By : Hudzaifah Al Fatih
Cystitis (inflamasi pada bladder) Prostatitis (inflamasi pada glandula prostat) Urethritis (inflamasi urethra)
Faktor-faktor resiko :
Ketidakmampuan
atau kegagalan untuk mengosongkan bladder secara komplit Obstruksi aliran urine Menurunnya kekebalan tubuh atau imunosupresi Instrumentasi pada saluran kemih Inflamasi atau abrasi mukosa urethra Keadaan yang mendukung :
Diabetes mellitus Kehamilan Gout
Menyebarnya infeksi dari uretra Inflamasi pada bladder. Lebih sering pada wanita. Dapat disebabkan oleh aliran balik urine dari uretra ke dalam kandung kemih (refluks urtrovesikal) Kontaminasi fekal Pemakaian kateter atau sistoskop
Pielonefritis akut biasanya memperihatkan gejala : - Demam - Menggigil - Nyeri pinggang - Disuria
PYELONEPHRITIS AKUT :
Penatalaksanaan Medis
Terapi farmakologik :
Ciprofloxacin, gentamicin dengan atau tanpa ampicillin, atau generasi ketiga cephalosporin Analgesik untuk menghilangkan nyeri Antipiretik untuk mengurangi demam
PYELONEPHRITIS KRONIS
Biasanya merupakan akibat dari serangan pyelonephritis akut yang berulang kali Dapat menyebabkan end-stage renal disease (ESRD) Biasanya tanpa disertai tanda infeksi kecuali terjadi eksaserbasi akut Kelemahan, nyeri kepala, nausea, polyuria, rasa haus yang berlebihan, kehilangan BB
PYELONEPHRITIS KRONIS
Komplikasi :
End-stage renal disease Hipertensi Nephrolithiasis
Penatalaksanaan medis :
Nitrofurantoin untuk menekan pertumbuhan bakteri Monitoring fungsi renal sesuai dengan dosis tergantung pada renal clearance
Intervensi Keperawatan
Monitoring I O cairan Kecuali ada kontraindikasi, berikan intake cairan sampai 3 to 4 L/day Monitor TPR tiap 4 jam, berikan antipiretik dan antibiotik sesuai order Pendidikan pasien : konsumsi cairan yang cukup, pengosongan kandung kemih secara rutin dan melakukan perineal hygiene
Intervensi Keperawatan
- Bedrest selama fase akut - Antibiotik - Jika BUN meningkat : diet protein - Tinggi kalori - Monitor BUN dan creatinine
Pyelonefritis kronis
ISK bagian bawah yang Infeksi berulang tidak di terapi dengan Pyelonefritis akut baik
Cepat, tiba-tiba Lambat, sulit untuk diketahui Kronis, irreversible Pada saat onset kadang tanpa gejala, selanjutnya seperti gejala CRF
Onset
Durasi Gejala
Glomerulonephritis Akut
- Terjadi inflamasi pada glomerulus - 80% terjadi akibat proses antigen-antibody terhadap streptokokus grup A di glomerulus. - Banyak terjadi pada anak-anak dan dewasa muda jika penyebabnya adalah bakteri. - Infeksi virus terjadi pada segala usia
PRODUK ANTIGEN-ANTIBODY
MENURUNNYA GFR
GAGAL GINJAL
Glomerulonephritis Akut : Pengkajian dan Temuan Diagnostik USG ginjal : besar, bengkak Analisis electron microscopy dan immunofluorescent jika sampel biopsi ginjal menunjukkan perubahan immunoglobulins dan glomerulus normal Tes Serologi : peningkatan kadar serum komplemen (dalam 2 - 8 minggu) Urinalisis menunjukkan RBC casts dan sedimen lainnya
Intervensi Keperawatan
Karbohidrat diberikan secara bebas untuk menyediakan energi dan mengurangi katabolisme protein Intake dan output cairan diukur dan dicatat dengan hati-hati. Cairan diberikan sesuai dengan kebutuhan cairan harian Bed rest selama fase akut / batasi ambulasi. Pendidikan pasien.
Intervensi Keperawatan
Antibiotik untuk infeksi streptokokus Diuretik/antihipertensi Dialisis Bedrest Pembatasan protein, sodium
Glomerulonephritis Kronis
Prognosis Glomerulonepthritis Akut biasanya baik bila di obati sejak dini; tetapi Glomerulonephritis Kronis seringkali berujung pada kerusakan ginjal permanen
Glomerulonephritis Kronis
Dapat terjadi akibat episode berulang dari glomerulonephritis akut, hypertensive nephrosclerosis, hyperlipidemia, cedera tubulointerstitial kronis, atau hemodynamicallymediated glomerular injury dan sklerosis. Ukuran ginjal berkurang menjadi 1/5 dari ukuran normalnya dan banyak menganding jaringan parut dan jaringan ikat Korteks ginjal berkurang ketebalannya Glomeruli menjadi jaringan parut dan cabang arteri renalis menebal
Glomerulonephritis Kronis :
Penatalaksanaan Medis
Modifikasi diet Mengontrol hipertensi :
ACE-inhibitors and Angiotensin II receptor blockers Calcium-channel blockers Beta-adrenergic blockers Central-acting drugs Diuretics
Intervensi Keperawatan
Observasi perubahan status cairan dan elektrolit dan tanda-tanda penurunan fungsi ginjal Laporkan perubahan pada tim medis Beri dukungan emosional Pendidikan pasien untuk perawatan di rumah.
Asuhan Keperawatan
Pengkajian Dalam melakukan pengkajian pada klien ISK menggunakan pendekatan bersifat menyeluruh yaitu : Data biologis meliputi : 1) Identitas klien 2) Identitas penanggung
Asuhan Keperawatan
Pengkajian Riwayat kesehatan : 1) Riwayat infeksi saluran kemih 2) Riwayat pernah menderita batu ginjal 3) Riwayat penyakit DM, jantung
Asuhan Keperawatan
Pengkajian fisik : 1) Palpasi kandung kemih 2) Inspeksi daerah meatus - Pengkajian warna, jumlah, bau dan kejernihan urine - Pengkajian pada costovertebralis
Asuhan Keperawatan
Riwayat psikososial Usia, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan Persepsi terhadap kondisi penyakit Mekanisme koping dan sistem pendukung
Asuhan Keperawatan
Pengkajian pengetahuan klien dan keluarga 1) Pemahaman tentang penyebab/perjalanan penyakit 2) Pemahaman tentang pencegahan, perawatan dan terapi medis
Diagnosa Keperawatan
a. Infeksi yang berhubungan dengan adanya bakteri pada saluran kemih. b. Perubahan pola eliminasi urine (disuria, dorongan, frekuensi, dan atau nokturia) yang berhubungan dengan ISK. c. Nyeri yang berhubungan dengan ISK. d. Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses penyakit, metode pencegahan, dan instruksi perawatan di rumah
Perencanaan
1. Infeksi yang berhubungan dengan adanya bakteri pada saluran kemih Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam pasien tidak memperlihatkan tanda-tanda infeksi. Kriteria Hasil : 1) Tanda vital dalam batas normal 2) Nilai kultur urine negatif 3) Urine berwarna bening dan tidak bau
Intervensi
1. Kaji suhu tubuh pasien setiap 4 jam dan lapor jika suhu diatas 38,5 C Rasional : Tingginya suhu menandakan adanya infeksi 2. Catat karakteristik urine Rasional : Untuk mengetahui/mengidentifikasi indikasi kemajuan atau penyimpangan dari hasil yang diharapkan. 3. Anjurkan pasien untuk minum 2 3 liter jika tidak ada kontra indikasi Rasional : Untuk mencegah stasis urine
Intervensi
4. Monitor pemeriksaan ulang urine kultur dan sensivitas untuk menentukan respon terapi. Rasional : Mengetahui seberapa jauh efek pengobatan terhadap keadaan penderita. 5. Anjurkan pasien untuk mengosongkan kandung kemih secara komplit setiap kali kemih. Rasional : Untuk mencegah adanya distensi kandung kemih 6. Berikan perawatan perineal, pertahankan agar tetap bersih dan kering. Rasional : Untuk menjaga kebersihan dan menghindari bakteri yang membuat infeksi uretra
2. Perubahan pola eliminasi urine (disuria, dorongan frekuensi dan atau nokturia) yang berhubunganm dengan ISK.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam klien dapat mempertahankan pola eliminasi secara adekuat. Kriteria : 1) Klien dapat berkemih setiap 3 jam 2) Klien tidak kesulitan pada saat berkemih 3) Klien dapat bak
Intervensi
1. Ukur dan catat urine setiap kali berkemih Rasional : Untuk mengetahui adanya perubahan warna dan untuk mengetahui input/out put 2. Anjurkan untuk berkemih setiap 2 3 jam Rasional : Untuk mencegah terjadinya penumpukan urine dalam vesika urinaria. 3. Palpasi kandung kemih tiap 4 jam Rasional : Untuk mengetahui adanya distensi kandung kemih. 4. Bantu klien ke kamar kecil, memakai pispot/urinal Rasional : Untuk memudahkan klien di dalam berkemih. 5. Bantu klien mendapatkan posisi berkemih yang nyaman Rasional : Supaya klien tidak sukar untuk berkemih.
Intervensi
1. Kaji intensitas, lokasi, dan faktor yang memperberat atau meringankan nyeri. Rasional : Rasa sakit yang hebat menandakan adanya infeksi 2. Berikan waktu istirahat yang cukup dan tingkat aktivitas yang dapat di toleran. Rasional : Klien dapat istirahat dengan tenang dan dapat merelaksasikan otot-ototnya 3. Anjurkan minum banyak 2-3 liter jika tidak ada kontra indikasi Rasional : Untuk membantu klien dalam berkemih 4. Berikan obat analgetik sesuai dengan program terapi. Rasional : Analgetik memblok lintasan nyeri
4. Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses penyakit, metode pencegahan, dan instruksi perawatan di rumah
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan klien tidak memperlihatkan tanda-tanda gelisah. Kriteria hasil : 1) Klien tidak gelisah 2) Klien tenang
Intervensi
1. Kaji tingkat kecemasan Rasional : Untuk mengetahui berat ringannya kecemasan klien 2. Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaannya Rasional : Agar klien mempunyai semangat dan mau bekerjasama dalam perawatan dan pengobatan 3. Beri support pada klien Rasional : Untuk membina hubungan saling percaya sehingga klien mau bekerjasama dalam perawatan dan pengobatan 4. Beri dorongan spiritual Rasional : Agar klien kembali menyerahkan sepenuhnya kepada Tuhan YME 5. Beri penjelasan tentang penyakitnya Rasional : Agar klien mengerti sepenuhnya tentang penyakit yang dialaminya
Evaluasi
Pada tahap yang perlu dievaluasi pada klien dengan ISK adalah, mengacu pada tujuan yang hendak dicapai yaitu apakah terdapat : 1. Nyeri yang menetap atau bertambah 2. Perubahan warna urine 3. Pola berkemih berubah, berkemih sering dan sedikit-sedikit, perasaan ingin kencing, menetes setelah berkemih.
SEKIAN DAN TERIMA KASIH BACA KEMBALI DAN PAHAMI MATERI YANG ADA