Anda di halaman 1dari 3

RESPON TUBUH TERHADAP CEDERA

1. Reaksi Peradangan
Merupakan reaksi tubuh terhadap cedera atau mikroba dan zat asing lainnya dengan
cara memobilisasi leukosit dan protein plasma ke tempat tersebut. Reaksi peradangan ialah
Suatu rangkaian perubahan yang terjadi pada jaringan yang menunjukkan reaksi terhadap
suatu kecelakaan atau kejadian, baik secara mekanis, kemis atau oleh bakteri.
a. Peradangan
Reaksi vaskuler yang hasilnya merupakan pengiriman cairan, zat-zat yang terlarut,
dan sel-sel dari sirkulasi darah ke jaringan-jaringan pada daerah cedera. Perdangan tidak
ditemukan di tengah jaringan tetapi pada tepi (antara jaringan hidup dengan sirkulasi
yang utuh).
2. Gambaran Makroskopik Peradangan
Dikenal sebagai tanda-tanda pokok peradangan
a. Rubor (Kemerahan)
Rubor biasanya merupakan hal pertama yang terlihat pada daerah yang mengalami
peradangan. Waktu reaksi peradangan mulai timbul, maka arteriol yang mensuplai daerah
daerah tersebut melebar, dengan demikian lebih bannyak darah mengalir kedalam
mikrosirkulasi lokal. Kapiler-kapiler yang sebelumnya kosong atau sebagian saja yang
meregang dengan cepat akan terisi oleh darah. Keadaan ini yang dinamakan hiperemia
atau kongesti, menyebabkan warna merah lokal karena peradangan akut. Timbulnya
hiperemia pada permulaan reaksi peradangan diatur oleh tubuh, baik secara neurogenik
maupun secara kimia, melalui pengeluaran zat seperti histamine.
b. Kalor (Panas)
Terjadi bersamaan dengan kemerahan dari reaksi peradangan akut. Sebenarnya
panas merupakan sifat reaksi peradangan yang hanya terjadi pada permukaan tubuh, yang
dalam keadaan normal lebih dingin dari 370 C, yaitu suhu dalam tubuh. Daerah
peradangan pada kulit menjadi lebih panas dari sekelilingnya, sebab darah (pada suhu 37 0
C) yang disalurkan tubuh ke permukaan daerah yang terkena lebih lebih banyak dari pada
yang disalurkan kedaerah normal. Fenomena panas lokal ini tidak terlihat pada daerah-
daerah yang terkena radang jauh di dalam tubuh, karena jaringan-jaringan tersebut sudah
mempunyai suhu inti 370 C dan hiperemia tidak menimbulkan perubahan.
c. Dolor (Nyeri)
Dolor dari reaksi peradangan dapat disebabkan oleh beberapa hal, misalnya, bahan
pH lokal atau kongesti lokal ion-ion tertentu dapat merangsang ujung-ujung saraf.
Pengeluaran zat kimia tertentu seperti histamin atau zat kimia bioaktif lainnya juga dapat
merangsang sel-sel saraf. Selain itu, pembengkakan jaringan yang meradang juga dapat
mengakibatkan peningkatan tekanan lokal yang tanpa diragukan lagi juga dapat
menimbulkan nyeri.
d. Tumor (Pembengkakan)
Segi paling mencolok dari peradangan akut mungkin adalah pembengkakan lokal
(tumor). Pembengkakan ditimbulkan oleh pengiriman cairan dan sel-sel dari sirkulasi
darah kejaringan-jaringan interstisial. Campuran dari cairan dan sel yang tertimbun paada
daerah peradangan disebut eksudat, pada keadaan dini reaksi peradangan , sebagian besar
eksudat adalah cair, seperti yang terjadi pada lepuhan yang disebabkan oleh luka bakar
ringan. Kemudian sel-sel darah putih atau leukosit meninggalkan aliaran darah dan
tertimbun sebagai bagian dari eksudat.
e. Gangguan Fungsi
Adalah reaksi peradangan yang telah dikenal, sepintas lalu mudah dimengerti,
mengapa bagian yang bengkak, nyeri disertai dengan sirkulasi abnormal dan lingkungan
kimiawi yang abnormal, berfungsi juga secara abnormal. Namun sebetulnya kita tidak
mengetahui secara mendalam dengan cara apa fungsi jaringan yang meradang itu
terganggu.
3. Aspek Cairan Pada Peradangan
a. Eksudasi
Pergeseran cairan yang terjadi secara bertahap pada reaksi peradangan
berlangsung sangat cepat dan mengandung protein plasma dalam jumlah yang
cukup signifikan, keaadaan ini disebut dengan eksudat. Faktor utama adalah
permeabilitas pembuluh darah terhadap protein.
b. Limfatik dan aliran limfe jika suatu daerah meradang, biasanya terjadi
peningkatan mencolok pada aliran limfe yang keluar dari daerah tersebut. Ila
pembuluh limfe terkena radang disebut dengan limfangitis dan jika kelenjar
limfe yang terkena radang, maka disebut dengan limfadenitis.
4. Eksudasi
1. Eksudasi Keluarnya cairan, protein dan sel-sel darah dari sistem vaskular masuk ke
dalam jaringan interstisial atau rongga tubuh
2. Terjadi peningkatan permeabilitas vaskuler disertai keluarnya protein plasma dan sel2
darah putih ke dalam jaringan
3. Terjadi perubahan permeabilitas mikrosirkulasi yang mengakibatkan kebocoran protein
4. Diikuti oleh pergeseran keseimbangan osmotik
5. Air keluar bersama protein sehingga menimbulkan pembengkakan jaringan
6. Dilatasi arteriol juga mengakibatkan kenaikan tekanan intravaskular lokal karena penuh
darah. Ini juga meningkatkan pergeseran cairan
5. Aspek Seluler Peradangan
a. Sel dari darah keluar dari dalam pembuluh darah : Leukosit, polimorfonuklear,
monosit, limfosit dan eritrosit
b. Penimbuan leukosit terutama neutrofil dan monosit pada lokasi jejas merupakan
aspek terpenting pada reaksi radang
c. Leukosit mampu melahap bahan yang bersifat asing termasuk bakteri dan debris sel-
sel nekrosis
d. Enzim lisosom membantu pertahanan tubuh
6. Maginasi dan Emigrasi
 Marginasi adalah keadaan dimana sel darah putih bergerak terakumulasi ditepi pembuluh
darah. Lekosit akan menepi oleh karena terjadi perlambatan aliran darah Lekosit
menempel pada dinding pembuluh darah karena
a. Endotel menjadi lengket
b. Ada bahan dalam plasma yang berubah menjadi perekat
c. Lekosit dan endotel saling menempel oleh karena hilangnya muatan akibat netralisir
Ca++
d. Peran faktor2 kemotaksis misal leukotrien B4
 Emigrasi yaitu proses perpindahan sel darah putih yang bergerak keluar dari pembuluh
darah
Terdapat 2 gelombang :
1. Gelombang yang berlangsung segera (dalam 30-40 menit)
2. Gelombang yang berlangsung lambat (beberapa jam kemudian
7. Kemotaksis
Pergerakan leukosit pada interstisial dari jaringan yang meradang, waktu mereka sudah
beremigrasi, merupakan gerakan yang bertujuan. Hal ini disebabkan adanya sinyal kimia.
Fenomena ini disebut dengan kemotaksis.
8. Mediator Peradangan
1. Vasodilatasi : prostaglandin dan nitrit oksida
2. Peningkatan permeabilitas vaskular : histamin, serotonin, bradikinin. Leukotrien C4,
leukotrien D4, dan leukotrien E4
3. Kemotaksis, aktivasi leukosit : leukotrien B4, kemokin (misalnya interleukin 8 (IL-8))
4. Demam : IL-1., IL-6, Prostaglandin, faktor nekrosis tumor (TNF)
5. Nyeri : prostaglandin dan bradikinin
6. Kerusakan jaringan : nitrit oksida, enzim lososom neutrofil dan makrofag.
9.

Anda mungkin juga menyukai