Anda di halaman 1dari 19

PROSES PERADANGAN

dr. Hj. Janna Markus Yajariawati, MKM


 Bila sel-sel atau jaringan tubuh mengalami cedera atau mati, selama hospes
tetap hidup ada respon yang menyolok pada jaringan hidup disekitarnya.
Respon terhadap cedera ini dinamakan peradangan.
 Peradangan adalah reaksi vascular yang hasilnya merupakan pengiriman
cairan, zat-zat yang terlarut dan sel-sel dari sirkulasi darah ke jaringan-
jaringan interstitial pada daerah cedera atau nekrosis.
 Peradangan sebenarnya adalah gejala yang menguntungkan dan pertahanan,
hasilnya adalah netralisasi dan pembuangan agen penyerang,penghancuran
jaringan nekrosis dan pembentukan keadaan yang dibutuhkan untuk perbaikan
dan pemulihan.
 Reaksi peradangan itu sebenarnya adalah peristiwa yang dikoordinasi dengan
baik yang dinamis dan kontinyu. Untuk menimbulkan reaksi peradangan maka
jaringan harus hidup dan khususnya harus memiliki mikrosirkulasi fungsional
 Radang adalah rangkaian reaksi yang terjadi pada tempat jaringan cedera.
 Pada proses peradangan terjadi pelepasan histamine dan zat-zat humoral lain
kedalam cairan jaringan sekitarnya.
1. Rubor (kemerahan)

Pada saat reaksi peradangan mulai timbul maka arteriol yang


mensupali daerah tersebut melebar  lebih banyak darah
mengalir ke dalam mikrosirkulasi lokal.
Kapiler-kapiler yang sebelumnya kosong atau sebagian saja yang
meregang  terisi penuh dengan darah.  Hiperemia / Kongesti 
warna merah lokal karena peradangan akut.
Timbulnya hyperemia pada permulaan reaksi peradangan diatur oleh
tubuh baik secara neurogenik maupun secara kimia,melalui
pengeluaran zat seperti histamin.

TANDA-TANDA PERADANGAN
2. Kalor (panas)
Kalor atau panas terjadi bersamaan dengan kemerahan dari
reaksi peradangan yang hanya terjadi pada permukaan tubuh.
Daerah peradangan pada kulit menjadi lebih panas darisekelilingnya
sebab darah yang disalurkan tubuh kepermukaan daerah yang terkena
lebih banyak daripada yang disalurkan kedaerah normal.
Fenomena panas lokal ini tidak terlihat pada daerah-daerah yang
terkena radang jauh di dalam tubuh, karena jaringan-jaringan tersebut
sudah mempunyai suhu inti 37°C, hyperemia lokal tidak menimbulkan
perubahan.
3. Dolor (rasa sakit)

Dolor atau rasa sakit, dari reaksi peradangan dapat dihasilkan dengan
berbagai cara.
Perubahan pH lokal atau konsentrasi lokal ion-ion tertentu
dapat merangsang ujung-ujung saraf.
Hal yang sama, pengeluaran zat kimia bioaktif lainnya dapat
merangsang saraf.
Selain itu, pembengkakan jaringan yang meradang
mengakibatkan peningkatan tekanan lokal yang dapat
menimbulkan rasa sakit.
4. Tumor (pembengkaan)

Segi paling menyolok dari peradangan akut mungkin adalah pembengkaan lokal
(tumor).
Pembengkaan ditimbulkan oleh pengiriman cairan dan sel-sel dari sirkulasi darah
ke jaringan-jaringan interstitial.
Campuran dari cairan dan sel yang tertimbun di daerah peradangan disebut
eksudat.
Pada keadaan dini reaksi peradangan sebagian besar eksudat adalah cair, seperti
yang terjadi pada lepuhan yang disebabkan oleh luka bakar ringan.
Kemudian sel-sel darah putih atau leukosit meninggalkan aliran darah dan
tertimbun sebagai bagian dari eksudat.
5. Fungsio laesa (perubahan fungsi)

Bagian yang bengkak, nyeri disertai sirkulasi abnormal dari lingkungan kimiawi
lokal yang abnormal, berfungsi secara abnormal. Namun sebetulnya kita tidak
mengetahui secara mendalam dengan cara apa fungsi jaringan yang meradang itu
terganggu.
 a) Radang Kataral
 b) Radang Pseudomembran
 c) Ulkus.
 d) Abses
 e) Flegmon
 f) Radang Purulent
 g) Radang supuratif

JENIS-JENIS RADANG
 Terbentuk diatas permukaan membran mukosa,dimana terdapat
sel-sel yang dapat mensekresi musin. Eksudat musin yang paling
banyak dikenal adalah pus yang menyertai banyak infeksi
pernafasan bagian atas.

A) RADANG KATARAL
 Reaksi radang pada permukaan selaput lendir yang ditandai
dengan pembentukan eksudat berupa lapisan selaput superficial,
mengandung agen penyebab, endapan fibrin, sel-sel nekrotik aktif
dan sel-sel darah putih radang.
 Radang membranosa sering dijumpai dalam orofaring,
trachea,bronkus, dan traktus gastrointestinal.

B) RADANG PSEUDOMEMBRAN
 Terjadi apabila sebagian permukaan jaringan hilang sedangkan
jaringan sekitarnya meradang

C) ULKUS
 Lubang yang terisi nanah dalam jaringan.
 Umumnya penanganan abses oleh tubuh sangat dibantu oleh
pengosongannya secara pembedahan, sehingga memungkinkan
ruang yang sebelumnya berisi nanah mengecil dan sembuh.
 Jika abses tidak dikosongkan secara pembedahan oleh ahli
bedah, maka abses cenderung untuk meluas, merusak struktur
lain yang dilalui oleh abses tersebut.

D) ABSES
 Radang purulen yang meluas secara defuse pada
jaringan.

E. FLEGMON
 Terjadi akibat infeksi bakteri.
 terdapat pada cedera aseptik dan dapat terjadi dimana-
mana pada tubuh yang jaringannya telah menjadi
nekrotik.

F. RADANG PURULENT
 Nekrosis liqeuvaktifa yang disertal emigrasi neutrofil dalam jumlah banyak.
 Infeksi supuratif local disebabkan oleh banyak macam bakteri yang secara
kolektif diberi nama piogen (pembentukan nanah).
 Yang termasuk piogen adalah stafilokokkus,banyak basil gram negatif.
 Perbedaan penting antara radang supuratif dan radang purulen bahwa pada
radang supuratif terjadi nekrosis liquefaktiva dari jaringan dasar. Nekrosis
liquefaktiva adalah jaringan nekrotik yang sedikit demi sedikit mencair akibat
enzim.

G. RADANG SUPURATIVA
 1. Demam.
Yang merupakan akibat dari pelepasan zat pirogen endogen yang berasal dari
neutrofil dan makrofag. Selanjutnya zat tersebut akan memacu pusat
pengendali suhu tubuh yang ada dihypothalamus.

REAKSI SISTEMIK YANG MENYERTAI


REAKSI LOCAL PADA PERADANGAN
 2. Perubahan hematologis.
Rangsangan yang berasal dari pusat peradangan mempengaruhi proses maturasi
dan pengeluaran leukosit dari sumsum tulang yang mengakibatkan kenaikan
suatu jenis leukosit, kenaikan ini disebut leukositosis. Perubahan protein darah
tertentu juga terjadi bersamaan dengan perubahan apa yang dinamakan laju
endap darah.

 3. Gejala konstitusional.
Pada cedera yang hebat, terjadi perubahan metabolisme dan endokrin yang
menyolok. Akhirnya reaksi peradangan local sering diiringi oleh berbagai
gejala konstitusional yang berupa malaise, anoreksia atau tidak ada nafsu
makan dan ketidakmampuan melakukan sesuatu yang beratnya berbeda-beda
bahkan sampai tidak berdaya melakukan apapun.
 Peradangan dan infeksi itu tidak sinonim.
 Pada infeksi ditandai adanya mikroorganisme dalam jaringan, sedang pada
peradangan belum tentu, karena banyak peradangan yang tejadi steril
sempurna.
 Jadi infeksi hanyalah merupakan sebagian dari peradangan.

BEDA RADANG DENGAN INFEKSI

Anda mungkin juga menyukai