Anda di halaman 1dari 11

Apa Itu Karsinogen?

Kata yang satu ini selalu muncul saat membahas kanker. Karsinogen adalah zat-
zat yang mampu mencetuskan dan memicu tumbuhnya kanker. Sebenarnya,
potensi kanker memang sudah ada dalam diri setiap manusia. Hanya saja, untuk
membentuk dan menjadikan sel tumbuh menjadi kanker, diperlukan faktor-
faktor khusus, termasuk di dalamnya adalah karsinogen. Sebenarnya, lingkungan
manusia dikelilingi oleh karsinogen. Karsinogen ini dapat bercampur dalam udara
yang kita hirup sehari-hari, minuman, dan makanan yang dikonsumsi.

A. Pengelompokan Karsinogen

Pengetahuan mengenai bahan-bahan karsinogenik sangat diperlukan dalam upaya


pencegahan kanker. Dengan mengetahui bahan-bahan yang mengandung
karsinogenik, Anda dapat mengurangi atau meminimalkan interaksi dengan bahan-
bahan tersebut. Dengan demikian, potensi munculnya kanker dapat diminimalisasi.

Pada umumnya, karsinogen dikelompokkan menjadi dua golongan, yaitu karsinogen


yang berasal dari bahan pangan yang biasanya merupakan karsinogen alami dan
karsinogen non-bahan pangan.

1. Karsinogen yang Berasal dari Bahan Pangan

Karsinogen dari bahan pangan banyak terdapat pada lemak, hydrazin pada jamur
champignon, solanin pada kentang berwarna hijau, aflatoksin pada jagung,
bnezoapyrene pada makanan yang diawetkan dengan pengasapan, sakarin, dan
siklamat. Bahan-bahan tersebut diduga dapat memicu kanker secara mutagen.

2. Karsinogen yang Berasal dari Non-bahan Pangan

Yang termasuk karsinogen jenis ini antara lain asap rokok, polusi udara yang
mengandung timbal atau karbon monoksida, kandungan merkuri pada kosmetik,
alkohol, penggunaan obat kimia yang tidak semestinya, dan sebagainya.

Lantas bagaimana mengatasinya? Sementara seperti yang telah kita tahu, bahan-
bahan tersebut adalah bahan-bahan yang hampir setiap hari kita gunakan. Back
to nature menjadi salah satu solusi yang dapat ditempuh. Upaya-upaya ini kian
didengungkan oleh negara-negara maju. Kembali memasak dengan metode slow
cooking. Teknik memasak ini walaupun dirasa lamban, memiliki dampak yang baik
bagi kesehatan. Selain teknik memasak slow cooking, penggunaan terapi herbal
yang menggantikan suplemen kimia dan obat-obatan juga dapat meminimalisasi
timbulnya karsinogen. Juga, meminimalkan penggunaan kosmetik sehingga
mengurangi paparan karsinogen.

Selain itu, terdapat juga karsinogen alami yang melibatkan mikroorganisme.


Misalnya, aflatoksin B1 yang diproduksi oleh Aspergillus flavus selama
penyimpanan biji-bijian, kacang-kacangan dan sebagainya. Aflatoksin B1 ini
merupakan contoh dari karsinogen mikrobial yang sangat kuat. Beberapa virus
juga dapat menjadi penyebab kanker pada manusia, seperti virus hepatitis B dan
papilloma.

Lantas apa yang terjadi setelah karsinogen itu masuk ke dalam tubuh? Jika
karsinogen masuk ke dalam tubuh, tubuh akan melakukan upaya-upaya untuk
menghilangkannya. Upaya yang dilakukan tubuh ini disebut sebagai proses
biotransformasi. Tujuan reaksi ini adalah membuat karsinogen menjadi lebih
larut air. Jika sudah demikian, karsinogen dapat dikeluarkan dari tubuh.
Meskipun demikian, reaksi ini juga bisa mengubah suatu senyawa karsinogen yang
sebenarnya tidak terlalu toksik menjadi senyawa baru yang lebih toksik.

B. Lilin Parafin Bahan Karsinogenik

Lilin parafin selama ini banyak digunakan orang untuk berbagai keperluan, antara
lain sebagai penerang, pengusir lalat, dan pengharum ruangan. Lilin juga dipakai
untuk menimbulkan nuansa hangat dan romantis dalam candlelight dinner. Lilin ini
terbuat dari petroleum. Namun, tahukah Anda jika lilin parafin adalah bahan
karsinogenik? Menurut penelitian, lilin parafin ternyata merupakan salah satu
sumber polusi dan memiliki efek karsinogenik yang dapat menyebabkan kanker.

Dari penelitian tersebut, jika lilin parafin hanya dipakai pada saat-saat tertentu,
mungkin polutan yang dikeluarkan tidak akan terlalu berpengaruh pada kesehatan
Anda. Akan tetapi, jika lilin ini digunakan bertahun-tahun atau dinyalakan di
dalam ruangan tanpa ventilasi, lilin ini dapat menimbulkan masalah bagi kesehatan
Anda. Selain itu, orang yang alergi dengan parafin juga langsung akan
memperlihatkan reaksi alergi dengan menyalakan lilin. Dari penelitian yang
dilakukan diketahui bahwa lilin lebah (beeswax) dan lilin yang terbuat dari
kedelai (soy) lebih aman untuk dipakai karena tidak mengeluarkan polutan yang
berbahaya bagi kesehatan walaupun harganya relatif lebih mahal.

C. Plastik dan Polimer Sintetik : Bahan Pemicu Kanker

Plastik agaknya sulit dipisahkan dengan kehidupan masyarakat. Anda juga


mungkin telah bertahun-tahun memanfaatkan bahan plastik untuk berbagai
keperluan, di antaranya untuk mengemas makanan. Nilai kepraktisan dan
ekonomis plastik sebagai bahan pengemas menjadikannya suatu benda yang
hampir selalu dibutuhkan. Namun, berita yang baru marak akhir-akhir ini
menyingkap kelemahan plastik sebagai benda praktis dalam kehidupan.

Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) telah mengingatkan masyarakat


untuk tidak menggunakan kantung plastik atau tas kresek berwarna sebagai
wadah makanan siap santap secara langsung. Bahan kimia yang terkandung dalam
plastik beresiko membahayakan kesehatan. Kantong plastik warna hitam bersifat
karsinogenik. Oleh karena itu, dalam jangka panjang, penggunaan kantong plastik
berwarna hitam bisa menyebabkan kanker. Plastik dari proses daur ulang itu
diragukan kebersihannya. Dalam proses pembuatan plastik tahan panas, biasanya
ditambahkan senyawa Penta Cloro Bifenil (PCB). Bahan ini yang berfungsi sebagai
static agent. PCB menentukan kualitas plastik. Oleh karena itu, plastik yang
tahan panas dimungkinkan mengandung PCB lebih banyak dan tentunya ini
berbahaya bagi manusia.

D. Karsinogen pada Penyedap Makanan (MSG)

Ternyata, bahan yang mengandung karsinogen tidak hanya terdapat pada bahan-
bahan kimia saja. Karsinogen ternyata juga ditemui pada zat yang biasanya ada
atau bahkan sengaja ditambahkan pada makanan kita sehari-hari sebagai bahan
untuk penyedap makanan, seperti yang terdapat pada MSG atau bumbu penyedap
makanan.

Tentu saja selama ini Anda belum mengetahui bahwa kandungan yang terdapat
pada MSG yang selalu Anda gunakan untuk menambah kesedapan rasa pada
makanan Anda ternyata terdapat suatu zat yang tidak baik dan dapat
menimbulkan kanker dalam tubuh Anda. Oleh sebab itu, kurangilah makanan yang
banyak mengandung bahan karsinogen yang dapat memicu tumbuhnya sel kanker,
seperti mi instan, dan makanan yang sudah berjamur (biji-bijian, kedelai, atau
jagung) karena pada makanan yang sudah berjamur sudah terserang Aspergilus
Flavus yang juga berpotensi menyebabkan kanker. Jadi, jika Anda ingin masak
pecel, hindari juga bumbu pecel yang sudah jadi (instan) hanya karena tidak ingin
repot karena Anda juga belum tahu apakah bahan yang digunakan masih layak
pakai atau tidak berjamur.

E. Bahaya Pemanis Buatan

Perlu Anda perhatikan juga bahwa ternyata pemanis buatan yang sering Anda
pakai, seperti pada siklamat dan sakarin, dapat memicu tumbuhnya kanker
kandung kemih. Meskipun dalam pemakaiannya diizinkan oleh FDA (Food and Drug
Association), tetap saja ada batas-batas dalam penggunaannya, yaitu siklamat 11
mg/kg berat badan per hari.

Selain pada pemanis buatan dan penyedap makanan, ternyata zat pemicu adanya
kanker atau karsinogen juga terdapat pada pengawet makanan, seperti
formaldehida sebagai bahan pengawet tahu atau bakso; zat warna tekstil (bukan
pewarna makanan), seperti methanyl yello pada krupuk, tahu, dan lain-lain; juga
rhodamin, zat pewarna merah pada sirup. Menurut penelitian, zat-zat tersebut
dapat menimbulkan kanker hati.

F. Karsinogen pada Sate

Karsinogen ternyata tidak hanya milik zat-zat kimia dan tidak hanya terdapat
pada mi instan ataupun pada bumbu kacang instan. Pernahkah Anda sadari bahwa
ternyata pada sate juga terdapat zat karsinogen. Mengapa bisa begitu? Saat
Anda membakar sate tersebut, zat karbon dari hasil pembakaran ikut juga dalam
daging sate yang Anda bakar. Zat karbon tersebut ternyata juga menjadi zat
karsinogen yang dapat menimbulkan kanker. Ada baiknya jika setelah Anda makan
sate, Anda juga makan timun karena di dalam timun terdapat zat anti-karsinogen.

G. Kandungan Timbal pada Kertas

Tahukah Anda, beberapa kertas kemasan dan kertas non-kemasan (kertas koran
dan majalah) ternyata mengandung timbal (Pb) melebihi batas yang ditentukan.
Di dalam tubuh manusia, timbal masuk ke dalam saluran pernapasan atau
pencernaan menuju sistem peredaran darah dan kemudian menyebar ke berbagai
jaringan lain, seperti ginjal, hati, otak, saraf, dan tulang.
Jika Anda mengalami keracunan yang diakibatkan oleh timbal, pada orang dewasa
memiliki 3P gejala, yaitu :
1. pallor (pucat)
2. pain (sakit)
3. paralysis (kelumpuhan).

Keracunan yang terjadi bisa berakibat kronis dan akut. Namun, sebagai orang
yang hidup di lingkungan sosial, tentu saja Anda sulit untuk menghindari makanan
yang terkontaminasi oleh timbal. Semua makanan seperti gorengan yang Anda
beli di warung-warung menggunakan pembungkus kertas, padahal jika timbal
tersebut terkena panas dan berlemak, akan mempermudah timbal tersebut
masuk ke dalam makanan dan akhirnya masuk ke dalam tubuh Anda. Untuk
mengantisipasi hal tersebut, sebaiknya Anda menggunakan piring sebagai alas
makanan.

H. Styrofoam yang Tak Ramah Lingkungan

Bahan pengemas styrofoam atau polystyrene kini telah menjadi pilihan yang
paling populer bagi setiap kalangan pedagang karena dengan menggunakan bahan
yang terbuat dari bahan styrofoam tersebut, tampilan makanan yang dibungkus
terlihat lebih mahal dan bagus serta mampu untuk mencegah kebocoran,
terutama makanan berkuah. Selain itu, styrofoam juga mampu menahan panas
ataupun dingin dan masih nyaman untuk dipegang serta bahan styrofoam
tersebut juga ternyata murah.

Namun, pada Juli 2001, divisi keamanan pangan dari Pemerintahan Jepang
mengungkapkan bahwa residu dari stryrofoam dalam makanan sangat berbahaya.
Residu tersebut dapat menyebabkan Endocrine Disrupter (EDC), yaitu suatu
penyakit yang terjadi akibat gangguan pada sistem endokrinologi dan reproduksi
manusia akibat mengandung bahan kimia karsinogen dalama makanan.

Nah, berikut adalah beberapa sumber makanan yang di dalamnya terkandung zat
karsinogen :
* Jamur, basil, seledri, kurma, bumbu, lada, adas, parsnips dan minyak sitrus
dapat melindungi diri dari jamur, serangga, dan binatang.
* Hidrokarbon aromatik. Senyawa ini merupakan karsinogen yang sangat
berbahaya. Contoh lain dari senyawa ini yang paling terkenal adalah 3,4-
benzpirena. Senyawa ini terbentuk dari setiap bahan yang terbakar dengan tidak
sempurna, misalkan saja pada batu bara, asap rokok, pembakaran kendaraan
bermotor, kopi, gula gosong, dan lain sebagainya.
* Amina Aromatik. Bahan ini biasa digunakan sebagai zat pewarna pada industri.
* Pada makanan-makanan dengan pengolahan yang tidak tepat. Misalkan saja,
pada makanan yang melalui proses pemasakan pada suhu yang terlalu tinggi dan
terlalu panas, cara penggorengan yang berlebihan, dan penggunaan minyak goreng
yang berulang-ulang. Pengawetan makanan dengan cara pengasinan yang
berlebihan.
* Bahan-bahan buatan, seperti pemanis buatan, pewarna buatan, penyedap
buatan, dan sebagainya.

Namun, perlu Anda ketahui juga bahwa ternyata selain adanya zat karsinogen
ada juga zat yang berperan sebagai anti-karsinogen, yaitu :
* Serat diperkirakan mampu melindungi tubuh Anda dari serangan kanker usus.
Food additive BHT dapat melindungi dari kanker lambung. Pigmen alami
betakaroten kemungkinan juga memiliki keaktifan sebagai zat anti-karsinogen.
Hal yang lebih baik lagi adalah nilai perlindungan diet tinggi dalam sayuran kol
dan brokoli menunjukkan berkurangnya pengaruh kanker, baik pada manusia
maupun pada hewan.
* Buah Tin. Bagi Anda yang beragama Islam, tentu saja Anda tidak asing dengan
nama buah Tin, bahkan buah ini masuk ke dalam satu surah dalam Al-Quran.
Namun, nama buah ini tidak hanya tertulis dalam Al-Quran saja, tetapi juga di
dalam kitab Injil dan Taurat.
* Makanan berserat tinggi, semisal oat, serealia, sayuran, dan kacang-kacangan.
* Makanan sumber anti-oksidan berupa klorofil pada sayuran, karotenoid pada
buah-buahan berwarna merah, flavonoid dan polifenol pada golongan teh,
isoflavon pada kedelai, dan sebagainya.

I. Matahari Bersifat Karsinogen

Para ahli kanker internasional menetapkan bahwa tabung yang memancarkan sinar
ultraviolet (tanning beds) dan semua benda yang memancarkan radiasi sinar
ultraviolet masuk ke dalam kategori penyebab kanker. Bahkan, mereka juga
menempatkan tingkat bahayanya sama dengan racun arsenik dan gas mustar.
Para ahli juga menemukan mutasi yang membahayakan dan radiasi tersebut
ternyata juga bersifat karsinogenik. Pada penelitian sebelumnya, hanya
menyebutkan satu jenis radiasi ultraviolet yang berbahaya. Dengan adanya
klarifikasi baru ini, tembakau, virus hepatitis B, dan pembersih cerobong juga
memiliki sifat karsinogenetik. Riset tersebut telah dipublikasikan di jurnal
kesehatan Lancet Oncology oleh para ahli di International Agency for Research
on Cancer di Lyon, Perancis yang mengurus masalah kanker dari Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO).

J. Minuman Bersoda Mengandung Zat Karsinogenik

Minuman bersoda begitu banyak beredar di masyarakat. Namun, tahukah Anda,


bahwa minuman tersebut ternyata mengandung banyak benzene yang bersifat
karsinogenik? Perlu Anda ketahui, benzene merupakan suatu bahan kimia yang
dapat menjadi pemicu terjadinya leukimia. Beberapa waktu lalu, The US Food and
Drug Administration (FDA) mengatakan bahwa beberapa minuman bersoda dan
minuman ringan lainnya di AS mengandung zat karsinogenik benzene dengan
kadar tinggi.

Dari seratus sampel minuman bersoda dan minuman ringan yang diteliti,
ditemukan lima jenis minuman yang mengandung kadar benzene melebihi standar
yang ditetapkan. Standar yang ditetapkan adalah 5 ppb (part per bilion). Pada
lima jenis minuman tersebut, kadar benzene mencapai 79 ppb. Pada lima minuman
bersoda tersebut, ditemukan dua jenis kandungan, yaitu vitamin C yang disebut
asam askorbat dan dua zat pengawet, yaitu sodium benzoate dan potasium
benzoate. Para ahli mengatakan bahwa faktor terpaparnya udara panas dan sinar
dapat memicu terbentuknya benzene pada minuman tersebut.

K. PAHs Memicu Kanker

Belum lama ini, timbul isu tentang adanya pencemaran senyawa hidrokarbon
aromatik polisiklik (polycyclic aromatic hydrocarbons-PAHs) di dalam minyak
kelapa. Kandungan PAHs inilah yang dijadikan alasan utama penolakan minyak
sawit Indonesia. Adanya senyawa hidrokarbon aromatik polisiklik (PAHs) dalam
minyak kelapa diguga berasal dari bahan baku yang digunakan ataupun muncul
pada waktu proses pengolahan.
Kandungan senyawa tersebut dianggap dapat menurunkan kualitas produk yang
dicemarinya karena sifatnya yang karsinogenik. Polycyclic aromatic hydrocarbons
(PAHs) merupakan kelompok senyawa yang memiliki berat molekul besar,
berbentuk datar, dan memiliki struktur dengan banyak cincin aromatik. Di alam
senyawa ini muncul polutan hasil pembakaran bahan-bahan organik, baik dalam
bentuk partikel padat amupun gas. PAHs dibentuk dari hasil pembakaran yang
tidak sempurna dari bahan bakar yang mengandung karbon, seperti kayu, batu
bara, diesel, lemak, atau tembakau.

Banyak senyawa-senyawa aromatik (termasuk di dalamnya PAHs) yang bersifat


karsinogenik. Ini berdasarkan sifatnya yang hidrofobik (tidak suka akan air), dan
tidak memiliki gugus metil atau gugus reaktif lainnya untuk dapat diubah menjadi
senyawa yang lebih polar. Sebagai akibatnya, senyawa PAHs sulit diekskresi dari
dalam tubuh dan biasanya terakumulasi pada jaringan hati, ginjal, maupun adiposa
atau lemak tubuh. Dengan struktur molekul yang menyerupai basa nukleat,
molekul PAHs dapat dengan mudah menyisipkan diri pada untaian DNA.
Akibatnya, fungsi DNA akan terganggu. Jika kerusakan ini tidak dapat diperbaiki
dalam sel, akan menimbulkan penyakit kanker.

Senyawa PAHs banyak terdapat pada asap kendaraan bermotor, asap pabrik,
asap rokok, asap pembakaran arang, asap hasil kebakaran hutan, dan asap minyak
goreng. Selain itu, PAHs juga terdapat pada aspal petroleum, beberapa pelarut
komersial, creosote (bahan pengawet kayu), dan juga hasil pirolisis karbohidrat,
asam amino, serta asam lemak. PAHs yang terdapat pada makanan terjadi akibat
adanya proses pengolahan (teknologi) yang menggunakan suhu tinggi. Contohnya
adalah pemanggangan dan penggorengan, maupun akibat kontaminasi atau polusi
dari udara.

Tahukah Anda Zat-Zat Kimia Apa Saja yang Bisa Menyebabkan Kanker?

nda pasti tahu jenis gelas plastik yang biasanya hanya digunakan sekali pakai
saja. Dalam pembuatannya, gelas yang sering disebut dengan stereofoam
tersebut memakai bahan kimia yang disebut styrene.
Styrene merupakan salah satu jenis bahan kimia yang mesti diminimalisir
penggunaannya dalam kehidupan manusia karena memiliki sifat karsinogenik atau
menyebabkan penyakit kanker.

Selain styrene, menurut Departemen Kesehatan AS, ada bahan kimia lainnya
yang bersifat karsinogen yakni cobalt-tungsen carbide, captafol, o-nitrotulene,
dan juga riddelline.

Penggunaan styrene untuk berbagai barang yang diperlukan dalam kehidupan


sehari-hari sudah begitu luas mulai dari fiberglas, onderdil otomotif, pipa
plastik, dan juga wadah minuman sekali pakai.

Orang yang terkena paparan styrene dalam jumlah yang tinggi akan beresiko
terkena serangan kanker darah dan limfoma. Selain itu, ada juga fakta yang
menunjukkan bahaya styrene bagi manusia karena bisa menyebabkan kanker
pankreas dan esofagus. 

Selain styrene yang begitu mengerikan bahayanya, ada zat lainnya yang tak kalah
beresikonya seperti formaldehyde yang biasanya banyak digunakan sebagai
pengawet produk-produk tekstil dan plastik.

Zat lainnya ialah asam asritolochic yang banyak dipakai dalam berbagai produk
herbal untuk mengobati asam urat, inflamasi, dan juga rematik, sebaiknya juga
diwaspadai karena cukup beresiko menimbulkan kanker.

Meski demikian, penjelasan tersebut bukan berarti bahwa bahan-bahan kimia


tersebut bisa secara langsung menjadi penyebab kanker, ada banyak faktor yang
juga berperan signifikan seperti kerentanan tiap-tiap orang, besar kecilnya
jumlah bahan kimia, dan sebagainya.

Dalam penelitian lainnya yang dilakukan pada tahun 2009 bertajuk Occupational
and Environmental Medicine disebutkan bahwa ada bahan kimia yang digunakan
dalam pabrik karet yang berpotensi menyebabkan kanker pada orang-orang yang
terpapar secara terus-menerus.

Bahan kimia yang disebut dengan MBT dengan rumus kimia 2-


mercaptobenzothiazole merupakan bahan yang menyebabkan kanker
(karsinogen). Orang yang terkena MBT ini memiliki resiko kanker usus besar dan
mieloma ganda lebih tinggi dibandingkan dengan orang yang terbebas dari
paparan MBT.

Bahayanya Perfluorocarbon

Mungkin selama ini Anda tidak menyadari bahwa berbagai peralatan di dapur
mengandung zat kimia yang bernama perfluorocarbon (PFC). Kenapa dan apa itu
PFC ini? PFC merupakan jenis bahan kimia yang banyak digunakan pada produk
panci anti-lengket dan pengemas makanan yang bersifat menolak air dan lemak.

Biasanya zat ini masuk ke dalam tubuh melalui makanan, uap atau debu yang ada
di sekitar ruangan rumah sehingga Anda pasti tidak akan menyadarinya. Menurut
penelitian, paparan PFC dalam tubuh manusia khususnya di kalangan perempuan
sangat erat kaitannya dengan menopause atau percepatan penuaan yang lebih
dini.

Dalam riset yang dilakukan oleh Virginia West Univesity AS, terbukti adanya
kaitan yang tinggi antara PFC dengan menopause pada perempuan. Hasil tersebut
diperoleh dari sampel darah perempuan AS sejumlah 26.000 orang. Dalam riset
tersebut ditemukan bahwa kadar PFC yang paling tinggi ditemukan pada
perempuan di atas usia 42 tahun.

Selain itu, perempuan yang mengandung PFC di dalam tubuhnya secara signifikan
memiliki kandungan estrogen yang rendah. Karena berbahayanya PFC bagi
kesehatan membuat beberapa perusahaan terkenal semacam 3M dan DuPont
menyatakan kesetujuannya untuk tidak lagi menggunakan PFC dalam produk-
produknya. 3M telah menghentikan pemakaian PFC dalam produksinya sejak
tahun 2002 silam, sedangkan DuPont telah secara bertahap melakukannya dan
akan total tidak memakai PFC pada 2015 mendatang.

Maka berhati-hatilah ketika Anda akan menggunakan suatu barang, terlebih


barang yang digunakan secara intensif dalam keseharian. Begitu juga untuk para
pekerja yang bekerja di perusahaan yang membuat produk-produk dengan
menggunakan bahan-bahan kimia seperti yang disebutkan di atas patut untuk
mempertimbangkan keberlangsungan pekerjaan dibandingkan dengan resiko yang
harus dihadapi di kemudian hari.

Anda mungkin juga menyukai