan kenaikan jumlah leukosit dan
rata-rata sedimentasi eritrosit. Sehingga mengindikasikannya adanya
infeksi bakteri
b. BUN level dan kreatinin level
c. Kultur darah, dilakukan apabila infeksi tergeneralisasi telah diduga
d. Mengkultur dan membuat asupan garam, dilakukan secara terbatas pada
daerah penampakan luka namun sangat membantu pada area abses atau
terdapat bula.
e. Pemeriksaan laboratorium tidak dilakukan, apabila penderita belum
memenuhi beberapa kriteria seperti : area kulit yang terkena kecil, tidak
terasa sakit, tidak ada tanda sistemik dan tidak ada faktor resiko.
2) Pemeriksaan penunjang
a. Plan-film Radiography, tidak diperlukan pada kasus yang tidak lengkap
b. CT (Computed tomography) maupun CT keduanya dapat

c. dMigRuI n a(Mkaang snaeatitc t atRae ksloinnisa nm c e e n


yIamraangkinagn) susbajnugcaetn t mosetmeobmanyetuli tispada
diagnosis infeksi selulitis akut yang parah, mengidentifikasi pyomyositis,
necrotizing fascitis dan infeksi selulitiss dengan atau tanpa pembentukan
abses pada subkutaneus.

7. Komplikasi
Berikut komplikasi dari selulitis adalah :
1) Gangguan sistemik, septikemia
2) Osteomielitis
3) Artritis septik
4) Hilangnya ketajaman penglihatan (selulitis orbital)

5) Potensial abses otak (selulitis orbital periorbital)


(Cecily, Lynn Betz

8. Penatalaksanaan
1) Penatalaksanaan selulitis secara farmakologi :
a. Pemberian antibiotik
Terdapat beberapa antibiotik yang bisa digunakan untuk mengobati
selulitis. Berikut golongan antibiotik untuk mengobati selulitis misalnya ;
diklosasilin, sefaleksin, trimetoprim, sulfametoksazol, klindamisin dan
dodsisiklin. Sangat penting untuk meminum obat antibiotik selulitis
dengan arahan dokter untuk memastikan bakteri tidak akan menginfeksi
kembali.
b. Ibu profen atau parasetamol untuk meredakan nyeri dan menurunkan
demam
c. Krim aseptik untuk membersihkan luka
2) Penalaksanaan selulitis secara non farmakologi :
a. Mengkonsumsi air putih
b. Menggerakan sendi secara teratur didekat area yang terkena , seperti
pergelangan kaki untuk mecegah kekakuan atau pembengkakan
c. Menghindari penekanan pada area terinfeksi
d. Mengkonsumsi makanan atau suplemen vitamin yang mengandung vit c,
e dan probiotik

9. Cara pencegahan
Berikut cara pencegahan dari selulitis :
1) Menjaga kebersihan dengan rutin mencuci tangan dengan sabun dan air
2) Menjaga kelembapan kulit dengan menggunakan losion
3) Membersihkan luka dengan menggunakan air mengalir dan sabun
4) Menggunakan alas kaki saat berada diluar rumah
5) Memotong kuku dengan berhati-hati untuk menghindari luka

6) Mriseiknoja tgearj abdeinrayta blimadfaedne imdeaa dl adna onb reustitna

sberolahraga untuk mengurangi


7) Melakukan pemeriksaan rutin ke dokter jika penderita penyakit yang bisa
melemahkan sistem imun, seperti diabetes militus, leukimia atau HIV/AIDS

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
Pengkajian merupakan dasar utama atau langkah awal dari proses
keperawatan secara keseluruhan dan merupakan suatu proses yang sistemis dan
pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan
mengidentifikasi status kesehatan pasien. Pada tahap

ini semua data dan informasi tentang klien yang dibutuhkan, dikumpulkan dan
dianalisa untuk menentukan diagnosa keperawatan. Adapun langkah-
langkah dalam pengkajian adalah sebagai berikut :
a. Identitas Klien meliputi nama, umur, berat badan, jenis kelamin, tanggal
lahir, alamat, suku bangsa, agama, nama orangtua, pekerjaan dan no.telepon.
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama
keluhan yang dirasakan sebelum MrS dan setelah MRS. Biasanya
mengeluh nyeri pada bagian kaki.
2) Riwayat Kesehatan Sekarang, Meliputi lamanya keluhan
Sejak kapan keluhan timbul, lokasi, kualitas dan faktor yang
mempengaruhi dan memperberat keluhan sehingga harus dibawa
kerumah sakit.
3) Riwayat Kesehatan Dahulu
Apakah klien mempunyai riwayat penyakit tertentu seperti, inflamasi
peritonium,appendisititis dan pankreasitis.
4) Riwayat penyakit keluarga
Apakah klien mempunyai riwayat kesehatan yang menular atau
penyakit yang serius.
c. Pola kesehatan
1) Pola persepsi
Perubahan penatalaksanaan dan pemeliharaan kesehatan sehingga
dapat menimbulkan perawatan diri.
2) Pola nutrisi dan metabolisme
Terjadi gangguan nutrisi karena merasakan nyeri sehingga tidak
mengganggu aktivitasnya.
3) Pola eliminasi
Terjadi gangguan karena tidak toleran terhadap makanan sehingga
tidak terjadi konstipasi.
4) Pola aktivitas
Akan terjadi kelemahan dan keletihan
5) Pola reproduksi dan seksual
Tidak terjadi dalam gangguan reproduksi dan seksual.
6) Pola nilai kepercayaan
Tidak terjadi gangguan pada pola nilai kepercayaan.

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan keputusan klinik dari respon individu,
keluarga dan masyarakat terhadap kesehatannya baik secara aktual atau
potensial, yang dapat dilihat dari pendidikan dan pengalamannya perawat secara
akuntabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara tepat
untuk mencegah, menjaga, menurunkan, membatasi serta merubah status
kesehatan klien. Berdasarkan analisis data yang didapat untuk dijadikan
diagnosa
keperawatan menggunakan klasifikasi Standar Diagnosa Keperawatan
Indonesia (SDKI) PPNI Indonesia 2017nedisi 1 cetakan III (Revisi), maka
dari itu akan teridentifikasi diagnosa keperawatan yang muncul.
Diagnosa yang mungkin muncul pada klien dengan colik abdomen antara lain
sebagai berikut :

Tabel 1. Diagnosa Keperawatan

No Diagnosa K eperawatan SDKI


1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (D.0077)
2. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit (D.0130)
3. Gangguan integritas jaringan/kulit berhubungan (D.0129)

4. Pd enrfguasni jkaeriunsgakna nti dkauklit eafteakut ijfa (D.0009)


rbinegrhaunbungan dengan kurang informasi tentang
proses penyakit
5. Mobilitas fisik berhubungan dengan keterbatasan dalam (D.0054)
gerakan fisik
6. Ansietas berhubungan dengan ancaman terhadap konsep (D.0080)
diri
7. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan (D.0083)
perubahan fungsi tubuh
Sumber : Buku Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI) PPNI Indonesia 2017
edisi 1 cetakan III (revisi).

3. Intervensi Keperawatan
Perencanan merupakan petunjuk tertulis yang mencermikan secara tepat
mengenai tindakan yang akan diberikan terhadap klien sesuai dengan
kebutuhannya berdasarkan diagnosa keperawatan. Perencanaan dapat
memberikan kesempatan kepada perawat, klien, keluarga dan orang terdekat
untuk merumuskan rencana tindakan keperawatan yang tepat untuk menangani
masalah kesehatan yang dihadapi klien. Intervensi yang diberikan diambil dalam
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia

(SIKI) PPNI edisi I cetakan II tahun 2018.


Tabel 2. Diagnosa, Luaran dan Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan Standar Luaran Keperawatan Intervensi Keperawatan


(SDKI) (SLKI) (SIKI)
1. Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri
dengan agen pencedera fisik keperawatan 3x24 jam diharapkan (I.08238)
(D.0077) tingkat nyeri menurun, dengan Observasi:
kriteria hasil:  Identifikasi lokasi, karakteristik,
• Keluhan nyeri menurun durasi, frekuensi, kualitas,
• Meringis menurun intensitas nyeri
Identifikasi skala nyeri
• Gelisah menurun 

Identifikasi respons nyeri non


• Kesulitan tidur menurun 

(L.08066)
vv e r ba l
 I Id e n t if ikasi faktor
yang memperberat dan
memperingan nyeri

Terapeutik:
 Berikan teknik nonfarmakologi
untuk mengurangi rasa nyeri
 Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
 Fasilitasi istirahat dan tidur.

Edukasi :
 Jelaskan penyebab, periode, dan
pemicu nyeri

Jelaskan strategi meredakan
nyeri
 Ajarkan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri.

Kolaborasi :
 Kolaborasi pemberian analgetik,
jika perlu

2. Hipertermi berhubungan Setelah dilakukan tindakan Manajemen hipertermia (I.15506)


dengan proses penyakit keperawatan selama 3x24 jam Observasi :
(D.0130) diharapkan suhu dalam rentang  Identifikasi penyebab nyeri
normal, dengan kriteri hasil:  Monitor suhu tubuh
• Termoregulasi membaik  Monitor kadar elektrolit
• Kulit merah menurun  .Monitor haluaran urine
• suhu kulit menurun Terapeutik:
Suhu tubuh membaik  Sediakan ingkungan yang
(L.14134) dingin
 Longgarkan atau lepaskan
pakaian
 Basahi dan kipasi permukaan
tubuh
 Berikan cairan oral


GGL aknutki ali ne pne snedtidaipn ghanri .eksternal
 Batasi oksigen, jika perlu
Edukasi:
 Anjurkan tirah baring
Kolaborasi:
 Kolaborasi cairan dan elektrolit
intravena, jika perlu
Setelah dilakukan tindakan
3. Gangguan integritas Perawatan integritas kulit
jaringan/kulit berhubungan keperawatan selama 3x24 jam (I.11353)
dengan diharapkaniintegritas kulit Observasi :
kerusakan kulit atau menurun dengan kriteria hasil:  Identifikasi penyebab integritas
jaringan (D.0129) • Suhu kulit membaik kulit
• Hidrasi menurun.
• Tekstrur membaik. Terapetik :

(L.14125) 
Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah
baring.
 Hindari produk berbahan dasar
alkohol pada kulit kering.
Edukasi :

 Anjurkan minum air yang cukup.


 Anjurkan menggunakan
pelembab.
 Anjurkan menghindari terpapar
suhu ekstrem.

4. Perfusi jaringan tidak efektif Perfusi perifer (L.02011) Setelah Perawatan Sirkulasi (I.02079)
berhubungan dengan kurang dilakukan tindakan Observasi:
informasi tentang keperawatan 3x24 jam Periksa sirkulasi perifer

diharapkan perfusi perifer Identifikasi faktor risiko



proses penyakit (D.0009) meningkat, dengan kriteria hasil: gangguan sirkulasi
• Warna kulit pucat menurun Monitor panas, kemerahan,

• Edema perifer menurun nyeri, atau bengkak pada


• Kelemahan otot menurun ekstremitas
• Pengisian kapiler membaik Terapeutik :
• Akral membaik Hindari pemasangan infus

• Turgor kulit membaik atau pengambilan darah di


(L.02011) area keterbatasan perfusi

dd Hainradha rpi apdean


geukksutrreamn itteaksanan
dengan keterbatasan perfusi
Hindari penekanan dan

pemasangan torniquet pada


area yang cedera
Lakukan pencegahan infeksi

Lakukan hidrasi

Edukasi :
Anjurkan berhenti merokok

Anjurkan berolahraga rutin


Anjurkan menggunakan obat


penurun tekanan darah,


antikoagulan, dan penurun
kolestrol, jika perlu

Anjurkan untuk melakukan
perawatan kulit yang tepat
 Anjurkan program diet untuk
memperbaiki sirkulasi
 Informasikan tanda dan gejala
darurat yang harus dilaporkan

5. Mobilitas fisik Setelah dilakukan intervensi Dukungan mobilisasi (I.05173) Tindakan :


berhubungan dengan keperawatan selama 3x24 jam Observasi :
keterbatasan dalam gerakan diharaopakn mobilitas fisik Identifikasi adanya nyeri atau
fisik (D.0054) meningkat dengan kriteria Hasil: keluhan fisik lainnya
Pergerakan ekstremitas
• Identifikasi toleransi fisik saat
meningkat (skala 5) melakukan pergerakan
Kekuatan otot meningkat
• monitor frekuensi jantung dan
(skala 5) tekanan darah sebelum
Rentang gerak (ROM)
• melakukan atau memulai
meningkat (skala 5) mobilisasi
(L.05042) monitor kondisi umum selama
melakukan mobilisasi

Terapeutik :
 fasilitasi aktivitas mobilisasi
dengan alat bantu
 fasilitasi melakukan
pergerakan, jika ada
 libatkan keluarga untuk
membantu pasien dalam
meningkatkan pergerakan

Edukasi :
 Jelaskan tujuan dan prosedur
mobilisasi
 Anjurkan melakukan mobilisasi
dini
 Ajarkan mobilisasi
sederhana yang harus
dilakukan (mis, duduk di
tempat tidur, duduk di sisi

tid u r ,
Setelah dilakukan tindakan tempat tid ur k e
6. Ansietas berhubungan dengan
keperawatan selama 3x24 jam kpuinrsdia) h dari Reduksi aksietas
ancaman terhadao konsep diri
(D.0080) diharapkan tingkat ansietas menurun (I.09314) Observasi :
dengan kriteria hasil :  Identifikasi saat tingkat
• Keluhan pusing ansietas berubah.
menurun.  Identifikasi kemampuan
• Frekuensi nadi menurun. mengambilkeputusan.
• Kontak mata membaik.  Monitor tanda-tanda ansietas.

(L.09093) Terapetik :

 Ciptakan suasana terapetik


untuk menumbuhkan
kepercayaan.
 Pahami situasi yang membuat
ansietas.
 Motivasi mengidentifikasi
situasi yang memicu kecemasan.

Edukasi :

 Jelaskan prosedur, termasuk


sensasi yang mungkin dialami.
 Latih teknik relaksasi
 Anjurkan mengungkapkan
perasaan dan persepsi.
Kolaborasi :
7. Gangguan citra tubuh Kolaborasi pemberian obat
berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan
perubahan fungsi tubuh keperawatan selama 3x24 jam antiansietas, jika perlu
Promosi citra tubuh (I.09305)
(D.0083) diharapkan masalah teratasi dengan Observasi :
kriteria hasil :  Identifikasi perubahan citra
• Hubungan sosial tubuh yang mengakibatkan
membaik isolasi sosial
• Respon nonverbal  Identifikasi harapan citra tubuh
membaik berdasarkan tahap
• Verbalisasi perasaan negatif perkembangan
tentang perubahan tubuh  Monitor frekuensi pernyataan
menurun kritik terhadap diri sendiri
(L.09067) Terapeutik :
Diskusikan perybahan tubuh
dan fungsinya
Diskusikan perbedaan
penampilan fisik terhadap
harga diri
 Diskusikan persepsi keluarga
dan pasien tentang perubahan
citra tubuh
Edukasi :
 Jelaskan kepada keluarga
tentang perawatan perubahan
citra tubuh
 Anjurkan menggunakan alat

n tu
 at ih fungsi tubuh yang dimiliki
 Latih peningkatan penampilan
diri
 Latih pengungkapan
kemampuan diri kepada orang
lain maupun kelompok

4. Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan komponen keempat dari proses keperawatan setelah
merumuskan rencana asuhan keperawatan. Implementasi merupakan suatu
bentuk dari prilaku keperawatan yang sangat diperlukan untuk mencapai tujuan
yang ingin dicapai dan hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan
diberikan. Dalam teori, implementasi dari rencana asuhan keperawatan
mengikuti komponen perencanaan dari proses keperawatan.
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan merupakan bentuk perbandingan yang terencana dan
sistematis antara hasil akhir yang diamati dengan tujuan atau kriteria hasil yang
sudah dibuat pada perencanaan. Evaluasi dilakukan secara berkesinambungan
yang melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya (Asmadi, 2008). Perumusan
evaluasi keperawatan meliputi empat komponen yang dikenal dengan istilah
SOAP, yakni subjektif (data berupa keluhan klien), objektif (data hasil
pemeriksaan), analisis data (pembandingan data dengan teori), dan perencanaan.
DAFTAR PUSTAKA

Axton, Sharon.2013. Rencana Asuhan Keperawatan Pediatrik. Jakarta : Penerbit


Buku Kedokteran EGC

Cecily, Lynn Betz. 2009. Buku Saku Keperawatan Pediatri. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC

Meidania, N., & Pratiwi, J. N. (2020). Potensi Daun Serai sebagai Terapi
Komplementer pada Selulitis. Jurnal Penelitian Perawat Profesional , 2 (2),
163–170. https://doi.org/10.37287/jppp.v2i2.90

Padila. 2012. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jogjakarta : Penerbit Buku
Nuhamedika

Pearce, Evelyn C. 2015. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: PT


Gramedia Pustaka Utama

Susanto, Made. 2013. Penyakit Kulit dan Kelamin. Jogjakarta : Penerbit Buku
Nuhamedika

Smeltzer, Suzanne C. 2015. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.


Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC
PPNI. (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator
Diagnostik, Edisi 1 Cetakan III (Revisi), Jakarta: PPNI.
PPNI. (2017). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1 Cetakan II. Jakarta: PPNI.
PPNI. (2017). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan
Keperawatan, Edisi 1 Cetakan I. Jakarta: PPNI.

Anda mungkin juga menyukai