Anda di halaman 1dari 36

INFLAMASI

Kelompok 3
1. Anggita Anggraeni
Pramesti
2. Nadiya Nuraizah
3. Sifa Nur Fitriani

Dosen Pembimbing :
dr. Setiawan Sukmaja
Definisi Radang

• Radang ialah respon protektif


setempat yang ditimbulkan
oleh cedera atau kerusakan
jaringan, yang berfungsi
menghancurkan, mengurangi,
atau mengurung baik agen
pencedera maupun jaringan
yang cedera itu.
Reaksi Peradangan

Bila sel-sel atau jaringan-jaringan tubuh mengalami


cedera atau mati, selama pejamu masih bertahan hidup,
jaringan hidup di sekitarnya membuat suatu respons
mencolok yang disebut peradangan. Yang lebih khusus,
peradangan adalah reaksi vaskular yang menimbulkan
pengiriman cairan, zat-zat terlarut, dan sel-sel dari
sirkulasi darah ke jaringan-jaringan interstisial di daerah
cedera atau nekrosis.
Reaksi peradangan sebenarnya merupakan suatu proses yang
dinamik dan kontinu pada kejadian-kejadian yang terkoodinasi
dengan baik. Untuk memunculkan manifestasi suatu reaksi
peradangan, sebuah jaringan harus hidup, dan khususnya harus
memiliki mikrosirkulasi fungsional. Jika daerah jaringan nekrosis luas,
maka reaksi peradangan tidak ditemukan di bagian tengah jaringan,
tetapi pada bagian tepinya, yaitu diantara jaringan mati dan jaringan
hidup yang memiliki sirkulasi utuh. Selain itu, jika cedera tertentu
segera menyebakan kematian pada pejamu, maka tidak ada bukti
reaksi peradangan karena untuk timbulnya respons memerlukan
waktu.
Penyebab-penyebab peradangan banyak dan
bervariasi, dan penting untuk memahami bahwa
peradangan dan infeksi tidak sama. Dengan
demikian, infeksi (adanya mikroorganisme hidup
di dalam jaringan) hanya merupakan salah satu
penyebab peradangan. Peradangan dapat terjadi
dengan mudah dalam keadaan yang benar-benar
steril, seperti pada saat sebagian jaringan mati
karna hilangnya suplai darah.
Gambaran Makroskopis
1. Rubor (kemerahan)
2. Kalor (panas)
3. Dolor (nyeri)
4. Tumor
(pembengkakan)
5. Fungsio laesa
(perubahan fungsi)
Aspek Cairan dan Aspek Selular pada
Peradangan

Cairan selular
• Eksudasi • Marginasi dan
• Limfatik dan Emigrasi
Aliran Limf • Kemotaksis
Pola – Pola Peradangan
1. Eksudat Nonselular
 Eksudat Serosa
Jenis eksudat nonselular yang paling
sederhana adalah eksudat serosa, yang pada
dasarnya terdiri atas protein yang bocor dari
pembuluh-pembuluh darah yang permeabel di
daerah peradangan bersama dengan cairan
yang menyertainya. Contoh eksudat serosa
yang paling dikenal adalah cairan pada luka
lepuh.
Eksudat Fibrinosa
Jenis kedua eksudat nonselular adalah eksudat
fibrinosa, yang terbentuk saat protein yang
keluar dari pembuluh darah didaerah
peradangan mengandung banyak fibrinogen.
Fibrinogen ini diubah menjadi fibrin, berupa
jalinan yang lengket dan elastik (mungkin lebik
dikenal sebagai bagian utama bekuan darah).
Eksudat fibrinosa sering dijumpai di atas
permukaan permukaan serosa yang meradang
sepeti pleura dan perikardium.
Eksudat Musinosa
Jenis eksudat ini hanya dapat terbentuk di atas
permukaan membran mukosa, tempat sel-sel yang
dapat menyekresi musin. Jenis eksudat ini berbeda
dari eksudat lain karena eksudat ini merupakan
sekresi selular bukannya dari sesuatu yang keluar
dari aliran darah. Sekresi musin merupakan sifat
normal membran mukosa, dan eksudat musinosa
tidak lebih merupakan percepatan proses fisiologis
dasar. Contoh eksudat musin yang paling dikenal
dan sederhana pilek yang menyertai berbagai infeksi
pernapasan bagian atas.
2. Eksudat Selular
Eksudat Neutrofilik
Eksudat yang paling sering dijumpai terutama terdiri
atas PMN, dalam jumlah yang begitu banyak sehingga
lebih menonjol daripada bagian cairan dan proteinosa.
Eksudat neutrofilik semacam ini disebut purulen.
Eksudat purulen biasanya terbentuk sebagai respons
terhadap nfeksi bakteri; eksudat ini juga terdapat dalam
respons terhadap banyak cedera aseptik dan secara
mencolok terjadi hampir di semua tempat pada tubuh
yang jaringannya telah menjadi nekrotik.
Eksudat Campuran
Seperti yang diduga, sering terjadi campuran eksudat
selular dan nonselular, dan dinamakan sesuai dengan
campurannya. Campuran ini meliputi eksudat
fibrinopurulen, yang terdiri atas fibrin dan PMN, eksudat
mukopurulen yang terdiri atas musin dan PMN, eksudat
serofibrinosa, dan seterusnya. Eksudat-eksudat tertentu
seperti eksudat musinosa dan mukopurulen khas untuk
membentuk membran mukosa.
Kadang-kadang pada kerusakan membran mukosa,
daerah nekrotik dapat mengelupas, menimbulkan celah
pada permukaan mukosa. Defek semacam ini disebut
ulkus.
Peradangan Granulomatosa
Suatu pola peradangan khas dan berbeda yang dapat
terjadi dimana saja adalah peradangan
granulomaltosa. Sifat khas peradangan ini adalah
pengumpulan makrofag dalam jumlah besar dan
agregasi makrofag menjadi gumplan-gumpalan
nodular yang disebut grenuloma. Walaupun banyak
eksudat peradangan mengandung makrofag yang
cukup, pada peradangan granulomatosa, lapangan
pandang didominasi oleh lapisan sel-sel makrofag
atau derivatnya, seperti sel-sel epitelioid atau sel-sel
raksasa berinti banyak.
Jenis-jenis radang
Menurut faktor klinis dan
lamanya:
1. Radang akut
2. Radang kronis
1. Radang Akut
Perubahan morfologis dan fungsional pada
peradangan akut diuraikan oleh Cohnheim,
komponen respons/reaksi peradangan akut
yaitu:
Perubahan/reaksi vaskuler, merupakan
perubahan pada pembuluh darah
Perubahan/Reaksi seluler, perubahan terjadi
pada sel yang terlihat pada radang
 Perubahan Vaskuler Pada Radang Akut

1. Perubahan Diameter dan Arus Vaskuler


• Mula-mula akan terjadi vasomkonstriksi
arteriole/penyempitan pembuluh darah kecil yang
sementara, berlangsung beberapa detik sampai
beberapa menit bergantung kepada kerasnya jejas.
• Kemudian akan terjadi vasodilatasi sehingga aliran
darah akan bertambah, sehingga pembuluh darah
penuh berisi darah dan tekanan hidrostatiknya
meningkat, yang selanjutnya dapat menyebabkan
keluarnya cairan plasma dari pembuluh darah itu.
• Perlambatan sirkulasi/stasis karena peemeabilitas
juga bertambah, maka cairan darah dan protein
akan keluar dari pembuluh darah dan
mengakibatkan darah menjadi kental. Pembuluh
darah yang melebar itu tampak penuh den sel
darah (hyperemia).
• Marginasi leukosit, leukosit bergerak mendekati
dinding pembuluh darah dan akhirnya melekat
pada sel endotel, kemudian akan terjadi emigrasi
yaitu leukosit keluar dari pembuluh darah.
2. Perubahan Permeabilitas Vaskuler
• Pertukaran cairan yang normal tergantung pada hukum
starling dan adanya endotel yang utuh. Hukum Starling
menyatakan bahwa keseimbangan cairan yang normal
terutama oleh dua gaya yang berlawanan: tekanan
hidrostatik menyebabkan cairan keluar dari sirkulasi,
dan tekanan osmotic koloid plasma menyebabkan
cairan bergerak ke dalam kapiler.
• Pada radang terjadi kenaikan tekanan hidrostatik yang
disebabkan oleh vasodilatasi, dan penurunan tekanan
osmotic yang disebabkan oleh bocornya cairan
berkadar protein tinggi keluar endotel yang
hipermeabel-menghasilkan pengeluaran cairan dalam
jumlah banyak dan edema.
 Perubahan Seluler Pada Radang Akut

• Salah satu tanda terpenting radang akut adalah terjadinya


emigrasi sel radang yang berasal dari darah. Pada fase awal
yaitu dalam 24 jam pertama, sel yang paling banyak
bereaksi ialah netrofil atau lekosit polimorfonukleus (PMN).
• Sesudah fase awal yang bisa berlangsung sampai 48 jam,
mulailah sel makrofag dan sel yang berperan dalam system
kekebalan tubuh seperti limfosit dan sel plasma bereaksi.
Lekosit PMN berfungsi menelan dan merusak bakteri,
kompleks imun dan debris yang berasal dari jaringan yang
nekrotik. Selain itu lekosit juga dapat mengeluarkan enzim
dan radikal beracun yang dapat menyebabkan makinluasnya
reaksi radang atau makin banyaknya kerusakan jaringan
Urutan kejadian yang dialami oleh lekosit ialah
sebagai berikut:
• Margination/Penepian, leukosit bergerak ke tepi
pembuluh darah
• Sticking/Perlekatan, leukosit melekat pada dinding
pembuluh darah
• Emigration/Diapedesis, leukosit keluar dari
pembuluh darah
• Fagositosis, leukosit menelan bakteri dan debris
jaringan
2. Radang Kronik

Radang kronis dapat diartikan sebagai inflamasi yang berdurasi


panjang (berminggu-minggu hingga bertahun-tahun) dan terjadi
proses secara simultan dari inflamasi aktif, cedera jaringan, dan
penyembuhan. Perbedaannya dengan radang akut, radang akut
ditandai dengan perubahan vaskuler, edema, dan infiltrasi
neutrofil dalam jumlah besar. Sedangkan radang kronik ditandai
oleh infiltrasi sel mononuklir (seperti makrofag, limfosit, dan sel
plasma), destruksi jaringan, dan perbaikan (meliputi proliferasi
pembuluh darah baru/angiogenesis dan fibrosis) (Mitchell &
Cotran, 2003).
Berdasarkan Eksudat Berdasarkan Jaringan
Hemoralnya: atau Mikroskopisnya:

1. Radang Katarhalis 1. Radang Eksudatif


2. Radang Fibrinosa 2. Radang Degeneratif
3. Radang Serosa 3. Radang Proliferatif
4. Radang Purulenta
5. Radang Haemorhagik Berdasarkan Lokasinya:
6. Radang 4. Abses
Pseudomembranosa 5. Phlegmon / Selulitis
Gambaran radang kronik
secara umum, yaitu:
• Onset yang terjadi kemudian, dalam hitungan
hari
• Berlangsung lebih lama, dalam hitungan
minggu hingga tahun
• Ditandai adanya sel limfosit dan makrofag
•  Proliferasi pembuluh darah dan jaringan ikat
Pemulihan Jaringan
• Pemulihan jaringan merupakan proses
akhir dari suatu radang menuju
penyembuhan, sedangkan
penyembuhan merupakan proses atau
cara memperbaiki jaringan yang rusak

• Sel yang menggantikan jaringan yang


rusak berasal dari 2 sumber. Yaitu :
• Jaringan Parenkim
• Jaringan stroma
Lanjutan

• sel parenkim terjadi dengan


mengganti sel yang rusak dengan sel
yang baru dan sama, sehingga fungsi
tubuh dan jaringan akan pulih kembali
dengan sempurna. Penyembuhan yang
demikian disebut regenerasi.
• jaringan storma sel jaringan
yang rusak akan diganti dengan
jaringan ikat. Proses demikian disebut
organisasi.
Histologi Pada Cel
Radang
Radang Usus

Radang usus adalah penyakit jangka panjang


yang biasanya gejala muncul dan menghilang
selama beberapa waktu Tingkat keparahan
gejala yang muncul tergantung pada bagian
mana saja yang mengalami peradangan
Berikut ini beberapa faktor lain yang turut meningkatkan risiko Anda
menderita radang usus,yaitu:
1) Merokok. Kegiatan ini sangat meningkatkan risiko terkena penyakit
Crohn.
2) Obat anti inflamasi non–steroid (OAINS). Beberapa obat-obatan
dalam kelompok OAINS bisa meningkatkan risiko mengalami radang
usus, misalnya ibuprofen, naproxen, diclofenac dan lainnya.
Radang Panggul

Radang panggul atau pelvic inflammatory disease


(PID) adalah suatu infeksi yang menjangkit tuba
fallopi, rahim, ovarium, leher rahim, atau panggul
perempuan.
Kasus radang panggul sebagian besar ditemukan
pada perempuan berusia 15-24 tahun yang aktif
Radang Paru-Paru
Radang paru-
paru atau
pneumonia
adalah kondisi
inflamasi pada
paru utamanya
memengaruhi
kantung-
kantung udara
mikroskopik
yang dikenal
Radang Sendi

• Radang Sendi
Arthritis
adalah
peradangan
pada salah
satu sendi
atau
beberapa
sendi.
Radang Tenggorokan

Sakit
tenggorokan
atau disebut
faringitis, terjadi
karena infeksi
bakteri atau
virus seperti
Radang Selaput Otak – Meningitis
• Meningitis
merupakan
suatu gejala
keradangan
yang
mengenai
lapisan
selaput
pelindung
jaringan otak
dan sumsum
Radang Lambung

Pada penderita
radang lambung
atau maag,
dijumpai adanya
suatu iritasi atau
infeksi atau
peradangan pada
dinding mukosa
lambung
sehingga dinding
lambung menjadi
merah, bengkak,
Radang Otak

• Radang otak atau ensefalitis adalah


inflamasi yang terjadi pada otak
• radang otak berpotensi menjadi kondisi
yang serius dan dapat mengancam jiwa.

Anda mungkin juga menyukai