Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Transudat adalah penimbuanan cairan dalam rongga serosa sebagai akibat karena

gangguan keseimbangan cairan dan bukan merupkan proses radang, sedangkan eksudat

adalah cairan patologis yang berasal dari proses radang.

Transudat dan eksudat dapat terjadi pada :

- Tekanan hidrostatis meningkat

- Tekanan koloid osmotic

- Kenaikan filtrate kapiler dan protein spesifik

Macam macam pemeriksaan transudat dan eksudat :

1. Makroskopis

2. Mikroskopis

3. Pemeriksaan bakteriologi

4. Kimia

B. RUMUSAN MASALAH

- Mengetahui pengertian transudat dan eksudat

- Mengetahui cara pemeriksaan transudat dan eksudat

- Dapat membedakan transudat dan eksudat

- Mengetahui cara diagnosa laboratorium

C. TUJUAN PENULISAN

- Mahasiswa dapat memahami pengertian dari transudat dan eksudat

- Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan laboratorium


BAB II

PEMBAHASAN

Cairan pleura adalah cairan dalam rongga pleura dalam paru paru. Fungsiya sebagai

pelumas. Normalnya cairan pleura sangat sedikit jumlahnya hampir tidak bisa diukur

volumenya. Karena kondisi patologis, caiaran jumlahnya meningkat sehingga dapat dianalisa

dan akan berupa transudat atau eksudat.

Transudat adalah penimbunan cairan dalam rongga serosa sebagai akibat karena

gangguan keseimbangan cairan dan bukan merupkan proses radang(tekanan osmosis koloid,

stasis dalam kapiler atau tekanan hidrostatik, kerusakan endotel, dsb), sedangkan eksudat

adalah cairan patologis yang berasal dari proses radang.

Bila radang terjadi pada pleura, maka cairan radang juga dapat mengisi jaringan

sehingga terjadi gelembung, hal ini misalnya terjadi pada kebakaran. Cairan yang terjadi

akibat radang mengandung banyak protein sehingga berat jenisnya lebih tinggi daripada

plasma normal. Begitu pula cairan radang ini dapat membeku karena mengandung

fibrinogen. Cairan yang terjadi akibat radang ini disebut eksudat. Jadi sifat-sifat eksudat ialah

mengandung lebih banyak protein daripada cairan jaringan normal, berat jenisnya lebih tinggi

dan dapat membeku. Cairan jaringan yang terjadi karena hal lain daripada radang, misalnya

karena gangguan sirkulasi, mengandung sedikit protein, berat jenisnya rendah dan tidak

membeku, cairan ini disebut transudat. Transudat misalnya terjadi pada penderita penyakit

jantung. Pada penderita payah jantung , tekanan dalam pembuluh dapat meninggi sehingga

cairan keluar dari pembuluh dan masuk ke dalam jaringan.

Pemeriksaan cairan badan yang tersangka transudat atau eksudat bermaksud untuk

menetukan jenisnya dan sedapat-dapatnya untuk mendapat keterangan tentang causanya.


Bila sel-sel atau jaringan tubuh mengalami cedera atau mati, selama hospes tetap

hidup ada respon yang menyolok pada jaringan hidup disekitarnya. Respon terhadap cedera

ini dinamakan peradangan. Yang lebih khusus peradangan adalah reaksi vascular yang

hasilnya merupakan pengiriman cairan, zat-zat yang terlarut dan sel-sel dari sirkulasi darah

ke jaringan-jaringan interstitial pada daerah cedera atau nekrosis. Peradangan sebenarnya

adalah gejala yang menguntungkan dan pertahanan, hasilnya adalah netralisasi dan

pembuangan agen penyerang,penghancuran jaringan nekrosis dan pembentukan keadaan

yang dibutuhkan untuk perbaikan dan pemulihan. Reaksi peradangan itu sebenarnya adalah

peristiwa yang dikoordinasi dengan baik yang dinamis dan kontinyu. Untuk menimbulkan

reaksi peradangan maka jaringan harus hidup dan khususnya harus memiliki mikrosirkulasi

fungsional. Jadi yang dimaksud dengan radang adalah rangkaian reaksi yang terjadi pada

tempat jaringan cedera. Pada proses peradangan terjadi pelepasan histamine dan zat-zat

humoral lain kedalam cairan jaringan sekitarnya.

Akibat dari sekresi histamine tersebut berupa:

1. Peningkatan aliran darah local

2. Peningkatan permeabilitas kapiler

3. Perembesan ateri dan fibrinogen kedalam jaringan interstitial

4. Edema ekstraseluler local

5. Pembekuan cairan ekstraseluler dan cairan limfe.

Peradangan dapat juga dimasukkan dalam suatu reaksi non spesifik, dari hospes

terhadap infeksi. Adapun kejadiannya sebagai berikut: pada setiap luka pada jaringan akan

timbul reaksi inflamasi atau reaksi vaskuler.Mula-mula terjadi dilatasi lokal dari arteriole dan

kapiler sehingga plasma akan merembes keluar. Selanjutnya cairan edema akan terkumpul di

daerah sekitar luka, kemudian fibrin akan membentuk semacam jala, struktur ini akan

menutupi saluran limfe sehingga penyebaran mikroorganisme dapat dibatasi.Dalam proses


inflamasi juga terjadi phagositosis, mula-mula phagosit membungkus mikroorganisme,

kemudian dimulailah digesti dalam sel. Hal ini akan mengakibatkan perubahan pH menjadi

asam. Selanjutnya akan keluar protease selluler yang akan menyebabkan lysis

leukosit.Setelah itu makrofag mononuclear besar akan tiba di lokasi infeksi untuk

membungkus sisa-sisa leukosit.Dan akhirnya terjadilah pencairan (resolusi) hasil proses

inflamasi lokal. Cairan kaya protein dan sel darah putih yang tertimbun dalam ruang

ekstravaskular sebagai akibat reaksi radang disebut eksudat.

EKSUDAT

Jenis-Jenis Eksudat :

1. Eksudat non seluler

a. Eksudat serosa

Pada beberapa keadaan radang, eksudat hampir terdiri dari cairan dan zat-zat yang

terlarut dengan sangat sedikit leukosit. Jenis eksudat nonseluler yang paling sederhana adalah

eksudat serosa,yang pada dasamya terdiri dari protein yang bocor dari pembuluh-pembuluh

darah yang permiable dalam daerah radang bersama-sama dengan cairan yang menyertainya.

Contoh eksudat serosa yang paling dikenal adalah cairan luka melepuh.

b. Eksudat fibrinosa

Jenis eksudat nonseluler yang kedua adalah eksudat fibrinosa yang terbentuk jika

protein yang dikeluarkan dari pembuluh dan terkumpul pada daerah peradangan yang

mengandung banyak fibrinogen. Fibrinogen ini diubah menjadi fibrin, yang berupa jala jala

lengket dan elastic (barangkali lebih dikenal sebagai tulang belakang bekuan darah). Eksudat

fibrinosa sering dijumpai diatas permukaan serosa yang meradang seperti pleura dan

pericardium dimana fibrin diendapkan dipadatkan menjadi lapisan kasar diatas membran
yang terserang. Jika lapisan fibrin sudah berkumpul di permukaan serosa,sering akan timbul

rasa sakit jika terjadi pergeseran atas permukaan yang satu dengan yang lain. Contoh pada

penderita pleuritis akan merasa sakit sewaktu bernafas, karena terjadi pergesekan sewaktu

mengambil nafas.

c. Eksudat musinosa (Eksudat kataral)

Jenis eksudat ini hanya dapat terbentuk diatas membran mukosa, dimana terdapat sel-

sel yang dapat mengsekresi musin. Jenis eksudat ini berbeda dengan eksudat lain karena

eksudat ini merupakan sekresi set bukan dari bahan yang keluar dari aliran darah. Sekresi

musin merupakan sifat normal membran mukosa dan eksudat musin merupakan percepatan

proses dasar fisiologis.Contoh eksudat musin yang paling dikenal dan sederhana adalah pilek

yang menyertai berbagai infeksi pemafasan bagian atas.

2. Eksudat Seluler

d. Eksudat netrofilik

Eksudat yang mungkin paling sering dijumpai adalah eksudat yang terutama terdiri

dari neutrofil polimorfonuklear dalam jumlah yang begitu banyak sehingga bagian cairan dan

protein kurang mendapat perhatian. Eksudat neutrofil semacam ini disebut purulen. Eksudat

purulen sangat sering terbentuk akibat infeksi bakteri.lnfeksi bakteri sering menyebabkan

konsentrasi neutrofil yang luar biasa tingginya di dalam jaringan dan banyak dari sel-sel ini

mati dan membebaskan enzim-enzim hidrolisis yang kuat disekitarnya. Dalam keadaan ini

enzim-enzim hidrolisis neutrofil secara harafiah mencernakan jaringan dibawahnya dan

mencairkannya. Kombinasi agregasi netrofil dan pencairan jaringan-jaringan di bawahnya ini

disebut suppuratif,atau lebih sering disebut pus/nanah.

Jadi pus terdiri dari :

neutrofil PMN yang hidup dan yang mati neutrofil PMN yang hancur

hasil pencairan jaringan dasar (merupakan hasil pencernaan)


eksudat cair dari proses radang

bakteri-bakteri penyebab

nekrosis liquefactiva.

3. Eksudat Campuran

Sering terjadi campuran eksudat seluler dan nonseluler dan campuran ini dinamakan

sesuai dengan campurannya.Jika terdapat eksudat fibrinopurulen yang terdiri dari fibrin dan

neutrofil polimorfonuklear, eksudat mukopurulen, yang terdiri dari musin dan neutrofil,

eksudat serofibrinosa dan sebagainya.

Eskudat seringkali sembuh dan tak berulang bila telah dikeluarkan seluruhnya.

Menurut lokalisasinya disebut :

Pleuritis eksudativa

Perikarditis eskudativa

Perotinitis eksudativa

Arthritis eksudativa

Sifat-sifat eksudat tergantung pada bahan-bahan yang dikandungnya, jadi eksudat

dapat berbentuk :

- Serous

- Fibrinous

- Haemorrhagis

- Purulent

- Berbentuk kombinasi

Ciri-ciri eksudat spesifik :

Warna (karakteristik purulen = putih kuning, hemoragis = merah, dsb)

Kejernihan keruh

Berat jenis => 1,018 (1,018 1,030)


Ada bekuan, atau membeku dalam jangka waktu cepat

Bau tidak khas. Infeksi kuman anaerob / E.coli : bau busuk

Protein > 3 gr % (tes rivalta positif)

Glukosa << plasma

Lemak mungkin positif (infeksi tuberculosis)

Jumlah lekosit : 500 40.000 / mm3

Jenis sel : > polinuklear

Bakteri sering (+++)

TRANSUDAT

Transudat mempunyai kecenderungan reseidif jika faktor penyebab tidak dihilangkan.

Menurut lokalisasinya, transudat disebut dengan istilah :

- Hidrotoraks

- Hidroperikardium

- Hidroperitoneum

- Hidroarrosis

Kelainan-kelainan yang dapat menimbukan transudat :

- Penurunan tekanan osmotic plasma karena hipoalbuminemi

- Sindroma nefrotik

- Cirrhosis hepatis

- Peningkatan retensi Natrium dan air

- Penggunaan natrium dan air yang meningkat

- Penurunan ekskresi Natrium dan air (contoh : gagal ginjal)

- Meningkatnya tekanan kapilaer / vena

- Kegagalan jantung
- Obstruksi vena porta

- Perikarditis constrictif

- Obstruksi limfe

- Hidrothoraks

- Elephantiasis

- Pasca mastektomi radikal

Ciri-ciri transudat spesifik :

Warna agak kekuningan

Kejernihahan : jernih

Berat jenis <1,018 (1,006 1,015)

Tak ada bekuan, atau membeku lambat / dalam jangka waktu lama

Bau tidak khas

Protein < 2,5 gr % (tes rivalta negative)

Glukosa = plasma

Lemak : negative (kecuali bila chylous +)

Jumlah lekosit : <500 mm3

Jenis sel : > mononuclear

Bakteri negative atau jarang (+)

Perbedaan cairan transudat dan eksudat

TRANSUDAT EKSUDAT
Bukan proses radang Merupakan proses radang
Bakteri (-) Bakteri (+)
Warna kuning muda Warna sesuai penyebabnya
Jernih dan encer Keruh dan kental
Tidak menyusun bekuan Menyusun bekuan
Fibrinogen (-) Fibrinogen (+)
Jumlah leukosit <500 sel/l Jumlah leukosit >500 sel/l
Kadar protein < 2,5g/dl Kadar protein > 2,5g/dl
Kadar glukosa sama dengan plasma darah Kadar glukosa lebih kecil dari plasma darah
Zat lemak (-) Zat lemak (+)
Bj 1006 1015 Bj 1018 - 1030

Macam macam pemeriksaan transudat dan eksudat :

1. Makroskopis

a. Volume

Prinsip : Volume transudat dan eksudat diukur dengan gelas ukur dan hasilnya dibaca setinggi

miniskus bawah.

Cara kerja :

1) Masukkan caian dalam becker glass

2) Tuang cairan dri becker glass ke dalam gelas ukur

3) Lihat volume caitan yang ada pada gelas ukur

b. Warna

Prinsip : Warna cairan diamati secara visual dengan cahaya terang

Cara kerja :

1) Masukkan cairan kedalam beckerglass

2) Amati warna cairan secara visual

Transudat : kuning muda

Eksudat : bermacam macam tergantung dari penyebabnya

Hijau bilirubin

Merah darah

Putih kekuningan pus


Putih susu chylus

Biru kehijauan bakteri pyogenes

c. Kekeruhan

Prinsip : Kekeruhan cairan diamati secara visual

Cara kerja :

1) Masukkan cairan kedakm becker glass

2) Amati kekeruhannya

Transudat : jernih

Eksudat : agak keruh

d. Bau

Prinsip : Cairan dibau dengan panca indra hidung

Cara kerja :

1) Masukkan cairan kedalam becker glass

2) Dekatkan kearah hidung dan kibaskan tangan ke arah hidung

e. Bekuan

Prinsip : Adanya bekuan diuji dengan cara cairan dipipet dengan pipet tetes

Cara kerja :

1) Masukkan sampel kedalam becker glass

2) Pipet caian dengan pipet tetes

3) Keluarkan cairan dengan pipet tetes

4) Jika cairan bisa dikeluarkan dari pipet tetes berarti bekuan (-)

5) Jika cairan sulit dikeluarkan dari pipet tetes berarti bekuan (+)
6) Adanya bekuan dinyatakan dengan : renggang, berkeping, berbutir,sangat halus.

Transudat : (-) tidak terjadi bekuan

Eksudat : (+) terjadi bekuan

f. Berat jenis

Prinsip : Berat jenis ciran dilihat pada tangkai urinometer setinggi miniskus bawah

Cara kerja :

1) Masukkan cairan ke dalam becker glass

2) Tuang cairan ke dalam gelas ukur 40-50ml

3) Masukkan urinometer dalam gelas ukur

4) Bacalah berat jenis cairan pada skala urinometer setinggi miniskus bawah

Transudat : 1006- 1015

Eksudat : 1018 1030

2. Mikroskopis

a. Hitung Jumlah Sel Lekosit

Metode

Kamar hitung Improved Neubauer atau Fuchs Rosenthal.

Tujuan

Untuk menghitung jumlah sel lekosit dalam cairan dan mengetahui bahwa sampel cairan

tubuh tersebut transudat atau eksudat.

Prinsip
Jumlah sel lekosit dihitung berdasarkan pengenceran dalam larutan pengencer dan jumlah sel

dalam cairan dalam kamar hitung.

Alat

- Mikroskop

- Kamar Hitung Improved Neubauer atau fucsh rosental

- Pipet Lekosit

- Kaca Penutup

Reagensia

Larutan pengencer NaCl 0,9 %

Antikoagulan Natrium Citrat atau Heparin steril.

Prosedur Kerja

1) Sampel didapat dengan mengadakan pungsi dan campur dengan anticoagulant

2) Kocok dahulu sampel yang akan diperiksa supaya homogen

3) Pipet NaCl 0,9 % dengan pipet lekosit sampai tanda 1 tepat

4) Pipet sampel sampai tanda 11 tepat

5) Kocok agar sampel dan larutan tercampur sempurna

6) Bila segera dihitung buang beberapa tetes larutan dan teteskan pada kamar hitung. Biarkan

mengendap 2-3 menit. Dan hitung didalam kamar hitung di bawah mikroskop. Dengan

pembesaran sedang (10 X 45), sebanyak 4 kotak besar.

Perhitungan
Dengan Kamar hitung Improved Neubauer

Jumlah sel lekosit = PDP x TKP x sel leukosit (KBH)

Ket : PDP = Pengenceran dalam pipet

TKP = Tinggi Kaca Penutup

KBH = Kotak Besar yang dihitung

Dengan kamar hitung Fuchs Rosenthal

Jumlah sel lekosit dalam 9 kotak = a

Luas permukaan : 3 x 3 mm2 = 9 mm2

Dalam : 0,2 mm

Isi : 9 x 0,1 mm3 = 0,9 mm

Dalam 1 mm3 terdapat : 10/9 x a sel

Pengenceran : 10/9 kali

Jadi jumlah sel/1 mm3 = 10/9 x 10/9 x a sel

= 100/81 x a sel

= 5/4 x a sel

Catatan :

Kamar hitung dari Fuchs Rosenthal lebih teliti karena volumenya lebih besar. Kalau cairan

berupa purulen tidak ada gunanya menghitung jumlah lekosit tindakan ini baiknya hanya

dilakukan dengan cairan yang jernih atau yang agak keruh saja. Untuk cairan yang agak

keruh, pilih pengenceran yang sesuai. Bahan pengencer sebaiknya larutan NaCl 0,9 % jangan

menggunakan larutan turk, karena dapat menyebabkan terbentuknya bekuan dalam cairan.

Cairan yang berupa transudat biasanya mengandung kurang dari 500 sel/ul. Semakin tinggi

angka itu semakin besar kemungkinan cairan tersebut bersifat eksudat.

b. Hitung Jenis Sel Lekosit.


Metode

Giemsa atau Wright Stain

Prinsip

Endapan cairan dibuat hapusan, kemudian diwarnai dengan pewarnaan tertentu

(Giemsa/Wright) maka sel lekosit akan mengambil warna zat.Lalu dihitung dibawah

mikroskop dengan pembesaran 1000X dalam 100 % sel lekosit.

Tujuan

Untuk mengetahui jenis sel lekosit dalam cairan/sampel, sehingga dapat menentukan jenis

cairan tersebut (transudat/eksudat).

Alat

- Objek glass

- Pipet tete

- Pipet ukur

- Gelas ukur

- Rak pewarnaan

- Mikroskop

Reagensia

Giemsa

Komposisi : 1 gr giemsa
100 ml Metanol absolute

Wright

Komposisi : 0,1 gr Wright (digerus)

60 ml Methanol absolute

Buffer phospat pH 7,2

KH2PO4 6,63 gr

Na2HPO4 3,2 gr

Aquades add 1000 ml

Persiapan Reagen

Giemsa : 17 tetes stok larutan giemsa ditambah 5 ml aquades

Prosedur Kerja

1) Sediaan apus dibuat dengan cara yang berlain-lainan tergantung sifat cairan itu:

- Jika cairan jernih, sehingga diperkirakan tidak mengandung banyak sel, pusinglah 10

Sampai 15 ml sampel 1500 rpm selama 10 menit

- Cairan atas dibuang dan sediment dicampur dengan beberapa tetes serum penderita sendiri.

lalu dibuat hapusan.

- Kalau cairan keruh sekali atau purulent, dibuat sediaan apus langsung memakai bahan itu.

Jika terdapat bekuan dalam cairan, bekuan itulah yang dipakai untuk membuat sediaan tipis.

2) Difiksasi dengan metanol selama 2 menit, buang, cuci dengan aquades

3) Digenangi dengan zat warna Giemsa atau Wright selama 15 menit, buang sisa zat warna

dan cuci dengan aquades, keringkan diudara.

4) Dihitung jenis sel atas 100-300 sel, di bawah mikroskop dengan pembesaran 1000 X.
Hasil

Transudat : Hanya sel mononuklear (limposit)

Eksudat : Ditemukan sel mononukleaar dan PMN/segmen

Catatan :

Hitung jenis ini hanya untuk membedakan limposit dan segmen. Hasil hitung jenis dapat

memberi keterangan tentang jenis radang, yang menyertai proses radang akut hampir semua

sel berupa segment. Semakin tenang proses itu semakin bertambah limpositnya, sedangkan

radang menahun menghasilkan hanya limposit saja dalam hitung jenis. Perbandingan banyak

sel dalam golongan limposit dan sel polimorponuklear atau segment memberi petunjuk

kearah jenis radang yang menyebabkan atau menyertai eksudat.

3. Pemeriksaan Bakteriologi

Pemeriksaan Bakteriologis ( gram stain )

Metode Gram

Prinsip

Bakteri gram (+) akan mengikat warna ungu dari carbol gentian violet dan akan diperkuat

oleh lugol sehingga pada saat pelunturan dengan alkohol 96 % warna ungu tidak akan luntur,

sedangkan gram (-) akan Luntur oleh alkohol dan mengambil warna merah dari fuksin

Tujuan

Untuk mengetahui adanya kumankuman dalam sampel sehingga dapat menentukan jenis

cairan tersebut apakah transudat atau eksudat


Alat

- Objek Glass

- Pipet tetes

- Bak dan rak pewarnaan

- Mikroskop

Reagensia

Carbol gentian violet 1 %

Lugol 1 %

Alkohol 96 %

Air Fuchsin 1 %

Prosedur Kerja

1) Setetes sampel yang telah disentrifuge dibuat hapusan diatas objekglass, dan dikeringkan.

2) Diwarnai dengan karbol gentian violet selama 3 menit, dicuci

3) Ditambah lugol selama 1 menit, dicuci

4) Ditambah alkohol 96 %selama 30 detik, dicuci

5) Ditambah air fuchsin selama 2 menit, dicuci dan dikeringkan

6) Diperiksa di bawah mikroskop dengan pembesaran 1000 x

Catatan :

Transudat : Tidak ditemukan bakteri

Eksudat : Ditemukan bakteri


Selain dengan pewarnaan gram, juga bisa dilakukan dengan pewarnaan Ziehl-Neelsen untuk

menemukan adanya bakteri Clostridium spp. Kalau akan mencari fungi (jamur) campur

setetes sampel dengan KOH/NaOH 10% diatas objek glass, tutup dengan kaca penutup,

biarkan selama 20 menit, kemudian periksa dibawah mikroskop.

Kesimpulan

Dengan melakukan pemeriksaan mikroskopis antara lain hitung jumlah dan hitung jenis sel

lekosit serta adanya bakteri dalam cairan/sampel yang diperiksa, dapat menentukan jenis

cairan tersebut apakah transudat atau eksudat, sehingga perlu dilakukan pemeriksaan lebih

lanjut untuk menegakkan diagnosa.

Hal hal yang harus diperhatikan :

Pengambilan dan pengiriman sampel

- Pengambilan sampel dilakukan secara pungsi yang berada disetiap rongga tubuh, dibentuk

oleh kulit bagian bawah (debris), pengambilan harus dalam keadaan steril baik itu alat

ataupun wadah sampel

- Pengiriman sampel dalam wadah tertutup rapat, steril, dan diberi etiket yaitu nama, lamanya

sakit, waktu pengambilan, jenis peneriksaan yang diminta, Bila yang dikirim berupa preparat

etiketnya ditempel dibelakang preparatnya.

Kualitas Reagensia

- Reagensia tidak kadaluarsa, disimpan dalam botol coklat, bertutup rapat dan terlindung dari

cahaya matahari langsung.

- Sebelum digunakan sebaiknya disaring terlebih dahulu.

Teknik Pemeriksaan
- Pemeriksaan sesuai dengan prosedur dan perlu ketelitian

- Perlu juga diperhatikan alat alat yang digunakan dalam keadaan bersih dan kering, kondisi

alat seperti pipet tidak pecah pada ujungnya begitu juga dengan kamar hitung.

- Lamanya waktu pewarnaan juga mempengaruhi terhadap sel yang diwarnai, untuk itu pada

saat pewarnaan sesuai dengan waktunya.

4. Pemeriksaan Kimia

a. Metode rivalta

Tujuan

Untuk menentukan jenis cairan yang diperiksa.

Prinsip

Seromucin yang terdapt dalam eksudat dan tidak terdapat dalam Transudat akan bereaksi

dengan asam asetat encer membentuk kekeruhan yang nyata.

Cara kerja

1) Masukan 10 ml aquadest dalam becker glass

2) Tambahkan 1 tetes asam asetat glacial kemudian aduk dengan batang pengaduk

3) Tanbahkan 1tetes cairan yang diperiksa dengan jarak 1cm dari atas

permukaan cairan

Amati tetesan itu bercampur dan bereaksi dengan latar belakang hitam. Ada tiga

kemungkinan yaitu :

Tetesan itu bercampur dan bereaksi tanpa menimbulakn kekeruhan

Tetesan itu bereaksi dan menimbulkan kekeruhn ringan atau seperti kabut tipis hasil positif

lemah ( transudat )
Tetesan itu bercampur dan bereaksi dengan menimbulkan kekeruhan atau membentuk kabut

tebal positif kuat ( eksudat )

Harga normal

Transudat : (+) lemah

Eksudat : (+) kuat

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Adanya transudat dan eksudat disebabkan karena cairan dalam rongga serosa

meningkat. Jika meningkat karena gangguan keseimbangan cairan berarti transudat, namun

jika karena proses radang berarti eksudat.

Pada keadaan normal tidak ditemukan transudat dan eksudat, sehingga adanya

transudat dan eksudat mengindikasikan adanya kelainan patologis, misal : gagal jantung,

sirosis hepatis, glomerulo nefritik, dan lain-lain. Untuk membantu diagnosa dan membedakan

apakah itu transudat atau eksudat perlu dilakukan pemeriksaan makroskopis, mikroskopis,

bakteriologi, dan kimia.

B. SARAN

Sampel yang digunakan harus segera diperiksa

Pemeriksaan mikroskopis (hitung jenis leukosit) harus menggunakan larutan cat yang baru

agar leukosit terlihat jelas, PERHATIKAN juga pembuatan preparat supaya hasil dapat

optimal dan kesalahan dapat dikurangi


Pedal pemeriksaan metode rivalta, pengamatan tetesan harus jeli dan teliti agar tidak terjadi

kesalahan

Sebaiknya saat meneteskan sampel menggunakan dropple pipet supaya banyak tetesannya

karena diameter dropple pipet sama satu dengan yang lainnya

Anda mungkin juga menyukai