BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
2.3 Patogenesis
Penularan tuberkulosis paru terjadi karena kuman dibatukkan atau dibersinkan keluar
menjadi droplet nuclei dalam udara. Partikel infeksi ini dapat menetap dalam udara bebas selama
1-2 jam, tergantung pada ada tidaknya sinar UV, ventilasi yang buruk dan kelembaban. Dalam
suasana lembab dan gelap kuman dapat tahan berhari-hari sampai berbulan-bulan. Bila partikel
infeksi ini terisap oleh orang sehat, ia akan menempel pada jalan napas atau paru-paru. Partikel
dapat masuk ke alveolar bila ukuran partikel < 5 mikrometer. Kuman akan di hadapi pertama kali
oleh neutrofil, kemudian baru oleh makrofag. Kebanyakan partikel ini akan mati atau dibersihkan
oleh makrofag keluar dari cabang trakeo bronkial bersama gerakan silia dengan sekretnya.
Bila kuman menetap di jaringan paru, ia bertambah dan berkembangbiak dalam
sitoplasma makrofag. Disini ia dapat terbawa masuk ke organ tubuh lainnya. Kuman yang
bersarang di jaringan paru-paru akan berbentuk sarang tuberkulosis pneumonia kecil yang disebut
sarang primer atau afek primer atau sarang (fokus) Ghon. Sarang primer ini dapat terjadi di setiap
bagian jaringan paru bila menjalar sampai ke pleura, maka terjadilah efusi pleura.
Mekanisme terjadinya penumpukan cairan di dalam rongga pleura salah satunya
disebabkan oleh : bertambahnya permeabilitas dinding kapiler pembuluh darah. Peradangan pleura
akan menyebabkan permeabiliti dinding kapiler meningkat sehingga cairan dan protein yang
melewati dinding itu meningkat maka terbentuk efusi pleura. Pada radang akut terjadi vasodilatasi,
eksudasi dan perpindahan leukosit ke daerah radang terutama netrofil. Histamin dan kinin yang
dikeluarkan proses radang meningkatkan permiebiliti kapiler sehingga akan meningkatkan
eksudasi plasma. Pada tuberkulosis efusi pleura timbul karena reaksi hipersensitiviti terhadap
tuberkuloprotein, sehingga meningkatkan permeabiliti dinding pembuluh darah pleura.
2.4 Diagnosa
Pemeriksaan untuk transudat dan eksudat terbagi menjadi 4 macam, yaitu :
a. pemeriksaan makroskopis
b. pemeriksaan mikroskopis
c. pemeriksaan kimia
d. pemeriksaan bakterioskopi
a. Pemeriksaan makroskopis
· Jumlah
Ukurlah dan catatlah volume yang didapat dengan pungsi. Jika semua cairan
dikeluarkan jumlah itu memberi petunjuk tenteng luasnya kelainan.
· Warna
Mungkin sangat berbeda-beda, agak kuning, kuning campur hijau, merah jambu,
merah, putih serupa susu, dll. Bilirubin memberi warna kuning pada transudat, darah yang
menjadikannya merah atau coklat, pus memberi warna putih-kuning, chylus putih serupa susu, B.
pyocyaneus biru-hijau. Warna transudat biasanya kekuning-kuningan, sedangkan exudat dapat
berbeda-beda warnanya dari putih melalui kuning sampai merah darah sesuai dengan causa
peradangan dan beratnya radang. Warna exudat oleh proses radang ringan tidak banyak berbeda
dari warna transudat.
· Kejernihan
Inipun mungkin sangat berbeda-beda dari jernih, agak keruh sampai sangat keruh.
Transudat murni kelihatan jernih, sedangkan exudat biasanya ada kekeruhan. Jika mungkin,
kekeruhan yang menunjuk kepada sifat exudat itu dijelaskan lebih lanjut sebagai umpamanya
serofibrineus, seropurulent, serosangineus, hemoragik, fibrineus, dll.
Kekeruhan terutama disebabkan oleh adanya dan banyaknya sel, leukosit dapat
menyebabkan kekeruhan sangat ringan sampai kekeruhan berat seperti bubur. Eritrosit
menyebabkan kekeruhan yang kemerah-merahan.
· Bau
Biasanya baik transudat mupun exudat tidak mempunyai bau bermakna kecuali kalau
terjadi pembusukan protein. Infeksi dengan kuman anaerob dan oleh E. coli mungkin
menimbulkan bau busuk, demikian adanya bau mengarahkan ke exudat.
· Berat jenis
Harus segera ditentukan sebelum kemungkinan terjadinya bekuan. Penetapan ini
penting untuk menentukan jenis cairan. Kalau jumlah cairan yang tersedia cukup, penetapan dapat
dilakukan dengan urinometer, kalau hanya sedikit sebaiknya memakai refraktometer. Seperti
sudah diterangkan, nilai berat jenis dapat ikut memberi petunjuk apakah cairan mempunyai cirri-
ciri transudat atau exudat.
· Bekuan
Perhatikan terjadinya bekuan dan terangkan sifatnya (renggang, berkeping, sanagat
halus, dll) bekuan it tersusun dari fibrin dan hanya didapat pada exudat. Kalau dikira cairan yang
dipungsi bersifat exudat, campurlah tetap cair dan dapat dipakai untuk pemeriksaan lain-lain.
b. Pemeriksaan Mikroskopis
Menghitung jumlah sel dalam cairan eksudat atau transudat tidak selalu mendatangkan
manfaat.
Jikalau diperkirakan akan terjadi bekuan, perlulah cairan setelah pungsi dicampur
dengan antikoagulans, umpamanya larutan Na citrate 20% untuk tiap 1 ml cairan dipakai 0,01 ml
larutan citrate itu.
Sel yang dihitung biasanya hanya leukosit (bersama sel-sel berinti lain seperti sel
mesotel, sel plasma, dsb) saja, menghitung jumlah eritrosit jarang sekali dilakukan karena tidak
bermakna.
c. Pemeriksaan Kimia
Pemeriksaan kimia biasanya dibatasi saja kepada kadar glukosa dan protein dalam
cairan itu. Alasannya ialah cairan rongga dalam keadaan normal mempunyai susunan yag praktis
serupa dengan susunan plasma darah tanpa albumin dan globulin-globulin. Transudat mempunyai
kadar glukosa sama seperti plasma, sedangakan exudat itu megandung banyak leukosit.
Protein dalam transudat dan exudat praktis hanya fibrinogen saja, dalam transudat
kadar fibrinogen rendah, yakni antara 300-400 mg/dl dan dalam exudat kadar protein itu 4-6 gr/dl
atau lebih tinggi lagi.
d. Pemeriksaan Bakterioskopi
Pakailah sediaan seperti dibuat untuk menghitung jenis sel dan pulaslah menurut Gram
dan menurut Zeihl-Neelsen.
Kalau akan mencari fungsi, letakkan satu tetes sediment atau bahan ke atas kaca objek
dan campurlah dengan sama banyak larutan KOH atau NaOH 10%. Tutup dengan kaca penutup,
biarkan selam 20 menit, kemudian periksalah dengan mikroskop.
2.5 Komplikasi
Komplikasi Thoracentesis diagnostik termasuk rasa sakit pada wilayah punksi,
perdarahan dalam kulit, pneumotoraks, empiema, dan limpa / tusuk hati. Pneumotoraks terjadi
sekitar 12-30% dari thoracentesis. Penggunaan jarum yang lebih besar dari 20 meningkatkan
risiko pneumotoraks tersebut. Selain itu, penyakit paru obstruktif kronik atau fibrosis
meningkatkan risiko pneumotoraks.
2.6 Terapi
Untuk efusi pleura dengan cairan transudat dan eksudat perlu dilakukan torakosintesis
(pungsi) dengan tujuan untuk mengurangi sesak napas, selain itu harus pula diobati penyakit
dasarnya. Pada empiema perlu dipasang WSD dengan chest tube (pipa dada) yang besar, maka
harus dilakukan reseksi iga. Disamping itu perlu pula dipertimbangkan untuk memberikan obat-
obat enzimolitik, seperti streptokinase secara intrapleura.
Hubungan antara susunan kimia dari cairan pleura dengan pemasangan WSD :
· Pada eksudat bila pH lebih kecil dari 7,20, glukosa lebih besar dari 40 mg% dan LDH lebih
kecil dari 1.000 UI/liter, maka tidak perlu dilakukan pemasangan WSD, oleh karena memberi
reaksi yang baik terhadap pengobatan.
· Bila pH lebih kecil dari 7,00 dan glukosa lebih rendah dari 40 mg%, maka efusi pleura
tersebut merupakan komplikasi dan perlu segera dipasang WSD.
· Bila pH lebih kecil dari 7,30 dan konsentrasi glukosa lebih kecil dari 60 mg%, disertai
dengan sitologi yang positif, maka perlu dilakukan pleurosiderosis, oleh karena terjadi
pembentukan cairan yang intensif.
2.7 Pencegahan
a. Pola aktivitas dan latihan
Klien biasanya terjadi keterabatasan aktivitas karena sesak.
b. Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat.
Kebiasaan merokok, penggunaan alkohol, kebiasaan berolah raga.
c. Pola nutrisi dan metabolisme.
Klien biasanya mengalami penurunan nafsu makan.
d. Pola eliminasi
Biasanya klien tidak mengalami gangguan pola eliminasi.
e. Pola istirahat dan tidur
Biasnya klien mengalami gangguan pola istirahat.
f. Pola sensori dan kognitif
Biasanya klien tidak mengalami gangguan panca indera
g. Pola hubungan peran
Meliputi hubungan pasien dengan keluarga dan masyarakat sekitar.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Transudat adalah cairan dalam ruang interstitial yang terjadi hanya sebagai akibat
tekanan hidrostatik atau turunnya protein plasma intravascular yang meningkat (tidak disebabkan
proses peradangan/inflamasi). Berat jenis transudat pada umumnya kurang dari 1.012 yang
mencerminkan kandungan protein yang rendah. Contoh transudat terdapat pada wanita hamil
dimana terjadi penekanan dalam cairan tubuh. Transudat merupakan discharge patologis,
merupakan serum darah yang merembes keluar dari pembuluh-pembuluh kapiler ke dalam sela-
sela jaringan atau rongga badan, tanpa radang.
Ciri-ciri transudat spesifik, yaitu :
§ cairan jernih
§ encer
§ kuning muda
§ berat jenis mendekati 1010 atau setidak-tidaknya kurang dari 1018
§ tidak menyusun bekuan (tak ada fibrinogen)
§ kadar protein kurang dari 2,5 gr/dl
§ kadar glukosa kira-kira sama seperti dalam plasma darah
§ jumlah sel kecil dan bersifat steril
Eksudat adalah cairan radang ekstravaskular dengan berat jenis tinggi (diatas 1.020)
dan seringkali mengandung protein 2-4 mg % serta sel-sel darah putih yang melakukan emigrasi.
Cairan ini tertimbun sebagai akibat permeabilitas vascular (yang memungkinkan protein plasma
dengan molekul besar dapat terlepas), bertambahnya tekanan hidrostatik intravascular sebagai
akibat aliran lokal yang meningkat pula dan serentetan peristiwa rumit leukosit yang
menyebabkan emigrasinya. Eksudat, merupakan substansi yang merembes melalui dinding vasa
ke dalam jaringan sekitarnya pada radang, berupa nanah. Jadi termasuk discharge yang patologis.
Ciri-ciri exudat spesifik, yaitu :
§ keruh (mungkin berkeping-keping, purulent, mengandung darah, chyloid, dsb)
§ lebih kental
§ warna bermacam-macam
§ berat jenis lebih dari 1018
§ sering ada bekuan (oleh fibrinogen)
§ kadar protein lebih dari 4,0gr/dl
§ kadar glukosa jauh kurang dari kadar dalam plasma
§ mengandung banyak sel dan sering ada bakteri
3.2 Saran
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun agar dalam pembuatan
makalah selanjutnya bisa lebih baik lagi, atas perhatiannya penulis ucapkan terimakasih.
Share: Facebook Twitter
What's Related?
Makalah fosfolipid
Makalah Sperma
Newer Post Older Post
0 Comments 0 Comments
FANSPAGE
Facebook
Yazhid January
Artikel Populer
JUDUL KTI ANALIS KESEHATAN LENGKAP DENGAN PROPOSAL
makalah spektrofotometer
PEMBUATAN EMBA DAN MCA
PEMBUATAN DAN PEWARNAAN SEDIAAN APUS
Makalah Myasis
makalah sentrifuge
Tes masa perdarahan
Makalah Staphylococcus Epidermis
Labels
artikel kes.
Bakteriologi
BIOKIMIA
Hematologi
ilmu farmasi
Ilmu kebidanan
Ilmu Keperawatan
IMUNOHEMATOLOGI
imunoserologi
Instrumentasi
JUDUL KTI
kimia analitik
KIMIA KLINIK
Klinik rutin
Laporan Amami
Laporan Imun
Laporan Praktikum Kimia analitik
Laporan Praktikum Parasitologi
Manajemen Lab
Media dan reagensia
mikologi
Parasitologi
Patologi Klinik
promkes
Semua ilmu
Sitohistoteknologi
Toksikologi
Transfusi darah
Virologi
Created By Sora Templates & Blogger Templates | Gooyaabi Templates