MAKALAH
Oleh:
KELOMPOK 4
A. Pengertian Inflamasi
Inflamasi atau radang merupakan proses fungsi pertahanan tubuh terhadap masuknya
organisme maupun gangguan lain. Inflamasi merupakan suatu reaksi dari jaringan hidup
guna melawan berbagai macam rangsangan. (Soenarto, 2014).
Fenomena yang terjadi dalam proses inflamasi meliputi kerusakan mikrovaskuler,
meningkatnya preambilitas kapiler dan migrasi lekosit menuju jaringan radang (Chen, et.
al. 2018).
Suatu respon proaktif yang ditujukan untuk menghilangkan penyebab awal jejas sel serta
membuang sel dan jaringan yang diakibatkan oleh kerusakan sel (robins, 2004). Respon
radang terdiri dari sel dan protein plasma dalam sirkulasi sel dinding pembuluh darah dan
sel serta metrics ekstravaskuler jaringan ikat disekitarnya.
B. Etiologi
Inflamasi dapat disebabkan oleh beberapa hal, diantara lain :
1. Benda mati
Dapat berupa rangsangan fisik dan kimia. Yang termasuk rangsangan fisik adalah
trauma, benda asing, rangsang termis, listrik, tekanan dan radiasi. Rangsangan kimia
yang dimaksud adalah asam dan basa yang kuat, obat-obatan.
2. Benda hidup
Dapat berupa kuman pathogen, bakteri, virus, dan parasite.
C. Jenis Inflamasi
Jenis inflamasi dibedakan menjadi dua macam :
1. Inflamasi Akut
Inflamasi akut merupakan respon segera dan dini terhadap jejas yang dirancang
untuk mengirimkan lekosit ke tempat jejas. Lekosit membersihkan setiap mikroba
yang menginvasi dan memulai proses penguraian jaringan nekrotik.
Pada inflamasi akut proses berlangsung singkat beberapa menit hingga beberapa
hari, dengan gambaran utama eksudasi cairan dan protein plasma serta emigrasi sel
lekosit terutama neutropil.
Mekanisme Inflamasi Akut
Radang akut memiliki 2 komponen utama, yaitu perubahan vaskular dan aktivitas sel.
1. Pada vascular: terjadi vasokonstriksi dalam hitungan detik setelah jejas terjadi
vasodilatasi arteriol mengakibatkan peningkatan aliran darah menimbulkan
gejala rubor dan kalor yang merupakan tanda khas peradangan Pembuluh
darah kecil menjadi lebih permiabel dan cairan kaya protein akan mengalir keluar
ke jaringan ekstravaskular meningkatkan tekanan hidrostatik intravaskuler
meningkatkan viskositas darah dan memperlambat aliran darah transudate
transudate menghilang, leukosit (neutrophil) mulai berkelompok pada permukaan
vaskular endotel dan mengalami kontraksi sel endotel terbentuknya celah
antar sel pada venule post kapiler peningkatan permeabilitas vaskular.
Kontraksi sel endotel terjadi segera setelah pengikatan dengan histamin,
bradikinin, leukotrien selama 15- 30 menit, yang diikuti oleh peningkatan TNF
dan IL-1 Meningkatnya permeabilitas vascularà aliran cairan kaya protein dan
sel darah ke jaringan ekstravaskular peningkatan tekanan osmotik cairan
interstitial dan cairan masuk ke dalam jaringan penimbunan cairan kaya
protein disebut eksudat akumulasi cairan ekstravaskuler menimbulkan edema
sebagai manifestasi radang
2. Aktivitas selular: dimulai setelah peningkatan aliran darah ke bagian
yang mengalami cedera à Leukosit dan trombosit tertarik ke daerah cedera
karena bahan kimia yang dilepaskan oleh sel cedera, sel mast, melalui
pengaktifan komplemen dan produksi sitokin setelah antibodi berikatan dengan
antigen à Trombosit yang masuk ke daerah cedera merangsang pembekuan untuk
mengisolasi infeksi dan mengontrol perdarahan.
• Penarikan leukosit yang meliputi neutrofil dan monosit ke daerah cedera
disebut kemotaksis. Sel-sel yang tertarik ke daerah cedera àmelakukan
penyembuhan.
• Urutan kejadian ekstravasasi leukosit dari lumen vaskular ke ekstravaskular
a. Marginasi dan rolling
b. Adhesi dan transmigrasi antar sel endotel
c. Migrasi pada jaringan intertitial terhadap suatu rangsang kemotaksis
• Kerusakan sel yang terkait dengan inflamasi berpengaruh terhadap selaput membran
sel yang menyebabkan leukosit mengeluarkan enzim-enzim lisosomal terutama
metabolit asam arakidonat à dirubah oleh enzim COX menjadi prostaglandin,
tromboksan, dan prostaglandin. Sebagian lain hasil metabolit asam arakidonat
diubah oleh enzim lipoxygenase menjadi leukotrien. Leukotrien merupakan produk
akhir dari metabolisme asam arakidonat pada jalur lipoxygenase.
• Terdapat 2 isoenzim COX (cyclooxygenase), yaitu COX-1 dan COX-2. Enzim COX-
1 berfungsi sebagai enzim konstitutif yaitu mengubah PGH2 menjadi berbagai jenis
prostaglandin (PGE1, PGE2) dan tromboksan yang dibutuhkan dalam fungsi
homeostatis. Enzim COX-2 yang terdapat di dalam sel-sel imun (makrofag dan
lainnya)
• Sel endotel pembuluh darah, dan fibroblast mengubah PGH2 à PGE2 à
vasodilatasi dan peningkatan
permeabilitas vascular à aliran darah meningkat dan pori-pori kapiler membesar à
protein plasma keluar dari pembuluh darah dan masuk ke dalam jaringan yang
meradang à Akumulasi protein yang bocor pada jaringan interstitial à meningkatkan
tekanan osmotik koloid dalam jaringan interstitial à meningkatkan tekanan darah
kapiler à memindahkan cairan keluar kapiler dan megurangi reabsorbsi cairan di
kapiler
àpenumpukan cairan di jaringan interstitial à edema lokal.
• Enzim COX-1 sebagai housekeeping gen pada hampir seluruh jaringan normal,
enzim COX-2 bertanggung jawab terhadap mekanisme inflamasi dan rasa nyeri
2. Inflamasi Kronis
Merupakan inflamasi memanjang berminggu sampai dengan bertahun-tahun, dan
terjadi inflamasi aktif, jejas jaringan dan penyembuhan secara serentak.inflamasi
kronik berkembang dari inflamasi akut. Perubahan ini terjadi Ketika respon akut
tidak teratasi karena agen cedera yang menetap atau karena gangguan penyembuhan
normal, ditandai hal-hal berikut :
a. Infiltrasi sel mononuclear (radang kronis) yang mencakup makrofag, limfosit
dan sel plasma.
b. Destruksi jaringan, Sebagian besar diatur oleh radang.
c. Repair, melibatkan poliferasi pembuluh darah baru (angiogenesis) dan fibrosis.
Inflamasi kronik terjadi bila penyembuhan pada radang akut tidak sempurna, bila
penyebab jejas menetap atau penyebab ringan dan timbul berulang-ulang. Selain
itu, diakibatkan oleh reaksi immunologik.
• Berlangsung lama (berminggu-minggu, berbulan- bulan).
• Ditandai dengan lebih banyak ditemukan
sel limfosit, sel plasma, makrofag, dan biasanya disertai pembentukan jaringan
granulasi yang menghasilkan fibrosis dan kerusakan jaringan
Inflamasi kronik dapat terjadi pada keadaan :
1. Infeksi virus
2. Infeksi mikroba persisten
3. Pajanan yang lama terhadap agen yang berpotensi toksik
4. Autoimun
2. Mediator plasma
Ada dalam bentuk precursor dan perlu diaktifkan untuk dapat berfungsi. Ada 2
sistem, yaitu :
a. Sistem Kinin
Akan menghasilkan bradykinin dan proses fibrinolysis/ koagulasi
- Bila plasma mengenai kolagen atau endotoksin, maka factor hegemen
(disinteis di hati) akan aktif. Rangkaian akhir ialah terbentuknya bradykinin.
Bradikinin berperan mirip histamin, yaitu meningkatkan premeabilitas kapiler
vascular, vasokontriksi otot polos (bronkus) dan vasodilatasi arterior. Nyeri
terutama diakibatkan bradykinin.
- Faktor hegemen akan mengaktifkan sistem pembekuan darah, yang
menyebabkan aktifasi thrombin yang selanjutnya memecah fibrinogen terlatur
dalam sirkulasi untuk menghasilkan bekuan fibribrin yang tidak mudah larut.
Pada proses ini terbentuk fibrinogen fibrinopeptide yang mengakibatkan
premeabilitas pembuluh darah meningkat dan aktifasi kemokatik lekosit.
Proses fibrinolysis akan menyebabkan pembekuan yang bermanfaat untuk
menjerat kuman.
- Saat factor hegemen teraktifasi sedang menginduksi pembekuan, secara
bersamaan juga mengaktifkan sistem fibrinosis. mekanisme ini sebagai
kontragulasi proses pembekuan dengan memecah fibrin sehingga dapat
melarutkan bekuan fibrin. tanpa mekanisme ini pembekuan akan terus
berlanjut dan tidak dapat dihentiakn diseluruh pembuluh darah bahkan oleh
cidera ringan.
b. Sistem Komplementer
Terdiri atas kaskade protein plasma yang berperan penting, baik dalam imunitas
maupun inflamasi. Pada imunitas berfungsi untuk membentuk MAC (Membran
Attack Complek) untuk membuat lubang pada membrane mikroba yang
menginvasi. Sistem komplemen akan membentuk C3a dan C5a serta C5b yang
mempunyai efek kemotaktik pada netrofil, monosit, eosinophil dan basophil. Efek
lain ialah meningkatkan preamebilitas pembuluh darah.
NSAID terutama yang baru, lebih banyak dimanfaatkan sebagai anti infaamasi pada
pengobatan kelainan muskuloskeletal, seperti artritisreumatoid, osteoartritis dan
spondilitis ankilosa. Tetapi harus diingat bahwa obat ini hanya meringankan gejala nyeri
dan inflamasi yang berkaitan dengan penyakitnya secara simtomatik, tidak
menghentikan, memperbaiki atau mencegah kerusakan jaringan pada kelainan
muskuloskeletal ini.
NSAID merupakan suatu kelompok obat yang heterogen, bahkan beberapa obat sangat
berbeda secara kimia. Walaupun demikian, obat-obat ini ternyata memiliki banyak
persamaan dalam efek terapi maupun efek samping. Obat golongan NSAID dinyatakan
sebagai obat anti inflamasi non steroid, karena ada obat golongan steroid yang juga
berfungsi sebagai anti inflamasi. Obat golongan steroid bekerja di sistem yang lebih
tinggi dibanding NSAID, yaitu menghambat konversi fosfolipid menjadi asam
arakhidonat melalui penghambatan terhadap enzim fosfolipase. Prototip obat golongan
ini adalah aspirin, karena itu NSAID sering juga disebut sebagai obat-obat mirip aspirin
(aspirin-like drug).
Obat-obat mirip aspirin ini dibagi dalam lima golongan, yaitu :
1. Salisilat dan salisilamid, derivatnya yaitu asetosal (aspirin), salisilamid, diflunisal
2. Para aminofenol, derivatnya yaitu asetaminofen dan fenasetin.
3. Pirazolon, derivatnya yaitu antipirin (fenazon), aminopirin (amidopirin),
fenilbutazon dan turunannya.
4. Antirematik nonsteroid dan analgetik lainnya, yaitu asam mefenamat dan
meklofenamat, ketoprofen, ibuprofen, naproksen, indometasin, piroksikam, dan
glafenin.
5. Obat pirai, dibagi menjadi dua, yaitu :
Obat yang menghentikan proses inflamasi akut (misalnya kolkisin, fenilbutazon,
oksifenbutazon) dan obat yang mempengaruhi kadar asam urat (misalnya
probenesid, alupurinol, dan sulfinpirazon)
1. Derivat asam salisilat, yaitu aspirin, natrium salisilat, salsalat, diflunisal, cholin
magnesium trisalisilat, sulfasalazine, olsalazine.
2. Derivat para-aminofenol, yaitu asetaminofen.
3. Asam asetat indol dan inden, yaitu indometasin, sulindac.
4. Asam heteroaryl asetat, yaitu tolmetin, diklofenak, ketorolac.
5. Asam arylpropionat, yaitu ibuprofen, naproksen, flurbiprofen, ketoprofen,
fenoprofen oxaprozin.
6. Asam antranilat (fenamat), yaitu asam mefenamat, asam meklofenamat.
7. Asam enolat, yaitu oksikam (piroksikam, meloksikam).
8. Alkanon, yaitu nabumeton Selective Cyclooxygenase II inhibitors.
9. Diaryl-subtiuted furanones, yaitu rofecoxib.
10. Diaryl-subtituted pyrazoles, yaitu celecoxib.
11. Asam asetat indol, yaitu etodolac.
12. Sulfonanilid, yaitu nimesulid.
5. Celecoxib
Bentuk obat: Kapsul
Merek dagang: Celcox 100, Celcox 200, Celebrex, Novexib 100, Novexib 200, Remabrex
6. Etoricoxib
Bentuk obat: Tablet salut selaput
Merek dagang: Arcoxia, Coxiloid, Coxiron, Etoricoxib, Etorix, Etorvel, Lacosib, Orinox,
Soricox
7. Indomethacin
Bentuk obat: Infus, kapsul, tetes mata, suppositoria
Merek dagang: Dialon
8. Asam mefenamat
Bentuk obat: Tablet, kapsul, sirup
Merek dagang: Asmef, Lapistan, Mefinal, Mefinter, Novastan, Omestan, Opistan, Ponstan,
Trifastan.
9. Piroxicam
Bentuk obat: Tablet, kapsul, gel
Merek dagang: Artimatic 10, Benoxicam, Counterpain PXM, Denicam 20, Faxiden, Flaxicam,
Infeld 20, Lanareuma, Genroxi, Lexicam, Miradene, Piroxicam, Pirocam, Roxidene 20, Robilex-
20, Rosic 20, Scandene Plus, Tropidene, Wiros, Yasiden 10
10. Meloxicam
Bentuk obat: Tablet, suppositoria, suntik
Merek dagang: Flamoxi, Fri-Art, Hexcam, Mecox, Melocid, Meloxicam, Ostelox, X-Cam
11. Ketoprofen
Bentuk obat: Tablet, suntik, suppositoria, plester, gel
Merek dagang: Altofen, Kaltrofen, Kefentech, Nasaflam, Pronalges, Rhetoflam
12. Dexketoprofen
Bentuk obat: Tablet, suntik
Merek dagang: Dexketoprofen Trometamol, Dextofen, Keren, Tofedex, Tordex, Voxib
13. Nabumetone
Bentuk obat: Tablet salut selaput
Merek dagang: Goflex
14. Ketorolac
Bentuk obat: Tablet, suntik
Merek dagang: Dolac, Erphain, Erphapain, Etofion, Farpain, Ketoflam, Ketorolac Trometamol,
Ketorolac Tromethamine, Ketosic
15. Etodolac
Bentuk obat: Tablet, kapsul
Merek dagang: Lonenea
DAFTAR PUSTAKA
Rahmawati, R., Amin, M., & Lestari, U. (2016). Pengembangan Buku Ajar Biologi
Sel. Jurnal Pendidikan: Teori, Penelitian, dan Pengembangan, 1(9), 1671-1676.
Akbar, B., Aldelina, N., Sari, D., & Amin, M. Abrams, GD, 1994. Respon Tubuh terhadap
Cedera Peradangan dan Perbaikan dalam Price SA dan Wilson, LM Patofisiologi Konsep
Klinis Proses-Proses Penyakit (hal. 35–49). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. African
Journal of Pharmacy and Pharmacology, 3(11), 547-555.
https://www.alodokter.com/obat-antiinflamasi-nonsteroid