Anda di halaman 1dari 27

INFLAMASI

Bila sel-sel atau jaringan tubuh mengalami cedera atau mati, selama hospes tetap hidup
ada respon yang menyolok pada jaringan hidup disekitarnya. Respon terhadap cedera ini
dinamakan peradangan. Yang lebih khusus peradangan adalah reaksi vascular yang
hasilnya merupakan pengiriman cairan, zat-zat yang terlarut dan sel-sel dari sirkulasi
darah ke jaringan-jaringan interstitial pada daerah cedera atau nekrosis.
Peradangan sebenarnya adalah gejala yang menguntungkan dan pertahanan, hasilnya
adalah netralisasi dan pembuangan agen penyerang,penghancuran jaringan nekrosis dan
pembentukan keadaan yang dibutuhkan untuk perbaikan dan pemulihan. Reaksi
peradangan itu sebenarnya adalah peristiwa yang dikoordinasi dengan baik yang dinamis
dan kontinyu. Untuk menimbulkan reaksi peradangan maka jaringan harus hidup dan
khususnya harus memiliki mikrosirkulasi fungsional.
Jadi yang dimaksud dengan radang adalah rangkaian reaksi yang terjadi pada tempat
jaringan cedera.
Pada proses peradangan terjadi pelepasan histamine dan zat-zat humoral lain kedalam
cairan jaringan sekitarnya.
Akibat dari sekresi histamine tersebut berupa:
1. Peningkatan aliran darah lokal.
2. Peningkatan permeabilitas kapiler.
3. Perembesan ateri dan fibrinogen kedalam jaringan interstitial.
4. Edema ekstraseluler lokal.
5. Pembekuan cairan ekstraseluler dan cairan limfe.
Peradangan dapat juga dimasukkan dalam suatu reaksi non spesifik, dari hospes
terhadap infeksi.

Adapun kejadiannya sebagai berikut: pada setiap luka pada jaringan akan timbul reaksi
inflamasi atau reaksi vaskuler.Mula-mula terjadi dilatasi lokal dari arteriole dan kapiler
sehingga plasma akan merembes keluar. Selanjutnya cairan edema akan terkumpul di
daerah sekitar luka, kemudian fibrin akan membentuk semacam jala, struktur ini akan
menutupi saluran limfe sehingga penyebaran mikroorganisme dapat dibatasi.Dalam
proses inflamasi juga terjadi phagositosis, mula-mula phagosit membungkus
mikroorganisme, kemudian dimulailah digesti dalam sel. Hal ini akan mengakibatkan
perubahan pH menjadi asam. Selanjutnya akan keluar protease selluler yang akan
menyebabkan lysis leukosit.Setelah itu makrofag mononuclear besar akan tiba di lokasi
infeksi untuk membungkus sisa-sisa leukosit.Dan akhirnya terjadilah pencairan (resolusi)
hasil proses inflamasi lokal.
Cairan kaya protein dan sel darah putih yang tertimbun dalam ruang ekstravaskular
sebagai akibat reaksi radang disebut eksudat.

Beda Eksudat dan Transudat

Eksudat adalah cairan radang ekstravaskular dengan berat jenis tinggi (diatas 1.020)
dan seringkali mengandung protein 2-4 mg % serta sel-sel darah putih yang melakukan
emigrasi.Cairan ini tertimbun sebagai akibat permeabilitas vascular (yang memungkinkan
protein plasma dengan molekul besar dapat terlepas), bertambahnya tekanan hidrostatik
intravascular sebagai akibat aliran lokal yang meningkat pula dan serentetan peristiwa
rumit leukosit yang menyebabkan emigrasinya.
Transudat adalah cairan dalam ruang interstitial yang terjadi hanya sebagai akibat
tekanan hidrostatik atau turunnya protein plasma intravascular yang meningkat (tidak
disebabkan proses peradangan/inflamasi).Berat jenis transudat pada umumnya kurang
dari 1.012 yang mencerminkan kandungan protein yang rendah. Contoh transudat
terdapat pada wanita hamil dimana terjadi penekanan dalam cairan tubuh.

Jenis-Jenis Eksudat

1. Eksudat non seluler


Eksudat serosa
Pada beberapa keadaan radang, eksudat hampir terdiri dari cairan dan zat-zat yang
terlarut dengan sangat sedikit leukosit. Jenis eksudat nonseluler yang paling sederhana
adalah eksudat serosa,yang pada dasamya terdiri dari protein yang bocor dari
pembuluh-pembuluh darah yang permiable dalam daerah radang bersama-sama dengan
cairan yang menyertainya. Contoh eksudat serosa yang paling dikenal adalah cairan luka
melepuh.

Eksudat fibrinosa
Jenis eksudat nonseluler yang kedua adalah eksudat fibrinosa yang terbentuk jika
protein yang dikeluarkan dari pembuluh dan terkumpul pada daerah peradangan yang
mengandung banyak fibrinogen. Fibrinogen ini diubah menjadi fibrin, yang berupa jala
jala lengket dan elastic (barangkali lebih dikenal sebagai tulang belakang bekuan darah).
Eksudat fibrinosa sering dijumpai diatas permukaan serosa yang meradang seperti
pleura dan pericardium dimana fibrin diendapkan dipadatkan menjadi lapisan kasar
diatas membran yang terserang. Jika lapisan fibrin sudah berkumpul di permukaan
serosa,sering akan timbul rasa sakit jika terjadi pergeseran atas permukaan yang satu
dengan yang lain. Contoh pada penderita pleuritis akan merasa sakit sewaktu bernafas,
karena terjadi pergesekan sewaktu mengambil nafas.

Eksudat musinosa (Eksudat kataral)


Jenis eksudat ini hanya dapat terbentuk diatas membran mukosa, dimana terdapat sel-
sel yang dapat mengsekresi musin. Jenis eksudat ini berbeda dengan eksudat lain karena
eksudat ini merupakan sekresi set bukan dari bahan yang keluar dari aliran darah.
Sekresi musin merupakan sifat normal membran mukosa dan eksudat musin merupakan
percepatan proses dasar fisiologis.Contoh eksudat musin yang paling dikenal dan
sederhana adalah pilek yang menyertai berbagai infeksi pemafasan bagian atas.

2. Eksudat Seluler
Eksudat netrofilik
Eksudat yang mungkin paling sering dijumpai adalah eksudat yang terutama terdiri dari
neutrofil polimorfonuklear dalam jumlah yang begitu banyak sehingga bagian cairan dan
protein kurang mendapat perhatian. Eksudat neutrofil semacam ini disebut purulen.
Eksudat purulen sangat sering terbentuk akibat infeksi bakteri.lnfeksi bakteri sering
menyebabkan konsentrasi neutrofil yang luar biasa tingginya di dalam jaringan dan
banyak dari sel-sel ini mati dan membebaskan enzim-enzim hidrolisis yang kuat
disekitarnya. Dalam keadaan ini enzim-enzim hidrolisis neutrofil secara haraf ah
mencernakan jaringan dibawahnya dan mencairkannya. Kombinasi agregasi netrofil dan
pencairan jaringan-jaringan di bawahnya ini disebut suppuratif,atau lebih sering disebut
pus/nanah.
Jadi pus terdiri dari :
- neutrofil pmn. yang hidup dan yang mati neutrofil pmn. yang hancur
- hasil pencairan jaringan dasar (merupakan hasil pencernaan)
- eksudat cair dari proses radang
- bakteri-bakteri penyebab
- nekrosis liquefactiva.
3. Eksudat Campuran
Sering terjadi campuran eksudat seluler dan nonseluler dan campuran ini dinamakan
sesuai dengan campurannya.Jika terdapat eksudat fibrinopurulen yang terdiri dari fibrin
dan neutrofil polimorfonuklear,eksudat mukopurulen, yang terdiri dari musin dan
neutrofil, eksudat serofibrinosa dan sebagainya.

Luka Bakar Mudah Terjadi Septikhemi.


Pada luka bakar saluran-saluran limfe tetap terbuka yaitu karena jaringan yang terbakar
tidak menimbulkan tromboplastin sehingga tidak terjadi kooagulasi eksudat. Jika aliran
cairan limfe tidak tersumbat akan memudahkan menyebarkan kuman-kuman sehingga
masuk dalam sirkulasi darah dan terjadi septikhemi.

Reaksi sel pada radang

Leukositosis terjadi bila ada jaringan cedera atau infeksi sehingga pada tempat cedera
atau radang dapat terkumpul banyak leukosit untuk membendung infeksi atau menahan
microorganisme menyebar keseluruh jaringan.
Leukositosis ini disebabkan karena produksi sumsum tulang meningkat, sehingga
jumlahnya dalam darah cukup untuk emigrasi pada waktu terjadi cedera atau radang.
Karena itu banyak leukosit yang masih muda dalam darah, dalam pemeriksaan
laboratorium dikatakan pergeseran ke kiri

Jenis-Jenis Leukosit Dan Masing-Masing Fungsinya Dalam Peradangan

Leukosit yang bersirkulasi dalam aliran darah dan emigrasi ke dalam eksudat peradangan
berasal dari sumsum tulang, di mana tidak saja leukosit tetapi juga sel-sel darah merah
dan trombosit dihasilkan secara terus memenerus.Dalam keadaan normal, di dalam
sumsum tulang dapat ditemukan banyak sekali leukosit yang belum matang dari berbagai
jenis dan "pool" leukosit matang yang ditahan sebagai cadangan untuk dilepaskan ke
dalam sirkulasi darah. Jumlah tiap jenis leukosit yang bersirkulasi dalam darah perifer
dibatasi dengan ketat tetapi diubah "sesuai kebutuhan" jika timbul proses peradangan.
Artinya, dengan rangsangan respon peradangan, sinyal umpan balik pada sumsum tulang
mengubah laju produksi dan pengeluaran satu jenis leukosit atau lebih ke dalam aliran
darah.
1. Granulosit.
Terdiri dari : neutrofil, eosinofil, dan basofil.
Dua jenis leukosit lain ialah monosit dan limposit, tidak mengandung banyak granula
dalam sitoplasmanya.
a) Neutrofil
Sel-sel pertama yang timbul dalam jumlah besar di dalam eksudat pada jamjam pertama
peradangan adalah neutrofil.Inti dari sel ini berlobus tidak teratur atau polimorf.
Karena itu sel-sel ini disebut neutrofil polimorfonuklear (pmn) atau "pool". Sel-sel ini
memiliki urutan perkembangan di dalam sumsum tulang, perkembangan ini kira-kira
memerlukan 2 minggu. Bila mereka dilepaskan ke dalam sirkulasi darah, waktu paruhnya
dalam sirkulasi kira-kira 6 jam. Per millimeter kubik darah terdapat kira-kira 5000
neutrofil, kira-kira 100 kali dari jumlah ini tertahan dalam sumsum tulang sebagai
bentuk matang yang siap untuk dikeluarkan bila ada sinyal.
Granula yang banyak sekali terlihat dalam sitoplasma neutrofil sebenarnya merupakan
paket-paket enzim yang terikat membran yaitu lisosom, yang dihasilkan selama
pematangan sel. Jadi neutrofil pmn yang matang adalah kantong yang mengandung
banyak enzim dan partikel-partikel antimicrobial. Neutrofil pmn mampu bergerak aktif
dan mampu menelan berbagai zat dengan proses yang disebut fagositosis. Proses
fagositosis dibantu oleh zat-zat tertentu yang melapisi obyek untuk dicernakan dan
membuatnya lebih mudah dimasukkan oleh leukosit. Zat ini dinamakan opsonin. Setelah
mencernakan partikel dan memasukkannya ke dalam sitoplasma dalam vakuola fagositosis
atau fagosom, tugas berikutnya dari leukosit adalah mematikan partikel itu jika partikel
itu agen microbial yang hidup, dan mencernakannya. Mematikan agen-agen yang hidup itu
diselesaikan melalui berbagai cara yaitu perubahan pH dalam sel setelah fagositosis,
melepaskan zat-zat anti bakteri. Pencernaan partikel yang terkena fagositosis itu
umumnya diselesaikan di dalam vakuola dengan penyatuan lisosom dengan fagosom.
Enzim-enzim pencernaan yang sebelumnya tidak aktif sekarang diaktifkan di dalam
fagolisosom, mengakibatkan pencernaan obyek secara enzimatik.
b) Eosinofil
Merupakan jenis granulosit lain yang dapat ditemukan dalam eksudat peradangan,
walaupun dalam jumlah yang lebih kecil. Eosinofil secara fungsional akan memberikan
respon terhadap rangsang kemotaksis khas tertentu yang ditimbulkan pada
perkembangan allergis dan mereka mengandung enzim-enzim yang mampu menetralkan
efek-efek mediator peradangan tertentu yang dilepaskan dalam reaksi peradangan
semacam itu.

c) Basofil
Berasal dari sumsum tulang yang juga disebut mast sel/basofil jaringan. Granula dari
jenis sel ini mengandung berbagai enzim, heparin, dan histamin. Basofil akan memberikan
respon terhadap sinyal kemotaksis yang dilepaskan dalam perjalanan reaksi immunologis
tertentu. Dan basofil biasanya terdapat dalam jumlah yang sangat kecil dalam eksudat.
Basofil darah dan mast sel jaringan dirangsang untuk melepas granulanya pada berbagai
keadaan cedera, termasuk reaksi immunologis maupun reaksi non spesifik.Dalam
kenyataannya mast sel adalah sumber utama histamin pada reaksi peradangan.
2. Monosit
Adalah bentuk leukosit yang penting. Pada reaksi peradangan monosit akan bermigrasi,
tetapi jumlahnya lebih sedikit dan kecepatannya lebih lambat. Karena itu, pada jam jam
pertama peradangan relative sedikit terdapat monosit dalasn eksudat. Namun makin
lama akan makin bertambah adanya monosit dalam eksudat. Sel yang sama yang dalam
aliran darah disebut monosit, kalau terdapat dalam eksudat disebut makrofag. Ternyata,
jenis sel yang sama ditemukan dalam jumlah kecil melalui jaringan penyambung tubuh
walaupun tanpa peradangan yang jelas. Makrofag yang terdapat dalam jaringan
penyambung ini disebut histiosit. Dengan banyak hal fungsi makrofag sangat mirip
dengan fungsi neutrofil pmn. dimana makrofag akan bergerak secara aktif yang memberi
respon terhadap stimulasi kemotaksis, fagosit aktif dan mampu mematikan serta
mencernakan berbagal agen. Ada perbedaan penting antara makrofag dan neutrofil,
dimana siklus kehidupan makrofag lebih panjang, dapat bertahan berminggu-minngu atau
bahkan berbulan-bulan dalam jaringan dibanding dengan neutrofil yang berumur pendek.
Selain itu waktu monosit memasuki aliran darah dari sumsum tulang dan waktu memasuki
jaringan dari aliran darah, ia belum matang betul seperti halnya neutrofil. Karena
neutrofil dalam jaringan dan aliran darah sudah mengalami pematangan (sudah matang),
sehingga ia tidak mampu melakukan pembelahan sel dan juga tidak mampu melakukan
sintesis enzim-enzim pencenna. Pada monosit dapat dirangsang untuk membelah dalam
jaringan, dan mereka mampu memberi respon terhadap keadaan lokal dengan mensintesis
sejumlah enzim intrasel. Kemampuan untuk menjalani "on the.job training", ini adalah
suatu sifat makrofag yang vital, khususnya pada reaksireaksi immunologis tertentu.
Selain itu makrofag-makrofag dapat mengalami perubahan bentuk, selama mengalami
perubahan itu, mereka menghasilkan seI-se1 secara tradisional disebut sel epiteloid.
Makrofag juga mampu bergabung membentuk sel raksasa berinti banyak disebut giant
cell.
Walaupun makrofag merupakan komponen penting dalam eksudat namun mereka
tersebar secara luas dalam tubuh, dalam keadaan normal dan disebut sebagai system
reticuloendotelial atau RES (Reticulo Endotelial System), yang mempunyai sifat
fagositosis, termasuk juga dalam hati, sel tersebut dikenal sebagai sel kupffer. Fungsi
utama makrofag sebagai pembersih dalam darah ataupun seluruh jaringan tubuh.Fungsi
RES yang sehari-hari penting menyangkut pemrosesan haemoglobin sel darah merah
yang sudah mencapai akhir masa hidupnya. Sel-sel ini mampu memecah Hb menjadi suatu
zat yang mengandung besi dan zat yang tidak mengandung besi. Besinya dipakai kembali
dalam tubuh untuk pembuatan sel-sel darah merah lain dalam sumsum tulang dan zat
yang tidak mengandung besi dikenal sebagai bilirubin, di bawa ke dalam aliran darah ke
hati, dimana hepatosit mengekstrak bilirubin dari aliran darah dan mengeluarkannya
sebagai bagian dari empedu.
3. Limposit
Umumnya terdapat dalam eksudat hanya dalam jumlah yang sangat kecil,meskipu
eksudat sudah lama terbentuk yaitu sampai reaksi-reaksi peradangan menjadi kronis.
Tanda-Tanda Kardinal Peradangan

Pada peristiwa peradangan akut dapat dilihat tanda-tanda pokok (gejala kardinal).
1. Rubor (kemerahan)
Rubor atau kemerahan biasanya merupakan hal pertama yang terlihat di daerah yang
mengalami peradangan. Waktu reaksi peradangan mulai timbul maka arteriol yang
mensupali daerah tersebut melebar, dengan demikian lebih banyak darah mengalir ke
dalam mikrosirkulasi lokal. Kapiler-kapiler yang sebelumnya kosong atau sebagian saja
yang meregang dengan cepat terisi penuh dengan darah. Keadaan ini yang dinamakan
hyperemia atau kongesti,menyebabkan warna merah lokal karena peradangan akut.
Timbulnya hyperemia pada permulaan reaksi peradangan diatur oleh tubuh baik secara
neurogenik maupun secara kimia,melalui pengeluaran zat seperti histamin.

2. Kalor (panas)
Kalor atau panas terjadi bersamaan dengan kemerahan dari reaksi peradangan yang
hanya terjadi pada permukaan tubuh, yang dalam keadaan normal lebih dingin dari -37 °C
yaitu suhu di dalam tubuh. Daerah peradangan pada kulit menjadi lebih panas dari
sekelilingnya sebab darah yang disalurkan tubuh kepermukaan daerah yang terkena lebih
banyak daripada yang disalurkan kedaerah normal. Fenomena panas lokal ini tidak
terlihat pada daerah-daerah yang terkena radang jauh di dalam tubuh, karena jaringan-
jaringan tersebut sudah mempunyai suhu inti 37°C, hyperemia lokal tidak menimbulkan
perubahan.

3. Dolor (rasa sakit)


Dolor atau rasa sakit, dari reaksi peradangan dapat dihasilkan dengan berbagai cara.
Perubahan pH lokal atau konsentrasi lokal ion-ion tertentu dapat merangsang ujung-
ujung saraf. Hal yang sama, pengeluaran zat kimia bioaktif lainnya dapat merangsang
saraf. Selain itu, pembengkakan jaringan yang meradang mengakibatkan peningkatan
tekanan lokal yang tanpa diragukan lagi dapat menimbulkan rasa sakit.

4. Tumor (pembengkaan)
Segi paling menyolok dari peradangan akut mungkin adalah pembengkaan lokal (tumor).
Pembengkaan ditimbulkan oleh pengiriman cairan dan sel-sel dari sirkulasi darah ke
jaringan-jaringan interstitial. Campuran dari cairan dan sel yang tertimbun di daerah
peradangan disebut eksudat. Pada keadaan dini reaksi peradangan sebagian besar
eksudat adalah cair, seperti yang terjadi pada lepuhan yang disebabkan oleh luka bakar
ringan. Kemudian sel-sel darah putih atau leukosit meninggalkan aliran darah dan
tertimbun sebagai bagian dari eksudat.

5. Fungsio laesa (perubahan fungsi)


Fungsio laesa atau perubahan fungsi adalah reaksi peradangan yang telah dikenal.
Sepintas lalu, mudah dimengerti, mengapa bagian yang bengkak, nyeri disertai sirkulasi
abnormal dart lingkungan kimiawi lokal yang abnormal, berfungsi secara abnormal.
Namun sebetulnya kita tidak mengetahui secara mendalam dengan cara apa fungsi
jaringan yang meradang itu terganggu.
Berbagai bentuk/Jenis Radang

Bentuk peradangan dapat timbul didasarkan atas jenis eksudat yang terbentuk, organ
atau jaringan tertentu yang terlibat, dan lamanya proses peradangan. Tata nama proses
peradangan memperhitungkan masing-masing variable ini. Berbagai eksudat diberi nama
deskriptif. Lamanya respon peradangan disebut akut;disebut kronik jika ada bukti
perbaikan yang sudah lanjut bersama dengan dumadhsi;dan disebut subakut jika ada
bukti awal perbaikan bersama dengan eksudasi. Lokasi reaksi peradangan disebut dengan
akhiran -it is yang ditambahkan pada nama organ (misalnya; apendisitis, tonsillitis).

Jenis Radang

Misalnya: radang kataral, radang pseudomembran, ulkus, abses, flegmon, radang purulen,
suppurativaa dan lain-lain.
a) Radang Kataral
Terbentuk diatas permukaan membran mukosa,dimana terdapat sel-sel yang dapat
mensekresi musin. Eksudat musin yang paling banyak dikenal adalah puck yang menyertai
banyak infeksi pernafasan bagian atas.

b) Radang Pseudomembran
Istilah ini dipakai untuk reaksi radang pada permukaan selaput lendir yang ditandai
dengan pembentukan eksudat berupa lapisan selaput superficial, mengandung agen
penyebab, endapan fibrin, sel-sel nekrotik aktif dan sel-sel darah putih radang.Radang
membranosa sering dijumpai dalam orofaring, trachea,bronkus, dan traktus
gastrointestinal.

c) Ulkus.
Terjadi apabila sebagian permukaan jaringan hilang sedangkan jaringan sekitarnya
meradang.

d) Abses
Abses adalah lubang yang terisi nanah dalam jaringan. Abses adalah lesi yang sulit untuk
diatasi oleh tubuh karena kecenderungannya untuk meluas dengan pencairan,
kecenderungannya untuk membentuk lubang dan resistensinya terhadap penyembuhan.
Jika terbentuk abses, maka obat-obatan seperti antibiotik dalam darah sulit masuk ke
dalam abses. Umumnya penanganan abses oleh tubuh sangat dibantu oleh
pengosongannya secara pembedahan, sehingga memungkinkan ruang yang sebelumnya
berisi nanah mengecil dan sembuh. Jika abses tidak dikosongkan secara pembedahan
oleh ahli bedah, maka abses cenderung untuk meluas, merusak struktur lain yang dilalui
oleh abses tersebut.

e) Flegmon
Flegmon: radang purulen yang meluas secara defuse pada jaringan.
f) Radang Purulent
Terjadi akibat infeksi bakteri.terdapat pada cedera aseptik dan dapat terjadi dimana-
mana pada tubuh yang jaringannya telah menjadi nekrotik.

g) Radang supuratif
Gambaran ini adalah nekrosis liqeuvaktifa yang disertal emigrasi neutrofil dalam jumlah
banyak.Infeksi supuratif local disebabkan oleh banyak macam bakteri yang secara
kolektif diberi nama piogen (pembentukan nanah).Yang termasuk piogen adalah
stafilokokkus,banyak basil gram negatif. Perbedaan penting antara radang supuratif dan
radang purulen bahwa pada radang supuratif terjadi nekrosis liquefaktiva dari jaringan
dasar. Nekrosis liquefaktiva adalah jaringan nekrotik yang sedikit demi sedikit mencair
akibat enzim.
Aspek/Reaksi Sistemik Pada Peradangan

Reaksi sistemik yang menyertai reaksi local pada peradangan diantaranya adalah
1. Demam.
Yang merupakan akibat dari pelepasan zat pirogen endogen yang berasal dari neutrofil
dan makrofag. Selanjutnya zat tersebut akan memacu pusat pengendali suhu tubuh yang
ada dihypothalamus.

2. Perubahan hematologis.
Rangsangan yang berasal dari pusat peradangan mempengaruhi proses maturasi dan
pengeluaran leukosit dari sumsum tulang yang mengakibatkan kenaikan suatu jenis
leukosit, kenaikan ini disebut leukositosis. Perubahan protein darah tertentu juga
terjadi bersamaan dengan perubahan apa yang dinamakan laju endap darah.

3. Gejala konstitusional.
Pada cedera yang hebat, terjadi perubahan metabolisme dan endokrin yang menyolok.
Akhirnya reaksi peradangan local sering diiringi oleh berbagai gejala konstitusional yang
berupa malaise, anoreksia atau tidak ada nafsu makan dan ketidakmampuan melakukan
sesuatu yang beratnya berbeda-beda bahkan sampai tidak berdaya melakukan apapun.

Beda Radang Dengan Infeksi

Peradangan dan infeksi itu tidak sinonim.Pada infeksi ditandai adanya mikroorganisme
dalam jaringan, sedang pada peradangan belum tentu, karena banyak peradangan yang
tejadi steril sempurna.Jadi infeksi hanyalah merupakan sebagian dari peradangan.

Nasib Radang Dan Pemulihan Jaringan Pada Radang

Dengan adanya reaksi peradangan, maka hasil perbaikan yang paling menggembirakan
yang dapat diperoleh adalah, jika terjadi hanya sedikit kerusakan atau tidak ada
kerusakan jaringan di bawahnya sama sekali. Pada keadaan semacam itu jika agen
penyerang sudah dinetralkan dan dihilangkan. Pembuluh darah kecil di daerah itu
memperoleh kembali semipermeabilitasnya, aliran cairan berhenti dan emigrasi leukosit
dengan cara yang sama juga berhenti. Cairan yang sebelumnya sudah dieksudasikan
sedikit demi sedikit diserap oleh pembuluh limfe dan sel-sel eksudat mengalami
disintegrasi dan keluar melalui pembuluh limfe atau benar-benar dihilangkan dari tubuh.
Hasil akhir dari proses ini adalah penyembuhan jaringan yang meradang jaringan
tersebut pulih seperti sebelum reaksi. Gejala ini disebut resolusi.
Sebaliknya, bila jumlah jaringan yang rusak cukup bermakna jaringan yang rusak harus
diperbaiki oleh proliferasi sel-sel hospes berdekatan yang masih hidup. Perbaikan
sebenarnya melibatkan dua komponen yang terpisah tetapi terkoordinir. Pertama
disebut regenerasi Hasil akhirnya adalah penggantian unsureunsur yang telah hilang
dengan jenis sel yang sama. Komponen perbaikan kedua melibatkan proliferasi unsur-
unsur jaringan penyambung yang mengakibatkan pembentukan jaringan parut.

Penyembuhan luka.

Koordinasi pembentukan parut dan regenerasi barangkali paling mudah dilukiskan pada
kasus penyembuhan luka kulit. Jenis penyembuhan yang paling sederhana terlihat pada
penanganan luka oleh tubuh seperti pada insisi pembedahan, dimana pinggir luka dapat
didekatkan agar proses penyembuhan dapat terjadi. Penyembuhan semacam ini disebut
penyembuhan primer atau healing by first intention. Setelah teijadi luka maka tepi luka
dihubungkan oleh sedikit bekuan darah yang fibrinnya bekerja seperti lem. Segera
setelah itu terjadilah reaksi peradangan akut pada tepi luka itu dan sel-sel radang,
khususnya makrofag, memasuki bekuan darah dan mulai menghancurkanya. Dekat reaksi
peradangan eksudat ini, terjadi pertumbuhan ke dalam oleh jaringan granulasi ke dalam
daerah yang tadinya ditempati oleh bekuan darah. Dengan demikian maka dalam jangka
waktu beberapa hari luka itu dijembatani oleh jaringan granulasi yang disiapkan agar
matang menjadi jaringan parut. Sementara proses ini berjalan maka epitel permukaan di
bagian tepi mulai melakukan regenerasi dan dalam waktu beberapa hari bermigrasi
lapisan tipis epitel diatas permukaa luka.Waktu jaringan parut di bawahnya menjadi
matang, epitel ini juga menebal dan matang sehingga menyerupai kulit yang didekatnya.
Hasil akhirnya adalah terbentuknya kembali permukaan kulit dan dasar jaringan parut
yang tidak nyata atau hanya terlihat sebagai satu garis yang menebal. Pada luka lainnya
diperlukan jahitan untuk mendekatkan kedua tepi luka sampai terjadi penyembuhan.
Bentuk penyembuhan kedua terjadi jika luka kulit sedemikian rupa sehingga tepi luka
tidak dapat saling didekatkan selama proses penyembuhan. Keadaan ini disebut healing
by second intention atau kadang kala disebut penyembuhan yang disertai granulasi

Penyembuhan Abses

Penyembuhan akan berlangsung lebih cepat bila isi abses dapat keluar. Abses kecil akan
diorganisasi dan menjadi jaringan ikat. Abses besar hanya sekitarnya akan diorganisasi
dan menjadi jaringan ikat.
PEMBAGIAN RADANG
- Berdasarkan cepat/lambatnya
a. Radang akut / radang eksudasi
-leukosit neutrofil – boil ( tanpa jaringan parut)

b. Radang kronik / radang proloferasi


- Limfosit – TBC (dengan jaringan parut)

- Berdasarkan kekhasan etiologinya


a. Radang spesikfik atau radang kronik granulamatosa
- Terbentuk jaringan granulasi yang spesifik ex ; TBC, lepra, sifilis
b. Radang non fisik

Secara garis besar proses inflamasi dibagi menjadi 2 tahap :


a. Inflamasi akut
Inflamasi akut adalah inflamasi yang terjadi segera setelah adanya rangsang iritan. Pada
tahap ini terjadi pelepasan plasma dan komponen seluler darah ke dalam ruang-ruang
jaringan ekstraseluler. Termasuk didalamnya granulosit neutrofil yang melakukan
pelahapan (fagositosis) untuk membersihkan debris jaringan dan mikroba (Soesatyo,
2002)
b. Inflamasi kronis
Inflamasi kronis terjadi jika respon inflamasi tidak berhasil memperbaiki seluruh
jaringan yang rusak kembali ke keadaan aslinya atau jika perbaikan tidak dapat dilakukan
sempurna (Ward, 198
   Radang Akut
Radang akut adalah respon yang cepat dan segera terhadap cedera yang didesain
untuk mengirimkan leukosit ke daerah cedera. Leukosit membersihkan berbagai mikroba
yang menginvasi dan memulai proses pembongkaran jaringan nekrotik. Terdapat 2
komponen utama dalam proses radang akut, yaitu perubahan penampang dan struktural
dari pembuluh darah serta emigrasi dari leukosit. Perubahan penampang pembuluh darah
akan mengakibatkan meningkatnya aliran darah dan terjadinya perubahan struktural
pada pembuluh darah mikro akan memungkinkan protein plasma dan leukosit
meninggalkan sirkulasi darah. Leukosit yang berasal dari mikrosirkulasi akan melakukan
emigrasi dan selanjutnya berakumulasi di lokasi cedera.
            2.2.2    Radang Kronis
Radang kronis dapat diartikan sebagai inflamasi yang berdurasi panjang
(berminggu-minggu hingga bertahun-tahun) dan terjadi proses secara simultan dari
inflamasi aktif, cedera jaringan, dan penyembuhan. Perbedaannya dengan radang akut,
radang akut ditandai dengan perubahan vaskuler, edema, dan infiltrasi neutrofil dalam
jumlah besar. Sedangkan radang kronik ditandai oleh infiltrasi sel mononuklir (seperti
makrofag, limfosit, dan sel plasma), destruksi jaringan, dan perbaikan.
Radang kronik dapat timbul melalui satu atau dua jalan. Dapat timbul menyusul
radang akut, atau responnya sejak awal bersifat kronik. Perubahan radang akut menjadi
radang kronik berlangsung bila respon radang akut tidak dapat reda, disebabkan agen
penyebab jejas yang menetap atau terdapat gangguan pada proses penyembuhan normal.
Ada kalanya radang kronik sejak awal merupakan proses primer. Sering penyebab jejas
memiliki toksisitas rendah dibandingkan dengan penyebab yang menimbulkan radang
akut. Terdapat 3 kelompok besar yang menjadi penyebabnya, yaitu infeksi persisten
oleh mikroorganisme intrasel tertentu (seperti basil tuberkel, Treponema palidum, dan
jamur-jamur tertentu), kontak lama dengan bahan yang tidak dapat hancur (misalnya
silika), penyakit autoimun. Bila suatu radang berlangsung lebih lama dari 4 atau 6 minggu
disebut kronik. Tetapi karena banyak kebergantungan respon efektif tuan rumah dan
sifat alami jejas, maka batasan waktu tidak banyak artinya. Pembedaan antara radang
akut dan kronik sebaiknya berdasarkan pola morfologi reaksi.

Macam-macam eksudat
Jenis cairan eksudat dipengaruhi oleh bertnya reaksi,penyebab dan lokasi lesi:
1.                Eksudat Serosa: merupakan eksudat jernih, mengandung sedikit protein akibat
radangnya ringan .Contoh: luka bakar,efusi pleura.
2.                Eksudat Supurativa /purulenta : merupakan eksudatyang mengandung nanah atau
pus,yaitu campuran leukosit yang rusak.
3.                Eksudat Fibrinosa,merupakan eksudat yang mengandung banyak fibrin sehingga
banyak membeku.
4.                Eksudat Hemorrágica,ahíla aksudat yang mengandung darah

1. Serosa ( cairan eksudat yang kaya protein)


2. Purulenta ( eksudat yg mengandung nanah) =
3. Kataralis / musinosa
4. Fibrinosa ( cairan eksudat yg laya fibrin)
5. Pseudomembranosa
6. Hemoragik
7. Supuratif (eksudat dgn pus dan jaringan yg rusak ) =
8. Abses (daerah bernanah yg biasa terpusat dlm organ)
9. Furunkel ( abses dari kulit)
10. Karbunkel ( abses luas kulit yg censerung melebar)
11. Selulitis
12. Serofibrinosa (eksudat serosa yg kaya fibrin)
13. Fibrinopurulen ( eksudat purulen yg kaya fibrin)

Bila sel-sel atau jaringan tubuh mengalami cedera atau mati, selama hospes tetap hidup
ada respon yang menyolok pada jaringan hidup disekitarnya. Respon terhadap cedera ini
dinamakan peradangan. Yang lebih khusus peradangan adalah reaksi vascular yang
hasilnya merupakan pengiriman cairan, zat-zat yang terlarut dan sel-sel dari sirkulasi
darah ke jaringan-jaringan interstitial pada daerah cedera atau nekrosis.
Peradangan sebenarnya adalah gejala yang menguntungkan dan pertahanan, hasilnya
adalah netralisasi dan pembuangan agen penyerang,penghancuran jaringan nekrosis dan
pembentukan keadaan yang dibutuhkan untuk perbaikan dan pemulihan. Reaksi
peradangan itu sebenarnya adalah peristiwa yang dikoordinasi dengan baik yang dinamis
dan kontinyu. Untuk menimbulkan reaksi peradangan maka jaringan harus hidup dan
khususnya harus memiliki mikrosirkulasi fungsional.
Jadi yang dimaksud dengan radang adalah rangkaian reaksi yang terjadi pada tempat
jaringan cedera.
Pada proses peradangan terjadi pelepasan histamine dan zat-zat humoral lain kedalam
cairan jaringan sekitarnya.
Akibat dari sekresi histamine tersebut berupa:
1. Peningkatan aliran darah lokal.
2. Peningkatan permeabilitas kapiler.
3. Perembesan ateri dan fibrinogen kedalam jaringan interstitial.
4. Edema ekstraseluler lokal.
5. Pembekuan cairan ekstraseluler dan cairan limfe.
Peradangan dapat juga dimasukkan dalam suatu reaksi non spesifik, dari hospes
terhadap infeksi.

Adapun kejadiannya sebagai berikut: pada setiap luka pada jaringan akan timbul reaksi
inflamasi atau reaksi vaskuler.Mula-mula terjadi dilatasi lokal dari arteriole dan kapiler
sehingga plasma akan merembes keluar. Selanjutnya cairan edema akan terkumpul di
daerah sekitar luka, kemudian fibrin akan membentuk semacam jala, struktur ini akan
menutupi saluran limfe sehingga penyebaran mikroorganisme dapat dibatasi.Dalam
proses inflamasi juga terjadi phagositosis, mula-mula phagosit membungkus
mikroorganisme, kemudian dimulailah digesti dalam sel. Hal ini akan mengakibatkan
perubahan pH menjadi asam. Selanjutnya akan keluar protease selluler yang akan
menyebabkan lysis leukosit.Setelah itu makrofag mononuclear besar akan tiba di lokasi
infeksi untuk membungkus sisa-sisa leukosit.Dan akhirnya terjadilah pencairan (resolusi)
hasil proses inflamasi lokal.
Cairan kaya protein dan sel darah putih yang tertimbun dalam ruang ekstravaskular
sebagai akibat reaksi radang disebut eksudat.

Beda Eksudat dan Transudat

Eksudat adalah cairan radang ekstravaskular dengan berat jenis tinggi (diatas 1.020)
dan seringkali mengandung protein 2-4 mg % serta sel-sel darah putih yang melakukan
emigrasi.Cairan ini tertimbun sebagai akibat permeabilitas vascular (yang memungkinkan
protein plasma dengan molekul besar dapat terlepas), bertambahnya tekanan hidrostatik
intravascular sebagai akibat aliran lokal yang meningkat pula dan serentetan peristiwa
rumit leukosit yang menyebabkan emigrasinya.
Transudat adalah cairan dalam ruang interstitial yang terjadi hanya sebagai akibat
tekanan hidrostatik atau turunnya protein plasma intravascular yang meningkat (tidak
disebabkan proses peradangan/inflamasi).Berat jenis transudat pada umumnya kurang
dari 1.012 yang mencerminkan kandungan protein yang rendah. Contoh transudat
terdapat pada wanita hamil dimana terjadi penekanan dalam cairan tubuh.
Jenis-Jenis Eksudat

1. Eksudat non seluler


Eksudat serosa
Pada beberapa keadaan radang, eksudat hampir terdiri dari cairan dan zat-zat yang
terlarut dengan sangat sedikit leukosit. Jenis eksudat nonseluler yang paling sederhana
adalah eksudat serosa,yang pada dasamya terdiri dari protein yang bocor dari
pembuluh-pembuluh darah yang permiable dalam daerah radang bersama-sama dengan
cairan yang menyertainya. Contoh eksudat serosa yang paling dikenal adalah cairan luka
melepuh.

Eksudat fibrinosa
Jenis eksudat nonseluler yang kedua adalah eksudat fibrinosa yang terbentuk jika
protein yang dikeluarkan dari pembuluh dan terkumpul pada daerah peradangan yang
mengandung banyak fibrinogen. Fibrinogen ini diubah menjadi fibrin, yang berupa jala
jala lengket dan elastic (barangkali lebih dikenal sebagai tulang belakang bekuan darah).
Eksudat fibrinosa sering dijumpai diatas permukaan serosa yang meradang seperti
pleura dan pericardium dimana fibrin diendapkan dipadatkan menjadi lapisan kasar
diatas membran yang terserang. Jika lapisan fibrin sudah berkumpul di permukaan
serosa,sering akan timbul rasa sakit jika terjadi pergeseran atas permukaan yang satu
dengan yang lain. Contoh pada penderita pleuritis akan merasa sakit sewaktu bernafas,
karena terjadi pergesekan sewaktu mengambil nafas.

Eksudat musinosa (Eksudat kataral)


Jenis eksudat ini hanya dapat terbentuk diatas membran mukosa, dimana terdapat sel-
sel yang dapat mengsekresi musin. Jenis eksudat ini berbeda dengan eksudat lain karena
eksudat ini merupakan sekresi set bukan dari bahan yang keluar dari aliran darah.
Sekresi musin merupakan sifat normal membran mukosa dan eksudat musin merupakan
percepatan proses dasar fisiologis.Contoh eksudat musin yang paling dikenal dan
sederhana adalah pilek yang menyertai berbagai infeksi pemafasan bagian atas.

2. Eksudat Seluler
Eksudat netrofilik
Eksudat yang mungkin paling sering dijumpai adalah eksudat yang terutama terdiri dari
neutrofil polimorfonuklear dalam jumlah yang begitu banyak sehingga bagian cairan dan
protein kurang mendapat perhatian. Eksudat neutrofil semacam ini disebut purulen.
Eksudat purulen sangat sering terbentuk akibat infeksi bakteri.lnfeksi bakteri sering
menyebabkan konsentrasi neutrofil yang luar biasa tingginya di dalam jaringan dan
banyak dari sel-sel ini mati dan membebaskan enzim-enzim hidrolisis yang kuat
disekitarnya. Dalam keadaan ini enzim-enzim hidrolisis neutrofil secara haraf ah
mencernakan jaringan dibawahnya dan mencairkannya. Kombinasi agregasi netrofil dan
pencairan jaringan-jaringan di bawahnya ini disebut suppuratif,atau lebih sering disebut
pus/nanah.
Jadi pus terdiri dari :
- neutrofil pmn. yang hidup dan yang mati neutrofil pmn. yang hancur
- hasil pencairan jaringan dasar (merupakan hasil pencernaan)
- eksudat cair dari proses radang
- bakteri-bakteri penyebab
- nekrosis liquefactiva.
3. Eksudat Campuran
Sering terjadi campuran eksudat seluler dan nonseluler dan campuran ini dinamakan
sesuai dengan campurannya.Jika terdapat eksudat fibrinopurulen yang terdiri dari fibrin
dan neutrofil polimorfonuklear,eksudat mukopurulen, yang terdiri dari musin dan
neutrofil, eksudat serofibrinosa dan sebagainya.

Luka Bakar Mudah Terjadi Septikhemi.


Pada luka bakar saluran-saluran limfe tetap terbuka yaitu karena jaringan yang terbakar
tidak menimbulkan tromboplastin sehingga tidak terjadi kooagulasi eksudat. Jika aliran
cairan limfe tidak tersumbat akan memudahkan menyebarkan kuman-kuman sehingga
masuk dalam sirkulasi darah dan terjadi septikhemi.

Reaksi sel pada radang

Leukositosis terjadi bila ada jaringan cedera atau infeksi sehingga pada tempat cedera
atau radang dapat terkumpul banyak leukosit untuk membendung infeksi atau menahan
microorganisme menyebar keseluruh jaringan.
Leukositosis ini disebabkan karena produksi sumsum tulang meningkat, sehingga
jumlahnya dalam darah cukup untuk emigrasi pada waktu terjadi cedera atau radang.
Karena itu banyak leukosit yang masih muda dalam darah, dalam pemeriksaan
laboratorium dikatakan pergeseran ke kiri

Jenis-Jenis Leukosit Dan Masing-Masing Fungsinya Dalam Peradangan

Leukosit yang bersirkulasi dalam aliran darah dan emigrasi ke dalam eksudat peradangan
berasal dari sumsum tulang, di mana tidak saja leukosit tetapi juga sel-sel darah merah
dan trombosit dihasilkan secara terus memenerus.Dalam keadaan normal, di dalam
sumsum tulang dapat ditemukan banyak sekali leukosit yang belum matang dari berbagai
jenis dan "pool" leukosit matang yang ditahan sebagai cadangan untuk dilepaskan ke
dalam sirkulasi darah. Jumlah tiap jenis leukosit yang bersirkulasi dalam darah perifer
dibatasi dengan ketat tetapi diubah "sesuai kebutuhan" jika timbul proses peradangan.
Artinya, dengan rangsangan respon peradangan, sinyal umpan balik pada sumsum tulang
mengubah laju produksi dan pengeluaran satu jenis leukosit atau lebih ke dalam aliran
darah.
1. Granulosit.
Terdiri dari : neutrofil, eosinofil, dan basofil.
Dua jenis leukosit lain ialah monosit dan limposit, tidak mengandung banyak granula
dalam sitoplasmanya.
a) Neutrofil
Sel-sel pertama yang timbul dalam jumlah besar di dalam eksudat pada jamjam pertama
peradangan adalah neutrofil.Inti dari sel ini berlobus tidak teratur atau polimorf.
Karena itu sel-sel ini disebut neutrofil polimorfonuklear (pmn) atau "pool". Sel-sel ini
memiliki urutan perkembangan di dalam sumsum tulang, perkembangan ini kira-kira
memerlukan 2 minggu. Bila mereka dilepaskan ke dalam sirkulasi darah, waktu paruhnya
dalam sirkulasi kira-kira 6 jam. Per millimeter kubik darah terdapat kira-kira 5000
neutrofil, kira-kira 100 kali dari jumlah ini tertahan dalam sumsum tulang sebagai
bentuk matang yang siap untuk dikeluarkan bila ada sinyal.
Granula yang banyak sekali terlihat dalam sitoplasma neutrofil sebenarnya merupakan
paket-paket enzim yang terikat membran yaitu lisosom, yang dihasilkan selama
pematangan sel. Jadi neutrofil pmn yang matang adalah kantong yang mengandung
banyak enzim dan partikel-partikel antimicrobial. Neutrofil pmn mampu bergerak aktif
dan mampu menelan berbagai zat dengan proses yang disebut fagositosis. Proses
fagositosis dibantu oleh zat-zat tertentu yang melapisi obyek untuk dicernakan dan
membuatnya lebih mudah dimasukkan oleh leukosit. Zat ini dinamakan opsonin. Setelah
mencernakan partikel dan memasukkannya ke dalam sitoplasma dalam vakuola fagositosis
atau fagosom, tugas berikutnya dari leukosit adalah mematikan partikel itu jika partikel
itu agen microbial yang hidup, dan mencernakannya. Mematikan agen-agen yang hidup itu
diselesaikan melalui berbagai cara yaitu perubahan pH dalam sel setelah fagositosis,
melepaskan zat-zat anti bakteri. Pencernaan partikel yang terkena fagositosis itu
umumnya diselesaikan di dalam vakuola dengan penyatuan lisosom dengan fagosom.
Enzim-enzim pencernaan yang sebelumnya tidak aktif sekarang diaktifkan di dalam
fagolisosom, mengakibatkan pencernaan obyek secara enzimatik.
b) Eosinofil
Merupakan jenis granulosit lain yang dapat ditemukan dalam eksudat peradangan,
walaupun dalam jumlah yang lebih kecil. Eosinofil secara fungsional akan memberikan
respon terhadap rangsang kemotaksis khas tertentu yang ditimbulkan pada
perkembangan allergis dan mereka mengandung enzim-enzim yang mampu menetralkan
efek-efek mediator peradangan tertentu yang dilepaskan dalam reaksi peradangan
semacam itu.

c) Basofil
Berasal dari sumsum tulang yang juga disebut mast sel/basofil jaringan. Granula dari
jenis sel ini mengandung berbagai enzim, heparin, dan histamin. Basofil akan memberikan
respon terhadap sinyal kemotaksis yang dilepaskan dalam perjalanan reaksi immunologis
tertentu. Dan basofil biasanya terdapat dalam jumlah yang sangat kecil dalam eksudat.
Basofil darah dan mast sel jaringan dirangsang untuk melepas granulanya pada berbagai
keadaan cedera, termasuk reaksi immunologis maupun reaksi non spesifik.Dalam
kenyataannya mast sel adalah sumber utama histamin pada reaksi peradangan.

2. Monosit
Adalah bentuk leukosit yang penting. Pada reaksi peradangan monosit akan bermigrasi,
tetapi jumlahnya lebih sedikit dan kecepatannya lebih lambat. Karena itu, pada jam jam
pertama peradangan relative sedikit terdapat monosit dalasn eksudat. Namun makin
lama akan makin bertambah adanya monosit dalam eksudat. Sel yang sama yang dalam
aliran darah disebut monosit, kalau terdapat dalam eksudat disebut makrofag. Ternyata,
jenis sel yang sama ditemukan dalam jumlah kecil melalui jaringan penyambung tubuh
walaupun tanpa peradangan yang jelas. Makrofag yang terdapat dalam jaringan
penyambung ini disebut histiosit. Dengan banyak hal fungsi makrofag sangat mirip
dengan fungsi neutrofil pmn. dimana makrofag akan bergerak secara aktif yang memberi
respon terhadap stimulasi kemotaksis, fagosit aktif dan mampu mematikan serta
mencernakan berbagal agen. Ada perbedaan penting antara makrofag dan neutrofil,
dimana siklus kehidupan makrofag lebih panjang, dapat bertahan berminggu-minngu atau
bahkan berbulan-bulan dalam jaringan dibanding dengan neutrofil yang berumur pendek.
Selain itu waktu monosit memasuki aliran darah dari sumsum tulang dan waktu memasuki
jaringan dari aliran darah, ia belum matang betul seperti halnya neutrofil. Karena
neutrofil dalam jaringan dan aliran darah sudah mengalami pematangan (sudah matang),
sehingga ia tidak mampu melakukan pembelahan sel dan juga tidak mampu melakukan
sintesis enzim-enzim pencenna. Pada monosit dapat dirangsang untuk membelah dalam
jaringan, dan mereka mampu memberi respon terhadap keadaan lokal dengan mensintesis
sejumlah enzim intrasel. Kemampuan untuk menjalani "on the.job training", ini adalah
suatu sifat makrofag yang vital, khususnya pada reaksireaksi immunologis tertentu.
Selain itu makrofag-makrofag dapat mengalami perubahan bentuk, selama mengalami
perubahan itu, mereka menghasilkan seI-se1 secara tradisional disebut sel epiteloid.
Makrofag juga mampu bergabung membentuk sel raksasa berinti banyak disebut giant
cell.
Walaupun makrofag merupakan komponen penting dalam eksudat namun mereka
tersebar secara luas dalam tubuh, dalam keadaan normal dan disebut sebagai system
reticuloendotelial atau RES (Reticulo Endotelial System), yang mempunyai sifat
fagositosis, termasuk juga dalam hati, sel tersebut dikenal sebagai sel kupffer. Fungsi
utama makrofag sebagai pembersih dalam darah ataupun seluruh jaringan tubuh.Fungsi
RES yang sehari-hari penting menyangkut pemrosesan haemoglobin sel darah merah
yang sudah mencapai akhir masa hidupnya. Sel-sel ini mampu memecah Hb menjadi suatu
zat yang mengandung besi dan zat yang tidak mengandung besi. Besinya dipakai kembali
dalam tubuh untuk pembuatan sel-sel darah merah lain dalam sumsum tulang dan zat
yang tidak mengandung besi dikenal sebagai bilirubin, di bawa ke dalam aliran darah ke
hati, dimana hepatosit mengekstrak bilirubin dari aliran darah dan mengeluarkannya
sebagai bagian dari empedu.
3. Limposit
Umumnya terdapat dalam eksudat hanya dalam jumlah yang sangat kecil,meskipu
eksudat sudah lama terbentuk yaitu sampai reaksi-reaksi peradangan menjadi kronis.

Tanda-Tanda Kardinal Peradangan

Pada peristiwa peradangan akut dapat dilihat tanda-tanda pokok (gejala kardinal).
1. Rubor (kemerahan)
Rubor atau kemerahan biasanya merupakan hal pertama yang terlihat di daerah yang
mengalami peradangan. Waktu reaksi peradangan mulai timbul maka arteriol yang
mensupali daerah tersebut melebar, dengan demikian lebih banyak darah mengalir ke
dalam mikrosirkulasi lokal. Kapiler-kapiler yang sebelumnya kosong atau sebagian saja
yang meregang dengan cepat terisi penuh dengan darah. Keadaan ini yang dinamakan
hyperemia atau kongesti,menyebabkan warna merah lokal karena peradangan akut.
Timbulnya hyperemia pada permulaan reaksi peradangan diatur oleh tubuh baik secara
neurogenik maupun secara kimia,melalui pengeluaran zat seperti histamin.
2. Kalor (panas)
Kalor atau panas terjadi bersamaan dengan kemerahan dari reaksi peradangan yang
hanya terjadi pada permukaan tubuh, yang dalam keadaan normal lebih dingin dari -37 °C
yaitu suhu di dalam tubuh. Daerah peradangan pada kulit menjadi lebih panas dari
sekelilingnya sebab darah yang disalurkan tubuh kepermukaan daerah yang terkena lebih
banyak daripada yang disalurkan kedaerah normal. Fenomena panas lokal ini tidak
terlihat pada daerah-daerah yang terkena radang jauh di dalam tubuh, karena jaringan-
jaringan tersebut sudah mempunyai suhu inti 37°C, hyperemia lokal tidak menimbulkan
perubahan.

3. Dolor (rasa sakit)


Dolor atau rasa sakit, dari reaksi peradangan dapat dihasilkan dengan berbagai cara.
Perubahan pH lokal atau konsentrasi lokal ion-ion tertentu dapat merangsang ujung-
ujung saraf. Hal yang sama, pengeluaran zat kimia bioaktif lainnya dapat merangsang
saraf. Selain itu, pembengkakan jaringan yang meradang mengakibatkan peningkatan
tekanan lokal yang tanpa diragukan lagi dapat menimbulkan rasa sakit.

4. Tumor (pembengkaan)
Segi paling menyolok dari peradangan akut mungkin adalah pembengkaan lokal (tumor).
Pembengkaan ditimbulkan oleh pengiriman cairan dan sel-sel dari sirkulasi darah ke
jaringan-jaringan interstitial. Campuran dari cairan dan sel yang tertimbun di daerah
peradangan disebut eksudat. Pada keadaan dini reaksi peradangan sebagian besar
eksudat adalah cair, seperti yang terjadi pada lepuhan yang disebabkan oleh luka bakar
ringan. Kemudian sel-sel darah putih atau leukosit meninggalkan aliran darah dan
tertimbun sebagai bagian dari eksudat.

5. Fungsio laesa (perubahan fungsi)


Fungsio laesa atau perubahan fungsi adalah reaksi peradangan yang telah dikenal.
Sepintas lalu, mudah dimengerti, mengapa bagian yang bengkak, nyeri disertai sirkulasi
abnormal dart lingkungan kimiawi lokal yang abnormal, berfungsi secara abnormal.
Namun sebetulnya kita tidak mengetahui secara mendalam dengan cara apa fungsi
jaringan yang meradang itu terganggu.
Berbagai bentuk/Jenis Radang

Bentuk peradangan dapat timbul didasarkan atas jenis eksudat yang terbentuk, organ
atau jaringan tertentu yang terlibat, dan lamanya proses peradangan. Tata nama proses
peradangan memperhitungkan masing-masing variable ini. Berbagai eksudat diberi nama
deskriptif. Lamanya respon peradangan disebut akut;disebut kronik jika ada bukti
perbaikan yang sudah lanjut bersama dengan dumadhsi;dan disebut subakut jika ada
bukti awal perbaikan bersama dengan eksudasi. Lokasi reaksi peradangan disebut dengan
akhiran -it is yang ditambahkan pada nama organ (misalnya; apendisitis, tonsillitis).

Jenis Radang

Misalnya: radang kataral, radang pseudomembran, ulkus, abses, flegmon, radang purulen,
suppurativaa dan lain-lain.
a) Radang Kataral
Terbentuk diatas permukaan membran mukosa,dimana terdapat sel-sel yang dapat
mensekresi musin. Eksudat musin yang paling banyak dikenal adalah puck yang menyertai
banyak infeksi pernafasan bagian atas.

b) Radang Pseudomembran
Istilah ini dipakai untuk reaksi radang pada permukaan selaput lendir yang ditandai
dengan pembentukan eksudat berupa lapisan selaput superficial, mengandung agen
penyebab, endapan fibrin, sel-sel nekrotik aktif dan sel-sel darah putih radang.Radang
membranosa sering dijumpai dalam orofaring, trachea,bronkus, dan traktus
gastrointestinal.

c) Ulkus.
Terjadi apabila sebagian permukaan jaringan hilang sedangkan jaringan sekitarnya
meradang.

d) Abses
Abses adalah lubang yang terisi nanah dalam jaringan. Abses adalah lesi yang sulit untuk
diatasi oleh tubuh karena kecenderungannya untuk meluas dengan pencairan,
kecenderungannya untuk membentuk lubang dan resistensinya terhadap penyembuhan.
Jika terbentuk abses, maka obat-obatan seperti antibiotik dalam darah sulit masuk ke
dalam abses. Umumnya penanganan abses oleh tubuh sangat dibantu oleh
pengosongannya secara pembedahan, sehingga memungkinkan ruang yang sebelumnya
berisi nanah mengecil dan sembuh. Jika abses tidak dikosongkan secara pembedahan
oleh ahli bedah, maka abses cenderung untuk meluas, merusak struktur lain yang dilalui
oleh abses tersebut.

e) Flegmon
Flegmon: radang purulen yang meluas secara defuse pada jaringan.

f) Radang Purulent
Terjadi akibat infeksi bakteri.terdapat pada cedera aseptik dan dapat terjadi dimana-
mana pada tubuh yang jaringannya telah menjadi nekrotik.

g) Radang supuratif
Gambaran ini adalah nekrosis liqeuvaktifa yang disertal emigrasi neutrofil dalam jumlah
banyak.Infeksi supuratif local disebabkan oleh banyak macam bakteri yang secara
kolektif diberi nama piogen (pembentukan nanah).Yang termasuk piogen adalah
stafilokokkus,banyak basil gram negatif. Perbedaan penting antara radang supuratif dan
radang purulen bahwa pada radang supuratif terjadi nekrosis liquefaktiva dari jaringan
dasar. Nekrosis liquefaktiva adalah jaringan nekrotik yang sedikit demi sedikit mencair
akibat enzim.
Aspek/Reaksi Sistemik Pada Peradangan
Reaksi sistemik yang menyertai reaksi local pada peradangan diantaranya adalah
1. Demam.
Yang merupakan akibat dari pelepasan zat pirogen endogen yang berasal dari neutrofil
dan makrofag. Selanjutnya zat tersebut akan memacu pusat pengendali suhu tubuh yang
ada dihypothalamus.

2. Perubahan hematologis.
Rangsangan yang berasal dari pusat peradangan mempengaruhi proses maturasi dan
pengeluaran leukosit dari sumsum tulang yang mengakibatkan kenaikan suatu jenis
leukosit, kenaikan ini disebut leukositosis. Perubahan protein darah tertentu juga
terjadi bersamaan dengan perubahan apa yang dinamakan laju endap darah.

3. Gejala konstitusional.
Pada cedera yang hebat, terjadi perubahan metabolisme dan endokrin yang menyolok.
Akhirnya reaksi peradangan local sering diiringi oleh berbagai gejala konstitusional yang
berupa malaise, anoreksia atau tidak ada nafsu makan dan ketidakmampuan melakukan
sesuatu yang beratnya berbeda-beda bahkan sampai tidak berdaya melakukan apapun.

Beda Radang Dengan Infeksi

Peradangan dan infeksi itu tidak sinonim.Pada infeksi ditandai adanya mikroorganisme
dalam jaringan, sedang pada peradangan belum tentu, karena banyak peradangan yang
tejadi steril sempurna.Jadi infeksi hanyalah merupakan sebagian dari peradangan.

Nasib Radang Dan Pemulihan Jaringan Pada Radang

Dengan adanya reaksi peradangan, maka hasil perbaikan yang paling menggembirakan
yang dapat diperoleh adalah, jika terjadi hanya sedikit kerusakan atau tidak ada
kerusakan jaringan di bawahnya sama sekali. Pada keadaan semacam itu jika agen
penyerang sudah dinetralkan dan dihilangkan. Pembuluh darah kecil di daerah itu
memperoleh kembali semipermeabilitasnya, aliran cairan berhenti dan emigrasi leukosit
dengan cara yang sama juga berhenti. Cairan yang sebelumnya sudah dieksudasikan
sedikit demi sedikit diserap oleh pembuluh limfe dan sel-sel eksudat mengalami
disintegrasi dan keluar melalui pembuluh limfe atau benar-benar dihilangkan dari tubuh.
Hasil akhir dari proses ini adalah penyembuhan jaringan yang meradang jaringan
tersebut pulih seperti sebelum reaksi. Gejala ini disebut resolusi.
Sebaliknya, bila jumlah jaringan yang rusak cukup bermakna jaringan yang rusak harus
diperbaiki oleh proliferasi sel-sel hospes berdekatan yang masih hidup. Perbaikan
sebenarnya melibatkan dua komponen yang terpisah tetapi terkoordinir. Pertama
disebut regenerasi Hasil akhirnya adalah penggantian unsureunsur yang telah hilang
dengan jenis sel yang sama. Komponen perbaikan kedua melibatkan proliferasi unsur-
unsur jaringan penyambung yang mengakibatkan pembentukan jaringan parut.

Penyembuhan luka.
Koordinasi pembentukan parut dan regenerasi barangkali paling mudah dilukiskan pada
kasus penyembuhan luka kulit. Jenis penyembuhan yang paling sederhana terlihat pada
penanganan luka oleh tubuh seperti pada insisi pembedahan, dimana pinggir luka dapat
didekatkan agar proses penyembuhan dapat terjadi. Penyembuhan semacam ini disebut
penyembuhan primer atau healing by first intention. Setelah teijadi luka maka tepi luka
dihubungkan oleh sedikit bekuan darah yang fibrinnya bekerja seperti lem. Segera
setelah itu terjadilah reaksi peradangan akut pada tepi luka itu dan sel-sel radang,
khususnya makrofag, memasuki bekuan darah dan mulai menghancurkanya. Dekat reaksi
peradangan eksudat ini, terjadi pertumbuhan ke dalam oleh jaringan granulasi ke dalam
daerah yang tadinya ditempati oleh bekuan darah. Dengan demikian maka dalam jangka
waktu beberapa hari luka itu dijembatani oleh jaringan granulasi yang disiapkan agar
matang menjadi jaringan parut. Sementara proses ini berjalan maka epitel permukaan di
bagian tepi mulai melakukan regenerasi dan dalam waktu beberapa hari bermigrasi
lapisan tipis epitel diatas permukaa luka.Waktu jaringan parut di bawahnya menjadi
matang, epitel ini juga menebal dan matang sehingga menyerupai kulit yang didekatnya.
Hasil akhirnya adalah terbentuknya kembali permukaan kulit dan dasar jaringan parut
yang tidak nyata atau hanya terlihat sebagai satu garis yang menebal. Pada luka lainnya
diperlukan jahitan untuk mendekatkan kedua tepi luka sampai terjadi penyembuhan.
Bentuk penyembuhan kedua terjadi jika luka kulit sedemikian rupa sehingga tepi luka
tidak dapat saling didekatkan selama proses penyembuhan. Keadaan ini disebut healing
by second intention atau kadang kala disebut penyembuhan yang disertai granulasi

Penyembuhan Abses

Penyembuhan akan berlangsung lebih cepat bila isi abses dapat keluar. Abses kecil akan
diorganisasi dan menjadi jaringan ikat. Abses besar hanya sekitarnya akan diorganisasi
dan menjadi jaringan ikat.

Radang

Sebuah bisul di kulit, memperlihatkan kemerahan dan bengkak yang merupakan


karakteristik peradangan <>
Adalah respon biologic yang komplek dari jaringan vaskular pada rangsangan,
seperti patogen, sel rusak, atau iritasi. Peradangan tidak sama dengan infeksi.
Bahkan di kasus peradangan yang disebabkan infeksi, tidak dibenarkan untuk
memakai istilah ini, perbedaannya adalah kalau infeksi disebabkan pathogen
eksogen, sedangkan peradangan adalah respon organisme terhadap pathogen.
Dalam peradangan, luka dan infeksi, tidak akan pernah disembuhkan dan progres
penghancuran dari jaringan akan menyelesaikan organisme yang bertahan hidup.
Bagaimanapun juga, peradangan yang tak terkontrol, dapat juga menjadi penyakit,
seperti sakit tenggorokan, atherosclerosis, rheumatoid arthritis. Ini merupakan
dalih bahwa normalnya di atur oleh tubuh.

Sedangkan menurut www.footphysicians.com, peradangan merupakan respon


pertahanan tubuh yang normal karena suatu luka, iritasi, maupun pembedahan.
Proses pertahanan alami ini, meningkatkan arus darah yang dipompa ke area yang
dituju, menghasilkan kumpulan cairan. Sebagai respon pertahanan tubuh yang
terakhir, gejala peradanganpun meningkat, termasuk :
• Pembengkakan
• Rasa sakit
• Peningkatan suhu dan pemerahan kulit
Peradangan dapat diklasifikasikan menjadi akut dan kronik. Radang akut adalah
respon tubuh terhadap rangsangan yang merusak dan diselesaikan oleh
pergerakan plasma dan leukosit dari vaskuler ke jaringan yang rusak. Proses ini
merupakan perluasan dan pematangan respon peradangan, termasuk sistem
vaskular dan imun sekitar serta berbagai macam sel di dalam jaringan yang
terluka tersebut. Peradangan yang lama juga disebut dengan peradangan kronik.
Penyebab
• Luka bakar
• Iritasi kimia
• Radang karena kedinginan
• Racun
• Infeksi disebabkan patogen
• Nekrosis
• Radiasi
• Benda asing
Perbedaan peradangan akut dan kronik
Akut Kronik
Agent penyebab Patogen, jaringan rusak Inflamasi dari patogen,benda asing,
autoimun
Sel yang terlibat PMN, monosit,makrofag,mononuclear Mononuclear, fibroblas
Media primer Vasoaktif amine IFN gamma,sitokin
Onset Pertengahan Lamban
Durasi Singkat Lamban
Efek Penyembuhan, radang kronik Perusakan jaringan

Radang akut

Infeksi kuku yang tumbuh ke dalam memperlihatkan karakteristik kemerahan dan


bengkak yang diikuti radang akut.
Radang akut, proses pendek yang ditandai dengan tanda klasik dari peradangan-
bengkak, kemerahan, nyeri, panas, dan kehilangan fungsi-ketika terjadinya
infiltrasi jaringan oleh leukosit dan plasma. Ini terjadi selama stimulus luka ada
dan berhenti ketika stimulus telah di hilangkan, rusak, ataupun ditutup oleh
fibrosis.
Proses peradangan akut ini diinisiasi oleh darah yang menuju tempat terjadinya
luka, yang memindahkan protein plasma dan leukosit-leukosit (eksudat) dalam
jaringan. Peningkatan aliran cairan yang menuju jaringan akan menyebabkan
bengkak yang diikuti inflamasi semasih system limfatik tidak dapat
mengkompensasi, dan meningkatnya aliran darah ke area, menyebabkan merah
dan panasnya daerah inflamasi tersebut.
Tanda-tanda klasik pada peradangan akut adalah sebagai berikut :
Rubor-Kemerahan
Calor-Panas
Tumor-Bengkak
Dolor-Nyeri
Functio laesa-Hilang fungsi

Radang Kronik
Radang kronik adalah kondisi patologis yang ditandai dengan inflamasi yang aktif,
penghancuran jaringan, perbaikan. Radang kronik tidak ditandai dengan tanda
klasik yang dimiliki radang akut. Karena, jaringan yang mengalami radang akut
diinfiltrasi oleh mononuclear sel imun (monosit, makrofag, limfosit, dan plasma
sel) penghancuran jaringan, dan mengalami penyembuhan, termasuk juga
angiogenesisbdan fibrosis.
Fakor endogen menyebabkan radang akut. Sedangkan factor eksogen
menyebabkan variasi termasuk infeksi bakteri, khususnya Mycobacterium
Tuberculosis. Proses yang lama juga disebabkan oleh agent kimiawi, seperti silica,
asap rokok, maupun respon autoimun seperti rheumatoid arthtritis.
Dalam radang akut, pembuangan stimulus penghentian penarikan monosit ke dalam
jaringan yang mengalami peradangan dan pengeluaran melalui limfatik. Sedangkan
jaringan yang mengalami peradangan kronik memiliki stimulus tersebut yang
menetap, maka dari itu, perekruitan monosit sangat dipertahankan, makrofag
yang sudah ada tetap di tempat, dan proliferasi dari makrofag tetap di rangsang.
Contoh ketidaknormalan inflamasi
1. Asma
2. Autoimun
3. Radang kronik
4. Prostatitis kronik
5. Glomerulonephritis
6. Hipersensitivitis
7. Radang perut
8. Radang pelvis
9. Rheumatoid Arthtritis
10. Penolakan transplantasi
11. Vaskulitis

Radang kronis dapat diartikan sebagai inflamasi yang berdurasi panjang (berminggu-
minggu hingga bertahun-tahun) dan terjadi proses secara simultan dari inflamasi
aktif, cedera jaringan, dan penyembuhan.
Perbedaannya dengan radang akut, radang akut ditandai dengan perubahan vaskuler,
edema, dan infiltrasi neutrofil dalam jumlah besar. Sedangkan radang kronik ditandai
oleh infiltrasi sel mononuklir (seperti makrofag, limfosit, dan sel plasma), destruksi
jaringan, dan perbaikan (meliputi proliferasi pembuluh darah baru/angiogenesis dan
fibrosis) (Mitchell & Cotran, 2003).

MACAM –MACAM RADANG

     Macam-macam radang yang sering terjadi, yaitu:

A. Radang Tenggorokan

Penyakit ini ditandai dengan rasa nyeri di tenggorokan sehingga si penderita susah sekali
saat menelan makanan. Radang tenggorokan atau faringitis akut sering diikuti dengan
gejala flu seperti demam, sakit kepala, pilek, dan batuk. Disebarkan oleh virus EBV atau
kuman Strep.

Pyogenes, radang tenggorokan mudah dikenali dengan memeriksakannya ke dokter THT.


Jika daerah faring ditemukan peradangan dengan tanda berupa kemerahan serta terjadi
pembesaran pada kelenjar limfe regional di sekitarnya, bisa dikatakan orang tersebut
menderita radang tenggorokan. Pada kasus yang sudah berat, di tenggorokan akan
dijumpai nanah atau eksudat.

Dalam beberapa kejadian, penyakit radang tenggorokan tidak bersifat serius. Sebagian
besar penderita akan sembuh setelah tiga sampai dengan sepuluh hari tanpa terapi yang
biasanya menimbulkan rasa sakit yang luar biasa.

Memang masalah utama seorang penderita radang tenggorokan adalah rasa tidak nyaman
dan tidak bisa bernapas secara wajar.

Untuk radang tenggorokan yang disebabkan oleh bakteri streptococcal, antibiotik bisa
diberikan kepada si pasien agar komplikasi seperti demam rematik bisa dihindari. Jika
hal ini tidak segera ditangani, ancaman diptheria mengintai kesehatan si penderita.

Gejala-gejala seorang penderita radang tenggorokan:

1. Bengkak, berwarna merah pada tenggorokan

2. Susah berbicara, menelan, dan bernapas

3. Biasanya terjadi benjolan di sekitar leher

4. Demam tinggi

5. Sakit kepala yang luar biasa


6. Telinga pekak

Perawatan yang harus dilakukan adalah memberi si penderita dengan aspirin. Selain itu
berikan air panas yang telah ditambahi satu sendok makan garam. Ini akan mengurangi
rasa sakit akibat radang tenggorokan.Patut diingat, pemberian antibiotik hanya boleh
dilakukan pada penderita radang tenggorokan akibat bakteri. Obat-obatan tersebut
efektif membunuh bakteri tapi tidak menghilangkan virus.Hal lain yang dapat
mengurangi risiko terkena radang tenggorokan adalah tidak merokok dan mengonsumsi
minuman beralkohol.

B. Radang Usus Buntu

Radang usus buntu merupakan peradangan pada usus buntu, yaitu sebuah usus kecil yang
berbentuk jari yang melekat pada usus besar di sebelah kanan bawah rongga perut. Usus
buntu yang mengalami peradangan kadang-kadang pecah terbuka, yang menyebabkan
peradangan selaput perut(peritonitis).

Peradangan selaput perut adalah peradangan yang gawat dan mendadak pada selaput
yang melapisi dinding dalam rongga perut atau pada kantong yang membungkus usus.
Peradangan ini terjadi kalau usus lainnya pecah atau robek.

Penyebab umum adalah:

Adanya benda kecil atau keras (faecaliths) yang berada di appendix dan tidak bisa
keluar.

Tanda-tanda appendicitis:

1)      Tanda yang utama ialah keluha nyeri yang menetap pada perut dan semakin lama
semakin memburuk.

2)      Rasa nyeri mulai terjadi di sekitar pusar, tetapi segera nyeri tersebut berpindah
kesisi kanan bawah.

3)      Mungkin selera makan menghilang, muntah, sembelit atau terdapat panas yang
ringan.

C.Radang Kulit

Radang kulit, dermatitis, merupakan suatu gejala pada kulit saat jaringan terinfeksi oleh
bakteri atau virus.

Ada beberapa tipe radang kulit, yaitu:

1. sebhorrheic dermatitits
2. atopic dermatitis (eczema)
3. Kedua tipe tersebut sangat bervariasi tergantung dari penyebab dan gejala yang
terjadi.

Sesungguhnya penyakit ini tidak merupakan penyakit seumur hidup. Ia hanya akan
menimbulkan rasa yang tidak nyaman dan mengurangi penampilan diri. Kombinasi antara
perawatan kesehatan mandiri dan pengobatan medis akan menghilangkan radang kulit.

D.Radang Sendi

sendi, osteoarthritis, adalah salah satu arthritis yang disebabkan oleh berkurangnya
cartilage terutama di daerah persendian. Cartilage sendiri merupakan substansi protein
yang menjadi semacam “oli” bagi tulang dan persendian. Ketika cartilage mengalami
penurunan dalam jumlah, selanjutnya struktur tulang akan tergerus.

Penyakit ini sering menyerang mereka yang sudah berusia lanjut pada bagian sendi dan
jemari. Persentase tertinggi bangsa yang paling banyak menderita radang sendi adalah:

1. Jepang

2. Afrika Selatan

3. China bagian Selatan

Penyebab radang sendi adalah bertambahnya kandungan air pada cartilage sehingga
membuat jumlah proteinnya berkurang drastis.

Komplikasi yang mengikuti radang sendi adalah:

1. obesitas

2. Trauma yang berulang-ulang

3. Rasa nyeri pada tulang

4. Diabetes mellitus

5. Kelainan hormonal

Macam radang kronik

1.Radang Kronis Serosa

Eksudat serosa menetap dalam tubuh, jumlah limfosit bervariasi, akibat jejas ringan.
missal : gelembung kulit akibat luka balar derajat ringan. juga sebagai radang permulaan
dari permukaan serosa sperti pleura, peritoneum

2.Radang Kronis Fibrotik

Penyembuhan   fibrosis, limfosit bervariasi, jejas lebih berat, kenaikan permeabilitas,


molekul besar ikut keluar ( fibrin )missal : karditis rehumatika akuta dengan perikanditis
fibrinosa eksudat fibrin dihilangkan dengan fibrinolisis àpengangkutan debris oleh
makrofagàresolution. tetapi bila fibrin tidak dihilangkan akan menstimuli pertumbuhan
proliferasi fibroblast dan pembuluh darah jaringan parut dan terjadi perlekatan dan
gangguan fungsi alat tubuh, missal : pericardium dan epikardium, pleura parietalis-
visceralis, peritoneum parietal-viscerale

3.Radang Kronis Supuratif

Resolusi dan drainase gagal, pus tertimbun, enkapsulasi fibrotik

pus : cairan kental, terdiri atau banyak sel-sel leukosit baik yang hidup/ yang mati dan
jaringan nekrotik terutama yang dicairkan oleh jaringan-jaringan enzyme-enzym dari
leukosit yang mati, seperti protease, peptidase, lipase dan fibrinolisin. disamping itu
terdapat pula : cholesterol, letichin, lemak, sabun dll

ada organism tertentu yang menyebabkan suppurasi ( bacteri pyogenik ) : taphilococcus,


basil gram, meningococcus, gonococcus, pneumococcus

pus : juga terbentuk akibat perlukaan bahan khemis tertentu, missal terpentin atau ag-
nitrat

4.Radang Granulomatosa

Lesi proliferatif   kelompok sel epiteloid dikelilingi limfosit kadang dengan sel raksasa

n  Suatu bentuk khusus radang kronik dimana didapatkan predominasi makrofag yang
aktif dengan modifikasi gambar sel epiteloid

n  Granuloma merupakan daerah fokal radang granulomatosa, yang terdiri atas agregasi
makrofag yang bertransformasi menjadi sel seperti epitel, dikelilingi sebukan sel
mononukleus terutama limfosit

KLASIFIKASI RADANG

Menurut lamanya radang:


1. Radang akut: timbul tiba-tiba, lamanya 1-3 minggu. Kemudian pasien akan
sembuh atau mati.
2. Radang sub-akut: biasanya berlangsung berangsur-angsur dan berbulan-bulan.
3. Radang kronis: dapat berlangsung sampai bertahun-tahun, misalnya TBC.
( dibuku hal 106 )

Anda mungkin juga menyukai