EFUSI PLEURA
Oleh :
Riki Nur Taufiq
21801101037
Pembimbing:
dr. Deddy Sasongko, Sp.P
Referat ini membahas terkait Efusi Pleura yang mencakup anamnesis hingga
tatalaksana secara holistik tekait penyakit tersebut.
Kami menyadari dalam referat ini belum sempurna secara keseluruhan oleh
karena itu kami dengan tangan terbuka menerima masukan-masukan yang
membangun sehingga dapat membantu dalam penyempurnaan dan pengembangan
penyelesaian laporan selanjutnya.
Demikian pengantar kami, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua.
Aamiin.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
2.2 Etiologi
efusi pleura dapat diakibatkan oleh infeksi dan non infeksi. Penyebab
infejsi antara lain infeksi tuberkulosis dan non tuberkulosis, sedangkan penyebab
non infeksi adalah hipoproteinnemia, neoplasma, trauma dan kelainan sirkulasi.
Efusi [leura dapat disebabkan oleh gangguan keseimbangan antara produksi dan
absorbsi, meningkatkan tekanan darah jantung, perubahan pada tekanan osmotik
dan hyperemia akibat inflamasi. Efusi pleura sering mencerminkan penyakit pada
tempat lainkemudia menyebar hingga ke rongga pleura dengan proses infeksi,
inflamasi, metastsis atau edema. Cairan yang keluar masuk dari rongga pleura
terjadi karena perbedan tekanan yang muncul akibat gerakan pernapasandan aliran
darah. namun, banyaknya proses seluler yang aktif menyebabkan cairan masuk ke
rongga pleura secara berlebih. Penyebabnya dapat secara genetik, lingkungan,
serta infeksi yang menyebar ke pleura.
Terdapat dua tipe penyebab utama dari efusi pleura yaitu efusi pleura
transudatif dan eksudatif. Efusi pleura transudatif disebabkan karena kombinasi
dari peningkatan tekanan hidrostatik atau berkurangnya tekanan onkotik kapiler,
seprti pada penyakit gagal jantung, sirosis hati, dan sindrom nefrotik. Sedangakan
efusi pleura eksudatif disebabkan oleh proses lokal yang menyebabkan perubahan
pada pembentukan dan penyerapan cairan pleura. Peningakatan permeabilitas
kapiler mengakibatkan eksudasi cairan protein , sel dan kompenen serum lainya.
Efusi pleura eksudatif disebabkan oleh infeksi seperti pneumonia, TBC, virus,
jamur, parasit dan abses.
2.3 Epidemiologi
2.4 Klasifikasi
a) Transudat
Terjadi karena ketidakseimbangan tekanan onkotik dan
hidrostatik.
Diakibatkan adanya penurunan tekanan onkotik (sindroma
nefrotik atausirosis hepatis).
Protein < 3 gr/dL, biasanya bilateral akibat
peningkatan tekananhidrostatik (gagal jantung atau ginjal)
b) Eksudat
Cairan yang terbentuk melalui membrane kapiler yang
permeabelnyaabnormal dan berisi protein berkonsentrasi tinggi
dibandingkan proteintransudate.
Hasil dari peradangan pleura atau drainase limfatik yang
menurun.
Protein > 3 gr/dL, yang diakibatkan adanya peningkatan
permeabilitaskapiler (infeksi, empyema, keganasan, darah,
kelainan jaringan kolagendan pankreatitis).
2.5 Patofisiologi
Posisi Lateral
Foto tegak lateral digunakan atas indikasi untuk
mendeteksiefusi minimal dengan volume cairan ± 75 ml.
Gambar 3. CT Scan pada efusi pleura (Kiri atas: foto rontgen thorax PA)
CT scan dapat memperlihatkan posisi dari efusi pleura dari berbagai aspekdengan
potongan coronal, axial maupun sagittal dan dapat jugamemperkirakan
jenis efusi pleura.
CT scan dapat memperlihatkan posisi dari efusi pleura dari berbagai aspekdengan
potongan coronal, axial maupun sagittal dan dapat jugamemperkirakan
jenis efusi pleura.
A. Torakosintesis
Aspirasi cairan pleura (torakosintesis) sebagai sarana
diagnostik maupun terapeutik. Pelaksanaannya lebih baik dengan
posisi duduk. Aspirasi dilakukan pada bagian bawah paru sela
iga garis aksilaris posterior dengan jarum abbocath nomor 14 atau 16.
Pengeluaran cairan pleura sebaiknya tidak melebihi 1000-1500 cc pada
setiap aspirasi.
Indikasi thoracocentesis (thoracentesis) atau pleural tap adalah untuk
mengaspirasi cairan patologis dari rongga pleura, misalnya pada kasus
efusi
pleura, empiema, atau hemothorax. Indikasi ini dapat dibedakan menjadi
tujuan diagnostik atau terapeutik. Thoracocentesis diagnostik dilakukan
untuk menganalisis etiologi penyakit, sedangkan thoracocentesis
terapeutik dilakukan untuk mengeluarkan volume cairan yang berlebih.
Efusi pleura yang membutuhkan thoracocentesis dapat disebabkan oleh
tuberkulosis, pneumonia, abses paru, trauma (hemothorax), keganasan,
gagal jantung, pulmonary veno-occlusive disease, pankreatitis, sirosis,
emboli paru, dan inflamasi pascaoperasi kardiotoraks. Untuk
mengonfirmasi adanya efusi pleura, dokter dapat melakukan rontgen
toraks, ultrasonografi (USG), atau CT scan. Sensitivitas USG dan CT scan
lebih tinggi dalam menentukan kepastian efusi pleura dan menilai volume
efusi tersebut bila dibandingkan dengan rontgen toraks.
Teknik thoracocentesis (thoracentesis) atau pleural tap dilakukan
secara aseptik dan dilakukan dengan anestesi lokal. Sedasi juga dapat
diberikan bila diperlukan. Pada thoracocentesis diagnostik yang bertujuan
untuk mencari etiologi penyakit, volume cairan yang diaspirasi biasanya
hanya sedikit. Namun, volume cairan yang diaspirasi pada thoracocentesis
terapeutik biasanya lebih besar. Persiapan Pasien yaitu Informed consent
penting dilakukan sebelum tindakan. Dalam proses informed consent,
dokter perlu menjelaskan kepada pasien atau keluarga mengenai kondisi
yang dialami, alasan mengapa thoracocentesis dibutuhkan, apa komplikasi
thoracocentesis, dan apa risiko bila tindakan tidak dilakukan. Dokter juga
dapat menjelaskan langkah prosedur yang akan dilakukan dan alternatif
tindakan lain.
Komplikasi yang paling umum terjadi pada thoracocentesis atau
pleural tap adalah pneumothorax. Selain itu, dapat terjadi reakumulasi
cairan, nyeri, perdarahan, infeksi, dan edema paru. Edema paru biasanya
terjadi akibat aspirasi cairan yang terlalu banyak atau terlalu cepat. Oleh
karena itu, aspirasi biasanya disarankan tidak melebihi 1.5 liter per kali.
Komplikasi lain yang mungkin terjadi adalah hemothorax, cedera
neurovaskular, cedera diafragma, dan cedera organ seperti hepar dan lien
bila pungsi terlalu rendah. Pada kasus keganasan, ada risiko seeding tumor
saat jarum bergerak masuk ke dalam rongga pleura. Pada kasus infeksi
(misalnya abses dinding dada), ada risiko seeding infeksi ke rongga pleura
yang menimbulkan empiema. Perdarahan paling sering disebabkan oleh
laserasi arteri interkostal posterior. Karena itu, titik penusukan harus
dilakukan tepat di atas tulang iga untuk mencegah cedera arteri interkostal
posterior tersebut.
BAB III
PENUTUP