Anda di halaman 1dari 12

BAB I

LAPORAN PENDAHULUAN SELULITIS PEDIS


A. KOSEP DASAR
1. Definisi
Selulitis adalah infeksi streptokokus, stapilokokus akut dari kulit dan jaringan
subkutan biasanya disebabkan oleh invasi bakteri melalui suatu area yang robek pada
kulit, meskipun demikian hal ini dapat terjadi tanpa bukti sisi entri dan biasanya
terjadi pada ekstrimitas bawah.
Selulitis adalah peradangan akut terutama menyerang jaringan subkutis, biasanya
didahului luka atau trauma dengan penyebab tersering stretokokus betahemolitikus
dan stfilokokus aureus. Selulitis adalah peradangan pada jaringan kulit yang mana
cenderung meluas kearah samping dan kedalam.
Jadi selulitis adalaah infeksi pada lapisan kulit yang lebih dalam yang disebabkan
oleh bakteri stapilokokus aureus, strepkokus grup A dan streptokokus piogenes.
Dengan karakteristik sebagai berikut :
a. Peradangan supuratif sampai di jaringa subkutis
b. Mengenai pembulug limfe permukaan
c. Plak eritus, batas tidak jelas dan cepat meluas
2. Etiologi
Penyebab dari selulitis menurut isselbachler (2009;634) adalah bakteri streptokokus
grupA,
Streptokokus piogenes dan stapilokokus aureus,
Penyakit selutitis dapat disebabkan oleh:
a. Infeksi bbakteri dan jamur:
1. Disebabkan oleh streptococcus grup A dan staphylococcus aureus
2. Pada bayi yang terkena penyakit ini disebabkan oleh streptococcus grup B
3. Infeksi dari jamur, tapi infeksi yang diakibatkan jamur termasuk jarang
aeromonas hydrophilia.
4. S. pneumoniae (pneumococcus)
b. Penyebab lain:
1. Gigitan binatang, serangga, atau bahkan gigitan manusia.
2. Kulit kering
3. Eksim
4. Kulit yang terbakar atau melepuh
5. Diabetes
6. Obesitas atau kegemukan
7. Pembekakan yang kronis pada kaki
8. Penyalahgunaan obat-obatan terlarang
9. Menurunnya daya tahan
10. Cacar air
11. Malnutrisi
12. Gagal ginjal
3. Tanda Gejala
Selulitis menyebabkan kemerahan atau peradangan yang terlokalisasi. Kulit tampak
merah, bengkak, licin disertai nyeri tekan dan teraba hangat. Ruam kulit muncul
secara tiba-tiba dan memiliki batas yang tegas. Bisa disertai memar dan lepuhan
lepuhan kecil.
Gejala lainnya adalah:
a. Demam
b. Menggigil
c. Sakit kepala
d. Nyeri otot
e. Tidak enak badan
Manifestasi klinis selulitis adalah kerusakan kronik pada kulit system vena dan
limfatik pada kedua ekstrimitas, kelainan kulit berupa infiltrate difus subkutan,
eritema local, nyeri yang cepat menyebar dan infitrasi ke jaringan di bawahnya,
bengkak, merah dan hangat, nyeri tekan, supurasi dan lekositosis.
4. Klasifikasi
Selulitis dapat digolongkan menjadi
a. Selulitis sirkumskripta serous akut
Selulitas yang terbatas pada daerah tertentu yaitu satu atau dua spasia fasial, yang
tidak jelas batasannya. Infeksi bakteri mengandung serous, konsistennya sangat
lunak dan spongius. Penamaannya berdasarkan ruang anatomi atau spesia yang
terlibat.
b. Selulitis sirkumkripta supuratif akut
Prosesnya hamper sama dengan selulitis sirkumkripta serous akut, hanya infeksi
bakteri tersebut juga mengandung suppurasi yang perulen. Penamaan berdasarkan
spesia yang dikenainya. Jika terbentuk eksudat yang perulen, mengidentifikasikan
tubuh bertendensi membatasi penyebaran infeksi dan mekanisme resistensi lokal
tubuh dalam mengontrol infeksi.
c. Selulitis difus akut
Dibagi lagi menjadi beberapa kelas, yaitu:
1. Ludwig’s Angina
2. Selulitas yang berasal dari inframylohyoid
3. Selulitis senator’s Difuse Peripharingeal
4. Selulitis Fasial Difus
5. Fasciitis Necrotizing dan gambaran atypical lainnya
6. Selulitis Kronis
Selulitis kronis adalah suatu proses infeksi yang berjalan lambat karena
terbatasnya virulensi bakteri yang berasal dari focus gigi. Biasanya terjadi
pada pasien dengan selulitis sirkumskripta yang tidak mendapatkan perawatan
yang adekuat atau tanpa drainase.
7. Selulitis Difus yang sering dijumpai
Selulitis difus yang paling sering dijumpai adalah phlegmone/Angina
Ludwig’s Angina Ludwig’s merupakan suatu selulitis difus yang mengenai
spasia sublingual, submental dan submandibular bilateral, kadang-kadang
sampai mengenai satu sisi/ unilateral disebut pseudophlegmon.
5. Patofisiologi
Bakteri pathogen yang menembus lapisan luar menimbulkan infeksi pada
permukaan kulit atau menimbulkan peradangan. Penyakit infeksi pada permukaan
kulit atau menimbullkan peradangan. Penyakit infeksi sering terjangkit pada orang
gemuk, rendah gizi, orang tua dan pada orang diabetes melitus yang pengobatannya
tidak adekuat.
Gambaran klinis eritema lokal pada kulit pada kulit dan system vena serta limfatik
pada kedua ekstrimitas atas dan bawah, pada pemeriksaan ditemukan kemerahan
yang karakteristik hangat, nyeri tekan, demam dan bakterimia.
Selulitis yang tidak berkomplikasi paling sering disebabkan oleh streptokokus
grup A, streptokokus lain atau staphilokokus aerous, kecuali jika luka yang terkait
berkembang bakterimia, etiologi microbial yang pasti sulit di tentukan, untuk abses
lokalisata yang mempunyai gejala sebagai lesi kultur pus atau bahan yang diaspirasi
diperlukan. Meskipun etiologi abses ini biasanya adalah stapilokokus, abses ini
kadang disebabkan oleh campuran bakteri aerob dan anaerob yang lebih kompleks.
Bau busuk dan pewarnaan gram pus menunjukkan adanya organisme campuran.
Ulkus kulit yang tidak nyeri sering terjadi. Lesi ini dangkal dan berindurasi dan
dapat mengalami infeksi. Etiologinya tidak jelas, teapi mungkin merupakan hasil
perubahan peradangan benda asing, nekrosis dan infeksi derajat rendah.
Pathway Selulitis
Bakteri, jamur, luka, dll

Infeksi jaringn subkutis

Selulitis

Mekanisme radang

Kalor Dolor Ribor Tumor Fungsiolesa

Proses Akselersi/ Hiperemi Hiperlasia Intoleran


Fagositosis Deselerasi Jaringan ikat Jaringan/
jaringan saraf
organ dista
Eritema
Hipertemi local Odema
Nyeri otot Jaringan ikat Intoleran
Aktifitas
Lesi

Kerusakan Resiko
Integritas Infeksi
Kulit

Nyeri Akut Penekanan jaringan saraf


6. Pemeriksaan Penunjang
Tidak membutuhkan prosedur lebih lanjut untuk sampai ke tahap diagnosis yang
meliputi anamnesis, uji laboratorium, sinar x dll, dalam kasus cellulite yang belum
mengalami komplikasi yang mana kriterianya seperti
a. Daerah penyebaran belum luas
b. Daerah yang terinfeksi tidak mngalami rasa nyeri atau sedikit nyeri
c. Tidak ada tanda-tanda systemic seperti demam, terasa dingin, dehidrasi,
tachypnea, tachycardia, hypotensi
d. Tidak ada factor resiko yang dapat menyebabkan penyakit bertambah parah
seperti: umur yang sudah tua, daya tahan tubuh sangat lemah
Jika sudah mengalami gejala seperti adanya tanda systemic, maka membutuhkan
penegakan diagnosan dengan melakukan pemeriksaan lab seperti:
a. Complete blood caunt, menunjukkan kenaikan jumlah leukosit dan rata-rata
sedimentasi eritrosit mengidentifikasikan adanya infeksi bakteri.
b. BUN level
c. Creatinine level
d. Culture darah
e. Pembuangan luka
1. Immunofluorescence adalah sebuah Teknik yang dimana dapat membantu
menghasilkan diagnose sera pasti pada kultur cellulites negative, tapi Teknik
ini jarang di gunakan.
2. Penggunaan MRI juga dapat membantu dalam mendiagnosa infeksi cellulites
yang parah. Mengidentifikasi pymyositis, necrotizing fasciitis, dan infeksi
selulitis dengan atau tanpa pembentukan abses pada subkutaneus.
7. Penatalaksanaan
Rawat inap di rumah sakit, insisi dan drainase pada keadaan terbentuk abses.
Pemberian antibiotic seperti oksasilin atau nafsilin, obat oral dapat atau tidak
digunakan, infeksi ringan dapat diobati dengan obat oral pada pasien diluar rumah
sakit, analgesic, antipiretik. Posisi dan imobilisasi ekstrimitas, berpergian kompres
lembab hangat.
Pengobatan yang tepat dapat mencegah penyebaran infeksi ke darah dan organ
lainnya. Diberikan penicillin atau obat sejenis penicillin atau obat sejenisnya
(misalnya: cloxacillin). Jika infeksinya ringan deberikan sediaan per-oral. Biasanya
sebelum diberikan sediaan per-oral, terlebih dahulu diberikan suntikan antibiotic jika:
a. Penderita berusia lanjut
b. Selulitis menyebar dengan segera ke bagian tubuh lainnya
c. Demam tinggi
Jiak selulitis menyerang tungkai, sebaiknya tungkai debiarkan dalam posisi terangkat
dan di kompres dingin untuk mengurangi nyeri dan pembengkakkan.
Pencegahan
Jika memiliki luka:
a. Bersihkan luka setiap hari dengan sabun dan air
b. Aleskan antibiotic
c. Tutupi luka dengan perban
d. Sering sering mengganti perban tersebut
e. Perhatikan jika ada tanda-tanda infeksi
Jika kulit normal:
a. Lembabkan kulit secara teratur
b. Potong kuku jari tangan dan kaki secara hati hati
c. Lindungi tnagan dan kaki
d. Rawat secara tepat infeksi kulit pada bagian superficial
Komplikasi
a. Bakteremia
b. Nanah atau local abscess
c. Superinfeksi oleh bakteri gram negative
d. Lymphangitis
e. Thrombophlebitis
f. Selulitis pada muka atau facial cellulites pada anak menyebabkan meningitis
sebesar 8%
g. Dimana dapat menyebabkan kematian jaringan (gangrene), dan dimana harus
melakukan
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN SELULITIS PEDIS

A. ASUHAN KEPERAWATAN
Perawat melakukan asuhan keperawatan dengan menggunakan proses keperawatan.
Dengan proses keperawatan, perawat memakai latar belakang, pengetahuan yang
komprehensif untuk mengkaji status kesehatan klien, mengidentifikasi masalah dan diagnosa
merencanakan intervensi, mengimplementasikan rencana dan mengevaluasi intervensi
keperawatan.
1. Pengkajian
A. Identitas
Menyerang sering pada lingkungan yang kurang bersih
B. Riwayat Penyakit
1. Keluhan utama Pasien biasanya mengeluh nyeri pada luka, terkadang disertai demam,
menggigil dan malaise
2. Riwayat penyakit dahulu
Ditanyakan penyebab luka pada pasien dan pernahkah sebelumnya mengidap
penyakit seperti ini, adakah alergi yang dimiliki dan riwat pemakaian obat.
3. Riwayat penyakit sekarang
Terdapat luka pada bagian tubuh tertentu dengan karakteristik berwarna merah, terasa
lembut, bengkak, hangat, terasa nyeri, kulit menegang dan mengilap
4. Riwayat penyakit keluarga
Biasanya dikeluarga pasien terdapat riwayat mengidap penyakit selulitis atau
penyekit kulit lainnya
5. Keadaan Emosi Psikologi Pasien tampak tenang,dan emosional stabil
6. Keadaan social ekonomi
Biasanya menyerang pada social ekonomi yang sederhana.
7. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum : Lemah TD : Menurun (< 120/80 mmHg) Nadi : Turun (< 90)
Suhu : Meningkat (> 37,50) RR : Normal
b. Kepala : Dilihat kebersihan, bentuk, adakah oedem atau tidak
c. Mata : Tidak anemis, tidak ikterus, reflek cahaya (+)
d. Hidung : Tidak ada pernafasan cuping
e. Mulut : Kebersihan, tidak pucat
f. Telinga : Tidak ada serumen
g. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar
h. Jantung : Denyut jantung meningkat
i. Ekstremitas : Adakah luka pada ekstremitas
j. Integumen : Gejala awal berupa kemerahan dan nyeri tekan yang terasa di suatu
daerah yang kecil di kulit. Kulit yang terinfeksi menjadi panas dan bengkak, dan
tampak seperti kulit jeruk yang mengelupas (peau d'orange). Pada kulit yang
terinfeksi bisa ditemukan lepuhan kecil berisi cairan (vesikel) atau lepuhan besar
berisi cairan (bula), yang bisa pecah.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Nyeri akut b.d. respons inflamasi lokal saraf perifer kulit
b. Hipertermi b.d. respon inflamasi sistemik
c. Resiko tinggi terjadinya infeksi b.d adanya luka pada kulit.
d. Kerusakan integritas kulit b.d adanya lesi kemerahan
C. PERENCANAAN
Tujuan intervensi keperawatan adalah menurunkan stimulus nyeri, penurunan suhu
tubuh, peningkatan integritas kulit, dan pemenuhan informasi. Untuk intervensi penurunan
suhu tubuh, dapat disesuaikan dengan masalah yang sama pada pasien varisela. Untuk
intervensi peningkatan integritas jaringan kulit dapat disesuaikan dengan masalah yang sama
pada pasien furunkel.
DIAGNOSIS PERENCANAAN INTERVENSI
KEPERAWATAN TUJUAN KRITERIA HASIL KEPERAWATAN
Nyeri akut b.d Dalam waktu 1 x 24 Kontrol nyeri Manajemen nyeri
respons inflamasi jam nyeri Skala nyeri stabil (0-3) 1. Kaji nyeri dengan
lokal saraf perifer berkurang/hilang atau
kulit teradaptasi a. Secara subjektif pendekatan PQRST
melapor nyeri 2. Jelaskan dan bantu
berkurang atau
dapat diadaptasi. pasien dengan
b. Skala nyeri0-4 tindakan pereda nyeri
c. Dapat
nonfarmakologi dan
mengidentifikasi
aktivitas yang noninvasif
meningkatkan atau 3. Atur posisi fisiologis
menurunkan nyeri
dan imobilisasi
d. Pasien Nampak
rileks ekstremitas yang
mengalami selulitis
4. stirahatkan klien
5. Lakukan kompres
6. Manajemen
lingkungan :
lingkungan tenang
dan batasi pengunjung
7. Ajarkan teknik
relaksasi pernapasan
dalam
8. Ajarkan teknik
distraksi pada saat
nyeri
9. Lakukan manajemen
sentuhan
10. Kolaborasi dengan
dokter untuk
pemberian analgetic
11. Kolaborasi dengan
dokter untuk
pemberian antibioti
Hipertermi b.d. Dalam waktu 1 x 24 1. TTV dalam batas Manajemen hipertermi
respon inflamasi jam klien normal TD : 1. Observasi suhu tubuh
sistemik menunujukkan 120/80 mmHg N : tekanan darah,
penurunan suhu 60-100x/menit S : frekuensi permapasan
tubuh 36.5oC – 37oC RR dan denyut nadi
: 16-24 x/menit 2. Monitor intake dan
2. Tidak terjadi output setiap 8 jam.
demam 3. Anjurkan banyak
3. Intake–output minum bila tidak ada
seimbang kontraindikasi.
4. Berikan kompres
hangat
5. Gunakan pakaian
yang tipis dan
menyerap keringat
6. Anjurkan klien untuk
bedrest total
7. Pertahankan cairan IV
sesuai program
8. Berikan terapi
antipiretik sesuai
anjuran dokter
Resiko tinggi Dalam waktu 2 x 24 1. Tidak terdapat 1. Observasi adanya
terjadinya infeksi b.d jam klien tanda – tanda tanda – tanda infeksi.
adanya luka pada menunjukkan tidak infeksi (kalor, 2. Observasi tanda –
kulit. terjadi infeksi rubor, tumor, tanda vital.
dolor) 3. Rawat luka klien
2. TTV dalam batas dengan prinsif
normal TD : aseptik.
120/80 mmHg N : 4. Anjurkan klien untuk
60-100x/menit S : selalu menjaga
36.5oC – 37oC RR kebersihan diri.
: 16-24 x/menit 5. Awasi/batasi
3. Leukosit dalam pengunjung, bila
batas normal perlu.
6. Ajarkan pasien dan
keluarga mengenal
tanda dan gejala
infeksi
7. Kolaborasi dengan
dokter dalam
pemberian obat
betadine.
8. Berikan Silver nitrat
sesuai anjuran dokter
9. Kolaborasi dengan
dokter dalam
pemberian obat
antibiotok sistemik.
Kerusakan integritas Kerusakan integritas a. Menunjukkan 1. Observasi ukuran,
kulit b.d adanya lesi kulit b.d adanya lesi regenerasi jaringan warna, kedalaman
kemerahan kemerahan b. Mencapai luka, perhatikan
penyembuhan tepat jaringan nekrotik dan
pada waktunya kondisi sekitar luka
2. Tinggikan area infeksi
bila mungkin/tepat.
3. Pertahankan posisi
yang diinginkan dan
imobilisasi area bila
diindikasikan
4. Jaga kulit agar tetap
bersih dan kering

D. PELAKSANAAN
Menyesuaikan dengan intervensi yang ada sesuai diagnosa yang actual
E. EVALUASI
1. Terjadi penurunan respons nyeri
2. Suhu tubuh dalam rentang normal dan pasien merasa nyaman.
3. Tidak terjadi infeksi.
4. Peningkatan integritas jaringan kulit

DAFTAR PUSTAKA
Angresti, C. 2012. Asuhan Keperwatan Pada Tn. A Dengan Selulitis Pedis Rumah Sakit Pku
Muhammdiyah Surakarta. Jurnal keperawatan : naskah publikasi, 5(2), pp. 85-94
Asma. 2015. Contoh Askep Selulitis, http://asmanurs3.blogspot.co.id/2015/03/contoh-
askepselulitis.html, diaksespada tanggal 5 April 2
https://genoschebasmaba.wordpress.com/2011/12/30/selulittis-pedis/, diakses pada tanggal 5
April 2016
http://nersrezasyahbandi.blogspot.co.id/2013/08/ca-prostat.html, diakses pada tanggal 5 april
2016

Anda mungkin juga menyukai