Anda di halaman 1dari 28

EFUSI PLURA

Dr. Ns. Elysabeth Sinulingga,


M.Kep., Sp.Kep.MB
Tujuan pembelajaran
Setelah pembelajaran diharapkan mahasiswa mampu: 
1. Menganalisis patofisiologi, farmakologi dan terapi diet.
2. Menyusun rencana asuhan keperawatan secara komprehensif
meliputi bio-psiko-sosio-spiritual, termasuk perawatan komplementer.
3. Mengidentifikasi dan mempersiapkan pasien yang akan dilakukan
pemeriksaan diagnostik dan laboratorium
4. Mengidentifikasi, mempersiapkan dan menyusun asuhan
keperawatan pada pasien terpasang WSD
5. Menyusun perencanaan pulang bagi pasien
Tahapan Pembelajaran
1. Anatomi dan Fisiologi
2. Pengkajian
3. Diagnosa Keperawatan
4. Planning
5. Implementasi & Evaluasi
6. WSD
Anatomi dan Fisologi
• Kondisi yang ditandai penumpukan cairan
diantara dua lapisan pleura.
• Pleura merupakan membran yang memisahkan
paru-paru dengan dinding dada bagian dalam
• Cairan yang diproduksi pleura ini
sebenarnya berfungsi sebagai pelumas
yang membantu kelancaran pergerakan
paru-paru ketika bernapas. Namun ketika
cairan tersebut berlebihan dan menumpuk,
maka bisa menimbulkan gejala-gejala
tertentu
Pengertian
• Efusi pleura akan terjadi perbedaan tekanan yang timbul akibat gerakan
pernafasan dan aliran darah, namun banyaknya proses seluler yang aktif
menyebabkan cairan yang masuk ke rongga pleura secara berlebihan (Puspita et
al, 2017).
• Efusi pleura merupakan manifestasi sekunder dari berbagai banyak penyakit,
jarang merupakan penyakit primer (Dwianggita, 2016)
• Efusi pleura timbul karena berbagai macam sebab, antara lain truma metabolik,
kardiak, infeksi, defek genetik dan neoplasma (Damanik dan Imawati, 2016).
• Cairan pleura dalam keadaan normal masuk ke dalam rongga pleura dari
kapiler-kapiler di pleura parietal dan diserap melalui pembuluh limfe yang
berada di pleura viseral. Cairan juga bisa masuk ke rongga pleura melalui
rongga intersisial paru melalui pleura viseral melalui celah sempit yang ada di
diafragma (Loscalzo, 2015).
Etiologi
TRANSUDATIF
• Meningkatnya tekanan dalam pembuluh darah atau
rendahnya kadar protein dalam darah. Hal ini
mengakibatakan cairan merembes ke lapisan pleura

EKSUDATIF
• Peradangan, cedera pada paru-paru, tumor dan
penyumbatan pembuluh darah atau pembuluh getah
bening
• Penyebab paling umum dari eksudat adalah peningkatan cairan interstitial
paru, peningkatan permeabilitas kapiler, peningkatan kadar protein cairan
pleura dan penurunan reabsorbsi oleh limfatik (Pratomo & Yunus, 2013).
• Ukuran transudat dibatasi oleh tekanan struktural dan pelebaran
kandungan protein cairan, jika terjadi luka, cairan akan cepat diserap dan
penyembuhan selesai tanpa meninggalkan jaringan parut (Millard dan
Pepper, 2013)
• Kadar total protein dalam cairan pleura normalnya 1 – 2 g/dL, pada
elektroforesis cairan pleura menunjukan bahwa kadar protein cairan
pleura setara dengan protein serum (Pratomo dan Yunus, 2013). Pembeda
dari cairan transudat dan eksudat adalah kadar > 3 g/dL protein
menunjukkan eksudat (Alsagaff dan Mukty, 2008).
• Kadar protein didalam serum normalnya 6 – 8 g/dL terdiri dari albumin
dan globulin, dimana total protein serum lebih mudah dan akurat dari pada
penentuan jenis protein lain ( Baron, 1995; Soekarti et al, 2013).
• Kadar total protein terbagi menjadi 2 bagian yaitu pada cairan
pleura memiliki nilai 1 - 2 g/dL dan serum memiliki nilai 6 - 8
g/dL. Perbandingan kadar total protein serum dengan rasio
serum dan cairan sebagai berikut: dalam serum memiliki kadar
normal 6 – 8 g/dL sedangakan rasio total protein dikatakan
transudat jika kadarnya < 0,5 dan eksudat > 0,5 (Frances dan
Widman, 1995; Wirawan, 2015)
Patofisologi
Pada orang normal, cairan di rongga pleura sebanyak 1- 20 ml, cairan
di rongga pleura jumlahnya tetap karena terjadi keseimbangan
antara produksi oleh pleura parietal dan absorbsi oleh pleura viseral.
Keseimbangan dapat di pertahankan antara tekanan hidrostatik
pleura parietalis sebesar 9 cm H2O dan tekanan koloid osmotik pleura
viseralis 10 cm H2O ( Alsagaff dan Mukty, 2008).
Pasien dengan efusi pleura terjadi gagal jantung, jantung tidak dapat
memompakan darah secara maksimal keseluruh tubuh, terjadilah
peningkatan hidrostatik kapiler yang menyebabkan hipertensi kapiler
sistemik. Cairan yang berada di dalam pembuluh darah akan bocor
dan masuk ke dalam pleura (Soemantri, 2008).
Keadaan patologis, efusi pleura disebabkan oleh
(Soemantri, 2008; Alsagaff dan Mukty, 2008) :
1. Meningkatnya tekanan hidrostatik di pembuluh darah ke jantung (gagal
jantung) dan atelektasis.
2. Menurunnya tekanan osmotik koloid plasma ( hipoalbuminemia ).
3. Meningkatnya permeabilitas kapiler (peradangan, neoplasma, infeksi).
4. Berkurangnya absorbsi limfatik
Terjadinya Pleura Efusion
1. Efusi pleura merupakan terkumpulnya cairan pleura yang abnormal
didalam rongga pelura. Efusi pleura timbul karena trauma, kardiak, infeksi,
defek genetik, dan neoplasma.
2. Mekanisme yang berkaitan dengan pertukaran cairan adalah transkapiler
dan limfatik. Cairan dikeluarkan oleh tekanan osmotik dari protein plasma
dikurangi cairan tekanan osmotik pleura memberikan pergerakan ke ruang
pleura. Mekanisme limfatik dimana cairan akan dikeluarkan oleh limfatik
sub pleural melalui stomata di pleura parietal.
Lanjutan
3. Timbulnya efusi pleura disebabkan oleh gangguan reabsorbsi cairan,
peningkatan tekanan hidrostatik, penurunan tekanan osmotik koloid plasma,
peningkatan permeabilitas kapiler. Transudat akibat proses bukan radang dan
eksudat akibat peradangan.
4. Protein total merupakan plasma protein yang salah satunya disintesis di
parenkim hati. Protein terdiri dari albumin, globulin dan fibrinogen. Penurunan
salah satu komponen protein, sintesis albumin akan menurun saat keganasan dan
infeksi. Peningkatan globulin terjadi saat infeksi bakteri atau parasit. Kehilangan
protein penanda fungsi ginjal terganggu.
5. Cairan transudat dan eksudat pada pleura dipengaruhi oleh perubahan
sirkulasi dan memiliki konsentrasi protein yang menjadi pembeda.
Elektroforesis cairan pelura menunjukkan kadar protein pleura sama dengan
kadar protein serum, namun pada cairan pleura albumin akan lebih tinggi.
Efusi pleura eksudatif penyebabkan peningkatan permeabilitas kapiler yang
tidak semua bisa diketahui, kemungkinan bersar berasal dari racun bakteri
dan endapan komplek imun yang mengarah inflamasi.
Pengkajian
Gejala-gejala efusi pelura antara lain adalah:
• nyeri dada saat menarik dan membuang napas, 
• batuk, 
• demam,  
• dan sesak napas.  Gejala biasanya terasa jika efusi pleura sudah
memasuki level menengah hingga parah, atau
terjadi peradangan. 

Jika penumpukan cairan masih tergolong ringan


biasanya penderita tidak akan merasakan gejala
apa-apa.
Faktor Risiko

• Sejumlah faktor risiko dapat meningkatkan risiko


seseorang  untuk menderita efusi pleura. Di antaranya
adalah memiliki riwayat tekanan darah tinggi
(hipertensi), merokok, mengonsumsi minuman
beralkohol, dan terkena paparan debu asbes.
• EFUSI 
• PLEURA

PEMERIKSAAN FISIK Diagnosis Efusi pleura


Menggunakan stetoskop atau perkusi dada setelah sebelumnya
mengumpulkan keterangan dari pasien perihal gejala yang
dirasakan dan riwayat penyakit yang diderita (wawancara)
PROSEDUR DIAGNOSTIK

Apabila dokter mencurigai pasien terkena efusi pleura,


pemeriksaan lanjutan secara lebih detail bisa dilakukan
melalui sejumlah prosedur pemindaian, seperti foto Rontgen
dada, USG, dan CT scan pada dada TORACENTESIS & WSD

Jika terdeteksi adanya efusi pleura, tindakan thoracocentesis atau punksi pleura dapat
dilakukan untuk memeriksa jenis cairan. Tindakan tersebut adalah mengambil sampel
cairan melalui jarum yang ditusukkan ke dalam rongga pleura melalui sela tulang iga.
Kemudian cairan pleura ini dianalisis di laboratorium.
HASIL PENGKAJIAN

•Aktivitas/Istirahat: Napas pendek, kelelahan, dispnea saat


beraktivitas/istirahat
•Sirkulasi: takikardi, nadi ireguler, disritmia, bunyi S3/S4/gallop (heart
failure). Pergesaran PMI (point maksimal impulse). Blood Presure
(hipo/hipertensi), distensi vena jugularis.
•Integritas Ego: Cemas, gelisah, mudah tersinggung.
•Nyeri/Ketidaknyamanan: nyeri dada unilateral, meningkat saat
bernapas, batuk dan pergerakan
HASIL PENGKAJIAN

•Nyeri/Ketidaknyamanan:  rasa nyeri menusuk tajam yang diperparah


dengan napas dalam dan menyebar ke leher, bahu dan abdomen. Perilaku:
wajah tampak meringis, menjaga area yang nyeri/terkena.
•Respirasi:  riwayat operasi dada/trauma, penyakit paru kronis,
peradangan paru/infeksi; penyakit keganasan, batuk, kesulitan bernapas.
Takipnea, penggunaan otot aksesori di dada, leher, retraksi interkostal,
suara napas menurun sampai tidak ada, fremitus menurun pada lokasi
yang terlibat
Pemeriksaan Diagnostik
Diagnosis Keperawatan
• Ketidakefektifan pola napas
• Gangguan pertukaran gas
• Nutrisi kurang dari kebutuhan
• Risiko (penyebaran/reaktivasi) infeksi
• Intoleransi aktivitas
• Nyeri akut
• Risiko deficit volume cairan
• Cemas/takut
• Kurang Pengetahuan
Planning (Rencana Asuhan keperawatan)
• Tujuan
• Kriteria Hasil: SMART (spesifik, measurable, Achievable,
Reasonable, Time)
• Intervensi
Implementasi & Evaluasi
• Airway Management
• Acid-Base Management
• Pain management
• Edukasi: proses penyakit • Terapi nutrisi
• Respiratory monitoring • Management cairan
• Oksigen terapi • Respiratory
• Infection control management
• Energy management • Tube care: chest
PENGOBATAN EFUSI PLEURA

•Karena efusi pleura timbul sebagai komplikasi dari penyakit-penyakit lain, maka pengobatan yang harus
dilakukan pun adalah dengan cara menyembuhkan kondisi-kondisi yang menyebabkannya.
 
•Contoh yang bisa diambil di sini adalah pengobatan kanker dengan radioterapi dan kemoterapi, atau
pengobatan pneumonia dengan antibiotik.
Lanjutan
1. Prosedur thoracocentesis atau punksi pleura selain untuk mengambil
sampel cairan pleura untuk dianalisis, juga dapat untuk mengeluarkan
cairan pleura dengan volume besar.

2. Pemasangan selang plastik khusus (chest tube) selama beberapa hari ke


dalam rongga pleura melalui bedah torakotomi
3. Pemasangan kateter secara jangka panjang lewat kulit ke dalam ruang
pleura (pleural drain), untuk efusi pleura yang terus muncul.
4. Penyuntikan zat pemicu iritasi (misalnya talk, doxycycline, atau
bleomycin) ke dalam ruang pleura melalui selang khusus guna mengikat
kedua lapisan pleura, sehingga rongga pleura tertutup. Prosedur yang
dinamakan pleurodesis ini biasanya diterapkan untuk mencegah efusi
pleura yang kerap kambuh.
lanjutan

• Selain prosedur-prosedur yang bertujuan mengeluarkan dan mencegah cairan


pleura terakumulasi kembali, prosedur untuk mengangkat jaringan-jaringan
yang tidak sehat atau telah mengalami peradangan juga bisa dilakukan
apabila dampak kerusakan efusi pleura telah mencapai tahap tersebut. 

• Pengangkatan jaringan ini bisa dilakukan melalui bedah torakoskopi (tanpa


membuka rongga dada) atau torakotomi (dengan membuka rongga dada).
Terimakasih

• Lanjutan Perawatan WSD

Anda mungkin juga menyukai