Anda di halaman 1dari 14

A.

PENGERTIAN

Luka adalah keadaan hilang/terputusnya kontinuitas jaringan


(Mansjoer, 2000:396). Menurut InETNA, luka adalah sebuah injuri pada jaringan
yang mengganggu proses selular normal, luka dapat juga dijabarkan dengan
adanya kerusakan pada kontinuitas/kesatuan jaringan tubuh yang biasanya disertai
dengan kehilangan substansi jaringan.
Luka adalah suatu gangguan dari kondisi normal pda kulit yaitu kerusakan
kontinyuitas kulit, mukosa membran dan tulang atau organ tubuh lain.Ketika luka
timbul, beberapa efek akan muncul :
1. Hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ
2. Respon stres simpatis
3. Perdarahan dan pembekuan darah
4. Kontaminasi bakteri
5. Kematian sel

Luka avulsi adalah luka yang terjadi akibat terkelupasnya kulit dan sedikit
lapisan dibawahnya, bisa saja kulit dan lapisan dibawahnya itu masih menempel
atau sudah hilang sama sekali. Bila masih menempel, maka itu disebut dengan
flap atau lembaran gantung. Ujung yang terkelupas disebut avulsi.

Berdasarkan kedalaman dan luasnya luka, dibagi menjadi :


1. Stadium I : Luka Superfisial (“Non-Blanching Erithema) : yaitu luka yang
terjadi padalapisan epidermis kulit.
2. Stadium II : Luka “Partial Thickness” : yaitu hilangnya lapisan kulit pada
lapisanepidermis dan bagian atas dari dermis. Merupakan luka superficial
dan adanya tandaklinis seperti abrasi, blister atau lubang yang dangkal.
3. Stadium III : Luka “Full Thickness” : yaitu hilangnya kulit keseluruhan
meliputikerusakan atau nekrosis jaringan subkutan yang dapat meluas
sampai bawah tetapi tidak melewati jaringan yang mendasarinya. Lukanya
sampai pada lapisan epidermis, dermisdan fasia tetapi tidak mengenai otot.
Luka timbul secara klinis sebagai suatu lubang yangdalam dengan atau
tanpa merusak jaringan sekitarnya.
4. Stadium IV : Luka “Full Thickness” yang telah mencapai lapisan otot,
tendon dan tulangdengan adanya destruksi/kerusakan yang luas.
B. PROSES PENYEMBUHAN LUKA

Tubuh secara normal akan berespon terhadap cedera dengan jalan “proses
peradangan”,yang dikarakteristikkan dengan lima tanda utama: bengkak
(swelling), kemerahan(redness), panas (heat), Nyeri (pain) dan kerusakan fungsi
(impaired function). Proses penyembuhannya mencakup beberapa fase :

1. Fase Inflamasi
Fase inflamasi adalah adanya respon vaskuler dan seluler yang terjadi akibat
perlukaanyang terjadi pada jaringan lunak. Tujuan yang hendak dicapai adalah
menghentikan perdarahan dan membersihkan area luka dari benda asing, sel-sel
mati dan bakteri untuk mempersiapkan dimulainya proses penyembuhan. Pada
awal fase ini kerusakan pembuluh darah akan menyebabkan keluarnya platelet
yang berfungsi sebagaihemostasis. Platelet akan menutupi vaskuler yang terbuka
(clot) dan juga mengeluarkan“substansi vasokonstriksi” yang mengakibatkan
pembuluh darah kapiler vasokonstriksi.Selanjutnya terjadi penempelan endotel
yang akan menutup pembuluh darah. Periode ini berlangsung 5-10 menit dan
setelah itu akan terjadi vasodilatasi kapiler akibat stimulasi

saraf sensoris (Local sensory nerve endding), local reflex action dan adanya
substansivasodilator (histamin, bradikinin, serotonin dan sitokin). Histamin juga
menyebabkan peningkatan permeabilitas vena, sehingga cairan plasma darah
keluar dari pembuluhdarah dan masuk ke daerah luka dan secara klinis terjadi
oedema jaringan dan keadaanlingkungan tersebut menjadi asidosis.Secara klinis
fase inflamasi ini ditandai dengan : eritema, hangat pada kulit, oedema danrasa
sakit yang berlangsung sampai hari ke-3 atau hari ke-4.

2. Fase Proliferatif
Proses kegiatan seluler yang penting pada fase ini adalah memperbaiki
danmenyembuhkan luka dan ditandai dengan proliferasi sel. Peran fibroblas
sangat besar pada proses perbaikan yaitu bertanggung jawab pada persiapan
menghasilkan produk struktur protein yang akan digunakan selama proses
reonstruksi jaringan.Pada jaringan lunak yang normal (tanpa perlukaan),
pemaparan sel fibroblas sangat jarang dan biasanya bersembunyi di matriks
jaringan penunjang. Sesudah terjadi luka,fibroblas akan aktif bergerak dari
jaringan sekitar luka ke dalam daerah luka, kemudianakan berkembang
(proliferasi) serta mengeluarkan beberapa substansi (kolagen, elastin,hyaluronic
acid, fibronectin dan proteoglycans) yang berperan dalam
membangun(rekontruksi) jaringan baru. Fungsi kolagen yang lebih spesifik adalah
membentuk cikal bakal jaringan baru (connective tissue matrix) dan dengan
dikeluarkannya substrat olehfibroblas, memberikan pertanda bahwa makrofag,
pembuluh darah baru dan jugafibroblas sebagai kesatuan unit dapat memasuki
kawasan luka. Sejumlah sel dan pembuluh darah baru yang tertanam didalam
jaringan baru tersebut disebut sebagai jaringan “granulasi”.Fase proliferasi akan
berakhir jika epitel dermis dan lapisan kolagen telah terbentuk,terlihat proses
kontraksi dan akan dipercepat oleh berbagai growth faktor yang dibentuk oleh
makrofag dan platelet.

3. Fase Maturasi
Fase ini dimulai pada minggu ke-3 setelah perlukaan dan berakhir sampai kurang
lebih12 bulan. Tujuan dari fase maturasi adalah ; menyempurnakan terbentuknya
jaringan barumenjadi jaringan penyembuhan yang kuat dan bermutu. Fibroblas
sudah mulaimeninggalkan jaringan granulasi, warna kemerahan dari jaringa mulai
berkurang karena pembuluh mulai regresi dan serat fibrin dari kolagen bertambah
banyak untuk memperkuat jaringan parut. Kekuatan dari jaringan parut akan
mencapai puncaknya padaminggu ke-10 setelah perlukaan.Untuk mencapai
penyembuhan yang optimal diperlukan keseimbangan antara kolagenyang
diproduksi dengan yang dipecahkan. Kolagen yang berlebihan akan
terjadi penebalan jaringan parut atau hypertrophic scar, sebaliknya produksi yang
berkurangakan menurunkan kekuatan jaringan parut dan luka akan selalu
terbuka.Luka dikatakan sembuh jika terjadi kontinuitas lapisan kulit dan kekuatan
jaringan parutmampu atau tidak mengganggu untuk melakukan aktifitas normal.
Meskipun proses penyembuhanluka sama bagi setiap penderita, namun outcome
atau hasil yang dicapaisangat tergantung pada kondisi biologis masing-masing
individu, lokasi serta luasnyaluka. Penderita muda dan sehat akan mencapai
proses yang cepat dibandingkan dengan kurang gizi, diserta penyakit sistemik
(diabetes mielitus)

C. ETIOLOGI

Luka dapat disebabkan oleh berbagai hal, yaitu:


1. Trauma mekanisme yang disebabkan karena tergesek, terpotong, terbentur
dan terepit.
2. Trauma elektris dan penyebab cidera karena listrik atau petir.
3. Trauma termis, disebabkan oleh panas dan dingin
4. Trauma kimia, disebabkan oleh zat kimia yang bersifat asamdan basa serta
zat iritif dan berbagai kororsif lainnya.

D. PATHWAY

E. MANIFESTASI KLINIS

Apabila seseorang terkena luka maka dapat terjadi gejala setempat (local) dan
gejala umum (mengenai seluruh tubuh)

a. Gejala Local
Ø Nyeri terjadi karena kerusakan ujung-ujung saraf sensoris. Intensitas atau
derajat rasa nyeri berbeda-beda tergantung pada berat / luas kerusakan ujung-
ujung saraf dan lokasi luka.
Ø Perdarahan, hebatnya perdarahan tergantung pada Lokasi luka, jenis pembuluh
darah yang rusak.
Ø Diastase yaitu luka yang menganga atau tepinya saling melebar
Ø Ganguan fungsi, fungdi anggota badan akan terganggu baik oleh karena rasa
nyeri atau kerusakan tendon.
b. Gejala umum
Gejala/tanda umum pada perlukaan dapat terjadi akibat penyuli/komplikasi yang
terjadi seperti syok akibat nyeri dan atau perdarahan yang hebat.

F. PATOFISIOLOGI
Pada umumnya respon tubuh terhadap trauma akan terjadi proses
peradangan atau inflamasi.reaksi peradangan akan terjadi apabila jaringan
terputus.dalam keadaan ini ada peluang besar timbulnya infeksi yang
sangat hebat. Penyebabnya cepat yang di sebabkan oleh mikroorganisme
yang biasanya tidak berbahaya. Reaksi peradangan itu sebenarnya adalah
peristiwa yang di koordinasikan dengan baik yang dinamis dan kontinyu
untuk menimbulkan reaksi peradangan maka jaringan harus hidup dan
harus di mikrosekulasi fungsional. Jika jaringan yang nekrosis luas maka
reaksi peradangan tak di temukan di tengah jaringan yang hidup dengan
sirkulasi yang utuh terjadi pada tepinya antara jaringan mati dan hidup.

Nyeri timbul karena kulit mengalami luka infeksi sehingga terjadi


kerusakan jaringan.sek-sel yang rusak akan membentuk zat kimia sehingga
akan menurunkan ambang stimulus terhadap reseptormekano sensitif dan
hernosenssitif. Apabila nyeri di atas hal ini dapat mengakibatkan gangguan
rasa nyaman nyeri yang berlanjut istirahat atau tidur terganggu dan terjadi
ketertiban gerak.

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1) Pemeriksaan diagnostik yang perlu di lakukan terutama jenis darah


lengkap.tujuanya untuk mengetahui tentang infeksi yang
terjadi.pemeriksaannya melalui laboratorium.
2) Sel-sel darah putih.leukosit dapat terjadi kecenderungan dengan kehilangan sel
pada lesi luka dan respon terhadap proses infeksi.
3) Hitung darah lengkap.hematokrit mungkin tinggi atau lengkap.
4) Laju endap darah (LED) menunjukkan karakteristik infeksi.

G. PENATALAKSANAAN MEDIS

Dalam manajemen perawatan luka ada beberapa tahap yang dilakukan yaitu
evaluasi luka, tindakan antiseptik, pembersihan luka, penjahitan luka, penutupan
luka, pembalutan, pemberian antiboitik dan pengangkatan jahitan.
a. Evaluasi luka meliputi anamnesis dan pemeriksaan fisik (lokasi dan
eksplorasi).
b. Tindakan Antiseptik, prinsipnya untuk mensucihamakan kulit. Untuk
melakukan pencucian/pembersihan luka biasanya digunakan cairan atau larutan
antiseptik seperti:
1) Alkohol, sifatnya bakterisida kuat dan cepat (efektif dalam 2 menit).
2) Halogen dan senyawanya
a) Yodium, merupakan antiseptik yang sangat kuat, berspektrum luas dan
dalam konsentrasi 2% membunuh spora dalam 2-3 jam
b) Povidon Yodium (Betadine, septadine dan isodine), merupakan kompleks
yodium dengan polyvinylpirrolidone yang tidak merangsang, mudah dicuci
karena larut dalam air dan stabil karena tidak menguap.
c) Yodoform, sudah jarang digunakan. Penggunaan biasanya untuk antiseptik
borok.
d) Klorhesidin (Hibiscrub, savlon, hibitane), merupakan senyawa biguanid
dengan sifat bakterisid dan fungisid, tidak berwarna, mudah larut dalam air,
tidak merangsang kulit dam mukosa, dan baunya tidak menusuk hidung.
3) Oksidansia
a) Kalium permanganat, bersifat bakterisid dan funngisida agak lemah
berdasarkan sifat oksidator.
b) Perhidrol (Peroksida air, H2O2), berkhasiat untuk mengeluarkan kotoran
dari dalam luka dan membunuh kuman anaerob.
4) Logam berat dan garamnya
a) Merkuri klorida (sublimat), berkhasiat menghambat pertumbuhan bakteri
dan jamur.
b) Merkurokrom (obat merah)dalam larutan 5-10%. Sifatnya bakteriostatik
lemah, mempercepat keringnya luka dengan cara merangsang timbulnya
kerak (korts).
5) Asam borat, sebagai bakteriostatik lemah (konsentrasi 3%).
6) Derivat fenol
a) Trinitrofenol (asam pikrat), kegunaannya sebagai antiseptik wajah dan
genitalia eksterna sebelum operasi dan luka bakar.
b) Heksaklorofan (pHisohex), berkhasiat untuk mencuci tangan.
7) Basa ammonium kuartener, disebut juga etakridin (rivanol), merupakan
turunan aridin dan berupa serbuk berwarna kuning dam konsentrasi 0,1%.
Kegunaannya sebagai antiseptik borok bernanah, kompres dan irigasi luka
terinfeksi (Mansjoer, 2000:390). Dalam proses pencucian/pembersihan luka
yang perlu diperhatikan adalah pemilihan cairan pencuci dan teknik
pencucian luka. Penggunaan cairan pencuci yang tidak tepat akan
menghambat pertumbuhan jaringan sehingga memperlama waktu rawat dan
meningkatkan biaya perawatan. Pemelihan cairan dalam pencucian luka
harus cairan yang efektif dan aman terhadap luka. Selain larutan antiseptik
yang telah dijelaskan diatas ada cairan pencuci luka lain yang saat ini sering
digunakan yaitu Normal Saline. Normal saline atau disebut juga NaCl 0,9%.
Cairan ini merupakan cairan yang bersifat fisiologis, non toksik dan tidak
mahal. NaCl dalam setiap liternya mempunyai komposisi natrium klorida
9,0 g dengan osmolaritas 308 mOsm/l setara dengan ion-ion Na + 154 mEq/l
dan Cl- 154 mEq/l (InETNA,2004:16 ; ISO Indonesia,2000:18).
c. Pembersihan Luka
Tujuan dilakukannya pembersihan luka adalah meningkatkan, memperbaiki
dan mempercepat proses penyembuhan luka; menghindari terjadinya
infeksi; membuang jaringan nekrosis dan debris (InETNA, 2004:16).
Beberapa langkah yang harus diperhatikan dalam pembersihan luka yaitu:
1) Irigasi dengan sebanyak-banyaknya dengan tujuan untuk membuang jaringan
mati dan benda asing.
2) Hilangkan semua benda asing dan eksisi semua jaringan mati.
3) Berikan antiseptik
4) Bila diperlukan tindakan ini dapat dilakukan dengan pemberian anastesi lokal
5) Bila perlu lakukan penutupan luka (Mansjoer,2000: 398;400)
d. Penjahitan luka
Luka bersih dan diyakini tidak mengalami infeksi serta berumur kurang dari
8 jam boleh dijahit primer, sedangkan luka yang terkontaminasi berat dan
atau tidak berbatas tegas sebaiknya dibiarkan sembuh per sekundam atau per
tertiam.
e. Penutupan Luka
Adalah mengupayakan kondisi lingkungan yang baik pada luka sehingga
proses penyembuhan berlangsung optimal.
f. Pembalutan
Pertimbangan dalam menutup dan membalut luka sangat tergantung pada
penilaian kondisi luka. Pembalutan berfungsi sebagai pelindung terhadap
penguapan, infeksi, mengupayakan lingkungan yang baik bagi luka dalam
proses penyembuhan, sebagai fiksasi dan efek penekanan yang mencegah
berkumpulnya rembesan darah yang menyebabkan hematom.
g. Pemberian Antibiotik
Prinsipnya pada luka bersih tidak perlu diberikan antibiotik dan pada luka
terkontaminasi atau kotor maka perlu diberikan antibiotik.
h. Pengangkatan Jahitan
Jahitan diangkat bila fungsinya sudah tidak diperlukan lagi. Waktu
pengangkatan jahitan tergantung dari berbagai faktor seperti, lokasi, jenis
pengangkatan luka, usia, kesehatan, sikap penderita dan adanya infeksi
(Mansjoer,2000:398 ; Walton, 1990:44).
H. ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN LUKA

1. Anamnesa

v Tanggal & waktu pengkajian → Mengetahui p’kembangan penyakit

v Biodata → nama,umur,jenis kelamin,pekerjaan,alamat

v Keluhan utama
v Riwayat kesehatan → riwayat penyakit sekarang,riwayat penyakit dahulu,
status kesehatan keluarga & status perkembangan

v Aktivitas sehari-hari

v Riwayat psikososial

2. Pemeriksaan Kulit

Menurut Bursaids (1998), teknik pemeriksaan Kulit dpt dilakukan melalui


metode inspeksi & palpasi.

a. Melihat penampilan luka (tanda penyembuhan luka) seperti :

- Adanya perdarahan

- Proses inflamasi (kemerahan & pembengkakan)

- Proses granulasi jaringan (yaitu menurunnya reaks inflamasi pada saat


pembekuan berkurang)

- Adanya parut atau bekas luka (scar) akibat fibroblas dlm jaringan granulasi
mengeluarkan kolagen yang membentuknya serta berkurangnya ukuran parut
yang merupakan indikasi terbentuknya keloid.

b. Melihat adanya benda asing atau bahan2 pengontaminasi pada luka mis : tanah,
pecahan kaca atau benda asing lain

c. Melihat ukuran, kedalaman & lokasi luka

d. Adanya dariainase, pembengkakan, bau yang kurang sedap. & nyeri pada
daerah luka

1. Warna dasar luka :


a. Slough (yellow)
b. Necrotic tissue (black)
c. Infected tissue (green)
d. Granulating tissue (red)
e. Epithelialising (pink)
2. Lokasi ukuran dan kedalaman luka.
3. Eksudat dan bau.
4. Tanda-tanda infeksi.
5. Keadaan kulit sekitar luka : warna dan kelembaba.
6. Hasil pemeriksaan laboratorium yang mendukung.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Kerusakan integritas kulit Berhubungan dengan


• Trauma tumpul / tajam
• Insisi operasi
• Penekanan yang lama
• Injury
• Imobilisasi

2. Nyeri berhubungan dengan


• Cedera Termal
• Insisi operasi
• Kerusakan jaringan
• Immobilisasi

3. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan


• Hilangnya sebagian jaringan
• Luka terbuka
• Malnutrisis

4. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan


• Nyeri
• Imobilisasi
• Kelemahan fisik

3. INTERVENSI
1. Kerusakan Integritas kult berhubungan dengan trauma tumpul/tajam, insisi
operasi, penekanan yang lama, injury, immobilisasi

Hasil yang diharapkan :


• Klien akan mempertahankan keutuhan kulit selama perawatanJ
• Jaringan tampak menyatu
• Kulit tidak lecet
• Integritas kult bebas dari luka tekan

Intervensi :
1. Kaji / catat keadaan luka ( ukuran, warna, kedalaman luka) perhatikan jaringan
nekrotik
R/ : Memberikan informasi dasar adanya kemungkinan kebutuhan tentang
sirkulasi
2. Kaji kulit luka terbuka, benda asing, kemerahan, perdarahan dan perubahan
warna
R/ : Sebagai data dasar untuk intervensi selanjutnay

3. Anjurkan pasien untuk merubah posisis miki / mika setiap 4 jam


R/ : Meningkatkan sirkulasi dan perfusi jaringan dengan mencegah tekanan yang
lama
4. Lkukan perawatan luka secara aseptik dan steril 2 kali sehari
R/ : Mencegah terjadinya kerusakan kulit lebih lanjut
5. Pertahankan tempat tidur dalam keadaan bersih dan kering
R/ : Menghindari kulit lecet dan terkontamionasi mikroorganisme
6. Tempatkan bantalan air / bantalan lain di bawah siku/ tumit sesuai dengan
indikasi
R/ : Menurunkan tekanan pada area yang peka dan beresiko terjadinya kersakan
kulit
7. Gunakan baby oil / krim kulit 2-3 kali dan setelah mandi
R/ : Melicinkan kulit dan menghindari gatal
8. Kolaborasi dengan dokter untuk therapi anti inflamasi
R/ : Menghindari infeksi

2. Nyeri berhubungan dengan cedera termal, insisi operasi, kerusakan jaringan


,immobilisasi

Hasil yang diharapkan :


– Klien akan bebas dari nyeri selama perawatan
– Klien mengatakan nyeri berangsur-angsur berkurang sampai dengan hilang
– Klien tampak rileks
– Kilen dapat beraktifitas tanpa nyeri
Rencana Tindakan :
1. Kaji keluhn nyeri ( lokasi, intrnsitas, lamanya serangan )
R/ : sebagai data daras untuk menentukn intervensi selanjutnya
2. Pertahankan tirah baring slama fase akut
R/ : Tirah baring dalam posisi yang nyaman memungkinkan pasien untuk
menurunkan spasem otot, penekanan pada bagian tubh tertentu dan memfasilitasi
terjadinya reduksi
3. Anjurkan pasien untuk melakukan gerqkan tubuh yang tepat dan batasi aktifitas
selama nyeri
R/ Menghlangkan / mengurangi sterss pada otot dan mencegah trauma lebih lanjut
4. Anjurkan dan ajarkan klien untuk melakukan teknik visualisasi , relaksasi
R/ : mengalihkan perhatian dan membantu menghilangkan nyeri dan
meningkatkan proses penyembuhan
5. Tinggikan dan dukung ekstermitas yang terkena
R/ : meningkatkan aliran balik vena, meningkatkan edema dan menurunkan nyeri
6. Lakukan kompres dingin / es 24-48 jam pertama
R/ : Menurunkan edema / pemb4ntukan hematom, menurunkan sensasi nyeri
7. Letakan semua kebutuhan pasien dalam batas yang mudah di jangkau oleh
pasien
R/ : menurunkan resiko pregangan saat meraih
8. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian therapi analgetik
R/ : Analgetik dapat mengurangi nyeri

3. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan hilangnya sebagian jaringan, lika


terbuka, malnutrisi

Hasil yang diharapkan :


– Kilen tidak menunjukan adanya tanda-tanda infeksi selama masa perawatan
– Luka tampak kering dan bersih
– Tidak ada cairan atau darah yang kelar atau merembes
– Penyembuhan luka rapat dan baik
Intervensi :
1. Kaji kulit terhadap adanya iritasi, lika terbuka atau robekan kulit
R/ : Mengidentfikasi adanya faktor pencetus masuknya kuman penybab infeksi
2. Kaji tanda-tnda vital ( suhu, nsdi )
R/ : Sebagai indikator untuk intervensi selanjutnay dari perubahan tanda-tanda
vital
3. Tekankanpentigya cuci tangan yang baik untuk semua individu yang datang
kontak dengan pasien
R/ : Mencegah kontaminasi silang, menekan resiko infeksi
4. Kalau perlu ajnurkan pasien untuk diisolasi sesuai dengan indikasi
R/ : Isolasi dapat dilihat dari luka sederhana/ terbuka sampai komlit untuk
menurnkan resiko kointaminasi silang
5. Lakukan perswtan luka secara aseptik dan steril 2 kali sehari
R/ : Menurnkan resiko infeksi dan mendukung proses openyembuhan
6. Tampung cairanb sisa yang terkontaminasi pada tempat tertentu dalam ruangan
kemudian di buang pada opembuangan yang sudah ditentukan oleh rumah sakit
R/ : Mencegah penyebatran infeksi di lingkungan rumah sakit
7. Kolaborasi dnegan dokter untuk pemberian antibiotik
R/ : Antibiotik dapa membunuh kuman oenyakit pemyebab infeksi dan
mengurangi penyebat\ran ifeksi
4. Intoleransi dalam beraktifitas berhubungan dengan nyeri, imobilisasi,
kelemahan fisik
Hasil yang diharapkan :
– Klien dapat melakukan aktifitas mandiri selama masa perawatan
– Pasien tampak rileks
Intervensi :
1. Kaji respon terhadap aktifitas pasien
R/ : Sebagai parameter untuk menentukan tingkat kemampuan pasien dalam
beraktifitas
2. Kaji Tanda-tamnda vital
R/ : Sebagai indikator terhadap perubahan TTV akibat aktifitas
3. Observasi keluhan pasien selama beraktifitas
R/: Indikator untuk melakukan intervensi selanjutnya
4. Jelaskan pada pasien tentang teknik penghematan energi
R/ : mengurangi dan menghemat penggunaan energi, juga membantu
keseimbangan antara suplai dan kebutuhan O2
5. Ubah posisi secara periodik dan dorong untuk latihan napas dalam
R/ : Mengurangi tekanan pada salah satu area dengan meningkatkan sirkulasi
perifer
6. Anjurkan pasien untuk menggunakan teknik relaksasi
R/ Mengurangi kelelahan otot dapat membantu mengurangi nyeri, spame dan
kejang.

D. EVALUASI

1. Evaluasi terhadap masalah luka secara umum dpt dinilai dari sempurnanya
prose penyembuhan luka, tidak ditemukan adanya tanda radang, tidak ada
perdarahan, luka dlm keadaan bersih & tidak ada keloid/skiatrik

2. Mengevaluasi penyembuhan luka secara terus menerus yang dilakukanselama


mengganti balutan, saat terapi diberikan & saat klien berusaha melakukan
sendiri perawatan lukanya

3. Mengevaluasi setiap intervensi yang dilakukan untuk mempercepat


penyembuhan luka & membandingkan kondisi luka dengan data pengkajian

4. Mencari tahu kebutuhan klien & keluarga tentang peralatan bantuan


tambahan
TUGAS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN LUKA AVULSI

Makalah

Untuk memenuhi tugas mata kuliah Kegawatdaruratan

Oleh :

1. Ika Ayu Rahmawati (1401470030)

2. Martoyo Ichwan (1401470031)

3. Siti Rizky Amalia (1401470032)

4. Puput Yuanita Putri (1401470033)

5. Muhammad Ikhwan (1401470034)

6. Hartina Rolobessy (1401470035)

7. Dian Widhi Pawestri (1401470036)

8. Rifqa Aulia Masruroh (1401470037)

9. Khusnatul Maghfirroh (1401470038)

10. Risa Irmayanti (1401470039)

11. Rini Slamet Ristanti (1401470040)

12. Muhammad Fikri Nur Fahmi (1401470041)

13. Rizky Ahmad Giantaka (1401470042)

14. Afinatul Fatimah (1401470043)

Anda mungkin juga menyukai