Anda di halaman 1dari 23

REFERAT

EFUSI PLEURA

Oleh :
Riki Nur Taufiq
21801101037

Pembimbing:
dr. Deddy Sasongko, Sp.P

KEPANITERAAN KLINIK MADYA


LABORATORIUM ILMU PENYAKIT KULIT KELAMIN
RSUD BLAMBANGAN BANYUWANGI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM MALANG
2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,


Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat, taufik, dan hidayah-Nya, sholawat serta salam yang kami junjungkan
kepada Nabi Muhammad SAW yang telah menuntun kita menuju jalan kebenaran
sehingga dalam penyelesaian tugas ini kami dapat memilah antara yang baik dan
buruk. Kami mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing pada
Laboratorium Ilmu Penyakit Dalam yang memberikan bimbingan dalam
menempuh pendidikan ini. Tak lupa pula kami mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak sehingga dalam penyusunan referat ini dapat terselesaikan.

Referat ini membahas terkait Efusi Pleura yang mencakup anamnesis hingga
tatalaksana secara holistik tekait penyakit tersebut.

Kami menyadari dalam referat ini belum sempurna secara keseluruhan oleh
karena itu kami dengan tangan terbuka menerima masukan-masukan yang
membangun sehingga dapat membantu dalam penyempurnaan dan pengembangan
penyelesaian laporan selanjutnya.

Demikian pengantar kami, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua.
Aamiin.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Banyuwangi, 26 April 2023

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Efusi pleura adalah penimbunan cairan didalam rongga pleura


akibattransudasi atau eksudasi yang berlebihan dari permukaan pleura. Pada
keadaan normal rongga pleura hanya mengandung cairan sebanyak 10- 20 m.l .
Efusi pleura bukan merupakan suatu penyakit, akan tetapi merupakan tanda
suatu penyakit. Akibat adanya carian yang cukup banyak dalam rongga pleura,
maka kapasitas paru akan berkurang dan di samping itu juga menyebabkan
pendorongan organ-organ mediastinum, termasuk jantung. Hal ini
mengakibatkan insufisiensi pernafasan dan juga dapat mengakibatkan
gangguan pada jantung dan sirkulasi darah.
Penyebab efusi pleura sangat bervariasi, penyakit yang dapat
menimbulkan efusi pleura adalah tuberkulosis, infeksi paru non tuberkulosis,
keganasan, sirosis hati, trauma tembus atau tumpul pada daerah ada, infark
paru, serta gagal jantung kongestif. Di Negara-negara barat, efusi pleura
terutama disebabkan oleh gagal jantung kongestif, sirosis hati, keganasan, dan
pneumonia bakteri, sementara di. Negara-negara yang sedang berkembang,
seperti Indonesia, lazim diakibatkan oleh infeksi tuberkulosis. Efusi pleura
ganas merupakan salah satu komplikasi yang biasa ditemukan pada penderita
keganasan dan terutama disebabkan oleh kanker paru dan kanker payudara.
Efusi pleura merupakan manifestasi klinik yang dapat dijumpai pada sekitar
50-60% penderita keganasan pleura primer atau metastatik. Sementara 5%
kasus mesotelioma (keganasan pleura primer) dapat disertai efusi pleura dan
sekitar 50% penderita kanker payudara akhirnya akan mengalami efusi pleura
Gejala yang paling sering timbul adalah sesak, dipsneu. Nyeri bisa timbul
akibat efusi yang banyak berupa nyeri dada pleuritik atau nyeri tumpul.
Diagnosis efusi pleura dapat ditegakkan melalui anamnesis serta pemeriksaan
fisik yang teliti, diagnosis yang pasti melalui pungsi percobaan, biopsy dan
analisa cairan pleura4. Penatalaksanaan efusi pleura dapat dilakukan dengan
cara pengobatan kausal, thorakosintesis, Water Sealed Drainage (WSD), dan
pleurodesis.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana Definisi, epidemiologi, etiologi, dan patofisiologi dari Efusi
Pleura?
2. Bagaimana gejala klinis, penegakan diagnosis, dan diagnosis banding dari
Efusi Pleura?
3. Bagaimana penatalaksanaan, prognosis dan komplikasi dari Efusi Pleura?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Memahami Definisi, epidemiologi, etiologi, dan patofisiologi dari Efusi
Pleura.
2. Mengetahui gejala klinis, penegakan diagnosis, dan diagnosis banding dari
Efusi Pleura.
3. Mengetahui penatalaksanaan, prognosis dan komplikasi dari Efusi Pleura.

1.4 Manfaat Penulisan


1. Memberikan wawasan dan pengetahuan terkait Efusi Pleura.

2. Memenuhi tugas kepaniteraan klinik pada laboratorium Ilmu Penyakit

Kulit dan Kelamin RSUD Blambangan Banyuwangi.

3. Meningkatkan kemampuan penulisan ilmiah dalam bidang kedokteran.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi

Efusi pleura merupakan suatu keadaan dimana terdapat penumpukan


cairan di dalam kavum pleura anatara pleura parietalis dan pleura viseralis.
Penumpukan cairan dapat berupa cairan transudat atau cairan eksudat yang
disebabkan oleh meningkatnya produksi atau berkurangnya absorbsi cairan pleura.
Efusi pleura adalah penyakit sekunder yang mucul karena penyakit lain.

Rongga pleura secara normal berisi sekitar 5 – 15 ml cairan yang


dihasilkan oleh kapiler pleura parietal. Dalam keadaan normal cairan ini berfungsi
sebagai lubrikan yang memungkinkan pergerkan halus di permukaan pleura.

2.2 Etiologi

efusi pleura dapat diakibatkan oleh infeksi dan non infeksi. Penyebab
infejsi antara lain infeksi tuberkulosis dan non tuberkulosis, sedangkan penyebab
non infeksi adalah hipoproteinnemia, neoplasma, trauma dan kelainan sirkulasi.
Efusi [leura dapat disebabkan oleh gangguan keseimbangan antara produksi dan
absorbsi, meningkatkan tekanan darah jantung, perubahan pada tekanan osmotik
dan hyperemia akibat inflamasi. Efusi pleura sering mencerminkan penyakit pada
tempat lainkemudia menyebar hingga ke rongga pleura dengan proses infeksi,
inflamasi, metastsis atau edema. Cairan yang keluar masuk dari rongga pleura
terjadi karena perbedan tekanan yang muncul akibat gerakan pernapasandan aliran
darah. namun, banyaknya proses seluler yang aktif menyebabkan cairan masuk ke
rongga pleura secara berlebih. Penyebabnya dapat secara genetik, lingkungan,
serta infeksi yang menyebar ke pleura.

Terdapat dua tipe penyebab utama dari efusi pleura yaitu efusi pleura
transudatif dan eksudatif. Efusi pleura transudatif disebabkan karena kombinasi
dari peningkatan tekanan hidrostatik atau berkurangnya tekanan onkotik kapiler,
seprti pada penyakit gagal jantung, sirosis hati, dan sindrom nefrotik. Sedangakan
efusi pleura eksudatif disebabkan oleh proses lokal yang menyebabkan perubahan
pada pembentukan dan penyerapan cairan pleura. Peningakatan permeabilitas
kapiler mengakibatkan eksudasi cairan protein , sel dan kompenen serum lainya.
Efusi pleura eksudatif disebabkan oleh infeksi seperti pneumonia, TBC, virus,
jamur, parasit dan abses.

Sebagian besar efusi pleura terjadi karena adanya peningkatan


pembentukan cairan pleura dan menurunya kecepatan absorbsi cairan pleura. Pada
pasien dengan daya absorbsi normal, pembentukan cairan pleura harus meningkat
30 kali lipat secara terus menerus sehingga dapat menyebabkan efusi pleura.
Disisi lain turunya daya absorbsi cairan pleura saja tidak menyebabkan
penumpukan cairan yang signifikan dalam rongga pleura mengingat tingkat
normal pembentukan cairan pleura sangat lambat.

2.3 Epidemiologi

Insiden terjadinya efusi pleura sulit untuk ditentukan karena banyaknya


etiologi penyakit yang menyebabkan kelainan tersebut.Namun insiden efusi pleura
di Amerika diperkirakan sekitar 1, 5 juta kasus/tahun dan umumnya sering
disebabkan karena gagal jantung, pneumonia karena bakteri serta
keganasan.Sedangkan insiden efusi pleura secara internasional sekitar 320 kasus /
100.000 penduduk.Di Indonesia sendiri penyebab terbanyak efusi pleura dalah
karena penyakit tuberkulosis paru. Pada efusi pleura tidak ditemukan adanya
perbedaan jenis kelamin yang signifikan antara pria dan wanita.Sedangkan untuk
usia ,efusi pleura ini relatif lebih banyak ditemukan pada usia dewasa muda dan
orang tua. Namun efusi pleura ini sering ditemukan pada anak terutama anak
dengan pneumonia (1).

2.4 Klasifikasi

Klasifikasi efusi pleura berdasarkan mekanisme pembentukan cairan


dankimiawi cairan menjadi 2 yaitu transudate dan eksudat. Transudat
merupakanhasil dari ketidakseimbangan antara tekanan onkotik dengan
tekananhidrostatik. Sedangkan eksudat merupakan hasil dari peradangan pleura
ataudrainase limfatik yang menurun.

a) Transudat
 Terjadi karena ketidakseimbangan tekanan onkotik dan
hidrostatik.
 Diakibatkan adanya penurunan tekanan onkotik (sindroma
nefrotik atausirosis hepatis).
 Protein < 3 gr/dL, biasanya bilateral akibat
peningkatan tekananhidrostatik (gagal jantung atau ginjal)
b) Eksudat
 Cairan yang terbentuk melalui membrane kapiler yang
permeabelnyaabnormal dan berisi protein berkonsentrasi tinggi
dibandingkan proteintransudate.
 Hasil dari peradangan pleura atau drainase limfatik yang
menurun.
 Protein > 3 gr/dL, yang diakibatkan adanya peningkatan
permeabilitaskapiler (infeksi, empyema, keganasan, darah,
kelainan jaringan kolagendan pankreatitis).

2.5 Patofisiologi

Dalam keadaan normal, selalu terjadi filtrasi cairan ke dalam ronggapleura


melalui kapiler pada pleura parietalis tetapi cairan ini segeradireabsorpsi
oleh saluran limfe, sehingga terjadi keseimbangan antaraproduksi dan
reabsorpsi. Kemampuan untuk reabsorpsinya dapat meningkatsampai 20 kali.
Apabila antara produk dan reabsorpsinya tidak seimbang(produksinya
meningkat atau reabsorpsinya menurun) maka akan timbul efusi pleura.

Patofisiologi terjadinya efusi pleura tergantung pada


keseimbanganantara cairan dan protein dalam rongga pleura. Dalam keadaan
normal cairanpleura dibentuk secara lambat sebagai filtrasi melalui pembuluh
darah kapiler.Filtrasi yang terjadi karena perbedaan tekanan osmotic plasma dan
jaringaninterstitial submesotelial kemudian melalui sel mesotelial masuk
ke dalamrongga pleura. Selain itu cairan pleura dapat melalui pembuluh limfe
sekitarpleura. Pergerakan cairan dari pleura parietalis ke pleura
visceralis dapatterjadi karena adanya perbedaan tekanan hidrostatik dan
tekanan koloidosmotik. Cairan kebanyakan diabsorpsi oleh sistem
limfatik dan hanyasebagian kecil yang diabsorpsi oleh sistem kapiler
pulmonal. Hal yangmemudahkan penyerapan cairan pada pleura
visceralis adalah terdapatnyabanyak mikrovili di sekitar sel-sel mesothelial.

Bila penumpukan cairan dalam rongga pleura disebabkan


olehperadangan dan disebabkan oleh kuman piogenik akan terbentuk
pus/nanah,sehingga terjadi empiema/piotoraks. Bila proses ini mengenai
pembuluh darahsekitar pleura dapat menyebabkan hemotoraks.

Penumpukan cairan pleura dapat terjadi bila:

1. Meningkatnya tekanan intravaskuler dari pleura


meningkatkanpembentukan cairan pleura melalui pengaruh terhadap
hukum Starling.Keadaan ni dapat terjadi pada gagal jantung kanan, gagal
jantung kiridan sindroma vena kava superior.
2. Tekanan intra pleura yang sangat rendah seperti terdapat
padaatelektasis, baik karena obstruksi bronkus atau penebalan
pleuravisceralis.
3. Meningkatnya kadar protein dalam cairan pleura dapat menarik
lebihbanyak cairan masuk ke dalam rongga pleura.
4. Hipoproteinemia seperti pada penyakit hati dan ginjal
bisamenyebabkan transudasi cairan dari kapiler pleura ke arah
ronggapleura.
5. Obstruksi dari saluran limfe pada pleum parietalis. Saluran
limfebermuara pada vena untuk sistemik. Peningkatan dari tekanan
venasistemik akan menghambat pengosongan cairan limfe,
gangguankontraksi saluran limfe, infiltrasi pada kelenjar getah bening.

Efusi pleura akan menghambat fungsi paru dengan


membatasipengembangannya. Derajat gangguan fungsi dan kelemahan
bergantung padaukuran dan cepatnya perkembangan penyakit. Bila cairan
tertimbun secaraperlahan-lahan maka jumlah cairan yang cukup besar
mungkin akanterkumpul dengan sedikit gangguan fisik yang nyata.
Kondisi efusi pleura yang tidak ditangani, pada akhirnya
akanmenyebabkan gagal nafas. Gagal nafas didefinisikan sebagai
kegagalanpernafasan bila tekanan partial Oksigen (Pa O2)≤ 60 mmHg
atau tekananpartial karbondioksida arteri (Pa Co2) ≥ 50 mmHg melalui
pemeriksaananalisa gas darah.

2.6 Gambaran Klinis


Manifestasi yang muncul dari efusi pleura sangat ditentukan oleh penyakit
yang mendasarinya. Banyak pasien tidak memiliki gejala yang dapat dilacak
hanya pada efusi itu sendiri. Gejala seperti itu, jika ada, mencerminkan respons
peradangan pada pleura, pembatasan mekanika paru, atau gangguan pertukaran
gas.
Gejala paling umum yang timbul dari respon inflamasi pleura adalah nyeri
pleuritik, yang dimediasi oleh pleura parietal (pleura visceral tidak mengandung
nosiseptor atau serabut saraf nosiseptif). Rasa sakit biasanya dirasakan di daerah
kelainan patologis, dan sering dikaitkan dengan siklus pernapasan. Nyeri pleuritik
lokal seperti itu membaik atau hilang segera setelah timbul efusi pleura. Beberapa
pasien menggambarkan sensasi tekanan di dada yang difus dan menyakitkan —
terutama ketika proses patologis secara langsung melibatkan pleura parietal,
misalnya, dalam kasus empiema pleura, tumor ganas primer, atau karsinomatosis
pleura. Efusi pleura dalam situasi ini biasanya tipe eksudatif.
Gejala yang paling umum dari efusi pleura adalah dispnea. Tingkat
keparahan dispnea hanya berkorelasi longgar dengan ukuran efusi. Efusi pleura
besar mengambil ruang di dada yang biasanya diisi oleh parenkim paru dan
dengan demikian berhubungan dengan penurunan semua volume paru-paru.
Volume paru-paru juga tidak segera berubah ketika efusi pleura (bahkan yang
besar) terkuras. Perbaikan klinis yang cepat dari dispnea setelah efusi pleura
dikeringkan mungkin mencerminkan transisi ke kurva tegangan panjang otot
pernapasan yang lebih menguntungkan, terutama diafragma. Beberapa pasien
mengeluhkan batuk kering, yang dapat dijelaskan sebagai manifestasi radang
pleura atau kompresi paru akibat efusi yang banyak. Efusi pleura juga dapat
sangat mengganggu kualitas tidur.
Setelah penentuan awal apakah ada efusi pleura unilateral atau bilateral,
riwayat klinis sangat penting. Pasien harus ditanya tentang infeksi pernapasan di
masa lalu, demam, penurunan berat badan, dan malaise. Perjalanan temporal juga
sangat relevan: Apakah gejalanya muncul dengan cepat atau dalam waktu yang
lebih lama, mungkin selama beberapa minggu? Penyakit kronis apa lagi yang
diderita pasien? Informasi tentang riwayat penyakit jantung sangat penting, karena
gagal jantung kongestif adalah penyebab paling umum dari efusi pleura bilateral.
Sekitar 75% pasien dengan emboli paru dan efusi pleura mengeluh nyeri dada
pleuritik. Komponen penting terakhir dari riwayat klinis adalah obat yang saat ini
dikonsumsi dan paparan asbes sebelumnya.

2.7 Pemeriksaan Fsik


Bunyi nafas unilateral atau bilateral berkurang atau tidak ada di dasar, dan
terdapat redup pada perkusi basal. Takipnea mungkin ada jika efusinya besar.
Gesekan pleura terkadang terdengar pada tahap awal efusi parapneumonik. Dalam
praktek klinis, penentuan apakah efusi pleura bersifat uni atau bilateral umumnya
dibuat dari rontgen dada. Anamnesis dan pemeriksaan fisik berfungsi sebagai
panduan untuk pengujian lebih lanjut dan sering dapat menyarankan dengan
akurasi yang tinggi apakah terdapat transudat atau eksudat. Jika, misalnya, pasien
menunjukkan tanda-tanda klinis gagal jantung kongestif, dengan edema perifer,
takikardia, bunyi jantung ketiga, vena leher yang melebar, dan perkusi bilateral
pada dasar paru-paru, maka efusi pleura yang berasal dari jantung sangat mungkin
terjadi. mungkin, dan dengan demikian kita mungkin berurusan dengan transudat
daripada eksudat. Dalam situasi ini, sebuah keran pleura diagnostik umumnya
dapat ditiadakan, dan pengobatan penyakit yang mendasarinya adalah
pertimbangan utama.
Jika pemeriksaan mengungkapkan asites pada pasien dengan sirosis hati
yang diketahui bersama dengan bukti efusi pleura bilateral, kemungkinan
hidrotoraks hati. Situasinya berbeda ketika redupnya perkusi unilateral
menunjukkan kemungkinan efusi paru unilateral. Diagnosis banding seringkali
sulit dalam kasus seperti itu, dan kemungkinan eksudat jauh lebih tinggi.
2.8 Pemeriksaan Foto Thorax
Pemeriksaan X-ray dada dengan pasien dalam posisi tegak dandalam
decubitus lateral (berbaring) posisi di sisi letak efusi untukmendapatkan
perkiraan visual dari jumlah cairan saat ini7. Permukaancairan yang terdapat
dalam rongga pleura akan membentuk bayanganseperti kurva, dengan daerah
lateral lebih tinggi daripada bagianmedial. Bila permukaannya horizontal
dari lateral ke medial, pastiterdapat udara dalam ronga tersebut yang dapat
berasal dari luar ataudalam paru-paru itu sendiri. Cairan dalam pleura
bisa juga tidakmembentuk kurva, karena terperangkap atau terlokalisasi.
Keadaan inisering terdapat pada daerah bawah paru-paru yang berbatasan
denganpermukaan atas diafragma. Cairan ini dinamakan efusi subpulmonic.
 Posisi PA
Pada pasien dengan posisi tegak, cairan akan cenderung
untukterakumulasi pada posisi infrapulmonal jika rongga pleura tidakada
adhesi dan paru-parunya sehat, sehingga akan membentukefusi
subpulmonal yang akan menyebabkan bergesernya titiktertinggi
diafragma pada sisi yang mengalami efusi. Agar sinuscostofrenikus
tampak tumpul pada foto tegak PA, diperlukanvolume cairan lebih
dari 300cc. Pada pemeriksaan foto thorak rutin tegak, cairan
pleura berupa perselubungan homogen yang menutupi struktu paru
bawahdan biasanya radioopak dengan permukaan atas cekung dari
lateralatas ke medial bawah. Karena cairan tersebut mengisi
ruang hemithoraks, sehingga jaringan paru akan terdorong
kearahhilus/tengah, terkadang mendorong mediastinum
kearahkontralateral.
Gambar 1. Rontgen dada, tampilan posteroanterior, dengan kurva berbentuk Ellis S

Gambar 2. Efusi pleura masif dextra

 Posisi Lateral
Foto tegak lateral digunakan atas indikasi untuk
mendeteksiefusi minimal dengan volume cairan ± 75 ml.

Gambar 3. Efusi pleura pada foto tegak lateral

 Posisi Lateral Decubitus


Posisi ini paling sensitive untuk mengidentifikasi
cairanpleura yang lebih minimal yaitu sekitar 15-20 ml. Selain itu, dapat
digunakan juga untuk menentukan apakah efusi dapat
mengalirsecara bebas atau tidak sebelum dilakukan aspirasi cairan
pleuradan melihat bagian paru yang sebelumnya telah tertutup
cairansehingga kelainan yang sebelumnya terselubung dapat terlihat.

Apabila pengambilan foto toraks pasien dilakukan dalamkeadaan


berbaring (AP), maka penilaian efusi dapat dilihat dari adanya gambaran
apical cup sign.
Gambar 4. A. Foto toraks posisi supine (AP) efusi pleura hemitorakssinistra. B.
Apical cap sign, terletak di apex (panah warna orange),tampak perkabutan
dengan densits radioopak pada hemitoraks dextra.
Gambaran efusi pleura bervariasi antara lain:
1) Efusi subpulmonal
Hampir semua efusi pada awalnya terjadi berkumpul di
bawah paruantara pleura parietal yang melapisi diafragma dengan
pleura visceralislobus inferior. Gambaran diafragma pada
efusi pleura bukanmerupakan gambaran diafragma yang
sesungguhnya, melainkan cairanpleura yang terkumpul di atas
diafragma. Efusi akan menggeser titiktertinggi diafragma kearah
lateral. Pada efusi pleura subpulmonal kiriterdapat peningkatan
jarak antara udara lambung dengan udara di paru. Pada foto lateral
biasanya terdapat penumpulan sulkus kostofrenikus posterior
Gambar 5. Efusi pleura subpulmonal
2) Tanda Meniscus
Tanda ini sangat sugestif akan adanya efusi pleura. Akibat
sifatparu yang elastis, maka cairan pleura lebih tinggi dibagian
tepi. Terjadikarena adanya prinsip elastic recoil dari paru sehingga
menimbulkangambaran meniscus pada gambaran frontal, dan
bentuk huruf U yangsimetris di anterior maupun posterior pada
gambaran lateral. Untuk dapat melihat mobilitas dari cairan pleura,
pasien dapatdiposisikan lateral dekubitus, dimana bila cairan
berpindah berartitidak ada focus adhesi. Selain itu, posisi
ini juga dapat membantudalam melihat adanya efusi sebanyak
15-20 mL namun biasanya untukmelihat efusi yang minimal,
kegunaan dari posisi lateral decubitus inisudah digantikan oleh
pemeriksaan CT scan.

Gambar 6. Tanda meniscus pada efusi pleura

3) Penumpulan sudut kostofrenikus


Sulkus kostofrenikus posterior (foto lateral) menjadi
tumpul terlebih dahulu, kemudian diikuti sulkus kostrofrenikus
lateral (foto toraks tegak). Penebalan pleura juga dapat
menyebabkan penumpulan sulkus kostofrenikus, namun penebalan
pleura biasanya berbentuk ski-slope (lereng untuk ski) dan
tidak akan berubah jika terdapat perubahan posisi pasien.
Gambar 7. Foto lateral tanda panah putih menunjukan penumpulan
4) Perselubungan pada hemitoraks
Terjadi ketika rongga pleura mengandung 2L cairan pada
orangdewasa. Paru akan kolaps secara pasif. Efusi pleura yang
besar ini akanmendorong jantung dan trakea menjauhi sisi yang
terkena efusi. Padakeadaan ini, setiap kondisi patologis paru
yang terdapat padahemitoraks ipsilateral tidak akan nampak
lagi karena tertutup olehcairan efusi, sehingga dianjurkan
untuk pemeriksaan ComputedTomography (CT scan). Adanya
massa cairan massif yang menutupihemitoraks akan
menyebabkan pendorongan dari organ-organ yangdapat
bergerak (misalnya trakea, dan jantung), namun bila
disertaidengan atelektasis yang terjadi, pendorongan tersebut
dapat tidaknampak karena terkompensasi oleh penarikan akibat

adanya atelektasis tersebut.


Gambar 8. Perselubungan Hemitoraks

2.9 Pemeriksaan CT Scan

CT scan dada akan terlihat adanya perbedaan densitas cairan


denganjaringan sekitarnya. Pada CT scan, efusi pleura bebas diperlihatkan sebagai
daerah berbentuk bulan sabit di bagian yang tergangung dari hemithoraxyang
terkena. Permukaan efusi pleura memiliki gambaran cekung ke atas karena
tendensi recoil dari paru-paru. Karena kebanyakan CT pemeriksaandilakukan
dalam posisi terlentang, cairan mulai menumpuk di posteriorsulkus
kostofrenikus. Pada efusi pleura yang banyak, cairannya meluas keaspek apical
dan anterior dada juga terkadang ke fisura tersebut. Dalam posisi tengkurap atau
lateral, cairan bergeser ke arah yang tergantung dari rongga pleura.

Gambar 3. CT Scan pada efusi pleura (Kiri atas: foto rontgen thorax PA)
CT scan dapat memperlihatkan posisi dari efusi pleura dari berbagai aspekdengan
potongan coronal, axial maupun sagittal dan dapat jugamemperkirakan
jenis efusi pleura.

Gambar 4. CT Scan pada efusi pleura

CT scan dapat memperlihatkan posisi dari efusi pleura dari berbagai aspekdengan
potongan coronal, axial maupun sagittal dan dapat jugamemperkirakan
jenis efusi pleura.

 Dimensi a menunjukan jarak terlebar craniocaudal dari efusi


pleurapada CT scan potongan sagittal
 Pada gambar diatas menunjukkan dimensi b yaitu jarak
maksimumterlebar interpleural
 Dimensi c yaitu jarak maksimum antara batas medial dan lateral dariefusi
pelura
 Dimensi d yaitu efusi pleura paling bawah diukur jarak maksimalnyadan
dimensi e sama dengan dimensi c

2.10 Pemeriksaan Ultrasonography


Gambar ultrasonografi efusi pleura ditandai dengan ruang bebas gema
antara pleura visceral dan parietal. Ultrasonografi berguna dalam kasus efusi
pleura lokulasi untuk konfirmasi diagnosis dan untuk menandai lokasi
torakosentesis. Di hadapan kekeruhan hemithorax pada radiografi dada,
ultrasonografi juga membantu dalam membedakan antara lesi cair dan padat.
Karakteristik sonografi dari efusi sangat membantu dalam membedakan transudat
dari eksudat. Menurut echogenisitas internal, efusi dapat disubklasifikasikan
sebagai anechoic, nonseptated kompleks, septated kompleks, atau echogenic
homogen. Efusi biasanya berupa eksudat ketika dipisahkan atau menunjukkan
pola echogenik yang kompleks atau homogen. Pola echogenic yang padat paling
sering dikaitkan dengan efusi hemoragik atau empiema. Penebalan pleura
didefinisikan sebagai lesi echogenic fokal yang timbul dari pleura visceral atau
parietal yang lebarnya lebih dari 3 mm, dengan atau tanpa batas yang tidak teratur.
Tumor pleura adalah lesi nodular padat yang terdefinisi dengan baik, hypoechoic,
atau echogenic yang terletak di pleura parietal atau visceral. Jika rontgen dada,
efusi subpulmonal dapat dibedakan dari kumpulan cairan subphrenic dengan cara
ultrasonografi.

2.11 Diagnosis Banding


Diagnosis banding dari efusi pleura berdasarkan jenis cairannya adalah
A. Transudative Pleural Effusion.
1. Congestive heart failure
2. Cirrhosis
3. Pulmonary embolization
4. Sindroma nefrotik
5. Dialysis peritoneal
6. Superior vena cava obstruction.
7. Urinothorax
B. Exudative Pleural Effusion
1. Kanker
2. Infectious disease
a) Bacterial infections
b) Tuberculosis
c) Fungal infections
d) Viral infections
3. Pulmonary embolization
4. Gastrointestinal Disease
a) Esophageal perforation
b) Pancreatic disease
c) Diaphragmatic hernia
d) Meig’s syndrome

2.12 Tatalaksana Efusi Pleura


Efusi transudatif harus ditangani dengan mengobati gangguan medis yang
mendasarinya. Namun, terlepas dari apakah transudatif atau eksudatif, efusi
pleura refrakter yang besar yang menyebabkan gejala pernapasan parah dapat
dikeringkan untuk meredakan gejala. Pengelolaan efusi eksudatif tergantung
pada etiologi yang mendasari efusi. Pneumonia, keganasan, dan TB
menyebabkan sebagian besar efusi pleura eksudatif, dengan sisanya biasanya
dianggap idiopatik. Efusi parapneumonik yang rumit dan empiema harus
dikeringkan untuk mencegah perkembangan pleuritis fibrosa. Efusi ganas
biasanya dikeringkan untuk meredakan gejala dan mungkin memerlukan
pleurodesis untuk mencegah kekambuhan.

A. Torakosintesis
Aspirasi cairan pleura (torakosintesis) sebagai sarana
diagnostik maupun terapeutik. Pelaksanaannya lebih baik dengan
posisi duduk. Aspirasi dilakukan pada bagian bawah paru sela
iga garis aksilaris posterior dengan jarum abbocath nomor 14 atau 16.
Pengeluaran cairan pleura sebaiknya tidak melebihi 1000-1500 cc pada
setiap aspirasi.
Indikasi thoracocentesis (thoracentesis) atau pleural tap adalah untuk
mengaspirasi cairan patologis dari rongga pleura, misalnya pada kasus
efusi
pleura, empiema, atau hemothorax. Indikasi ini dapat dibedakan menjadi
tujuan diagnostik atau terapeutik. Thoracocentesis diagnostik dilakukan
untuk menganalisis etiologi penyakit, sedangkan thoracocentesis
terapeutik dilakukan untuk mengeluarkan volume cairan yang berlebih.
Efusi pleura yang membutuhkan thoracocentesis dapat disebabkan oleh
tuberkulosis, pneumonia, abses paru, trauma (hemothorax), keganasan,
gagal jantung, pulmonary veno-occlusive disease, pankreatitis, sirosis,
emboli paru, dan inflamasi pascaoperasi kardiotoraks. Untuk
mengonfirmasi adanya efusi pleura, dokter dapat melakukan rontgen
toraks, ultrasonografi (USG), atau CT scan. Sensitivitas USG dan CT scan
lebih tinggi dalam menentukan kepastian efusi pleura dan menilai volume
efusi tersebut bila dibandingkan dengan rontgen toraks.
Teknik thoracocentesis (thoracentesis) atau pleural tap dilakukan
secara aseptik dan dilakukan dengan anestesi lokal. Sedasi juga dapat
diberikan bila diperlukan. Pada thoracocentesis diagnostik yang bertujuan
untuk mencari etiologi penyakit, volume cairan yang diaspirasi biasanya
hanya sedikit. Namun, volume cairan yang diaspirasi pada thoracocentesis
terapeutik biasanya lebih besar. Persiapan Pasien yaitu Informed consent
penting dilakukan sebelum tindakan. Dalam proses informed consent,
dokter perlu menjelaskan kepada pasien atau keluarga mengenai kondisi
yang dialami, alasan mengapa thoracocentesis dibutuhkan, apa komplikasi
thoracocentesis, dan apa risiko bila tindakan tidak dilakukan. Dokter juga
dapat menjelaskan langkah prosedur yang akan dilakukan dan alternatif
tindakan lain.
Komplikasi yang paling umum terjadi pada thoracocentesis atau
pleural tap adalah pneumothorax. Selain itu, dapat terjadi reakumulasi
cairan, nyeri, perdarahan, infeksi, dan edema paru. Edema paru biasanya
terjadi akibat aspirasi cairan yang terlalu banyak atau terlalu cepat. Oleh
karena itu, aspirasi biasanya disarankan tidak melebihi 1.5 liter per kali.
Komplikasi lain yang mungkin terjadi adalah hemothorax, cedera
neurovaskular, cedera diafragma, dan cedera organ seperti hepar dan lien
bila pungsi terlalu rendah. Pada kasus keganasan, ada risiko seeding tumor
saat jarum bergerak masuk ke dalam rongga pleura. Pada kasus infeksi
(misalnya abses dinding dada), ada risiko seeding infeksi ke rongga pleura
yang menimbulkan empiema. Perdarahan paling sering disebabkan oleh
laserasi arteri interkostal posterior. Karena itu, titik penusukan harus
dilakukan tepat di atas tulang iga untuk mencegah cedera arteri interkostal
posterior tersebut.

Thoracocentesis harus dilakukan pada semua pasien dengan lebih dari


efusi pleura minimal (yaitu, lebih besar dari 1 cm pada radiografi
dekubitus lateral, ultrasonografi, atau CT) yang tidak diketahui asalnya.
Aspirasi tidak boleh dilakukan untuk efusi bilateral dalam pengaturan
klinis sangat sugestif dari transudat pleura, kecuali ada fitur atipikal atau
pasien gagal untuk menanggapi terapi.32 Ketukan pleura diagnostik
dengan pemeriksaan biokimia, sitologi, dan mikrobiologi cairan
diperlukan untuk diagnosis yang benar

Pungsi diagnostik efusi pleura untuk mendapatkan sejumlah kecil


cairan (kira-kira 50 mL) selalu diindikasikan bila penyebab efusi tidak
jelas. Tusukan untuk mendapatkan volume yang lebih besar diindikasikan
untuk meredakan gejala terkait efusi, seperti dispnea. Thoracentesis tepat
waktu atau penyisipan drainase pleura diperlukan jika efusi pleura besar
dan menyebabkan dekompensasi pernapasan atau jantung. Efusi pada
pasien dengan pneumonia harus disadap untuk menyingkirkan empiema
pleura.

Pasien dengan efusi pleura bilateral tidak selalu membutuhkan


diagnosis atau terapi tap, penyakit yang mendasari yang telah
diidentifikasi (gagal jantung kongestif, sindrom nefrotik, dll) harus diobati.
Tusukan diagnostik diindikasikan jika pasien mengalami nyeri dada
pleuritik, gejala yang tidak sebanding dengan ukuran efusi, atau kurangnya
respons terhadap pengobatan yang tidak dapat dijelaskan

BAB III
PENUTUP

Efusi pleura adalah penimbunan cairan di dalam rongga pleura


akibat transudasi atau eksudasi yang berlebihan dari permukaan pleura.
Efusi pleura bukan merupakan suatu penyakit, akan tetapi merupakan
tanda suatu dari suatu penyakit. Akibat adanya carian yang cukup banyak
dalam rongga pleura, maka kapasitas paru akan berkurang dan di samping
itu juga menyebabkan pendorongan organ-organ mediastinum, termasuk
jantung. Hal ini mengakibatkan insufisiensi pernafasan dan juga dapat
mengakibatkan gangguan pada jantung dan sirkulasi darah.
Manifestasi klinis muncul sesuai dengan yang disebabkan oleh
penyakit dasar. Pneumonia akan menyebabkan demam, menggigil, dan
nyeri dada pleuritis, sementara efusi malignan dapat mengakibatkan
dispnea dan batuk. Ukuran efusi akan menentukan keparahan gejala. P ada
kebanyakan penderita umumnya asimptomatis atau memberikan gejala
demam, ringan ,dan berat badan yang menurun seperti pada efusi yang
lain. Efusi pleura harus segera mendapatkan tindakan pengobatan karena
cairan pleura akan menekan organ-organ vital dalam rongga dada.

Anda mungkin juga menyukai