PENDAHULUAN
Transudat adalah penimbuanan cairan dalam rongga serosa sebagai akibat karena
gangguan keseimbangan cairan dan bukan merupkan proses radang, sedangkan eksudat
1. Makroskopis
2. Mikroskopis
3. Pemeriksaan bakteriologi
4. Kimia
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN PENULISAN
PEMBAHASAN
Cairan pleura adalah cairan dalam rongga pleura dalam paru paru. Fungsiya sebagai
pelumas. Normalnya cairan pleura sangat sedikit jumlahnya hampir tidak bisa diukur
volumenya. Karena kondisi patologis, caiaran jumlahnya meningkat sehingga dapat dianalisa
Transudat adalah penimbunan cairan dalam rongga serosa sebagai akibat karena
gangguan keseimbangan cairan dan bukan merupkan proses radang(tekanan osmosis koloid,
stasis dalam kapiler atau tekanan hidrostatik, kerusakan endotel, dsb), sedangkan eksudat
Bila radang terjadi pada pleura, maka cairan radang juga dapat mengisi jaringan
sehingga terjadi gelembung, hal ini misalnya terjadi pada kebakaran. Cairan yang terjadi
akibat radang mengandung banyak protein sehingga berat jenisnya lebih tinggi daripada
plasma normal. Begitu pula cairan radang ini dapat membeku karena mengandung
fibrinogen. Cairan yang terjadi akibat radang ini disebut eksudat. Jadi sifat-sifat eksudat ialah
mengandung lebih banyak protein daripada cairan jaringan normal, berat jenisnya lebih tinggi
dan dapat membeku. Cairan jaringan yang terjadi karena hal lain daripada radang, misalnya
karena gangguan sirkulasi, mengandung sedikit protein, berat jenisnya rendah dan tidak
membeku, cairan ini disebut transudat. Transudat misalnya terjadi pada penderita penyakit
jantung. Pada penderita payah jantung , tekanan dalam pembuluh dapat meninggi sehingga
Pemeriksaan cairan badan yang tersangka transudat atau eksudat bermaksud untuk
hidup ada respon yang menyolok pada jaringan hidup disekitarnya. Respon terhadap cedera
ini dinamakan peradangan. Yang lebih khusus peradangan adalah reaksi vascular yang
hasilnya merupakan pengiriman cairan, zat-zat yang terlarut dan sel-sel dari sirkulasi darah
adalah gejala yang menguntungkan dan pertahanan, hasilnya adalah netralisasi dan
yang dibutuhkan untuk perbaikan dan pemulihan. Reaksi peradangan itu sebenarnya adalah
peristiwa yang dikoordinasi dengan baik yang dinamis dan kontinyu. Untuk menimbulkan
reaksi peradangan maka jaringan harus hidup dan khususnya harus memiliki mikrosirkulasi
fungsional. Jadi yang dimaksud dengan radang adalah rangkaian reaksi yang terjadi pada
tempat jaringan cedera. Pada proses peradangan terjadi pelepasan histamine dan zat-zat
Peradangan dapat juga dimasukkan dalam suatu reaksi non spesifik, dari hospes
terhadap infeksi. Adapun kejadiannya sebagai berikut: pada setiap luka pada jaringan akan
timbul reaksi inflamasi atau reaksi vaskuler.Mula-mula terjadi dilatasi lokal dari arteriole dan
kapiler sehingga plasma akan merembes keluar. Selanjutnya cairan edema akan terkumpul di
daerah sekitar luka, kemudian fibrin akan membentuk semacam jala, struktur ini akan
kemudian dimulailah digesti dalam sel. Hal ini akan mengakibatkan perubahan pH menjadi
asam. Selanjutnya akan keluar protease selluler yang akan menyebabkan lysis
leukosit.Setelah itu makrofag mononuclear besar akan tiba di lokasi infeksi untuk
inflamasi lokal. Cairan kaya protein dan sel darah putih yang tertimbun dalam ruang
EKSUDAT
Jenis-Jenis Eksudat :
a. Eksudat serosa
Pada beberapa keadaan radang, eksudat hampir terdiri dari cairan dan zat-zat yang
terlarut dengan sangat sedikit leukosit. Jenis eksudat nonseluler yang paling sederhana adalah
eksudat serosa,yang pada dasamya terdiri dari protein yang bocor dari pembuluh-pembuluh
darah yang permiable dalam daerah radang bersama-sama dengan cairan yang menyertainya.
Contoh eksudat serosa yang paling dikenal adalah cairan luka melepuh.
b. Eksudat fibrinosa
Jenis eksudat nonseluler yang kedua adalah eksudat fibrinosa yang terbentuk jika
protein yang dikeluarkan dari pembuluh dan terkumpul pada daerah peradangan yang
mengandung banyak fibrinogen. Fibrinogen ini diubah menjadi fibrin, yang berupa jala jala
lengket dan elastic (barangkali lebih dikenal sebagai tulang belakang bekuan darah). Eksudat
fibrinosa sering dijumpai diatas permukaan serosa yang meradang seperti pleura dan
pericardium dimana fibrin diendapkan dipadatkan menjadi lapisan kasar diatas membran
yang terserang. Jika lapisan fibrin sudah berkumpul di permukaan serosa,sering akan timbul
rasa sakit jika terjadi pergeseran atas permukaan yang satu dengan yang lain. Contoh pada
penderita pleuritis akan merasa sakit sewaktu bernafas, karena terjadi pergesekan sewaktu
mengambil nafas.
Jenis eksudat ini hanya dapat terbentuk diatas membran mukosa, dimana terdapat sel-
sel yang dapat mengsekresi musin. Jenis eksudat ini berbeda dengan eksudat lain karena
eksudat ini merupakan sekresi set bukan dari bahan yang keluar dari aliran darah. Sekresi
musin merupakan sifat normal membran mukosa dan eksudat musin merupakan percepatan
proses dasar fisiologis.Contoh eksudat musin yang paling dikenal dan sederhana adalah pilek
2. Eksudat Seluler
d. Eksudat netrofilik
Eksudat yang mungkin paling sering dijumpai adalah eksudat yang terutama terdiri
dari neutrofil polimorfonuklear dalam jumlah yang begitu banyak sehingga bagian cairan dan
protein kurang mendapat perhatian. Eksudat neutrofil semacam ini disebut purulen. Eksudat
purulen sangat sering terbentuk akibat infeksi bakteri.lnfeksi bakteri sering menyebabkan
konsentrasi neutrofil yang luar biasa tingginya di dalam jaringan dan banyak dari sel-sel ini
mati dan membebaskan enzim-enzim hidrolisis yang kuat disekitarnya. Dalam keadaan ini
neutrofil PMN yang hidup dan yang mati neutrofil PMN yang hancur
bakteri-bakteri penyebab
nekrosis liquefactiva.
3. Eksudat Campuran
Sering terjadi campuran eksudat seluler dan nonseluler dan campuran ini dinamakan
sesuai dengan campurannya.Jika terdapat eksudat fibrinopurulen yang terdiri dari fibrin dan
neutrofil polimorfonuklear, eksudat mukopurulen, yang terdiri dari musin dan neutrofil,
Eskudat seringkali sembuh dan tak berulang bila telah dikeluarkan seluruhnya.
Pleuritis eksudativa
Perikarditis eskudativa
Perotinitis eksudativa
Arthritis eksudativa
dapat berbentuk :
- Serous
- Fibrinous
- Haemorrhagis
- Purulent
- Berbentuk kombinasi
Kejernihan keruh
TRANSUDAT
- Hidrotoraks
- Hidroperikardium
- Hidroperitoneum
- Hidroarrosis
- Sindroma nefrotik
- Cirrhosis hepatis
- Kegagalan jantung
- Obstruksi vena porta
- Perikarditis constrictif
- Obstruksi limfe
- Hidrothoraks
- Elephantiasis
Kejernihahan : jernih
Tak ada bekuan, atau membeku lambat / dalam jangka waktu lama
Glukosa = plasma
TRANSUDAT EKSUDAT
Bukan proses radang Merupakan proses radang
Bakteri (-) Bakteri (+)
Warna kuning muda Warna sesuai penyebabnya
Jernih dan encer Keruh dan kental
Tidak menyusun bekuan Menyusun bekuan
Fibrinogen (-) Fibrinogen (+)
Jumlah leukosit <500 sel/l Jumlah leukosit >500 sel/l
Kadar protein < 2,5g/dl Kadar protein > 2,5g/dl
Kadar glukosa sama dengan plasma darah Kadar glukosa lebih kecil dari plasma darah
Zat lemak (-) Zat lemak (+)
Bj 1006 1015 Bj 1018 - 1030
1. Makroskopis
a. Volume
Prinsip : Volume transudat dan eksudat diukur dengan gelas ukur dan hasilnya dibaca setinggi
miniskus bawah.
Cara kerja :
b. Warna
Cara kerja :
Hijau bilirubin
Merah darah
c. Kekeruhan
Cara kerja :
2) Amati kekeruhannya
Transudat : jernih
d. Bau
Cara kerja :
e. Bekuan
Prinsip : Adanya bekuan diuji dengan cara cairan dipipet dengan pipet tetes
Cara kerja :
4) Jika cairan bisa dikeluarkan dari pipet tetes berarti bekuan (-)
5) Jika cairan sulit dikeluarkan dari pipet tetes berarti bekuan (+)
6) Adanya bekuan dinyatakan dengan : renggang, berkeping, berbutir,sangat halus.
f. Berat jenis
Prinsip : Berat jenis ciran dilihat pada tangkai urinometer setinggi miniskus bawah
Cara kerja :
4) Bacalah berat jenis cairan pada skala urinometer setinggi miniskus bawah
2. Mikroskopis
Metode
Tujuan
Untuk menghitung jumlah sel lekosit dalam cairan dan mengetahui bahwa sampel cairan
Prinsip
Jumlah sel lekosit dihitung berdasarkan pengenceran dalam larutan pengencer dan jumlah sel
Alat
- Mikroskop
- Pipet Lekosit
- Kaca Penutup
Reagensia
Prosedur Kerja
6) Bila segera dihitung buang beberapa tetes larutan dan teteskan pada kamar hitung. Biarkan
mengendap 2-3 menit. Dan hitung didalam kamar hitung di bawah mikroskop. Dengan
Perhitungan
Dengan Kamar hitung Improved Neubauer
Dalam : 0,2 mm
= 100/81 x a sel
= 5/4 x a sel
Catatan :
Kamar hitung dari Fuchs Rosenthal lebih teliti karena volumenya lebih besar. Kalau cairan
berupa purulen tidak ada gunanya menghitung jumlah lekosit tindakan ini baiknya hanya
dilakukan dengan cairan yang jernih atau yang agak keruh saja. Untuk cairan yang agak
keruh, pilih pengenceran yang sesuai. Bahan pengencer sebaiknya larutan NaCl 0,9 % jangan
menggunakan larutan turk, karena dapat menyebabkan terbentuknya bekuan dalam cairan.
Cairan yang berupa transudat biasanya mengandung kurang dari 500 sel/ul. Semakin tinggi
Prinsip
(Giemsa/Wright) maka sel lekosit akan mengambil warna zat.Lalu dihitung dibawah
Tujuan
Untuk mengetahui jenis sel lekosit dalam cairan/sampel, sehingga dapat menentukan jenis
Alat
- Objek glass
- Pipet tete
- Pipet ukur
- Gelas ukur
- Rak pewarnaan
- Mikroskop
Reagensia
Giemsa
Komposisi : 1 gr giemsa
100 ml Metanol absolute
Wright
60 ml Methanol absolute
KH2PO4 6,63 gr
Na2HPO4 3,2 gr
Persiapan Reagen
Prosedur Kerja
1) Sediaan apus dibuat dengan cara yang berlain-lainan tergantung sifat cairan itu:
- Jika cairan jernih, sehingga diperkirakan tidak mengandung banyak sel, pusinglah 10
- Cairan atas dibuang dan sediment dicampur dengan beberapa tetes serum penderita sendiri.
- Kalau cairan keruh sekali atau purulent, dibuat sediaan apus langsung memakai bahan itu.
Jika terdapat bekuan dalam cairan, bekuan itulah yang dipakai untuk membuat sediaan tipis.
3) Digenangi dengan zat warna Giemsa atau Wright selama 15 menit, buang sisa zat warna
4) Dihitung jenis sel atas 100-300 sel, di bawah mikroskop dengan pembesaran 1000 X.
Hasil
Catatan :
Hitung jenis ini hanya untuk membedakan limposit dan segmen. Hasil hitung jenis dapat
memberi keterangan tentang jenis radang, yang menyertai proses radang akut hampir semua
sel berupa segment. Semakin tenang proses itu semakin bertambah limpositnya, sedangkan
radang menahun menghasilkan hanya limposit saja dalam hitung jenis. Perbandingan banyak
sel dalam golongan limposit dan sel polimorponuklear atau segment memberi petunjuk
3. Pemeriksaan Bakteriologi
Metode Gram
Prinsip
Bakteri gram (+) akan mengikat warna ungu dari carbol gentian violet dan akan diperkuat
oleh lugol sehingga pada saat pelunturan dengan alkohol 96 % warna ungu tidak akan luntur,
sedangkan gram (-) akan Luntur oleh alkohol dan mengambil warna merah dari fuksin
Tujuan
Untuk mengetahui adanya kumankuman dalam sampel sehingga dapat menentukan jenis
- Objek Glass
- Pipet tetes
- Mikroskop
Reagensia
Lugol 1 %
Alkohol 96 %
Air Fuchsin 1 %
Prosedur Kerja
1) Setetes sampel yang telah disentrifuge dibuat hapusan diatas objekglass, dan dikeringkan.
Catatan :
menemukan adanya bakteri Clostridium spp. Kalau akan mencari fungi (jamur) campur
setetes sampel dengan KOH/NaOH 10% diatas objek glass, tutup dengan kaca penutup,
Kesimpulan
Dengan melakukan pemeriksaan mikroskopis antara lain hitung jumlah dan hitung jenis sel
lekosit serta adanya bakteri dalam cairan/sampel yang diperiksa, dapat menentukan jenis
cairan tersebut apakah transudat atau eksudat, sehingga perlu dilakukan pemeriksaan lebih
- Pengambilan sampel dilakukan secara pungsi yang berada disetiap rongga tubuh, dibentuk
oleh kulit bagian bawah (debris), pengambilan harus dalam keadaan steril baik itu alat
- Pengiriman sampel dalam wadah tertutup rapat, steril, dan diberi etiket yaitu nama, lamanya
sakit, waktu pengambilan, jenis peneriksaan yang diminta, Bila yang dikirim berupa preparat
Kualitas Reagensia
- Reagensia tidak kadaluarsa, disimpan dalam botol coklat, bertutup rapat dan terlindung dari
Teknik Pemeriksaan
- Pemeriksaan sesuai dengan prosedur dan perlu ketelitian
- Perlu juga diperhatikan alat alat yang digunakan dalam keadaan bersih dan kering, kondisi
alat seperti pipet tidak pecah pada ujungnya begitu juga dengan kamar hitung.
- Lamanya waktu pewarnaan juga mempengaruhi terhadap sel yang diwarnai, untuk itu pada
4. Pemeriksaan Kimia
a. Metode rivalta
Tujuan
Prinsip
Seromucin yang terdapt dalam eksudat dan tidak terdapat dalam Transudat akan bereaksi
Cara kerja
2) Tambahkan 1 tetes asam asetat glacial kemudian aduk dengan batang pengaduk
3) Tanbahkan 1tetes cairan yang diperiksa dengan jarak 1cm dari atas
permukaan cairan
Amati tetesan itu bercampur dan bereaksi dengan latar belakang hitam. Ada tiga
kemungkinan yaitu :
Tetesan itu bereaksi dan menimbulkan kekeruhn ringan atau seperti kabut tipis hasil positif
lemah ( transudat )
Tetesan itu bercampur dan bereaksi dengan menimbulkan kekeruhan atau membentuk kabut
Harga normal
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Adanya transudat dan eksudat disebabkan karena cairan dalam rongga serosa
meningkat. Jika meningkat karena gangguan keseimbangan cairan berarti transudat, namun
Pada keadaan normal tidak ditemukan transudat dan eksudat, sehingga adanya
transudat dan eksudat mengindikasikan adanya kelainan patologis, misal : gagal jantung,
sirosis hepatis, glomerulo nefritik, dan lain-lain. Untuk membantu diagnosa dan membedakan
apakah itu transudat atau eksudat perlu dilakukan pemeriksaan makroskopis, mikroskopis,
B. SARAN
Pemeriksaan mikroskopis (hitung jenis leukosit) harus menggunakan larutan cat yang baru
agar leukosit terlihat jelas, PERHATIKAN juga pembuatan preparat supaya hasil dapat
kesalahan
Sebaiknya saat meneteskan sampel menggunakan dropple pipet supaya banyak tetesannya