Anda di halaman 1dari 7

Dispnea adalah keluhan yang sering memerlukan penanganan darurat tetapi intensitas dan tingkatannya sendiri dapat berupa

rasa tidak nyaman di dada yang bisa membaik sendiri: yang membutuhkan bantuan napas yang serius sampai yang fatal. Pasien dengan sesak napas biasanya memiliki satu dari keadaan ini yaitu: (1) penyakit kardiovaskular, (2) emboli paru, (3) penyakit paru interstisial atau alveolar, (4) gangguan dinding dada atau otot-otot, (5) penyakit obstruktif paru, (6) kecemasan. Sumber penyebab dispnea termasuk (1) reseptor mekanik pada otot pernapasan, paru, dan dinding dada, (2) kemoreseptor untuk tegangan CO2 dan O2, (3) peningkatan kerja pernapasan yang mengakibatkan rasa sesak, dan (4) ketidakseimbangan antara kerja pernapasan dengan kapasitas ventilasi. (Wilson, 2005; Amin, 2007)

Sensasi sesak napas karena kesulitan menghirup O2, yg disebabkan oleh beberapa kelainan diantaranya karena

Gagal jantung kongestif Saluran napfas yg obstruktif Pada dinding torak, otot saraf, otot pernapasa dan parenchyma paru mengalami restriktif Gangguan sentral (intoksikasi,metabolisme psikosomatik, neurosis, anxiety)

PNEUMOTORAKS

Definisi : Adanya udara yang terperangkap di rongga pleura. Pneumotoraks akan meningkatkan tekanan negatif intrapleura sehingga mengganggu proses pengembangan paru. Terjadi karena trauma tumpul atau tembus toraks. Dapat pula terjadi karena perlukaan pleura viseral (barotrauma), atau perlukaan pleura mediastinal (trauma trakheobronkhial) Diklasifikasikan menjadi 3 : simpel, tension, open

Pneumotoraks Simpel Adalah pneumotoraks yang tidak disertai peningkatan tekanan intra toraks yang progresif. Ciri:

Paru pada sisi yang terkena akan kolaps (parsial atau total) Tidak ada mediastinal shift PF: bunyi napas , hyperresonance (perkusi), pengembangan dada

Penatalaksanaan: WSD

Pneumotoraks Tension Adalah pneumotoraks yang disertai peningkatan tekanan intra toraks yang semakin lama semakin bertambah (progresif). Pada pneumotoraks tension ditemukan mekanisme ventil (udara dapat masuk dengan mudah, tetapi tidak dapat keluar). Ciri:

Terjadi peningkatan intra toraks yang progresif, sehingga terjadi : kolaps total paru, mediastinal shift (pendorongan mediastinum ke kontralateral), deviasi trakhea venous return hipotensi & respiratory distress berat. Tanda dan gejala klinis: sesak yang bertambah berat dengan cepat, takipneu, hipotensi, JVP , asimetris statis & dinamis Merupakan keadaan life-threatening tdk perlu Ro

Penatalaksanaan: 1. Dekompresi segera: large-bore needle insertion (sela iga II, linea mid-klavikula) 2. WSD

Open Pneumothorax Terjadi karena luka terbuka yang cukup besar pada dada sehingga udara dapat keluar dan masuk rongga intra toraks dengan mudah. Tekanan intra toraks akan sama dengan tekanan udara luar. Dikenal juga sebagai sucking-wound Terjadi kolaps total paru.

Penatalaksanaan: 1. 2. 3. 4. Luka tidak boleh ditutup rapat (dapat menciptakan mekanisme ventil) Pasang WSD dahulu baru tutup luka Singkirkan adanya perlukaan/laserasi pada paru-paru atau organ intra toraks lain. Umumnya disertai dengan perdarahan (hematotoraks)

Water Sealed Drainage

Fungsi WSD sebagai alat: 1. Diagnostik 2. Terapetik 3. Follow-up

Tujuan: 1. Evakuasi darah/udara 2. Pengembangan paru maksimal 3. Monitoring

Indikasi pemasangan:

Pneumotoraks Hematotoraks Empiema Effusi pleura lainnya Pasca operasi toraks Monitoring perdarahan, kebocoran paru atau bronkhus, dsb.

Tindakan :

Lokasi di antara garis aksilaris anterior dan posterior pada sela iga V atau VI. Pemasangan dengan teknik digital tanpa penggunaan trokar.

Indikasi pencabutan WSD : 1. Tercapai kondisi: produksi < 50 cc/hari selama 3 hari berturut-turut, dan undulasi negatif atau minimal, dan pengembangan paru maksimal. 2. Fungsi WSD tidak efektif lagi (misal: adanya sumbatan, clot pada selang, dsb.)

EMFISEMA SUBKUTIS Dapat disebabkan olch adanya cedera saluran pernafasan atau segmen fraktur iga yang merobek paru-paru dan dapat disertai dcngan adanya pneutoraks maupun pneutoraks desakan Penatalaksanaan Emfisema subkutis yang tcrbatas di daerah toraks tidak memerlukan tindakan karena dapat diabsorbsi dalam 2 hingga 4 minggu; bila terdapat penumotoraks dilakukan pemasangan water seal drainage. Emfisema subkutis yang luas harus dicurigai disebabkan cedera dari saluran pernafasan yang mungkin memerlukan tindakan torakotomi untuk memperbaiki
ASITES Asites adalah penumpukan cairan dalam rongga perut. Cairan itu terjadi karena berbagai penyakit kronik yang mendasarinya. Penyakit kronik yang paling sering adalah penurunan fungsi liver yang kronik (sirosis hati). Penyakit lain yang dapat menimbulkan asites ini adalah penyakit yang menyebabkan kadar protein albumin turun dari dalam darah, gagal jantung, kuman tuberkulosa dalam rongga perut,kanker yang menyebar ke dalam rongga perut. Keluahan yang dirasakan pada penderita dengan asites ini sangat bergantung pada jumlah ciran asitesnya, bila masih sedikit tidak ada keluhan, tetapi bila sudah dalam jumlah banyak mulai timbul keluhan yakni rasa perut berat, sesak dan tegang permukaan perut. Pemeriksaan yang dilakukan untuk mendeteksi adanya asites ini cukup sederhana yakni dengan pemeriksaan fisik tangan seorang dokter biasanya sudah ketahuan, bila asitesnya sangat sedikit dengan bantuan alat USG baru terdeteksi. Pengobatan asites ini adalah dengan cara dikeluarkan cairan tersebut sekaligus dilakukan analisa cairan asites untuk mendeteksi sel, kultur kuman dan analisa kimia (kadar protein-nya). Cara mengeluarkan cairan asites adalah dengan pungsi (dialirkan cairan dari dalam perut dengan bantuan jarum suntik). Pengobatan definitif adalah dengan mengobati penyakit yang mendasari terjadinya asites.

Asites DEFINISI Asites adalah pengumpulan cairan di dalam rongga perut. PENYEBAB Asites cenderung terjadi pada penyakit menahun (kronik). Paling sering terjadi pada sirosis, terutama yang diisebabkan oleh alkoholisme.

Asites juga bisa terjadi pada penyakit non-hati, seperti kanker, gagal jantung, gagal ginjal dan tuberkulosis. Pada penderita penyakit hati, cairan merembes dari permukaan hati dan usus. Hal ini dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut: - hipertensi portal - menurunnya kemampuan pembuluh darah untuk menahan cairan - tertahannya cairan oleh ginjal - perubahan dalam berbagai hormon dan bahan kimia yang mengatur cairan tubuh. Penyebab asites: 1. Kelainan di hati - Sirosis, terutama yang disebabkan oleh alkoholisme - Hepatitis alkoholik tanpa sirosis - Hepatitis menahun - Penyumbatan vena hepatik 2. Kelainan diluar hati - Gagal jantung - Gagal ginjal, terutama sindroma nefrotik - Perikarditis konstriktiva - Karsinomatosis, dimana kanker menyebar ke rongga perut - Berkurangnya aktivitas tiroid - Peradangan pankreas. GEJALA Jika jumlah cairan yang terkumpul tidak terlalu banyak, biasanya tidak menunjukkan gejala. Jumlah cairan yang sangat banyak bisa menyebabkan pembengkakan perut dan rasa tidak nyaman, juga sesak nafas. Jumlah cairan yang sangat banyak, menyebabkan perut tegang dan pusar menjadi datar, bahkan terdorong keluar. Pada beberapa penderita, pergelangan kaki juga membengkak (edema). DIAGNOSA Pada pemeriksaan perkusi perut, akan terdengar suara tumpul (teredam). USG digunakan untuk mengetahui adanya asites dan menemukan penyebabnya. Parasintesis diagnostik dilakukan untuk memperoleh contoh cairan yang selanjutnya akan diperiksa di laboratorium. PENGOBATAN

Pengobatan dasar dari asites adalah tirah baring dan diet rendah garam, yang biasanya dikombinasikan dengan obat diuretik supaya cairan yang dibuang melalui ginjal lebih banyak jumlahnya. Jika terjadi sesak nafas atau susah makan, dilakukan parasintesis terapeutik, dimana dimasukkan jarum untuk membuang cairan yang terkumpul. Tetapi cairan cenderung akan terkumpul kembali, jika tidak diberikan obat diuretik. Sejumlah besar albumin sering ikut terbuang ke dalam cairan perut, sehingga mungkin diperlukan pemberian albumin intravena (melalui pembuluh darah). Kadang terjadi infeksi dalam cairan asites, terutama pada sirosis alkoholik. Infeksi ini disebut peritonitis bakterialis spontan, diobati dengan antibiotik.

Analisis cairan asites : 1. Perbedaan kadar albumin serum-asites (SAAG) 2. Kadar amilase, meningkat pada asites gangguan pankreas. 3. Kadar trigliserida meningkat pada chylous asites. 4. Lekosit lebih dari 350/mikroliter merupakan tanda infeksi. Dominasi polimorfonuklear, kemungkinan infeksi bakteri. Dominasi mononuklear, kemungkinan infeksi tuberkulosis atau jamur. 5. Eritrosit lebih dari 50.000/mikroliter menimbulkan dugaan malignancy, tuberkulosis atau trauma. 6. Pengecatan gram dan pembiakan untuk konfirmasi infeksi bakterial. 7. Apabila pH < 7: tanda suatu infeksi bakterial. 8. Pemeriksaan sitologis pada keganasan.

ERAPI Penanganan asites tergantung dari penyebabnya, diuretik dan diet rendah garam sangat efektif pada asites karena hipertensi portal. Pada asites karena inflamasi atau keganasan tidak memberi hasil. Restriksi cairan diperlukan bila kadar natrium turun hingga < 120 mmol perliter. Obat Kombinasi spironolakton dan furosemid sangat efektif untuk mengatasi asites dalam waktu singkat. Dosis awal untuk spironolakton adalah 1-3 mg/kg/24 jam dibagi 2-4 dosis dan furosemid sebesar 1-2 mg/kgBB/dosis 4 kali/hari, dapat ditingkatkan sampai 6 mg/kgBB/dosis. Pada asites yang tidak memberi respon dengan pengobatan diatas dapat dilakukan cara berikut : 1. Parasentesis 2. Peritoneovenous shunt LeVeen atau Denver

3. Ultrafiltrasi ekstrakorporal dari cairan asites dengan reinfus Paracentesis Pengambilan cairan untuk mengurangi asites masif yang aman untuk anak adalah sebesar 50 cc/kg berat badan. Disarankan pemberian 10 g albumin intravena untuk tiap 1 liter cairan yang diaspirasi untuk mencegah penurunan volume plasma dan gangguan keseimbangan elektrolit. Monitoring Rawat inap diperlukan untuk memantau peningkatan berat badan serta pemasukan dan pengeluaran cairan. Pemantauan keseimbangan natrium dapat diperkirakan dengan monitoring pemasukan (diet, kadar natrium dalam obat dan cairan infus) dan produksi urin. Keseimbangan Na negatif adalah prediktor dari penurunan berat badan. Keberhasilan manajemen pasien dengan asites tanpa edema perifer adalah keseimbangan Na negatif dengan penurunan berat badan sebesar 0,5 kg per hari. Diet Restriksi asupan natrium (garam) 500 mg/hari (22 mmol/hari) mudah diterapkan pada pasien-pasien yang dirawat akan tetapi sulit dilakukan pada pasien rawat jalan. Untuk itu pembatasan dapat ditolerir sampai batas 2000 mg/hari (88 mmol/hari). Retriksi cairan tidak diperlukan kecuali pada kasus asites dengan serum sodium level turun di bawah 120 mmol/L.
Masukan ini dipos pada September 21, 2007 12:28 pm dan disimpan pada Koas anak . Anda dapat mengikuti semua aliran respons RSS 2.0 dari masukan ini Anda dapat memberikan tanggapan, atau trackback dari situs anda.

Anda mungkin juga menyukai