Anda di halaman 1dari 10

Mekanisme Inflamasi Akut

Respon inflamasi merupakan upaya oleh tubuh untuk memulihkan dan mempertahankan
homeostasis setelah cidera. Sebagian besar elemen pertahanan tubuh berada dalam darah dan
inflamasi merupakan sarana sel-sel pertahanan tubuh dan molekul pertahanan meninggalkan
darah dan memasuki jaringan di sekitar tempat luka (atau yang terinfeksi). Inflamasi pada
dasarnya menguntungkan, namun inflamasi berlebihan atau berkepanjangan dapat menyebabkan
kerusakan.

Pada dasarnya, mekanisme inflamasi terdiri dari empat kejadian:

a. Otot-otot polos sekitar pembuluh darah menjadi besar, aliran darah menjadi lambat di daerah
infeksi tersebut. Hal ini memberikan peluang lebih besar bagi leukosit untuk menempel pada
dinding kapiler dan keluar ke jaringan sekitarnya.

b. Sel endotel (yaitu sel penyusun dinding pembuluh darah) menjadi kecil. Hal ini menjadikan
ruang antara sel-sel endotel meningkat dan mengakibatkan peningkatan permeabilitas kapiler.
Hal ini dinamakan vasodilatasi.

c. Molekul adhesi diaktifkan pada permukaan sel-sel endotel pada dinding bagian dalam kapiler
(inner wall). Molekul terkait pada pada permukaan leukosit yang disebut integrin melekat pada
molekul-molekul adhesi dan memungkinkan leukosit untuk rata (flatten) dan masuk melalui
ruang antara sel-sel endotel. Proses ini disebut diapedesis atau ekstravasasi.

d. Aktivasi jalur koagulasi menyebabkan fibrin clot secara fisik menjebak mikroba infeksius dan
mencegah mereka masuk ke dalam aliran darah. Hal ini juga memicu pembekuan darah dalam
pembuluh darah kecil di sekitarnya untuk menghentikan perdarahan dan selanjutnya mencegah
mikroorganisme masuk ke aliran darah.
PERUBAHAN MORFOLOGIS DAN FUNGSIONAL

Perubahan morfologis dan fungsional pada peradangan akut diuraikan oleh Cohnheim
pada akhir abad 19; 2 komponen respons/reaksi peradangan akut yaitu:

1. Perubahan/reaksi vaskuler, merupakan perubahan pada pembuluh darah

2. Perubahan/Reaksi seluler, perubahan terjadi pada sel yang terlihat pada radang

PERUBAHAN VASKULER PADA RADANG AKUT

Perubahan Diameter dan Arus Vaskuler

Mula-mula akan terjadi vasomkonstriksi arteriole/penyempitan pembuluh


darah kecil yang sementara, berlangsung beberapa detik sampai beberapa
menit bergantung kepada kerasnya jejas

Kemudian akan terjadi vasodilatasi sehingga aliran darah akan bertambah,


sehingga pembuluh darah penuh berisi darah dan tekanan hidrostatiknya
meningkat, yang selanjutnya dapat menyebabkan keluarnya cairan plasma
dari pembuluh darah itu

Perlambatan sirkulasi/stasis karena peemeabilitas juga bertambah, maka


cairan darah dan protein akan keluar dari pembuluh darah dan
mengakibatkan darah menjadi kental. Pembuluh darah yang melebar itu
tampak penuh den sel darah (hyperemia)
Marginasi lekosit, lekosit bergerak mendekati dinding pembuluh darah dan
akhirnya melekat pada sel endotel, kemudian akan terjadi emigrasi yaitu
leukosit keluar dari pembuluh darah

Perubahan Permeabilitas Vaskuler

Pertukaran cairan yang normal tergantung pada hukum starling dan adanya
endotel yang utuh. Hukum Starling menyatakan bahwa keseimbangan
cairan yang normal terutama oleh dua gaya yang berlawanan: tekanan
hidrostatik menyebabkan cairan keluar dari sirkulasi, dan tekanan osmotic
koloid plasma menyebabkan cairan bergerak ke dalam kapiler

Pada radang terjadi kenaikan tekanan hidrostatik yang disebabkan oleh


vasodilatasi, dan penurunan tekanan osmotic yang disebabkan oleh
bocornya cairan berkadar protein tinggi keluar endotel yang hipermeabel-
menhasilkan pengeluaran cairan dalam jumlah banyak dan edema.

PERUBAHAN SELULER PADA RADANG AKUT

Salah satu tanda terpenting radang akut adalah terjadinya emigrasi sel radang
yang berasal dari darah. Pada fase awal yaitu dalam 24 jam pertama, sel yang paling
banyak bereaksi ialah netrofil atau lekosit polimorfonukleus (PMN).

Sesudah fase awal yang bisa berlangsung sampai 48 jam, mulailah sel makrofag
dan sel yang berperan dalam system kekebalan tubuh seperti limfosit dan sel plasma
bereaksi. Lekosit PMN berfungsi menelan dan merusak bakteri, kompleks imun dan
debris yang berasal dari jaringan yang nekrotik. Selain itu lekosit juga dapat
mengeluarkan enzim dan radikal beracun yang dapat menyebabkan makinluasnya reaksi
radang atau makin banyaknya kerusakan jaringan
Urutan kejadian yang dialami oleh lekosit ialah sebagai berikut:

1. Margination/Penepian lekosit bergerak ke tepi pembuluh darah

2. Sticking/Perlekatan, lekosit melekat pada dinding pembuluh darah

3. Emigration/Diapedesis, lekosit keluar dari pembuluh darah

4. Fagositosis, lekosit menelan bakteri dan debris jaringan


Inflamasi awal dan Diapedesis

1. Selama tahap awal inflamasi, rangsangan seperti cidera atau infeksi memicu pelepasan
berbagai mediator inflamasi seperti leukotrien, prostaglandin, dan histamin. Pengikatan mediator
ini pada reseptornya pada sel endotel menyebabkan vasodilatasi, kontraksi sel endotel, dan
peningkatan permeabilitas pembuluh darah. Selain itu, membran basal sekitar kapiler menjadi
penataaan-ulang sehingga mempromosikan migrasi leukosit dan pergerakan makromolekul
plasma dari kapiler ke jaringan sekitarnya.

Sel mast dalam jaringan ikat, juga basofil, neutrofil, dan trombosit meninggalkan darah dari
kapiler yang cidera, melepaskan atau merangsang sintesis vasodilator seperti histamin,
leukotrien, kinin, dan prostaglandin. Produk tertentu dari jalur komplemen (C5a dan C3a) dapat
mengikat sel-sel mast dan memicu rilis agen vasoaktifnya. Selain itu, kerusakan jaringan
mengaktifkan kaskade koagulasi dan produksi mediator inflamasi seperti bradikinin.

2. Pengikatan histamin pada reseptor histamin pada sel endotel memicu upregulasi molekul P-
selectin dan platelet-activating factor (PAF) pada sel endotel yang melapisi venula.
3. P-selectin kemudian dapat reversibel mengikat P-selectin glycoprotein ligand-1 (PSGL-1)
pada leukosit. Ikatan reversibel ini memungkinkan leukosit sekarang bergulir sepanjang dinding
bagian venule.

4. Pengikatan PAF ke reseptor PAF-R yang sesuai pada leukosit meng-upregulasi ekspresi
integrin disebut leukocyte function-associated molecule-1 (LFA-1) pada permukaan leukosit.
5. Molekul LFA-1 molekul pada guliran leukosit sekarang dapat mengikat kuat ke suatu molekul
adhesi disebut intacellular adhesion molecul-1 (ICAM-1) yang ditemukan pada permukaan sel-
sel endotel membentuk dinding bagian dalam di pembuluh darah.

6. Leukosit rata (flatten out), menerobos (squeeze) antara sel-sel endotel, dan bergerak
melintasi membran basement karena mereka tertarik terhadap agen kemotaktik seperti protein
komplemen C5a dan leukotrien B4 yang dihasilkan oleh sel-sel di lokasi infeksi atau cidera.
Inflamasi akhir dan Diapedesis

1. Biasanya dalam waktu dua sampai empat jam dari tahap awal inflamasi, makrofag diaktifkan
dan sel endotel vaskular melepaskan sitokin inflamasi seperti TNF dan IL-1 ketika TLR
mengikat PAMP. Hal ini memungkinkan sel-sel endotel vaskular terdekat venula untuk
meningkatkan ekspresi molekul adhesi seperti P-selectins, E-selectins, ICAM, dan kemokin.
2. Pengikatan TNF dan IL-1 dengan reseptornya pada sel endotel memicu suatu penjagaan
respon inflamasi oleh upregulasi produksi molekul adhesi E-selectin dan penjagaan ekspresi P-
selectin pada sel-sel endotel yang melapisi venula.

3. E-selectin pada permukaan bagian dalam dari sel-sel endotel sekarang dapat mengikat kuat
integrin terkait, E-selectin ligand-1 (ESL-1) pada leukosit.
4. Leukosit flatten out, squeeze antara sel-sel endotel, dan bergerak melintasi membran basement
karena mereka tertarik terhadap kemokin seperti IL-8 dan monocyte chemotactic protein-1
(MCP-1) yang dihasilkan oleh sel pada tempat infeksi atau cidera. Kebocoran fibrinogen dan
fibronektin plasma kemudian membentuk sebuah molekular scaffold yang meningkatkan migrasi
dan retensi leukosit di situs yang terinfeksi.

Anda mungkin juga menyukai