Anda di halaman 1dari 19

INFLAMASI

OLEH : ASTRIA BLANDINA GAIDAKA, S.Kep., Ns., M.Si


A. PENGERTIAN INFLAMASI

 Respon protektif setempat terhadap cedera / kerusakan jaringan

 Bertujuan menghancurkan, mengurangi, atau melokalisir agen pencedera juga


jaringan yang cedera.

 Respon yang menguntungkan dan sebagai pertahanan tubuh sehingga terjadi


netralisasi dan pembuangan agen-agen penyerang, jaringan nekrosis, sehingga
tercipta keadaan yang dibutuhkan untuk perbaikan dan pemulihan tubuh.
 Pada keadaan dimana jaringan mengalami cedera (terbakar, teriris atau terinfeksi
kuman) → terjadi rangkaian reaksi guna memusnahkan agen yang membahayakan
jaringan atau mencegah agen menyebar lebih luas.

 Respon tersebut merupakan sistem kekebalan terhadap infeksi yang distimulasi oleh
faktor kimia (histamin, bradikinin, serotonin dan prostaglandin)

 Sebagai hasil akhir respons inflamasi yaitu jaringan yang cedera diperbaiki atau diganti
dengan jaringan baru.
Tiga peran penting inflamasi dalam perlawanan terhadap infeksi:
1. Meningkatkan performa makrofag.
2. Mencegah penyebaran infeksi.
3. Perbaikan jaringan yang rusak.
 Tujuan positif inflamasi
a. Menahan dan memisahkan kerusakan sel.
b. Menghancurkan mikroorganisme.
c. Menginaktifkan toksin.
d. Mempersiapkan perbaikan jaringan.
 Etiologi
a. Infeksi mikroba.
b. Cidera fisik.
c. Cidera kimia.
d. Jaringan nekrotik.
e. Reaksi imunologis.
PATOFISIOLOGI
a. Respon Inflamasi
Reaksi yang berfungsi untuk menetralkan dan menghilangkan nekrotik serta membentuk sebuah
kondisi yang mendukung penyembuhan dan perbaikan.
b. Respons vaskular
Sesaat setelah cidera, vaskular sekitar menjadi vasocontriction. Tetapi setelah histamin dan bahan
kimia disekresikan oleh sel maka vaskular akan menjadi vasodilatasi sehingga terjadi hiperemia.
Selain itu terjadi peningkatan permeabilitas kapiler sehingga terjadi gerakan cairan dari kapiler ke
jaringan akibatnya terjadilah edema.
c. Respon selular
1) Neutrofil adalah leukosit pertama merespons cidera dan melakukan fagositosis terhadap
bakteri dan benda asing lainnya. Masa hidupnya singkat yaitu antara 24 sampai 48 jam
menyebabkan neutrofil mati lalu menumpuk menjadi nanah.
2) Monosit adalah sel fagosit kedua yang merespons cideradan peradangan. Pada saat berada di
jaringan maka monosit akan berubah menjadi makrofag.
3) Limfosit merespons peradangan dengan peran utamanya berhubungan dengan respons
humoral dan kekebalan tubuh.
4) Eosinofil dan basofil memiliki peran dalam peradangan yaitu dengan melepaskan bahan
kimia yang bertindak untuk mengontrol efek histamin dan serotonin.
5) Pembentukan eksudat. Eksudat terdiri dari cairan dan leukosit yang sifat dan kuantitasnya
tergantung pada jenis dan tingkat keparahan cedera dan jaringan yang terlibat.
d. Respon sistemik yang menyertai reaksi yang terjadi pada peradangan di antaranya
adalah:
1) Demam Merupakan akibat dari pelepasan zat pirogen endogen yang berasal dari
neutrofil dan makrofag. Selanjutnya zat tersebut akan memacu pusat pengendali suhu
tubuh yang ada di hipothalamus.
2) Perubahan hematologis. Rangsangan yang berasal dari pusat peradangan
mempengaruhi proses maturasi dan pengeluaran leukosit dari sumsum tulang yang
mengakibatkan kenaikan leukosit yang disebut leukositosis.
3) Gejala konstitusional
 Pada cedera yang hebat, terjadi perubahan metabolisme dan endokrin yang menyolok.
Reaksi peradangan lokal sering diiringi oleh berbagai gejala konstitusional yang berupa
malaise, anoreksia dan ketidakmampuan melakukan sesuatu
4. Tanda-tanda radang
a. Rubor (Kemerahan)
 Hal pertama yang terlihat di daerah yang mengalami peradangan.
 Waktu reaksi peradangan mulai timbul maka arteriol yang mensuplai daerah melebar
sehingga lebih banyak darah mengalir.
 Kapiler-kapiler yang sebelumnya kosong dengan cepat terisi penuh dengan darah.
Keadaan ini yang dinamakan hiperemia atau kongesti, menyebabkan warna merah lokal.
 Timbulnya hiperemia pada permulaan reaksi peradangan diatur oleh tubuh baik secara
neurogenik maupun secara kimia, melalui pengeluaran zat seperti histamin.
b. Kalor atau rasa panas
 Terjadi bersamaan dengan kemerahan dari reaksi inflamasi akut.
 Kalor disebabkan pula oleh sirkulasi darah yang meningkat. Sebab darah yang memiliki
suhu 37ᵒC disalurkan ke permukaan tubuh yang mengalami inflamasi lebih banyak
daripada ke daerah normal.
c. Rasa Sakit (Dolor)
 Terjadi karena adanya rangsangan saraf.
 Rangsangan saraf sendiri dapat terjadi akibat perubahan pH lokal, perubahan
konsentrasi ion-ion tertentu, atau pengeluaran zat-zat kimia bioaktif lainnya. Selain
itu, pembengkakan jaringan yang mengakibatkan peningkatan tekanan lokal juga
dapat menimbulkan rasa sakit.
d. Pembengkakan (Tumor)
 Ditimbulkan oleh pengiriman cairan dan sel-sel dari sirkulasi darah ke jaringan-
jaringan interstitial. Campuran cairan dan sel yang tertimbun di daerah inflamasi
disebut dengan eksudat.
e. Fungsio Lesa (Perubahan fungsi)
 adalah reaksi-reaksi inflamasi yang telah dikenal. Sepintas mudah dimengerti,
mengapa bagian yang bengkak, nyeri yang disertai sirkulasi abnormal dari
lingkungan kimiawi yang abnormal, berfungsi abnormal.
 Namun sebetulnya tidak diketahui secara mendalam dengan cara apa fungsi
jaringan meinflamasi terganggu.
5. Jenis Radang
Jenis radang dikelompokkan berdasarkan jenis eksudat yang terbentuk, organ atau
jaringan tertentu yang terlibat, dan lamanya proses peradangan
a. Radang Kataral
Terbentuk di atas permukaan membran mukosa di mana terdapat sel-sel yang dapat
mensekresi musin.
Eksudat musin yang paling banyak dikenal adalah puck yang menyertai banyak infeksi
pernafasan bagian atas.
b. Radang Pseudomembran Istilah ini dipakai untuk reaksi radang pada
permukaan selaput lendir yang ditandai dengan pembentukan eksudat berupa
lapisan selaput superficial, mengandung endapan fibrin, sel-sel nekrotik dan sel
darah putih. Sebagai contoh yaitu radang membranosa sering dijumpai dalam
orofaring, trachea, bronkus, dan traktus gastrointestinal.

c. Ulkus Terjadi apabila sebagian permukaan jaringan hilang sedangkan jaringan


sekitarnya meradang.
d. Abses
 adalah lubang yang terisi nanah dalam jaringan.
 lesi yang sulit untuk diatasi oleh tubuh karena kecenderungannya untuk meluas dengan
pencairan, kecenderungannya untuk membentuk lubang.
 Umumnya penanganan abses oleh tubuh sangat dibantu oleh pengosongannya secara
pembedahan, sehingga memungkinkan ruang yang sebelumnya berisi nanah mengecil
dan sembuh. Jika tidak maka abses cenderung untuk meluas, merusak struktur lain yang
dilalui oleh abses tersebut.
e. Flegmon adalah radang purulen yang meluas secara difuse pada jaringan.
f. Radang Purulent Terjadi akibat infeksi bakteri terdapat pada cedera aseptik dan
dapat terjadi dimana-mana pada tubuh yang jaringannya telah menjadi nekrotik.
g. Radang supuratif
Gambaran ini adalah nekrosis liqeuvaktifa yang disertai emigrasi sel darah putih dalam
jumlah banyak. Infeksi supuratif disebabkan oleh banyak macam bakteri yang secara
kolektif diberi nama piogen (pembentukan nanah).
Perbedaan penting antara radang supuratif dan radang purulen bahwa pada radang
supuratif terjadi nekrosis liquefaktiva dari jaringan dasar.

Anda mungkin juga menyukai