Anda di halaman 1dari 22

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN

DENGAN HERPES SIMPLEKS, HERPES


ZOSTER DAN VARICELLA

Kelompok 2
 
 
ANDI NURKHAERUNNISSA ALWI (190402023)
FIRDA SINTIA (190402029)
MUSTIKA SARI (190402035)
MUH. TAHIR (190402011)

 
DOSEN PENGAMPUH:
RISKA ERNAWATI S.Kep .Ns.,M.M.kep
 
A.Defenisi
Herpes Zoster
Herpes zooster adalah radang kulit akut
dan setempat yang merupakan reaktivasi
virus variselo-zaster dari infeksi
endogen yang telah menetap dalam
bentuk laten setelah infeksi primer oleh
virus ( Marwali, 2000).
Sedangkan menurut Sjaiful (2002),
merupakan penyakit neurodermal
ditandai dengan nyeri radikular
unilateral serta erupsi vesikuler
berkelompok dengan dasar eritematoso
pada daerah kulit yang dipersarafi oleh
saraf kranialis atau spinalis
B. Etiologi

1. Herpes zoster disebabkan oleh reaktivasi dari virus


varicella zoster. Infeksiositas virus ini dengan cepat
dihancurkan oleh bahan organic, deterjen, enzim
proteolitik, panas dan suasana Ph yang tinggi. Masa
inkubasinya 14–21 hari.
2. Faktor Resiko Herpes zoster.
a. Usia lebih dari 50 tahun, infeksi ini sering terjadi
pada usia ini akibat daya tahan tubuhnya
melemah. Makin tua usia penderita herpes zoster
makin tinggi pula resiko terserang nyeri.
b. Orang yang mengalami penurunan kekebalan
(immunocompromised) seperti HIV dan
leukimia. Adanya lesi pada ODHA merupakan
manifestasi pertama dari immunocompromised.
c. Orang dengan terapi radiasi dan kemoterapi.
3. Orang dengan transplantasi organ mayor seperti
transplantasi sumsum tulang
C. Patofisiologi

Herpes zoster bermula dari Infeksi primer dari VVZ


(virus varisells zoster) ini pertama kali terjadi di daerah
nasofaring. Disini virus mengadakan replikasi dan
dilepas ke darah sehingga terjadi viremia permulaan
yang sifatnya terbatas dan asimptomatik. Keadaan ini
diikuti masuknya virus ke dalam Reticulo Endothelial
System (RES) yang kemudian mengadakan replikasi
kedua
1. yang sifat viremianya lebih luas dan

simptomatik dengan penyebaran virus ke kulit dan


mukosa. Sebagian virus juga menjalar melalui serat-
serat sensoris ke satu atau lebih ganglion sensoris dan
berdiam diri atau laten didalam neuron. Selama
antibodi yang beredar didalam darah masih tinggi,
reaktivasi dari virus yang laten ini dapat dinetralisir,
tetapi pada saat tertentu dimana antibodi tersebut
turun dibawah titik kritis maka terjadilah reaktivasi
dari virus sehingga terjadi herpes zoster.
D.Klasifikasi

Menurut lokasi lesinya, herpes zoster dibagi menjadi:


a.Herpes zoster oftalmikus
1. Herpes zoster oftalmikus merupakan infeksi virus
herpes zoster yang mengenai bagian ganglion gasseri
yang menerima serabut saraf dari cabang ophtalmicus
saraf trigeminus (N.V), ditandai erupsi herpetik
unilateral pada kulit.Infeksi diawali dengan nyeri kulit
pada satu sisi kepala dan wajah disertai gejala
konstitusi seperti lesu, demam ringan. Gejala
prodromal berlangsug 1 sampai 4 hari sebelum
kelainan kulit timbul. Fotofobia, banyak kelar air
mata, kelopak mata bengkak dan sukar dibuka
b.Herpes zoster fasialis
Herpes zoster fasialis merupakan infeksi virus herpes zoster yang
mengenai bagian ganglion gasseri yang menerima serabut saraf
fasialis (N.VII), ditandai erupsi herpetik unilateral pada kulit

c.herpes zoster brakialis


Herpes zoster brakialis merupakan infeksi virus herpes zoster yang
mengenai pleksus brakialis yang ditandai erupsi herpetik unilateral
pada kulit.

d.Herpes zoster torakalis


Herpes zoster torakalis merupakan infeksi virus herpes zoster
yang mengenai pleksus torakalis yang ditandai erupsi herpetik
unilateral pada kulit
f.Herpes zoster lumbalis
Herpes zoster lumbalis merupakan infeksi virus
herpes zoster yang mengenai pleksus lumbalis
yang ditandai erupsi herpetik unilateral pada
kulit.

g.Herpes zoster sakralis


Herpes zoster sakralis merupakan infeksi virus
herpes zoster yang mengenai pleksus sakralis
yang ditandai erupsi herpetik unilateral pada
kulit.
E. Manifestasi Klinik

1. Gejala prodomal
a. Keluhan biasanya diawali dengan gejala prodomal yang berlangsung
selama 1 – 4 hari.
b. Gejala yang mempengaruhi tubuh : demam, sakit kepala, fatige,
malaise, nusea, rash, kemerahan, sensitive, sore skin ( penekanan
kulit), neri, (rasa terbakar atau tertusuk), gatal dan kesemutan. Nyeri
bersifat segmental dan dapat berlangsung terus menerus atau hilang
c. timbul. Nyeri juga bisa terjadi selama erupsi kulit.

Gejala yang mempengaruhi mata : Berupa kemerahan, sensitive


terhadap cahaya, pembengkakan kelopak mata. Kekeringan mata,
pandangan kabur, penurunan sensasi penglihatan dan lain – lain.
2. Timbul erupsi kulit
a. Kadang terjadi limfadenopati regional
b. Erupsi kulit hampir selalu unilateral dan biasanya terbatas pada daerah
yang dipersarafioleh satu ganglion sensorik. Erupsi dapat terjadi di
seluruh bagian tubuh, yang tersering di daerah ganglion torakalis.
c. Lesi dimulai dengan macula eritroskuamosa, kemudian terbentuk
papul–papul dan dalam waktu 12–24 jam lesi berkembang menjadi
vesikel. Pada hari ketiga berubah menjadi pastul yang akan mengering
menjadi krusta dalam 7–10 hari. Krusta dapat bertahan sampai 2–3
minggu kemudian mengelupas. Pada saat ini nyeri segmental juga
menghilang
d. Lesi baru dapat terus muncul sampai hari ke-4 dan kadang–kadang
sampai hari ke- 7
e. Erupsi kulit yang berat dapat meninggalkan macula hiperpigmentasi
dan jaringan parut (pitted scar)
f. Pada lansia biasanya mengalami lesi yang lebih parah dan mereka
lebih sensitive terhadap nyeri yang dialami.
F. Pemeriksaan
Diagnostik
1. Pemeriksaan diagnostic pada Herpes zoster. Tes diagnostic
ini untuk membedakan dari impetigo, kontak dermatitis dan
herps Zooster :
2. Tzanck Smear : mengidentifikasi virus herpes tetapi tidak
dapat membedakan herpes zoster dan herpes simplex.
3. Kultur dari cairan vesikel dan tes antibody : digunakan
untuk membedakan diagnosis herpes virus
4. Immunofluororescent : mengidentifikasi varicella di sel
kulit
5. Pemeriksaan histopatologik
6. Pemerikasaan mikroskop electron
7. Kultur virus
8. Identifikasi anti gen / asam nukleat VVZ (virus varisela
zoster)
9. Deteksi antibody terhadap infeksi virus:
a. Virologi:
i.
ii. Mikroskop cahaya.

Pemeriksaan antigen langsung (imunofluoresensi).


iii. PCR,
iv. Kultur Virus,
b. Serologi
i. ELISA,
ii. Western Blot Test,
iii. Biokit HSV-II.
G. Komplikasi
1. Herpes zoster tidak menimbulkan komplikasi pada kebanyakan orang. Bila
timbul komplikasi, hal-hal berikut dapat terjadi:
2. Neuralgia pasca herpes. Ini adalah komplikasi yang paling umum. Nyeri
saraf (neuralgia) akibat herpes zoster ini tetap bertahan setelah lepuhan kulit
menghilang.
3. Infeksi kulit. Kadang-kadang lepuhan terinfeksi oleh bakteri sehingga kulit
sekitarnya menjadi merah meradang. Jika hal ini terjadi maka Anda mungkin
perlu antibiotik.
4. Masalah mata. Herpes zoster pada mata dapat menyebabkan peradangan
sebagian atau seluruh bagian mata yang mengancam penglihatan.
5. Kelemahan/layuh otot. Kadang-kadang, saraf yang terkena dampak adalah
saraf motorik dan saraf sensorik yang sensitif. Hal ini dapat menimbulkan
kelemahan (palsy) pada otot-otot yang dikontrol oleh saraf.
6. Komplikasi lain. Misalnya, infeksi otak oleh virus varisela-zoster, atau
penyebaran virus ke seluruh tubuh. Ini adalah komplikasi yang sangat serius
tapi jarang terjadi.
7. Herpes zoster biasanya sembuh sendiri setelah beberapa minggu. Biasanya
pengobatan hanya diperlukan untuk meredakan nyeri dan mengeringkan
inflamasi.
8. Pada stadium vesicular diberi bedak salicyl 2% atau bedak kocok kalamin
untuk mencegah vesikel pecah.
9. Bila vesikel pecah dan basah, diberikan kompres terbuka dengan larutan
antiseptik atau kompres dingin dengan larutan burrow 3 x sehari selama 20
menit.
10. Pereda nyeri. Salah satu masalah terbesar herpes zoster adalah rasa nyeri.
Nyeri ini kadang-kadang sangat keras. Parasetamol dapat digunakan untuk
meredakan sakit. Jika tidak cukup membantu, silakan tanyakan kepada
11. dokter Anda untuk meresepkan analgesik yang lebih kuat.

Antivirus. Penggunaan obat antivirus diberikan 72 jam setelah terbentuk


ruam akan mempersingkat durasi terbentuknya ruam dan meringankan rasa
sakit. Apabila gelembung telah pecah, maka penggunaan antivirus tidak
efektif lagi.
12. Steroid. Steroid membantu mengurangi peradangan dan mempercepat
penyembuhan lepuhan. Namun, penggunaan steroid untuk herpes zoster
masih kontroversial. Steroid juga tidak mencegah neuralgia pasca herpes.
H. Konsep Asuhan Keperawatan
Pengkajian

1. Dapat terjadi pada semua orang di semua umur; sering terjadi pada
remaja dan dewasa muda. Jenis kelamin; dapat terjadi pada pria dan
wanita.
a. Keluhan Utama
Gejala yang sering menyebabkan penderita datang ke tempat pelayanan
kesehatan adalah nyeri pada lesi yang timbul dan gatal-gatal pada
daerah yang terkena pada fase-fase awal.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Penderita merasakan nyeri yang hebat, terutama pada area kulit yang
mengalami peradangan berat dan vesikulasi yang hebat, selain itu juga
terdapat lesi/vesikel perkelompok dan penderita juga mengalami
demam.
c. Riwayat Kesehatan Lalu
Tanyakan apakah klien pernah mengalami hal yang sama sebelumnya
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Tanyakan kepada penderita ada atau tidak anggota keluarga atau teman
dekat yang terinfeksi virus ini.
e. Riwayat Psikososial
Klien dengan penyakit kulit, terutama yang lesinya berada pada bagian
muka atau yang dapat dilihat oleh orang, biasanya mengalami
gangguan konsep diri.hal itu meliputi perubahan citra tubuh, ideal diri
tubuh, ideal diri, harga diri, penampilan peran, atau identitas diri.
Reaksi yangi. mungkin timbul adalah:

Menolak untuk menyentuh atau melihat salah satu bagian tubuh.


ii. Menarik diri dari kontak social.
2. Kemampuan untuk mengurus diri berkurang
3. Anamnesa
a. Identitas Klien
I. Diagnosa

1. Hipertermia berhubugan dengan penyakit


2. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera
biologis
3. Kerusakan integritas kulit berhubungan
dengan perubahan pigmentasi kulit (timbul
bula, kemerahan)
4. Gangguan citra diri berhubungan dengan
penyakit
5. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia
6. Resiko infeksi berhubungan dengan
gangguan integritas kulit
7. Ketidakefektifan pola seksual berhubungan
dengan takut infeksi menular seksual
J. Intervensi
No Diagnosa Tujuan dan Kritera hasil Intervensi
1 Hipertermia berhubugan selama dilakukan tindakan keperawatan, a. Monitor suhu pasien
dengan penyakit pasien mampu mempertahankan kondisi b. Monitor nadi,
normotermi dengan kriteria hasil: RR pasien
- Suhu tubuh dalam rentang normal c. Monitor
- Nadi dan RR dalam rentang intake output pasien
normal d. Berikan
penjelasan tentang
penyebab
demam atau
peningkatansuhu tubuh
e. Beri kompres hangat di
daerah ketiak dan dahi
f. Kolaborasi dengan dokter
dalam pemberian
antiviral, antipiretik

2 Nyeri akut berhubungan Selama dilakukan tindakan keperawatan, a. Lakukan


dengan agen cidera nyeri pasien hilang dengan kriteria hasil: pengkajian nyeri secara
biologis - Pasienmampu mengontrol nyeri komprehensif
- Melaporkan nyeri b. Observasi reaksi nonverbal
berkurang menggunakan dari ketidaknyamanan
managemen nyeri c. Kontrol lingkungan yang
- Mampu mengenali nyeri (skala, dapat mempengaruhi nyeri
intensitas, frekuensi) seperti suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan
d. Ajarkan tentang teknik
pernafasan / relaksasi
e. Kolaborasi
pemberian
analgetik
f. Evaluasi
keefektifan kontrol nyeri
g. Anjurkan klien untuk
beristirahat

3 Kerusakan integritas Selama dilakukan tindakan a. Observasi keaadan bula


kulit berhubungan keperawatan, pasien pasien
dengan perubahan mampumencapai b. Anjurkan pada pasien
pigmentasi kulit penyembuhan pada kulit dengan untuk tidak menggaruk
kriteria hasil: bula
  (timbul bula, - Integritas kulit yang baik c. Jaga kebersihan kulit
kemerahan) bisa dipertahankan d. Kolaborasi dengan dokter dalam
(pigmentasinya) pemberian obat topikal
- Luka atau lesi pda kulit
menunjukan proses
penyembuhan dengan
adanyaregenerasi
jaringan

4 Gangguan citra diri Setelah dilakukan tindakan a. Dorong klien mengungkapkan perasaannya
berhubungan dengan keperawatan pasien tidak b. Jelaskan tentang pengobatan, perawatan
penyakit mengalami gangguan citra tubuh, c. Fasilitasi kontak individu dengan kelompok kecil
dengan kriteria hasil : d. Beri reinforcement yang positif
- body image positif
- Mempertahankan
interaksi sosial

5 Ketidakseimbangan nutrisi Selama dilakukan tindakan a. Monitor


kurang dari kebutuhan keperawatan, kebutuhan nutrisi mual/muntah
tubuh pasien terpenuhi dengan kriteria b. Observasi dan kaji intake pasien
berhubungan dengan hasil : c. Anjurkan makan sedikit-sedikit tapi sering
intake tidak adekuat - Tidak ada tanda-tanda d. Hidangkan makanan selagi hangat
malnutrisi e. Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian dan penyusunan
- Tidak ada menu favorite klien
mual/muntah f. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian anti
emetik dan penambah nafsu makan

6 Resiko Selama dilakukan tindakan a. Tekankan pentingnya teknik cuci tangan yang baik untuk
infeksi berhubungan keperawatan, pasien semua individu yang
dengan gangguan terhindar dari infeksi sekunder datang kontak dengan pasien.
integritas kulit dengan kriteria hasil : b. Gunakan skort, sarung tangan, masker dan teknik
- Klien
mampu
mendeskripsikan
proses penularan
penyakit,
faktor yang
mempengaruhi
  penularan serta aseptic, selama
penatalaksanaannya perawatan kulit.
- Menunjukan kemampuan c. Cukur atau ikat rambut
untuk mencegah timbulnya di sekitar daerah yang
infeksi baru terdapat erupsi.
- Menunjukan perilaku hidup d. Bersihkan jaringan
sehat nekrotik / yang lepas
(termasuk pecahnya
lepuh)
e. Kolaborasi dengan
dokter dalam
pemberian antiviral

Ketidakefektifan Setelah dilakukan tindakan a. Kaji tingkat kecemasan


pola seksual keperawatan, pola seksual klien yang
berhubungan pasien kembali efektif dengan berhubungan dengan
dengan takut kriteria hasil : pola
infeksi menular - Pola seksualitas klien seksual
seksual normal b. Jelaskan pada klien
- Klien terlihat tidak cemas waktu untuk
terhadap aktifitas melakukan hubungan
seksualnya seksual sesuai
- Klien mampu kondisinya
menggunakan mekanisme c. Beri edukasi
koping yang efektif tentang keadaan
klien apabila
berhubungan seksual
d. Anjurkan pada pasien
untuk mengikuti
program pengobatan
dan
perawatan sampai tuntas
STUDI KASUS
HERPEZ ZOSTER
 
Kasus
1. Bpk. S berumur 62 tahun, mengalami
plenting-plenting di dahi dan kelopak mata
kiri sejak 3 hari yang lalu. Mulanya muncul
merah dan plenting sedikit di dahi kiri lalu
bertambah banyak sampai ke kelopak mata
kiri. Kelopak mata terasa nyeri dan berat jika
digerakkan. Penderita juga merasakankan
nyeri dikulit daerah muncul plenting. Sehari
sebelumnya penderita mengeluh tidak enak
badan dan demam ringan. Belum pernah
berobat untuk keluhan ini.
a. Pengkajian

i. Anamnesis
1. Identitas :
a. Nama : Bpk. S
b. Umur : 62 tahun
c. Jenis Kelamin : Laki-laki
d. Alamat : Mulyosari
e. Pekerjaan : Pensiunan Guru
2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan Utama
Plenting – plenting dan nyeri pada dahi dan kelopak mata kiri
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Sejak 3 hari yang lalu, muncul plenting-plenting di dahi dan kelopak mata kiri. Mulanya muncul merah
dan plenting sedikit di dahi kiri lalu bertambah banyak sampai ke kelopak mata kiri. Kelopak mata
terasa nyeri dan berat jika digerakkan. Penderita juga merasakankan nyeri dikulit daerah muncul
plenting. Sehari sebelumnya penderita mengeluh tidak enak badan dan demam ringan. Belum pernah
berobat untuk keluhan ini. Pasien minum paracetamol untuk menurunkan demamnya.
c. Riwayat Penyakit dahulu
1. Riwayat cacar air waktu kecil tidak diketahui. Tidak pernah menderita penyakit ini sebelumnya
dan tidak pernah di rawat di RS.
2. a. Riwayat Penyakit keluarga

Tidak ada anggota keluarga yang memiliki keluhan serupa.


a. Kebiasaan/ Lingkungan
3. Penderita mempunyai kebiasaan jalan santai 1 jam setiap hari. Penderita tidak merokok dan
minum alkohol
i. Pemeriksaan Fisik
1. B1 (Breath)
4. Tidak ada keluhan batuk, pilek, sesak napas.
1. B2 (Blood) Leukositosis
2. B3 (Brain)
5. Demam ringan, suhu : 37°C,
1. B4 (Bladder) Tidak ada keluhan
2. B5 (Bowel)
6. Tidak ada keluhan
1. B6 (Bone)
7. Nyeri di daerah munculnya plenting.
i. Pemeriksaan Penunjang
1. Tzanck Smear : Mengidentifikasi virus herpes tetapi tidak dapat membedakan
herpes zoster dan herpes simplex.
2. Kultur dari cairan vesikel dan tes antibody:
digunakan untuk membedakan diagnostic herpes virus.
3. Immunoflourorescent: mengidentifikasi varicella di sel kulit.
4. Pemeriksaan histopatologik
5. Kultur virus
6. Identifikasi Antigen / asam nukleat VVZ
ANALISIS DATA
 

DO : ada Vesikel  
bergerombol di sekitar Neuritis Pelepasan
kelopak mata kiri, berwarna
merah, suhu : 37 mediator nyeri
Nyeri
°C

DS : Sejak 3 hari yang lalu, Varicela Zoster Virus Kerusakan integritas kulit
muncul plenting- plenting di  
dahi dan kelopak mata kiri. Meninggalkan lesi di kulit dan
DO : ada Vesikel permukaan mukosa ke ujung
bergerombol di sekitar serabut saraf
kelopak
Datamata kiri, berwarna Etiologi
  Masalah Keperawatan
merahDS : Pasien Varicela Zoster Virus Nyeri
Kerusakan integritas kulit
mengatakan Kelopak Inflamasi dan
mata terasa nyeri dan neuralgia berat
berat jika digerakkan.  
Penderita juga Virus aktif ikut serabut
saraf sensorik
merasakankan
nyeri dikulit daerah
muncul plenting

DS : Sejak 3 hari yang lalu, Varicela Zoster Virus Gangguan citra tubuh
muncul plenting- plenting di Meninggalkan lesi di kulit
dahi dan kelopak mata kiri. dan permukaan mukosa ke
DO : ada Vesikel ujung serabut saraf
bergerombol di sekitar Gangguan citra tubuh
kelopak mata kiri, berwarna
merah
Diagnosa Keperawatan
1.Nyeri b.d proses inflamasi virus
2.Kerusakan integritas kulit b.d vesikel yang mudah
pecah
3.Gangguan body image b.d perubahan penampilan
Intervensi Keperawatan

Diagnosa NOC NIC


Nyeri berhubungan dengan  Pain level Pain Management
proses inflamasi virus  Pain control a. Lakukan pengkajian nyeri
 Comfort secara komprehensif
level Kriteria ( lokasi, karakteristik,
Hasil :
durasi, frekuensi,kualitas
 Mampu
mengontrol dan faktor pesipitasi)
nyeri (tahu b. Observasi reaksi non
penyebab verbal dari
nyeri, ketidaknyamanan
mampu c. Gunakan komunikasi
menggunakan terapeutik untuk
teknik mengetahui pengalaman
nonfarmakologi nyeri klien
untuk d. Kontrol lingkungan yang
mengurangi nyeri, dapat mempengaruhi nyeri
mencari seperti suhu ruangan,
bantuan) pencahayaan, kebisingan
 Melaporkan e. Ajarkan
bahwa nyeri tentang teknik pernafasan /
berkurang
relaksasi
dengan
f. Kolaborasi pemberian
  menggunakan manajemen analgetik
nyeri g. Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
 Mampu mengenali nyeri ( h. Anjurkan klien untuk beristirahat
skala intensitas, i. Kolaborasi dengan dokter jika keluhan
frekuensi, dan dan tindakan nyeri tidak berhasil
tanda nyeri)
 Menyatakan rasa nyaman
setelah nyeri berkurang

Kerusakan integritas kulit  Tissue Integrity : Pressure Management


Skin&Mucous
b.d vesikel yang mudah pecah membrane a. Anjurkan pasien mengenakan pakaian
 Hemodyalisis Akses yang longgar
Kriteria Hasil : b. Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih
 Tidak ada luka/lesi pada dan tetap kering
kulit c. Monitor kulit akan adanya kemerahan
 Perfusi jaringan d. Mandikan pasien dengan
baik sabun dan air hangat
 Menunjukkan pemahaman
dalam proses perbaikan
kulit dan
mencegah terjadinya sedera
berulang

Gangguan body image b.d perubahan  Body Image Body Image Enchancement
penampilan  Self Esteem Kriteria a. Kaji secara verbal dan non verbal respon
Hasil : klien terhadap tubuhnya
 Body Image b. Jelaskan tentang pengobatan,
Positif
perawatan, kemajuan, dan prognosis
 Mampu
penyakit
mengidentifikasi
c. Dorong klien mengungkapkan
kekuatan personal
perasaannya
 Mempertahankan
interaksi sosial d. Fasilitasi kontak dengan individu lain
 Mendeskripsikan secara dalam kelompok kecil
faktual perubahan fungsi
tubuh
THANK
YOU

Anda mungkin juga menyukai