Anda di halaman 1dari 9

PERADANGAN

dr. WILDANA ABBAS, SpPK

PROSES PERADANGAN

Selama hidup seseorang, jaringan maupun organ tubuhnya pasti pernah cedera.
Agar semua dapat berjalan baik, maka terjadi perbaikan dan pemulihan pada jaringan
dan organ tersebut. Banyak faktor lingkungan dan perorangan yang dapat memodifikasi
dan mempengaruhi proses pemulihan. Pemulihan atau penyembuhan biasanya diawali
suatu proses peradangan.

Tabel 1. Jenis-jenis luka mekanik dan fisik

Luka Definisi
Mekanik
- Insisi Disebabkan oleh alat pemotong, tepian luka rata dan rapat.
- Kontusi Disebabkan oleh benda tumpul, umumnya merusak permukaan
kulit atau organ; menimbulkan perdarahan atau ekimosis pada
jaringan yang terkena
- Abrasi Disebabkan oleh gesekan atau kerokan pada lapisan epidermis
kulit atau membran mukosa
- Laserasi Disebabkan oleh robekan pada jaringan akibat benda tumpul;
robekan tidak teratur
- Pungsi Disebabkan oleh tertusuknya jaringan atau organ oleh benda
runcing seperti paku dan jarum

Fisik
- Agen mikroba Organisme hidup dapat mempengaruhi kulit, membran mukosa,
organ dan aliran darah, menghasilkan ekstoksin, atau
melepaskan endotoksin atau mempengaruhi sel-sel lain.
- Agen kimia Agen yang toksik untuk sel-sel tertentu; termasuk agen farmasi,
agen yang dibebaskan nekrosis sel, asam, alkohol, logam, dll
- Agen termal Suhu tinggi atau rendah dapat menimbulkan luka; ini pada
gilirannya berakibat nekrosis sel.
- Radiasi Sinar UV atau sinar-X mempengaruhi epitel dan atau membran
mukosa; dosis yang tinggi dapat menimbulkan perubahan pada
sistem saraf pusat, sistem hemopoietik, dan sistem
gastrointestinal.

Luka adalah rusak atau terputusnya keutuhan jaringan yang disebabkan cara
fisik atau mekanik. Setiap jenis luka menimbulkan peradangan yang merupakan reaksi

1
tubuh terhadap cedera. Ada penyakit yang mengganggu proses penyembuhan atau
menurunkan daya tahan tubuh terhadap infeksi. Contohnya AIDS, gagal ginjal, dll.

Peradangan dapat didefinisikan sebagai reaksi jaringan terhadap cedera, yang


secara khas terdiri atas respon vaskular dan seluler, yang bersama-sama berusaha
menghancurkan substansi yang dikenali sebagai asing untuk tubuh. Jaringan itu
kenudian dipulihkan seperti sediakala atau diperbaiki sedemikian rupa agar jaringan
atau organ itu dapat tetap bertahan hidup.

Penyembuhan secara ideal berusaha memulihkan jaringan asalnya, namun bila


tidak mungkin akan timbul jaringan parut. Radang ada yang akut dan ada yang
menahun. Penyebab paling umum dari peradangan adalah 1) infeksi (dari mikroba
dalam jaringan), 2) trauma fisik (sering disertai perdarahan dalam jaringan, 3) cereda
kimiawi, radiasi, mekanik atau termal (yang langsung merangsang jaringan, 4) reaksi
imun (menimbulkan respon hipersensitivitas dalam jaringan).

RADANG AKUT

Tahap Vaskular

Bila terjadi cedera jaringan, sejumlah besar substansi kimia kuat dibebaskan ke
dalam jaringan. Substansi ini membentuk “dinding kimiawi” yang disebut gradien
kemotaktik, yang menarik cairan dan sel-sel. Reaksi awal terhadap cedera adalah refleks
neural yang berakibat vasokonstriksi, untuk mengurangi aliran darah (mengurangi
perdarahan). Tidak lama kemudian diikuti dilatasi arteriol dan venula, agar lebih
banyak cairan dapat memasuki celah-celah jaringan, termasuk fibrinogen. Cairan ini
berfungsi mengencerkan agen kimiawi yang merusak, serta membawa komplemen,
antibodi dan zat-zat lain ke daerah tersebut.

Tahap Selular

Komponen dari eksudat cairan menimbulkan respon khas oleh lekosit yang
umumnya dikatakan sebagai marginasi dan “pavementing”, emigrasi terarah, agregasi,
pengenalan dan fagositosis.

2
Marginasi dan “Pavementing”

Marginasi berarti merapatnya granulosit dan monosit pada endotel pembuluh


darah. Karena permeabilitas kapiler meningkat pada awal cedera, maka aliran darah
melambat. Sel-sel polimorfnuklear (PMN) menepi (pada venula), membentuk lapisan
tersendiri melekat pada dinding. Karena tampilan lapisan ini, maka proses ini disebut
“pavementing”.

Emigrasi

Keluarnya lekosit dengan menerobos diantara endotel menuju ke tempat cedera


melaui proses yang disebut emigrasi. Neutrofil bergerak dengan gerak amuboid
menorobos diantara sel-sel endotel, sampai ditempat cedera. Yang pertama tiba adalah
netrofil, monosit (makrofag) dan limfosit tiba kemudian. Kadang-kadang eritrosit iut
masuk dalam jaringan. Gerak PMN secara orientasi terarah disebabkan kemotaksis.
Kemotaksis adalah gerak terarah dari sel-sel ameuboid melalui gradien konsentrasi
terdiri atas substansi seperti toksin bakterial, produk perombakan jaringan, faktor
komplemen yang aktif, dan faktor-faktor lain. Gradien menentukan arah kekuatan yang
menarik sel-sel fagositik ke daerah itu.

Pengenalan dan Fagositosis

Fagositosis adalah proses spesifik terhadap partikel yang dikenali sebagai asing
oleh fagosit itu. Fagosit terpenting adalah netrofil dan makrofag. Dalam proses
memfagositosis, fagosit itu sering mati, pecah dan mengeluarkan enzim pencernaannya
yang dapat mencederai jaringan sekitar. Bila banyak fagosit yang mati, terjadi
akumulasi nanah dan bersama materi atau benda asing dikeluarkan dari tubuh.

EKSUDAT

Dalam proses peradangan terbentuk jenis eksudat berbeda, yang dapat menjadi
petunjuk sifat proses peradangan itu. Suatu eksudat adalah cairan atau bahan yang
terkumpul dalam suatu rongga atau ruang jaringan. Eksudat yang paling sederhana,
eksudat serosa, adalah cairan kaya protein yang keluar masuk ke dalam jaringan pada
tahap awal inflamasi. Karena kandungan proteinnya tinggi, serosa menarik air dan
menyebabkan edema pada sisi reaksi inflamasi. Eksudat purulen adalah eksudat yang
mengandung pus, yang adalah netrofil fagosit dan organisme ‘penghasil pus’ yang
3
terletak di area pertahanan untuk mencegah infeksi karena penyebaran sistem.
Bergantung pada sumber peradangan, maka jenis eksudat itu macam-macam (lihat
tabel).

Tabel 2. Tipe-tipe eksudat

Nama Deskripsi
Serosa Cairan eksudat kaya protein; tanpa sel
Fibrinosa Eksudat kaya fibrin; dapat berakibat perlekatan
Hemoragis Umumnya eksudat supuratif dengan sel darah merah
Purulen Eksudat yang mengandung nanah (pus)
Supuratif Eksudat dengan pus dan jaringan yang rusak; pada awal
supurasi, terutama sel PMN; pada yang lanjut terutama
makrofag
Abses Daerah bernanahh, biasanya terpusat dalam organ
Furunkel Abses dari kulit
Karbunkel Abses luas kulit yang cenderung menyebar
Selulitis Eksudasu supuratif dengan penyebaran difus melalui jaringan
Serofibrinosa Eksudat serosa yang kaya fibrin
Fibrinopurulen Eksudat purulen yang kaya fibrin.

RADANG KRONIS

Bila proses peradangan (inflamasi) tetap ada dan belum teratasi, terjadi beberapa
hal. Daerah itu diinfiltrasi lekosit mononuklear, khususnya makrofag dan limfosit.
Namun jenis radang kronik tertentu, seperti osteomielitis, mengandung netrofil
berbulan-bulan lamanya, sementara radang akut tertentu sejak awal sudah banya
limfositnya. Peradangan kronis diinfiltrasi banyak fibroblas, yang membentu kolagen,
dan terbentuk jaringan parut. Luka parut dan radang menahun itu sering mengganggu
fungsi organ tersebut.

Pola radang kronis khas adalah radang granulomatosa, yang ditandai


berkumpulnya banyak makrofag atau histiosit. Benda asing penyebab dikurung dan
dipisahkan dari jaringan sekitar, tidak dibuang. Pada tuberkulosis, granuloma yang

4
dihasilkan disebut tuberkel, yang ditandai nekrosis (perkejuan) dan infiltrat kalsium
pada tepian granuloma itu.

EFEK LOKAL DAN SISTEMIK PERADANGAN

Semua jenis peradangan memiliki kelima tanda utama radang, yaitu: calor
(panas), dolor (nyeri), tumor (bengkak), dan functio laesa (gangguan fungsi). Gejala-
gejala ini diakibatkan oleh vasodiltasi, eksudasi dan iritasi dari ujung-ujung saraf.
Vasodilatasi dihubungkan dengan pelepasan mediator kimia. Eksudasi akibat dari
perpindahan cairan dan lekosit ke area yang terkena. Ujung saraf yang teriritasi oleh
mediator kimia, menyebabkan nyeri dan kadang kehilangan fungsi. Peradangan juga
menimbulkan demam, lekositosis, limfadenopati, peningkatan laju endap darah.

Limfadenopati

Linfadenopati adalah suatu tanda infeksi berat dan terlokalisasi. Limfadenopati


terjadi jika limfonodus lokal dan pembuluh darah mengalirkan materi terinfeksi, yang
tertangkap dalam jaringan folikular nodus.

Peningkatan aliran limfatik adalah karakteristik dari inflamasi lokal. Jika terjadi
inflamasi pembuluh limfatik, ini disebut limfangitis. Sistem limfe membantu
mempertahankan infeksi tetap terlokalisasi dan terisolasi dari aliran darah.

Demam

Demam adalah fenomena paling umum dari penyakit terutama inflamasi.


Demam dianggap disebabkn oleh pelepasan pirogen endogen dari makrofag dan
kemungkinan dari eosinofil, yang diaktivasi oleh fagosit, endotoksin, kompleks imun,
dan produk lain. Pirogen ini (substansi penghasil demam) bekerja pada pusat pengatur
suhu di hipotalamus untuk meningkatkan tingkat pengatur termostat.

Tujuan dari demam tidak diketahui, tetapi pada peningkatan suhu fagosit bekerja
lebih cepat untuk mencapai tujuannya. Metabolisme tubuh ini meningkat, yang dapat
meningkatkan fagositosis melalui peningkatan aliran darah. Demam pada infeksi virus
dapat merangsang produksi interferon yang dapat membatasi perjalanan infeksi virus.

5
Laju Endap Darah (LED)

LED adalah kecepatan eritrosit mengendap dalam tube tes. Pada peradangan,
kecepatan meningkat, kemungkinan karena perubahan pada komponen plasma yang
terjadi selama proses inflamasi. Protein plasma yang terlibat dalam peningkatan LED
disebut protein fase akut dan terutama dilepaskan oleh hati dalam respon terhadap
stimulus interleukin-1. LED digunakan untuk memantau aktivitas berbagai penyakit
inflamasi.

Lekositosis

Lekositosis mengacu pada peningkatan jumlah sel lekosit. Peningkatan dalam


jumlah sel adalah selektif, sesuai dengan agen penyebab. Contoh, bakteri pirogen sering
menyebabkan peningkatan jumlah netrofil, sedangkan infeksi helmintik dapat
menyebabkan eosinofilia. Peningkatan dalam jumlah limfosit sirkulasi umumnya
terjadi pada infeksi virus. Pada infeksi berat dapat terjadi neutropenia. Penipisan
netrofil ini menunjukkan bahwa sistem tersebut tidak mampu meningkatkan pertahanan
adekuat.

RESOLUSI PERADANGAN

Benda asing penyebab radang perlu disingkirkan atau dikucilkan. Hal ini
terlaksana melalui 1) resolusi sederhana, 2) regenerasi, dan/atau 3) penggantian oleh
jaringan ikat parut.

Resolusi Sederhana

Jenis resolusi ini hanya bisa terjadi bila tidak ada kerusakan pada jaringan
normalnya. Permeabilitas pembuluh darah kembali normal dan kelebihan cairan
diserap.

Regenerasi

Jaringan yang hilang dan nekrotik diganti oleh jaringan yang sama. Syarat
regenerasi adalah 1) sebagian struktur asli tetap dipertahankan dan 2) kerangka dasar
jaringan tetap terpelihara.

6
PERBAIKAN DAN PENYEMBUHAN LUKA

Perbaikan dan penyembuhan adalah proses pergantian sel-sel mati dengan sel-
sel yang berbeda dari sel asalnya. Sel-sel baru membentuk jaringan granulasi, yang
nantinya menjadi jaringan parut fibrosa. Penyembuhan luka dimulai dengan proses
peradangan. Kemudian terjadi pembersihan daerah itu dari debris sel, organisme dan
jaringan mati, dan bekuan darah oleh makrofag dan sedikit oleh netrofil. Kemudian
terbentuk jaringan granulasi (organisasi). Jaringan granulasi muda berwarna merah,
halus dan mudah berdarah. Secara berangsur diletakkan kolagen dalam jaringan ini,
sehingga berangsur menjadi jaringan fibrosa. Nantinya kolagen ini berkerut dan
jaringan ini menjadi jaringan parut (sikatriks).

FAKTOR YANG MENGHAMBAT PENYEMBUHAN LUKA

Beberapa faktor dapat mempengaruhi kemapuan tubuh untuk menyembuhkan


luka. Defisiensi oksigen, malnutrisi dan ketidakseimbangan elektrolit adalah contoh-
contoh dari kondisi yang secara nyata mempengaruhi efisiensi mekanisme pertahanan
normal. Supresi imun dan defisiensi pembekuan juga dapat mengganggu penutupan
permukaan luka. Efek-efek stres tubuh sistemik ini karena cedera dan prnyakit
menghasilkan supresi imun, yang mengakibatkan perlambatan penyembuhan.

Tabel 3. Faktor-faktor yang menghambat penyembuhan luka

Faktor umum Faktor lokal


- Usia - Devitalisasi jaringan
- Status nutrisi  Kerusakan jaringan saat cedera
Defisiensi vitamin  Cedera seluler karena penggunaan
Penipisan protein antiseptik berlebihan
- Ketidakseimbangan cairan-elektrolit  Penurunan jaringan yang diubah
menjadi status avaskuler, seperti oleh
Dehidrasi, kondisi edema atau
balutan restriktif berlebihan atau
keduanya. hematoma luas.
- Obat-obatan (imunosupresif, - Seroma atau hematoma yang
glukokortikoid, antikoagulan) memberikan kondisi baik utk
- Penyakit (DM, hemofilia, dll) pertumbuhan bakteri
- Imfeksi bakteri
- Tertahannya benda asing, termasuk
materi yang terbenam dalam jahitan
- Kegagalan untuk menutup ruang
kosong
- Penyatuan tepi luka yang tidak tepat

7
PENYEMBUHAN ABERANS

Aberans berarti menyimpang dari normalnya. Pada luka menyembuh,


penyimpangan dari normalnya dapat berakibat komplikasi, deformitas, dan penurunan
fungsi dari jaringan yang cedera itu. Akibat penyembuhan aberans tergantung dari
lokasi luka, derajat penyimpangan dan faktor individual lain. Penyembuhan aberans
terjadi karena adanya kelainan dalam mekanisme penyembuhan yang berakibat
terbentuknya jaringan parut yang berlebihan dan keloid, kontraktur, konstriksi atau
adhesi.

Granulasi Berlebihan dan Keloid

Keadaan ini adalah terbentuknya jaringan granulasi atau parut berlebihan atau
keloid, sehingga menonjol dari permukaan kulit. Keloid dapat terjadi pada setiap luka,
namun paling sering terjadi di daerah wajah, leher dan bahu. Orang berkulit warna
gelap lebih banyak membentuk keloid; juga yang berumur kurang dari 30 tahun. Keloid
cenderung kambuh setelah dibuang.

Kontraktur

Kontraktur terjadi pada setiap penyembuhan luka, namun bila parutnya besar,
apalagi terdapat pada daerah dekat sendi atau organ lain yang bergerak (kepala, paru),
dapat mengganggu fungsi gerak organ bersangkutan.

Konstriksi dan Stenosis

Konstriksi dan stenosis terjadi bila parut itu pada atau sekitar daerah tubular,
seperti uretra atau esofagus.

Adhesi

Adhesi dapat terjadi setelah peradangan pada membran serosa atau mukosa
menyembuh, yang melekatnya pada daerah berdekatan. Adhesi biasanya terjadi di
dalam rongga peritoneum, diantara lengkung-lengkung usus dengan dinding visera
abdomen, terutama setelah mengalami bedah dalam rongga perut. Adhesi ini dapat

8
berakibat obstruksi parsial atau total dari usus. Adhesi rongga pleura sering terjadi
setelah pleuritis, yang dapat mengganggu pernapasan.

Dehidens dan Eviserasi

Dehisens (dehiscence) adalah kerusakan permukaan yang mengakibatkan


terbukanya luka yang sebelumnya tertutup. Ini dapat terjadi sebagai akibat dari
pemberhentian penyembuhan primer atau sekunder. Dehisens terjadi bila kekuatan
kerangka kerja kolagen tidak adekuat melawan kekuatan yang ditimbulkan pada luka.
Sintesis kolagen yang buruk sering dihubungkan dengan sirkulasi yang buruk.

Eviserasi mengacu pada organ internal yang berpindah melalui suatu dehidens.
Ini paling sering terjadi pada rongga abdomen, tetapi organ lain juga dapat mengalami
hal yang sama.

Anda mungkin juga menyukai