putih bergerak dan menggulung pelan-pelan sepanjang permukaan endotel pada aliran yang
tersendat tetapi kemudian sel-sel tersebut akan melekat dan melapisi permukaan endotel.2
Emigrasi adalah proses perpindahan sel darah putih yang bergerak keluar dari pembuluh darah.
Tempat utama emigrasi leukosit adalah pertemuan antar-sel endotel. Walaupun pelebaran
pertemuan antar-sel memudahkan emigrasi leukosit, tetapi leukosit mampu menyusup sendiri
melalui pertemuan antar-sel endotel yang tampak tertutup tanpa perubahan nyata.2
Setelah meninggalkan pembuluh darah, leukosit bergerak menuju ke arah utama lokasi jejas.
Migrasi sel darah putih yang terarah ini disebabkan oleh pengaruh-pengaruh kimia yang dapat
berdifusi disebut kemotaksis. Hampir semua jenis sel darah putih dipengaruhi oleh faktorfaktor kemotaksis dalam derajat yang berbeda-beda. Neutrofil dan monosit paling reaktif
terhadap rangsang kemotaksis. Sebaliknya limfosit bereaksi lemah. Beberapa faktor kemotaksis
dapat mempengaruhi neutrofil maupun monosit, yang lainnya bekerja secara selektif terhadap
beberapa jenis sel darah putih. Faktor-faktor kemotaksis dapat endogen berasal dari protein
plasma atau eksogen, misalnya produk bakteri.2
Setelah leukosit sampai di lokasi radang, terjadilah proses fagositosis. Meskipun sel-sel fagosit
dapat melekat pada partikel dan bakteri tanpa didahului oleh suatu proses pengenalan yang
khas, tetapi fagositosis akan sangat ditunjang apabila mikroorganisme diliputi oleh opsonin,
yang terdapat dalam serum (misalnya IgG, C3). Setelah bakteri yang mengalami opsonisasi
melekat pada permukaan, selanjutnya sel fagosit sebagian besar akan meliputi partikel,
berdampak pada pembentukan kantung yang dalam. Partikel ini terletak pada vesikel
sitoplasma yang masih terikat pada selaput sel, disebut fagosom. Meskipun pada waktu
pembentukan fagosom, sebelum menutup lengkap, granula-granula sitoplasma neutrofil
menyatu dengan fagosom dan melepaskan isinya ke dalamnya, suatu proses yang disebut
degranulasi. Sebagian besar mikroorganisme yang telah mengalami pelahapan mudah
dihancurkan oleh fagosit yang berakibat pada kematian mikroorganisme. Walaupun beberapa
organisme yang virulen dapat menghancurkan leukosit.2
Radang akut merupakan jawaban segera atau respon langsung dan dini terhadap
agen jejas. Respon ini relatif singkat, hanya berlangsung beberapa jam atau hari.
Pengenalan segera terhadap masuknya agen jejas akan mempunyai dua dampak
penting yaitu : berhimpunnya antibodi di sekitar agen jejas, emigrasi leukosit dari
pembuluh darah ke jaringan yang terkena agen jejas. Dengan demikian radang
akut mempunyai komponen-komponen sbb :
1. Perubahan penampang pembuluh darah dengan akibat meningkatnya aliran
darah
Segera setelah jejas, terjadi dilatasi arteriol lokal yang didahului oleh vasokontriksi
singkat. Sfingter prakapiler membuka mengakibatkan aliran darah dalam kapiler
meningkat, demikian juga anyaman kapiler yang sebelumnya inaktif akan terbuka.
Akibatnya anyaman venular pasca kapiler melebar dan diisi darah yang mengalir
deras. Dengan demikian vaskulator mikro pada lokasi jejas melebar dan berisi
darah terbendung.
2. Perubahan struktural pada pembuluh darah mikro yang memungkinkan
protein plasma dan leukosit meninggalkan sirkulasi darah
Peningkatan permiabilitas vaskular disertai keluarnya protein plasma dan sel-sel
darah putih ke dalam jaringan, disebut eksudasi dan merupakan gambaran utama
radang akut. Gerakan normal cairan berlangsung keluar masuk dalam vaskulator
mikro yang diatur oleh keseimbangan antara tekanan hidrostatik intra vaskuler
dan dampak lawan tekanan osmotik koloid oleh protein plasma. Pada ujung
arteriol kapiler, tekanan hidrostatik yang tinggi mendesak cairan keluar ke dalam
ruang jaringan interstisial dengan cara ultra filtrasi, sehingga konsentrasi protein
plasma meningkat dan tekanan osmotik koloid bertambah besar. Pertukaran
normal tersebut akan menyisakan sedikit cairan dalam jaringan interstisial yang
mengalir dari ruang jaringan melalui saluran limfatik. Pada umumnya dinding
kapiler dapat dilalui air, garam dan larutan sampai berat jenis 10.000 Dalton.
Gerakan protein plasma dengan berat jenis diatas 10.000 Dalton akan dihambat
oleh karena ukuran molekul protein bertambah besar. Cairan radang
ekstravaskuler dengan berat jenis tinggi diatas 1.020 disebut eksudat, yang
mengandung protein 2 sampai 4 mg% serta sel-sel darah putih yang melakukan
emigrasi. Cairan ini tertimbun sebagai akibat peningkatan permeabilitas vaskuler,
bertambahnya tekanan hidrostatik intravaskuler sebagai akibat aliran darah lokal
yang meningkat serta peristiwa emigrasi leukosit.
3. Agregasi leukosit di lokasi jejas
Penimbunan sel-sel darah putih terutama Neutrofil dan Monosit terhadap lokasi
jejas merupakan aspek terpenting dalam reaksi radang. Sel-sel darah putih
mampu melahap bahan yang bersifat asin termasuk bakteri dan debris sel-sel
nekrosis, dan enzim lisosom yang terdapat didalamnya membantu pertahanan
tubuh. Rangkaian agregasi sel darah putih dalam perilakunya dalam lokasi radang
meliputi :
a. Marginasi dan susunan berlapis
Dalam fokus radang awal bendungan sirkulasi mikro akan menyebabkan sel-sel
darah merah menggumpal dan berbentuk agregat-agregat yang lebih besar dari
leukosit. Menurut hukum fisika, massa sel darah merah ini akan terdapat dibagian
tengah dalam aliran aksial, dan sel-sel darah putih pindah ke bagian tepi
(marginasi) sehingga mengadakan hubungan dengan permukaan endotel. Mulamula sel darah putih ini bergerak pelan-pelan sepanjang permukaan endotel pada
aliran yang tersendat tetapi kemudian akan melekat dan melapisi lapisan endotel.
b. Emigrasi
Emigrasi adalah proses perpindahan sel darah putih yang bergerak keluar dari
pembuluh darah. Tempat utama emigrasi sel darah putih adalah pertemuan antara
sel endotel. Neutrofil adalah sel pertama yang tampak pada ruang perivaskuler,
biasanya disusul oleh monosit. Neutrofil tidak melebihi umur lebih dari 24 48 jam
diluar pembuluh darah dan monosit akan menggantikannya.
c. Kemotaksis
Setelah meninggalkan pembuluh darah, leukosit bergerak ke arah utama lokasi
jejas. Migrasi sel darah putih yang terarah ini disebabkan oleh pengaruh kimia
yang dapat berdifusi dan oleh karena itu disebut kemotaksis. Yang paling reaktif
terhadap rangsang kemotaksis itu adalah neutrofil dan monosit. Faktor-faktor
kemotaksis dapat endogen berasal dari protein plasma atau eksogen misalnya
produk-produk bakteri.
d. Fagositosis
Fagositosis diawali dengan perlekatan partikel pada permukaan fagosit, pelahapan
dan pemusnahan serta penghancuran jasad renik atau partikel yang dimakan.
Kejadian-kejadian yang berhubungan dengan proses radang akut sebagian besar
dimungkinkan oleh produksi dan pelepasan berbagai macam mediator kimia.
Meskipun jenis pengaruh jejas dapat bermacam-macam dan jaringan yang
menyertai radang berbeda, mediator yang dilepaskan sama, sehingga respon
terhadap radang tampak stereotip. Jadi infeksi yang disebabkan oleh kuman, jejas
karena panas, dingin atau tenaga radiasi, jejas listrik atau bahan kimia, dan
trauma mekanik akan memberi reaksi radang segera yang sama.
Kumar-Robbins, Basic Pathology Part 1, W.B. Saunders Company, Philadelphia,
1987
Price, Sylvia Anderson and Wilson, Lorraine McCarty, Pathophysiology-Clinical
Concepts of Desesase Processes, Fourth edition, Mosby Year Book Inc.,Michigan,
1992
Respon inflamasi akut dapat dimulai dari berbagai rangsangan eksogen dan endogen yang
mengakibatkan cidera pada jaringan vaskularisasi. Respon terhadap cidera dimulai dari
hiperemi aktif dengan peningkatan aliran darah ke jaringan yang terluka atau cidera serta
diikuti oleh terjadi dilatasi arteri dan kapiler. Hal ini difasilitasi oleh mediator kimia yaitu
prostaglandin, leukotrien dan oksida nitrat. Akibat dari dilatasi pada arteri dan kapiler, darah
yang mengalir di daerah yang cidera menjadi lebih banyak dan tergenang karena aliran darah
menjadi lambat. Suhu lokasi tempat terjadinya radang menjadi lebih hangat (kolor) dan
memiliki warna kemerahan (rubor).
Daerah hiperemi membentuk kapsul atau pagar yang melokalisasi sarang radang. Stimulasi
mediator inflamasi seperti vasoaktif amin, komponen pelengkap C3a dan C5a, bradikinin,
leukotrien, dan platelet activating factor (PAF) memicu kontraksi dan relaksasi sel-sel endotel
dinding kapiler yang menimbulkan gap (celah) antar endotel. Hal ini mengakibatkan terjadinya
permeabilitas vaskuler dan diikuti dengan peningkatan tekanan hidrostatik di dalam kapiler
mendorong cairan plasma darah (mengandung berbagai protein plasma seperti albumin dan
fibrinogen) keluar ke daerah ektravaskuler. Cairan tersebut menggenangi daerah intertitium
sehingga mengakibatkan terjadinya edema radang atau cairan eksudat dan mengakibatkan
kebengkakan lokal (tumor). Protein penting di dalam eksudat akan teraktivasi menjadi
mediator inflamasi. Protein penting yangpato telah teraktivasi menjadi mediator inflamasi
diantaranya yaitu faktor penggumpal darah (trombin dan fibrinopeptida), faktor fibrinolisis
plasmin dan produk pemecah fibrin, komplemen C3a, C5a, dan C5b-9 serta bradikinin.
Mediator inflamasi yang menimbulkan nyeri (dolor) di lokasi radang yaitu prostaglandin.
Setelah terjadinya hiperemi dan pembentukan edema radang, kemudian diikuti juga dengan
pengiriman leukosit dari lumen pembuluh darah ke lokasi terjadinya kerusakan atau cidera
jaringan. Pada kondisi ini dapat terjadi perubahan pengaliran leukosit di dalam vaskuler pada
daerah inflamasi yang mengalami vasodilatasi kapiler tersebut. Pada kondisi vaskuler normal,
sel darah mengalir di tengah arus. Pada aliran darah yang lamban terjadi marginasi pengaliran
leukosit. Pengiriman leukosit ke lokasi kerusakan jaringan melalui beberapa tahap diantaranya:
Terjadi ekstravasasi (keluar dari vaskuler) leukosit dengan cara bergerak amuboid
menembus gap dinding endotel dan membran basal dan kemudian keluar dari vaskuler
(diapedesis)
Migrasi leukosit dari dalam vaskuler berlanjut setelah tiba di daerah ektravaskuler, pada
jaringan interstitium leukosit mencapai sumber stimulus kemotaktik di dalam sarang inflamasi.
Fenomena kemotaksis menuntut perjalanan amoeboid leukosit dengan mengikuti alur
datangnya bahan kemotaktik mediator inflamasi dengan arah menuju konsentrasi yang lebih
pekat. Leukosit yang sampai di interstitium daerah inflamasi bertindak sebagai sel-sel radang
dan bergabung dengan ektravasasi cairan plasma sebelumnya sebagai bagian dari eksudat
serous. Netrofil merupakan leukosit pertama yang memasuki eksudat pada saat peradangan
akut. Fungsi sel radang di sarang inflamasi akut adalah untuk untuk melaksanakan fagositosis
dan degradasi terhadap agen perusak, agen infeksius seperti bakteri, virus dan mikroba lainnya,
sel dan jaringan nekrotik serta antigen asing. Selain bersifat kemoktatik, mediator inflamasi
memiliki kemapuan meningkatkan potensi atau aktivasi bermacam-macam sel di dalam lokasi
inflamasi seperti sel radang, endotel, dan fibroblast. Pada proses fagositosis oleh leukosit
terjadi proses eliminasi, fagosom bersatu dengan lisosom menjadi fagolisosom dan proses
penghancuran secara enzimatik terjadi. Tahapan yang terjadi pada proses inflamasi akut dapat
dilihat pada Gambar 3.
Radang akut adalah respon yang cepat dan segera terhadap cedera yang
didesain untuk mengirimkan leukosit ke daerah cedera. Leukosit membersihkan
berbagai mikroba yang menginvasi dan memulai proses pembongkaran jaringan
nekrotik. Terdapat 2 komponen utama dalam proses radang akut, yaitu perubahan
penampang dan struktural dari pembuluh darah serta emigrasi dari leukosit.
Perubahan penampang pembuluh darah akan mengakibatkan meningkatnya aliran
darah dan terjadinya perubahan struktural pada pembuluh darah mikro akan
memungkinkan protein plasma dan leukosit meninggalkan sirkulasi darah.
Leukosit
yang
berasal
dari
mikrosirkulasi
akan
melakukan
emigrasi
dan
pada
orientasi
unsur-unsur
berbentuk
darah
terhadap
dinding
pembuluhnya. Perubahan pembuluh darah dilihat dari segi waktu, sedikit banyak
tergantung dari parahnya jejas. Dilatasi arteriol timbul dalam beberapa menit
setelah jejas. Perlambatan dan bendungan tampak setelah 10-30 menit (Robbins &
Kumar, 1995).
Peningkatan permeabilitas vaskuler disertai keluarnya protein plasma dan
sel-sel darah putih ke dalam jaringan disebut eksudasi dan merupakan gambaran
utama reaksi radang akut. Vaskulatur-mikro pada dasarnya terdiri dari saluransaluran yang berkesinambungan berlapis endotel yang bercabang-cabang dan
mengadakan
anastomosis.
Sel
endotel
dilapisi
oleh
selaput
basalis
yang
besar daripada leukosit sendiri. Menurut hukum fisika aliran, massa sel darah
merah akan terdapat di bagian tengah dalam aliran aksial, dan sel-sel darah putih
pindah ke bagian tepi (marginasi). Mula-mula sel darah putih bergerak dan
menggulung
pelan-pelan
sepanjang
permukaan
endotel
pada
aliran
yang
tersendat tetapi kemudian sel-sel tersebut akan melekat dan melapisi permukaan
endotel (Robbins & Kumar, 1995).
Emigrasi adalah proses perpindahan sel darah putih yang bergerak keluar
dari pembuluh darah. Tempat utama emigrasi leukosit adalah pertemuan antar-sel
endotel. Walaupun pelebaran pertemuan antar-sel memudahkan emigrasi leukosit,
tetapi leukosit mampu menyusup sendiri melalui pertemuan antar-sel endotel
yang tampak tertutup tanpa perubahan nyata (Robbins & Kumar, 1995).
Setelah meninggalkan pembuluh darah, leukosit bergerak menuju ke arah
utama lokasi jejas. Migrasi sel darah putih yang terarah ini disebabkan oleh
pengaruh-pengaruh kimia yang dapat berdifusi disebut kemotaksis. Hampir semua
jenis sel darah putih dipengaruhi oleh faktor-faktor kemotaksis dalam derajat yang
berbeda-beda. Neutrofil dan monosit paling reaktif terhadap rangsang kemotaksis.
Sebaliknya
limfosit
bereaksi
lemah.
Beberapa
faktor
kemotaksis
dapat
suatu
proses
yang
disebut
degranulasi.
Sebagian
besar
b. Produk leukosit
Granula lisosom yang terdapat dalam neutrofil dan monosit mengandung
molekul mediator inflamasi. Mediator ini dilepaskan setelah kematian sel oleh
karena peluruhan selama pembentukan vakuola fagosit atau oleh fagositosis yang
terhalang karena ukurannya besar dan permukaan yang tidak dapat dicerna.
Kalikrein yang dilepaskan dari lisosom menyebabkan pembentukan bradikinin.
Neutrofil juga merupakan sumber fosfolipase yang diperlukan untuk sintesis asam
arakidonat (Robbins & Kumar, 1995).
Di dalam lisosom monosit dan makrofag juga banyak mengandung bahan
yang aktif untuk proses radang. Pelepasannya penting pada radang akut dan
radang kronik. Limfosit yang telah peka terhadap antigen melepaskan limfokin.
Limfokin merupakan faktor yang menyebabkan penimbunan dan pengaktifan
makrofag pada lokasi radang. Limfokin penting pada radang kronik (Robbins &
Kumar).
c. Mediator lainnya
Metabolit oksigen reaktif yang dibentuk dalam sel fagosit saat fagositosis
dapat luruh memasuki lingkungan ekstrasel. Diduga bahwa radikal-radikal bebas
yang sangat toksik meningkatkan permeabilitas vaskular dengan cara merusak
endotel
kapiler.
Selain
itu,
ion-ion
superoksida
dan
hidroksil
juga
dapat
ekanisme kerja
Gambar-1
Asam arakidonat terdapat dalam membran sel dan membentuk 5-15% asam
lemak dalam fosfolipid. Asam dekoheksaenoat (DHA : w3, 2:6) yang disintesis dari
asam a-linoleat atau diperoleh langsung dari minyak ikan, terdapat dengan
konsentrasi yang tinggi di dalam retina mata, korteks serebri, testis dan sperma.
DHA terutama diperlukan bagi perkembangan otak dan dipasok lewat plasenta
serta air susu. Segmen sebelah luar sel-sel batang retina mengandung DHA
dengan konsentrasi yang sangat tinggi dan dengan sebagian besar fosfolipid yang
mengandung sedikitnya satu molekul. Fluiditas yang tinggi sebagai akibat dari
keadaan di atas tampaknya diperlukan bagi pelaksanaan fungsi rodopsin yang jika
diaktifkan oleh sebuah foton akan menimbulkan gerakan lateral dan rotasi di
dalam membran. Penderita retinitis pigmentosa dilaporkan memiliki kadar DHA
ASPEK KLINIS
Manusia Juga Memperlihatkan Gejala Jika Mengalami Defisiensi Asam Lemak
Esensial
Gejala pada kulit dan gangguan pengangkutan lipid pernah ditemukan pada
manusia yang makanannya kurang mengandung asam lemak esensial. Pada orang
dewasa dengan diet yang normal, tanda-tanda defisiensi asam lemak esensial
tidak pernah dilaporkan. Meskipun demikian, bayi yang mendapatkan susu
formula yang rendah lemak akan menunjukkan gejala kulit yang bisa disembuhkan
dengan pemberian linoleat. Defisiensi yang berhubungan dengan kekurangan
asam lemak esensial, termasuk asam a-linoleat, juga terjadi pada pasien-pasien
yang hanya mendapatkan nutrisi parenteral dengan kandungan asam lemak
esensial yang rendah untuk waktu yang lama. Defisiensi lemak esensial dapat
dicegah dengan asupan asam lemak esensial sebesar 1-2% dari kebutuhan total
kalori.
Penyakit
Zat anafilaksis yang bereaksi-lambat (SRS-A; slow reacting substance of
anaphylaxis) merupakan campuran leukotrien C4, D4 dan E4. Campuran leukotrien
ini 100-1000 kali lebih poten daripada histamin ataui prostaglandin sebagai
konstriktor otot saluran bronkus. Senyawa leukotrien ini bersama dengan
leukotrien B4 juga menyebabkan permeabilitas vaskular dan penarikan serta
pengaktifan leukosit; senyawa leukotrien tampak pula sebagai regulator yang
penting pada banyak penyakit yang melibatkan reaksi inflamasi atau
hipersensitivitas-segera, seperti pada asma. Senyawa leukotrien bersifat vasoaktif,
dan enzim 5-lipoksigenase ditemukan pada dinding pembuluh arteri.
Bukti yang ada mendukung peranan lipoksin pada fungsi vasoaktif dan
imunoregulasi, seperti misalnya senyawa kontra-regulasi (chalones) pada respons
imun.
RANGKUMAN
(1) Biosintesis asam lemak tak jenuh rantai-panjang dicapai melalui
penggabungan enzim disaturase yang menyisipkan ikatan rangkap dan enzim
elongase yang memperpanjang rantai asil yang ada oleh 2 atom klarbon pada
saat yang sama.
(2) Hewan dengan derajat yang lebih tinggi memiliki keterbatasan pada enzim
desaturase D4, D5, D6 dan D9 sehingga tidak memungkinkan penyisipan ikatan
rangkap, di luar posisi 9 asam lemak. Sebagai akibatnya, asam linoleat (w6) serta
a-linoleat (w3) tidak dapat disintesis dan harus diperoleh dari makanan. Kedua
asam lemak tersebut dinamakan asam lemak esensial.
(3)
(4) Karena berbagai kelompok eikosanoid yang berbeda disintesis dari asam lemak
esensial, keseimbangan antar-efek fisiologis dari berbagai senyawa eikosanoid
dapat dimanipulasi dengan mengubah komposisi asam lemak di dalam
makanan/diet.