Anda di halaman 1dari 12

A.

KONSEP DASAR UROSEPSIS


1. Pengertian Urosepsis
Urosepsis adalah infeksi sistemik yang berasal dari fokus infeksi di traktus urinarius
sehingga menyebabkan bakteremia dan syok septik. Insiden urosepsis 20-30 % dari seluruh
kejadian septikemia dan lebih sering berasal dari komplikasi infeksi di traktus urinarius.
Tabel 1. Kelainan struktur dan fungsi traktus urinarius yang berhubungan dengan sepsis
Obstruksi Kongenital: striktur uretra, fimosis, ureterokel,
policystic kidney disease
Didapat: calkulus, hipertrofi prostat, tumor traktus
urinarius, trauma, kehamilan, radioterapi
Instrumentasi Kateter ureter, stent ureter, nephrostomy tube,
prosedur urologik.
Impaired voiding Neurogenic bladder, sistokel, refluk vesikoureteral
Abnormalitas metabolik Nefrokalsinosis, diabetes, azotemia
Imunodefisiensi Pasien dengan obat-obatan imunosupresif,
neutropenia.

2. Etiologi
Karena merupakan penyebaran infeksi, maka kuman penyebabnya sama dengan kuman
penyebab infeksi primer di traktus urinarius yaitu golongan kuman coliform gram negatif seperti
Eschericia coli (50%), Proteus spp (15%), Klebsiella danEnterobacter (15%), dan Pseudomonas
aeruginosa (5%). Bakteri gram positif juga terlibat tetapi frekuensinya lebih kecil yaitu sekitar
15%. Penelitian The European Study Group on Nosocomial Infections (ESGNI-004 study)
dengan membandingkan antara pasien yang menggunakan kateter dan non-kateter ditemukan
bahwa E.coli sebanyak 30,6% pada pasien dengan kateter dan 40,5% pada non-kateter, Candida
spp 12,9% pada pasien dengan kateter dan 6,6% pada non-kateter, P.aeruginosa 8,2% pada
pasien dengan kateter dan 4,1% pada non-kateter.
Pasien yang beresiko tinggi urosepsis adalah pasien berusia lanjut, diabetes dan
immunosupresif seperti penerima transplantasi, pasien dengan AIDS, pasien yang menerima
obat-obatan antikanker dan imunosupresan.
Sejumlah faktor meningkatkan risiko mengembangkan urosepsis. Tidak semua orang dengan
faktor risiko akan mendapatkan urosepsis. Faktor risiko untuk urosepsis meliputi:
a) Tingkat lanjut usia
b) Sistem kekebalan tubuh berkompromi karena kondisi seperti HIV dan AIDS, minum
kortikosteroid, transplantasi organ, atau kanker dan pengobatan kanker.
c) Diabetes
d) Tinja inkontinensia (ketidakmampuan untuk mengontrol buang air besar)
e) Jenis kelamin perempuan
f) Imobilitas
g) Pengosongan kandung kemih yang tidak lengkap atau retensi urin
h) Penyakit ginjal polikistik
i) Kehamilan
j) prosedur yang melibatkan saluran kemih
k) Obstruksi saluran kemih oleh batu, pembesaran prostat, penyebab uretra jaringan
parut, atau lainnya.
l) Penggunaan kateter untuk mengalirkan urin.

3. Tanda dan Gejala


Urosepsis banyak gejala yang samaseperti jenis sepsis lain , termasuk detak jantung yang
cepat, napascepat, denyut nadi lemah, berkeringat banyak, kecemasan yang, perubahan status
mental atau tingkat kesadaran, dan penurunan atau output urin. Sebelum perkembangan gejala
ini, mungkin mengalami gejala infeksi saluran kemih.
Gejala umum dari infeksi saluran kemih.
Gejala infeksi saluran kemih bervariasi dari individu ke individu.Gejala infeksi saluran kemih
yang umum termasuk:
 Nyeri perut, panggul atau punggung atau kram
 Urin berdarah atau merah muda (hematuria)
 Sulit atau buang air kecil sakit, atau rasa panas saat kencing (disuria)
 Demam dan menggigil
 Urin yang berbau busuk
 Sering buang air kecil
 Nyeri selama hubungan seksual
 Mendesak kebutuhan untuk buang air kecil
Gejala infeksi saluran kemih tanpa komplikasi, termasuk rasa panas saat buang air kecil,
kebutuhan untuk pergi ke kamar mandi sering atau mendesak, urin keruh, dan ketidaknyamanan
perut panggul atau lebih rendah. Demam mungkin ada.Jika pielonefritis (infeksi ginjal) hadir,
punggung atau nyeri perut, mual dan muntah, demam tinggi, menggigil, berkeringat di malam
hari, dan kelelahan juga dapat terjadi. Gejala-gejala tersebut bisa mendahului pengembangan
urosepsis.
Sepsis yang telah lanjut memberikan gejala atau tanda-tanda berupa gangguan beberapa
fungsi organ tubuh, antara lain gangguan pada fungsi kardiovaskuler, ginjal, pencernaan,
pernapasan dan susunan saraf pusat.
Kriteria urosepsis:
Kriteria I : Terbukti bakteremia atau dicurigai sepsis dari keadaan klinik.
Kriteria II : Systemic Inflammatory Response Syndrome (SIRS)
 Suhu tubuh ≥38o C atau ≤ 36o C
 Takikardia ≥90 detak per menit
 Tacypnea ≥20 nafas per menit
 Alkalosis respiratorik PaCO2 ≤ 32 mm Hg
 Leukosit ≥ 12.000 /mm3 atau ≤ 4000 /mm3
Kriteria III : Multiple Organ dysfunction syndrome (MODS)
 Jantung, sirkulasi
tekanan darah sistolik arteri ≤ 99 mm Hg atau mean arterial preasure ≤ 70 mm Hg, selama ≥1
jam walaupun carian adekuat atau resusitasi agen vasopressure diberikan.
 Ginjal
Produksi urin < 0,5 Ml/kgBB/ jam wlalupun resusitasi cairan adekuat.
 Paru-paru
Tekanan parsial O2 arterial (PaO2) ≤75 mm Hg (udara ruangan) atau
Konsentrasi inspirasi O2 (FiO2) ≤250 (pernapasan bantuan)
 Platelet
Thrombosit < 80.000/ mm3 atau berkurang ≥ 50 % dalam 3 hari
 Asidosis metabolic
Ph darah ≤7,30 atau plasma laktat ≥ 1,5 kali normal.
 Encephalopathy
Somnolen, kebingungan, bergejolak, coma.

4. Patofisiologi
Patogenesa dari gejala klinis urosepsis adalah akibat dari masuknya endotoksin, suatu
komponen lipopolisakarida dari dinding sel bakteri yang masuk ke dalam sirkulasi darah.
Lipopolisakarida ini terdiri dari komponen lipid yang akan menyebabkan:
a. Aktivasi sel-sel makrofag atau monosit sehingga menghasilkan beberapa sitokin, antara lain
tumor necrosis factor alfa (TNF α) dan interlaukin I (IL I). Sitokin inilah yang memacu
reaksi berantai yang akhirnya dapat menimbulkan sepsis dan jika tidak segera dikendalikan
akan mengarah pada sepsis berat, syok sepsis, dan akhirnya mengakibatkan disfungsi
multiorgan atau multi organs dysfunction syndrome (MODS).
b. Rangsangan terhadap sistem komplemen C3a dan C5a menyebabkan terjadinya agregasi
trombosit dan produksi radikal bebas, serta mengaktifkan faktor-faktor koagulasi.
c. Perubahan dalam metabolisme karbohidrat, lemak, protein, dan oksigen. Karena terdapatnya
resistensi sel terhadap insulin maka glukosa dalam darah tidak dapat masuk ke dalam
jaringan sehingga untuk memenuhi kebutuhan sel akan glukosa terjadi proses
glukoneogenesis yang bahannya berasal dari asam lemak dan asam amino yang dihasilkan
dari katabolisme lemak berupa lipolisis dan katabolisme protein.
5. Pathway

6. Penatalaksanaan dan Terapi


Penanganan penderita urosepsis harus cepat dan adekuat. Pada prinsipnya penanganan
terdiri dari:
1. Penanganan gawat (syok) ; resusitasi ABC
2. Pemberian antibiotika
3. Resusitasi cairan dan elektrolit
4. Tindakan definitif (penyebab urologik)
Pemberian antibiotik sebagai penanganan infeksi ditujukan unuk eradikasi kuman penyebab
infeksi serta menghilangkan sumber infeksi. Pemberian antibiotik harus cepat dan efektif
sehingga antibiotika yang diberikan adalah yang berspektrum luas dan mencakup semua kuman
yang sering menyebabkan urosepsis yaitu golongan aminoglikosida (gentamisin, tobramisin atau
amikasin) golongan ampicilin yang dikombinasi dengan asam klavulanat atau sulbaktam,
golongan sefalosforin generasi ke III atau golongan florokuinolon. Sefalosforin generasi ke-3
dianjurkan diberikan 2 gr dengan interval 6-8 jam dan untuk golongan cefoperazone dan
ceftriaxone dengan interval 12 jam. Penelitian oleh Naber et al, membuktikan bahwa pemberian
antibiotik injeksi golongan florokuinolon dan piperacillin/tazobaktam direkomendasikan untuk
terapi urosepsis. Penelitian selanjutnya oleh Concia dan Azzini terhadap levofloksasin
membuktikan bahwa levofloksasin sebagai terapi tambahan memiliki efek pada ekskresi renal
dan tersedia dalam bentuk injeksi intravena dan oral.
Resusitasi cairan, elektrolit dan asam basa adalah mengembalikan keadaan tersebut menjadi
normal. Urosepsis adalah penyakit yang cukup berat sehingga biasanya “oral intake” menurun.
Keadaan demam/febris juga memerlukan cairan ekstra. Kebutuhan cairan dan terapinya dapat
dipantau dari tekanan darah, tekanan vena sentral dan produksi urine. Bila penderita dengan
hipotensi atau syok dan diberikan larutan kristaloid dengan kecepatan 15-20 ml/menit.
Bila terdapat gangguan elektrolit juga harus dikoreksi. Bila K serum 7 meq/L atau lebih
perlu dilakukan hemodialisa. Hemodialisa juga diperlukan bila terdapat Kreatinin serum > 10 mg
%, BUN > 100 mg% atau terdapat edema paru. Drainase yang segera perlu dikerjakan bila
terdapat timbunan nanah misalnya pyonefrosis atau hidronefrosis berat (derajat IV). Pyonefrosis
dan hidronefrosis yang berat menyebabkan terjadinya iskemia sehingga mengurangi penetrasi
antibiotika. Drainase dapat dikerjakan secara perkutan atau dengan operasi biasa (lumbotomi).
Penderita yang telah melewati masa kritis dari septikemia maka harus secepatnya dilakukan
tindakan definitif untuk kelainan urologi primernya.

7. Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
1. Identitas
Cantumkan biodata klien secara lengkap yang mencakup umur, jenis kelamin, suku
bangsa.
2. Keluhan utama
Klien datang ke Rumah Sakit dengan keluhan menggigil, demam, nyeri pinggang, kolik
dan atau benjolan diperut atau pinggang, polisuria, disuriadanpenurunankesadaran
3. Riwayat penyakit
Faktor predisposisi timbulnya terdiri dari infeksi bakteri non spesifik (misalnya E coli,
Pseudomonas, Proteus, Klebsiella), PMS (Penyakit Menular Seksual), virus (misalnya
Mumps), TB (Tuberculosis), penyakit infeksi lain (seperti Brucellosis,
Coccidioidomycosis, Blastomycosis, Cytomegalovirus, Candidiasis, CMV pada HIV),
obstruksi (seperti BPH, malformasi urogenital), vaskulitis (sepertiHenoch-Schönlein
purpura pada anak-anak), penggunaanAmiodarone dosis tinggi, prostatitis,
tindakanpembedahansepertiprostatektomi, kateterisasi dan instrumentasi, dan blood borne
infection.
4. Data fokus :
Data subjektif :
- Klien mengeluh demam dan menggigil.
- Klien mengatakan setiap berkemih dirasakan seperti ada rasa terbakar dan perih.
- Klien mengatakan frekuensi berkemihnya meningkat
- Klien mengeluh nyeri ketika berkemih
- Klienmengeluhnyeripadabagianpinggangdanterdapatbenjolan di perutataupinggang
- Klien mengeluh nyeri saat melakukan hubungan seksual
- Klien mengungkapkan perubahan dalam respon seksual
- Klien mengungkapkan rendahnya batas kemampuan karena penyakit
- Klien mengatakan tidak mengetahui tentang penyakitnya
Data objektif :
- Klien tampak meringis kesakitan
- Klien tampak gelisah
- Skala nyeri klien 1-10
- Suhu tubuh klien > 38oC
- Denyut nadi klien > 100 x/menit
- Klien tampak menggigil
- Kulit klien teraba hangat
- Frekuensinafas> 20x/menit
- Terjadipenurunan status mental
5. Pemeriksaan diagnostik
 Pemeriksaan laboratorium yang mendukung diagnosa urosepsis adalah adanya
lekositosis dengan hitung deferensial ke kiri, lekosituria dan bakteriuria.
 Untuk menegakkan diagnosis urosepsis harus dibuktikan bahwa bakteri yang berada
dalam darah (kultur darah) sama dengan bakteri yang ada dalam saluran kemih
(kultur urin).
 Kultur urin disertai dengan test kepekaan antibiotika sangat penting untuk
menentukan jenis antibiotika yang diberikan.
 Pemeriksaan rontgen yang sederhana yang dapat dikerjakan adalah foto polos
abdomen. Pemeriksaan ini membantu menunjukkan adanya kalsifikasi, perubahan
posisi dan ukuran dari batu saluran kemih yang mungkin merupakan fokus infeksi.
Yang diperhatikan pada hasil foto adalah adanya bayangan radio opak sepanjang
traktus urinarius, kontur ginjal dan bayangan/garis batas muskulus psoas.
 Pemeriksaan pyelografi intravena (IVP) dapat memberikan data yang penting dari
kaliks, ureter, dan pelvis yang penting untuk menentukan diagnosis adanya refluk
nefropati dan nekrosis papilar. Bila pemeriksaan IVP tidak dapat dikerjakan karena
kreatinin serum terlalu meningkat, maka pemeriksaan ultrasonografi akan sangat
membantu menentukan adanya obstruksi dan juga dapat untuk membedakan antara
hidro dan pyelonefrosis.
 Pemeriksaan CT scan dan MRI.
Diagnosa Keperawan

1) Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi dan infeksi uretra, kandung kemih dan sruktur
traktus urinarius lain.
2) Perubahan pola eliminasi berhubungan dengan obstruksi mekanik pada kandung kemih
ataupun struktur traktus urinarius  lain.
3) Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan kurangnya sumber informasi.
Intervensi Keperawatan
1) Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi dan infeksi uretra, kandung kemih dan struktur
traktus urinarius lain.
Kriteria Hasil:
Tidak nyeri waktu berkemih, tidak nyeri pada perkusi panggul
Intervensi:
a. Pantau haluaran urine terhadap perubahan warna, baud an pola berkemih, masukan dan
haluaran setiap 8 jam dan pantau hasil urinalisis ulang
Rasional: untuk mengidentifikasi indikasi kemajuan atau penyimpangan dari hasil yang
diharapkan
b. Catat lokasi, lamanya intensitas skala (1-10) penyebaran nyeri.
Rasional: membantu mengevaluasi tempat obstruksi dan penyebab nyeri
c. Berikan tindakan nyaman, seprti pijatan punggung, lingkungan istirahat;
Rasional: meningkatkan relaksasi, menurunkan tegangan otot.
d. Bantu atau dorong penggunaan nafas berfokus
Relaksasi: membantu mengarahkan kembali perhatian dan untuk relaksasi otot.
e. Berikan perawatan perineal
Rasional: untuk mencegah kontaminasi uretra
f. Jika dipaang kateter indwelling, berikan perawatan kateter 2 nkali per hari.
Rasional: Kateter memberikan jalan bakteri untuk memasuki kandung kemih dan naik ke
saluran perkemihan.
g. Kolaborasi:
Konsul dokter bila: sebelumnya kuning gading-urine kuning, jingga gelap, berkabut atau
keruh. Pla berkemih berubah, sring berkemih dengan jumlah sedikit, perasaan ingin
kencing, menetes setelah berkemih. Nyeri menetap atau bertambah sakit
Rasional: Temuan- temuan ini dapat memeberi tanda kerusakan jaringan lanjut dan perlu
pemeriksaan luas
 Berikan analgesic sesuia kebutuhan dan evaluasi keberhasilannya
Rasional: analgesic memblok lintasan nyeri sehingga mengurangi nyeri
h. Berikan antibiotic. Buat berbagai variasi sediaan minum, termasuk air segar . Pemberian
air sampai 2400 ml/hari
Rasional: akibta dari haluaran urin memudahkan berkemih sering dan membentu
membilas saluran berkemih

2) Perubahan pola eliminasi berhubungan dengan obstruksi mekanik pada kandung kemih
ataupun struktur traktus urinarius  lain.
Kriteria Hasil:
Pola eliminasi membaik, tidak terjadi tanda-tanda gangguan berkemih (urgensi, oliguri, disuria)
Intervensi:
a. Awasi pemasukan dan pengeluaran karakteristi urin
Rasional: memberikan informasi tentang fungsi ginjal dan adanya komplikasi
b. Tentukan pola berkemih pasien
c. Dorong meningkatkan pemasukan cairan
Rasional: peningkatan hidrasi membilas bakteri.
d. Kaji keluhan kandung kemih penuh
Rasional: retensi urin dapat terjadi menyebabkan distensi jaringan(kandung kemih/ginjal)
e. Observasi perubahan status mental:, perilaku atau tingkat kesadaran
Rasional: akumulasi sisa uremik dan ketidakseimbangan elektrolit dapat menjadi toksik
pada susunan saraf pusat
f. Kecuali dikontraindikasikan: ubah posisi pasien setiap dua jam
Rasional: untuk mencegah statis urin
g. Kolaborasi:
 Awasi pemeriksaan laboratorium; elektrolit, BUN, kreatinin
Rasional: pengawasan terhadap disfungsi ginjal
 Lakukan tindakan untuk memelihara asam urin: tingkatkan masukan sari buah berri dan
berikan obat-obat untuk meningkatkan aam urin.
Rasional: aam urin menghalangi tumbuhnya kuman. Peningkatan masukan sari buah dapt
berpengaruh dalm pengobatan infeksi saluran kemih.        
3) Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan kurangnya sumber informasi.
Kriteria Hasil: menyatakna mengerti tentang kondisi, pemeriksaan diagnostic, rencana
pengobatan, dan tindakan perawatan diri preventif.
Intervensi:
a. Kaji ulang prose pemyakit dan harapan yang akan datanng
Rasional: memberikan pengetahuan dasar dimana pasien dapat membuat pilihan
beradasarkan informasi.
b. Berikan informasi tentang: sumber infeksi, tindakan untuk mencegah penyebaran,
jelaskna pemberian antibiotic, pemeriksaan diagnostic: tujuan, gambaran singkat,
persiapan ynag dibutuhkan sebelum pemeriksaan, perawatan sesudah pemeriksaan.
Rasional: pengetahuan apa yang diharapkan dapat mengurangi ansietas dan m,embantu
mengembankan kepatuhan klien terhadap rencan terapetik.
c. Pastikan pasien atau orang terdekat telah menulis perjanjian untuk perawatan lanjut dan
instruksi tertulis untuk perawatn sesudah pemeriksaan
Rasional: instruksi verbal dapat dengan mudah dilupakan
d. Instruksikan pasien untuk menggunakan obat  yang diberikan, inum sebanyak kurang
lebih delapan gelas per hari khususnya sari buah berri.
Rasional: Pasien sering menghentikan obat mereka, jika tanda-tanda penyakit mereda.
Cairan menolong membilas ginjal. Asam piruvat dari sari buah berri membantu
mempertahankan keadaan asam urin dan mencegah pertumbuhan bakteri
e. Berikan kesempatan kepada pasien untuk mengekspresikan perasaan dan masalah tentang
rencana pengobatan.
Rasional: Untuk mendeteksi isyarat indikatif kemungkinan ketidakpatuhan dan
membantu mengembangkan penerimaan rencana terapeutik.
 
Daftar Pustaka

Budi, Kusuma. 2001. Ilmu Patologi..Jakarta: EGC


Carpenito,LyndaJuall.1995.DiagnosakeperawatanAplikasipadaPraktekKlinikEdisi6.Jakarta:
EGC.
Ganong, F. William. 1998.Buku Ajar FisiologiKedokteran Edisi 17.Jakarta: EGC.
Marrilyn,E.Doengus.1999. RencanaAsuhanKeperawatanPedomanUntukPerencanaandan
Pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi3. Jakarta: EGC.
Elizabet J. Corwin, 2000. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC.
E, Oswari. 2000.Bedah dan Perawatanya. Jakarta: Fakultas Kedokteran UI.
Gale,Danielle RN, MS. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Onkologi. Jakarta: EGC.
Smelster, SuzanneC. 2001. Keperawatan Medikal Bedah,Edisi8, Vol. 2. Jakarta: EGC.
https://www.scribd.com/upload-document. di akses pada tanggal 16 November 2015 pukul
15.00 WITA.
https://www.scribd.com/archive/document. di akses pada tanggal 16 November 2015 puku
15.30 WITA.

Anda mungkin juga menyukai